"Skypaper"

By pipitsimatupang

219K 5.9K 124

"Aku mencintainya, sejak pertama kali Tuhan mentakdirkannya untuk bertemu denganku. Tapi apa? Aku serasa la... More

1. Aku imelda
2. Jauh sebelum ini
3. Sekali Seumur Hidup
4. In (not) Dream
5. Semburat tanya dalam amarah
6. "mungkin, karena aku mecintainya"
7. Sky
8. Separuh nafasku
9. Kiss???
10. Pilihan
11. Double date
12. Sahabat jadi cinta?
13. Animals
14. Hollyshit !
15. BFF
16. Nervoes
17 my Mom is Crazy
19. 'Pelampiasan?'
20. katakanlah aku egois
21. "Aku berhenti--!"
22. "...Aku dan amarahku "
23. "...kematian jiwaku"

18. Garis bersinggungan

5.8K 214 0
By pipitsimatupang

Imel bingung harus berbuat apa, menelan air liurnya pun seakan menelan segerombol jarum, dan seketika waktu pun terasa berhenti saat dia mendengar bisikan nakal itu di telinganya--

"Kita tidak perlu bersandiwara lagi" Bisik Arjuna lembut tepat ditelinga Imel, nafas yang menerpa telinga Imel membuatnya merinding. Dia menarik lengan Imel agar semakin dekat padanya "sekarang tidurlah-- disofa" seringai setan muncul dibibirnya.

Dengan kesal Imel mendorong tubuh Arjuna hingga terhuyung kebelakang diikuti dera tawa yang menggelegar di ruangan tersebut. "Tanpa kau minta pun, sedari tadi aku sudah ingin tidur disana!" Celetuknya menarik selimut dan bantal.

Namun lagi, Arjuna kembali menarik tangannya "Apalagi sialan?!" Umpatnya.

"Aku tidak bisa tidur"

"Itu bukan urusanku" Kesal Imel berusaha menarik tangannya dari cengkraman Arjuna

"Aku serius" nada suara Arjuna di buatnya manja sambil menarik kembali tubuh Imel hingga duduk ditempat tidur berhadapan dengannya.

"Jangan mengerjaiku lagi, brengsek?"

"Kau tergoda?" Oh astaga, Arjuna melemparkan sunggingan menggodanya membuat Imel kembali kaku diposisinya "aku paling tidak bisa tidur jika tidak--memakai selimut" seringainya lagi.

Membuat Imel langsung berdiri melempar selimut itu kewajah Arjuna "Makan tuh selimut!" Dengan menghentakkan kakinya, dia membawa bantalnya berjalan kesofa.

Kekehan dari Arjuna masih terdengar.
"Berisik!" teriak Imel menutup telinganya dengan bantal.

#####

"Bagaimana semalam?" Suara lembut itu membuyarkan aktivitas Imel yang tengah meniup sup masakannya di sendok untuk mencicipinya.

Dia menoleh "Menurutmu?" Tanya Imel kembali, lalu menyesap supnya. Setelah menurutnya pas, Imel mematikan api kompornya.

"Dari wajah Tante sih sepertinya dia sangat puas. Aku malah sempat penasaran, saat dia masuk kekamar dengan cengiran" Cerita Kissanda mengambil duduk di mini bar.

Imel hanya tersenyum sambil memindahkan sup ke dalam mangkuk "Kami tidak melakukan apapun. Hanya desahan-desahan kecil"

"Oh ya--hm... sepertinya kamu makin pintar berakting, Mel" kekeh Kissanda membantu Imel membawa piring ke meja makan.

"Terkadang keadaan menuntut kita untuk berakting lebih. Dan kadang akting di butuhkan untuk kebaikan" Imel bisa merasakan senyuman canggung dari Kissanda, walaupun dia tidak menoleh melihatnya. Imel asyik menata sarapan dimeja, sedangkan Kissanda tengah mengisi minuman ke masing-masing gelas.

"Kamu sudah bangun Mel?"

Suara Rena menginterupsi pekerjaan mereka. Mereka berbarengan menoleh kearah Rena yang sedang berjalan kearah mereka.

Imel mengeryit "Memangnya kenapa,Ma? Sudah seharusnya-kan aku memasak, terutama untuk suamiku?"

Kini Rena berdiri didekatnya "Memang seharusnya seperti itu, pekerjaan yang lain boleh kamu berikan pada orang lain, tapi jangan coba-coba memberikan tugas memasak pada orang lain siapapun itu"

Imel tersenyum 'Dan selama ini, kewajiban itu telah dikerjakan oleh Kissanda' jawabnya dalam hati.

"Duduklah Ma, kita sarapan"

"Dimana suamimu? Apa dia kelelahan?"

'Oh Mama, kau merusak selera makanku'

Imel mendengus memutar bola matanya "Dia selalu olahraga setiap paginya Ma, mungkin dia sedang lari di taman kompleks" sahutnya sambil menyendok sup ke mangkuk kecilnya.

Rena cemberut "Apa belum cukup olahraga semalaman?"

"Mom...!" Kesalnya memberi tatapan peringatan.

"Huh, lihatlah anak ini Kissanda. Apa ada yang salah dari perkataanku?" Sungut Rena.

"Siapa pun akan malu tante jika membahas masalah ranjang, sekalipun dengan Mamanya sendiri"

"Hm--baiklah. Oh ya Nda, apa hari ini juga kamu akan bekerja?"

"Hm--tidak tante. Hari ini jadwalku kosong, dan berencana untuk belajar memasak dari Imel"

Imel menautkan alisnya dengan sendok yang masih didalam mulutnya menatap Kissanda. Dia merasa tidak mempunyai janji apapun pada Kissanda.

"Wah--pas banget. Tante juga pengen masak-masak. Mel, kamu harus ngajarin Mama dan Kissanda untuk memasak kue yang enak"

Dan lagi, dia hanya memutar bola matanya jengah sambil menyendokkan sup kedalam mulutnya lagi dan lagi. Dia tidak mau ikut campur dengan perbincangan mereka.

Ini untuk kedua kalinya, Imel mengerjakan tugas sebagai istri. Untuk ketiga kalinya Arjuna mencium keningnya. Ada rasa tersendiri yang tak bisa diungkapkannya dengan kata-kata.

Mereka pun memulai acara masak-memasak seperti rencana. Membuat beberapa cake dengan rasa pandan, coklat dan tak tertinggal dengan rasa durian, hm... 'it's my favorit'

Saat sedang menikmati cake buatan mereka atau yang lebih didominasi hasil kerja tangan Imel, karena Rena dan Kissanda hanya asyik menggosip didekatnya membuat Imel jengah.

"Berhentilah Memanggilku dengan sