Broken Vow (SERIES 2)

By secretblackbook

1.4M 98.9K 6.5K

KINARA HADIKUSUMA. "Apa kabar?" "Bagaimana hidupmu tanpa aku?" "Setiap detak denyut nadiku, Aku selalu memik... More

Catatan Kaki Oi Sandra
How to Read BV
1. A Letter to Raka
2. Throw·back 1
3. A cup of coffee
4. Throw•back 2
5. Kinara's Plan
6. Throw•back 3
7. Moved
8. Throw•back 4
9. Definition of Love (21+)
10. Throw•back 5
11. The intersection
12. Throw•back 6
13. Run Away
14. Throw•back 7
INFO
16. Throw•back 8
17. Mine
18. Truth and Tears
19. Throw•back 9
20. Scared : Part 1
21. Scared : part 2
22. Jared's Blessing
23. Let Him In
24. Rice, Prawn Crackers & Soy Sauce
25. Who is she?
26. Throw•back 10
27. Chaos : Part 1
28. Throwback 11
29. Chaos : Part 2
30. Throw•back : Special Edition
31. A Little Punch
32. A Little Hug
33. Do-Fun
34. Cured
35. Baking Soda
36. B.y.e
37. A Red Box
38. It is Real
39. A Letter to The father of my children
Extra : Episode 1
Extra : Episode 2
Extra : Episode 3
A Letter for Onti
Dear Onti

15. Heaven

24.2K 2.3K 132
By secretblackbook

DEAR READER BUDIMAN,

Oh GOSH! Ternyata kalian memang harus diimingi sesuatu dulu yak baru vote:")

Tapi terlepas dari itu semuwa, telimakaciw sudah berkerjasama!!! Ini nih yang selalu bikin semangat buat update, support dari kaliandddd.

BIG THX TO : @paramithawilly @tata_zhizhi @zyxwv09876 yang selalu memberi taburan bintang di section comment.

Sesuai janji minggu ini aku bakalan update 4 chapter, hari ini dua dulu. Besok dua part lagi. Dan kalau yang ini sama kencengnya sama yang kemaren mungkin weekend aku akan update lagi chapter 18 yang bikin jantung olahraga. Jadi total minggu ini update 5 chapter, kalau part 14 sampai 700. Tapi kalo gak sampai, yha kita simpan part 18 untuk kamis depan yak! See you chayang!

TELIMAKACIW
SHAYANG salam dari temen mainnya Janet,
Oyi

------


Bandung 2015

Kinara

Kembali aku menghentikan aktivitasku saat Kak Katia membentak, "What the hell is going on with you?!" Badanku sedikit bergoyang karna gerakan Kak Katia mengguncang lengan atasku. "Tell me, elo kenapa? Tadi lo pingsan terus tiba-tiba elo freak out."

Aku masih tersedu-sedu dalam tangisku sendiri, mencoba menghentikan tangisku tapi sia-sia. Kedua tanganku aku selipkan di helaian rambutku, menjambaknya. Berusaha menghilangkan rasa pening yang sedari tadi menyerangku. Aku mendesah frustasi

"Gue harus pergi bawa anak-anak gue pergi dari sini. Disini udah gak aman."

Kak Katia kembali menarik tanganku agar perhatianku beralih kepadanya, setelah aku mengangkat kepala dan menatap dalam bola mata Kak Katia, barulah ia sedikit melonggarkan genggamannya.

"Elo bilang tempat ini udah gak ama? Memang bahaya apa yang ngejar lo?" Tanya kak Katia menginterogasiku.

Aku memutuskan kontak mataku dengan kak Katia, tidak tahan dengan tatapan intimidasinya. Kak Katia adalah seseorang yang cerdas, ia bisa mengendus ketidak beresan atas suatu masalah. Jika sudah begini, akan sangat sulit membohongi kak Katia.

"Bilang sama gue, please," mohon kak Katia, membuat aku semakin menundukan kepalaku sambil menggeleng lemah.

Selalu akan ada kemungkinan Raka datang ke sini mencariku, aku hanya takut ketika Raka menemukan kenyataan bahwa ada benihnya lahir ke dunia. Aku tahu pasti, Raka tidak menginginkannya. Tapi yang lebih aku takutkan lagi adalah bagaimana jika Raka ingin merebut Double J. Aku tak akan pernah bisa hidup tanpa mereka.

Tubuhku limbung, tiba-tiba kakiku lemas tidak dapat menopang tubuhku lagi. Aku merosot ke lantai, hanya dengan memikirkan hidup tanpa Double J saja aku begitu ketakutan.

"Kinara... Tatap mata gue," tungkas kak Katia memegang rahangku agar menatap mata kak Katia. Aku dan kak Katia sekarang sudah duduk di lantai marmer yang dingin. Badanku begitu lemas, aku hanya bisa menuruti apa perintah kak Katia.

"A-Apa lo punya hubungan sama Barata? Apa..." Tanya kak Katia menggantung. Aku hanya bisa menahan nafas sambil menatap ke dalam mata kak Katia dengan diam. Aku merasa Kak Kata terlihat ragu dengan apa yang ada di pikiranya, tapi kata-kata itu akhirnya terlontar juga, "Apa dia ayah biologis Double J?"

Bibirku benar-benar kelu, aku tak tahu apa yang harus aku jawab. Apakah aku harus jujur atau aku harus membohongi kak Katia lagi. Jantungku berdebar sangat kecang, darahku bersedir. Hanya lontaran kalimat pertanyaan singkat kak Katia mampu membuat tanganku merubah menjadi dingin. Gugup. Aku berusaha menatap ke arah lain tapi cengkraman kak Katia sangat kuat membuat aku hanya bisa memegang lengan kak Katia memohon dengan tatapan memelas agar kaka Katia melepaskan cengkramannya. Tangan kak Katia tiba-tiba gemetar, ia melepaskan cengkramannya dari rahangku, kak Katia sekarang juga ikut bersimpuh di dinginya lantai marmer.

"Oh god," Kak Katia terlihat berfikir menyambung-nyambungkan puzzle demi puzzle lalu membangun asumsinya sendiri. "Oh Jesus! Jared... Jared kalo diliat mirip banget sama laki-laki itu... FUCK! gue kira cuma kebetulan karna Jared mereka keliatan sama-sama bule."

"Kalo.. Double J anak Barata.. Shit! Barata udah punya istri.. God Kinara, Levina lagi hamil.. Gimana mungkin elo merusak rumah tangga temen gue..." Kak Katia meracau panik.

Aku menggeleng cepat, mengusap kasar pipiku yang basah. Lalu memegang tangan Kak katia, mencegahnya berasumsi lebih liar daripada ini.

"Bukan. Laki-laki tadi bukan ayah mereka."

Semua yang diasumsikan kak Katia salah, tapi aku tahu bahwa aku sudah tertangkap basah. Aku tidak pernah bisa menyembunyikan apa-apa lagi dari kakakku, entah bagaimana, dia selalu tahu kalau aku berbohong.

"Kinara Hadikusuma, you better not be lying to me right now," bentaknya.

Aku kaget setengah mati atas bentakannya dan mencoba untuk membela diri. "Bukan, bukan dia bapak anak gue tapi..." Cicitku,

"Tapi siapa?" tanyanya tak sabar

Aku meneguk ludahku sendiri tenggorokanku serasa kering sekali, "Mereka anaknya... Raka...," jawabku akhirnya.

Kak Katia mengerutkan dahinya, sepertinya ia mencoba mengingat nama Raka, dulu memang aku sering bercerita tentang Raka. "Raka? Teman SMA kamu itu? Terus apa hubungannya sama Barata yang tadi ketemu sama kita?"

Aku mengangguk. Tapi dengan cepat aku menggeleng. "Iya temen SMA gue. Gue gak yakin pasti. Tapi gue pikir Barata yang tadi itu adiknya Raka."

Aku bia melihat bahu Kak Katia merosot, mungkn sedikit lega aku tidak akan menghancurkan rumah tangga temannya. Tapi mungkin saja aku akan menghancurkan rumah tangga wanita lain yang sudah menjadi istri Raka. Tidak menutup kemungkinan hampir satu dekade Raka sudah mempunyai pendamping hidup, kan?

"Pantesan elo langsung pingsan liat suami Levina," Kak Katia mengambil duduk di sampingk, ada jeda beberapa saat begitu ia kemudian bertanya, "Apa Raka tahu tujuh taun lalu lo hamil?"

Aku menggeleng sebagai jawabanku, hanya untuk mengeluarkan suara saja aku tak sanggup.

"GOD. Kinara..." Aku bisa mendengar Kak Katia mendesah.

Dia terdiam beberapa saat kemudia bertanya dengan sangat hati-hati, "Kenapa lo nggak mau bilang ke Raka?"

"Soalnya dia... Raka.. teman gue. Kejadian itu semacam kecelakaan, juga nggak sengaja."

Terlihat sangat jelas, Kak katia sudah sepucat pasien rumah sakit. Aku sangat mengerti dengan keterkejutan kak Katia, informasi besar seperti ini pasti sangat sulit dicerna dalam waktu yang singkat. Tapi ia berusaha untuk mengatasi kekagetannya. Kak Katia tahu aku menganut peraturan ketat mengenai no sex before marriage. Bagaimana mungkin aku bisa lupa dengan janji itu ketika sedang melakukan hubungan dengan Raka?

Aku bisa membaca sorot matanya yang menunjukan amarah, kemungkinan besar Kak Katia berfikir bahwa aku telah dipaksa melakukannya tujuh tahun lalu. Cepat-cepat aku mematahkan spekulasi Kak Katia supaya masalah ini tak menjadi lebih rumit dari ini. "Tapi dia nggak maksa, gak ada pemaksaan sama sekali."

Kak Katia memandangiku dengan pandangan yang suka dia berikan kepada Harry kalau suaminya itu berbuat salah. Tatapan kecewa yang lebih menyakitkan dibandingkan dengan tatapan amarah. "Fuck, elo nyembunyiin ini dari gue selama ini."

"I'm sorry, okay? I was eighteen and i got pregnant! Gue juga berat saat itu. Jujur gue waktu itu bingung banget. Gue juga gak mau elo atau bokap nuntut Raka buat tanggungjawab." jelasku pada kak Katia.

"Elo lupa? Gue kakak elo, kita kelurga Kinara. Jelas aja gue mau nuntut si penis kukang itu buat tanggung jawab atas perbuatan bodoh kalian! Gue gak akan pernah rela elo nanggung ini sendirian."

"Gue gak mau dia bertanggung jawab karna harus. Gue gak bisa menikah sama orang yang gak cinta sama gue."

Tiba-tiba mata kak Katia membulat, tatapan yang sering ia perlihatkan saat ia menyadari sesuatu, "Oh my God... Elo malam itu gak mabuk... Kalian ngelakuinya dengan sadar? Elo cinta sama dia, dan dia enggak.... Elo ngelakuinnya pake cinta?" tanyanya penuh kepastian.

Sialan, Kinara... Aku menggigit bibir bawahku, gugup. Aku menatap lantai marmer lalu mengangguk lemah. Lalu kak Katia menggeleng begitu membongkar kebohongan lain.

Tujuh tahun lalu, aku bercerita pada keluargaku bahwa aku melakukanya dengan orang asing dan dalam keadaan mabuk. Itu semua aku lakukan agar Raka bisa bebas dari beban tanggungjawab dari kebodohanku malam itu. Aku sudah tahu bahwa sesuatu yang kami lalukan di masa lalu memiliki resiko yang sangat tinggi, aku hanya terlalu bodoh menyerahkan diri pada cinta. Aku tersenyum kecut membayangkan Raka akan menolak bayi-bayiku jika aku meminta pertanggung jawabanya. Bagaimana aku bisa menaruh harapan pada seseorang yang bahkan tak percaya pada cinta dan pernikahan.

"Apa elo tahu perasaan Raka sama lo?" tanya kak Katia.

"Gue... Gue cinta sama dia, Kak. Tapi gue tahu pasti dia gak cinta sama gue, kita gak akan bisa disatuin sama ikatan yang sama sekali gak dibangun sama cinta. Pure dia anggep gue temen, seinget gue dulu dia suka sama Levina. Gue yakin bahwa dia nggak menginginkan gue apalagi bayi-bayi gue, itu yang bikin gue yakin gak ngasih tahu dia tentang keberadaan mereka." jawabku sedih.

Tangan hangat Kak Katia melingkar di bahuku, seorang ingin mengurangi perihnya kisahku. Cara Kak Katia mengelus lembut bahuku membuat pertahanan airmataku jebol, aku merasa sangat bersalah telah berbohong pada Kak Katia dan Papa selama bertahun-tahun. Kelembutan Kak Katia memporak porandakan perasaanku yang sudah berhasil membuat kepercayaanya luntur, padahal mereka selalu mendukungku dalam situasi apapun.

"Menurut lo.. Gimana reaksi dia kalo dia tahu ternyata dia punya anak?"

Pelukan kami terurai, kini aku menggenggam tangan Kak Katia meminta kekuatanya saat memori masa lalu kembali berputar bagai film tanpa suara di kepalaku. Aku ingat dengan sangat jelas malam dimana Raka memberi tahu bahwa ia tidak percaya pernikahan, ia tak ingin mencipkan anak seperti dirinya, dan bagaimana ia lebih baik mengadopsi anak atau memelihara binatang peliharaan untuk menemani masa tuanya dibanding memiliki keluarga.

"Setahu gue dulu, dia gak pernah mau menikah dan punya anak. Dia penganut hubungan bebas. But time passed. Sekarang yang gue takutin, dia mau ngambil Double J dari hidup gue. Gue takut dan gak rela. So please can you support me? Hiding from him?" tanyaku penuh harap.

Keheningan tiba-tiba menyelimuti ruangan, kak katia diam seribu bahasa. Aku menggoyang-goyangkan tangannya, "Please..."

Kak Katia langsung memandang dalam kedalam mataku entah seperti mencari-cari sesuatu. Tak kusangka kak Katia bangkit dari duduknya berjalan menuju kasur dan meraih pasport. "Sorry Nar, kali ini gue gak bisa bantu. Semua jawaban lo selalu berdasarkan pendapat elo sendiri. I think, Raka punya hak buat tau anaknya."

Aku menggeleng cepat rasa panik kembali menyerangku saat melihat Kak Katia membawa pergi passportku dan Double J membelah ruangan menuju pintu.

"You can't do this to me kak," bentakku aku berusaha bangkit berjalan ke arah kak Katia.

Namun kata kata kak Katia menghentikan langkahku, "Mungkin ini cara Tuhan buat mempertemukan mereka sama ayah mereka. Apa kamu gak pernah mikir, Jared sama Janet butuh tau mana ayahnya. Apa kamu gak lelah berbohong sama gue, Papa dan sama diri elo sendiri? Yang lebih jelas, apa elo gak capek terus lari dari kenyataan?"

Pertanyaan kak Katia terngiang-ngiang di kepalaku seperti radio rusak. Aku memegang dada kiriku, sakit. Kesadaranku baru kembali saat kak Katia telah hilang di balik pintu yang tertutup. Aku kembali menghela nafas kasar.

Okay, jika kak Katia tidak mau membantuku. Aku bergegas ke mendorong pintu kamar Double J. Ruangan putih ini berdiri dari ranjang Jared berwarna biru bergambar Batman yang bersandar pada tembok dipisahkan dengan meja lampu tidur kemudian ranjang Janet yang sangat girly bergambar Elsa Frozen. Aku berdiri diantara ranjang Jared dan Janet. Tatapanku jatuh pada Jared yang tidur terlentang.

Hatiku seakan diremas melihat wajah Jared yang sangat kental dengan wajah Raka, mataku beralih pada Janet yang tidur terlelap sambil memeluk bonekanya. Wajah Janet juga sangat mirip dengan Raka tapi rambutnya yang panjang menyamarkanya tidak sekental gen Raka pada Jared. Aku lalu duduk di sisi ranjang Janet mengelus pipi mulus Janet. Tapi tak kusangka Janet bangun dari tidurnya, hendak aku menidurkannya kembali tapi kalah cepat. Janet sudah sepenuhnya terbangun ia mengelus pipiku yang basah.

"Buna masih pusing?" Tanyanya polos. Aku tersenyum lalu menggeleng, "Enggak, bunda udah gak pusing. Malah bunda sekarang mau ngajak Janet sama kakak Jared pergi," ucapku pada Janet.

"Malem malem gini? Pergi kemana, Buna?"

"Kemanapun Janet mau," ucapku mencoba menutupi rasa sedihku.

"Okay. So take me to heaven," ucap Janet riang

"Heaven?"

Mata janet berbinar seperti menunjukan ke bahagiaan. "Yes, ke tempat yang Janet mau kan, Buna? Ayo kita pergi ke surga. Janet mau ketemu ayah disana."

Continue Reading

You'll Also Like

439K 22.9K 56
Takdir itu emang kocak. Perasaan cerita tentang perjodohan itu hanya ada di film atau novel, tapi sekarang apa? Cecilia Janelle terjebak dalam sebuah...
588K 52K 48
Tidak ada yang lebih rapuh dari sebuah kepercayaan. Ia paham betul bahwa yang bisa ia yakini selama ini adalah percaya pada diri sendiri. Hidupnya te...
243K 31.2K 18
Sebuah keluarga kaya pembuat sake memiliki desas-desus yang membuat setiap orang bergidik mendengarnya. Ogawa Seiji, putra tunggal keluarga Ogawa yan...
1M 128K 28
## Cerita tidak mengandung adegan dewasa, hanya diksi dan gaya bahasa dirate 18 tahun ke atas. Dimohon agar pembaca lebih bijaksana membaca isi cerit...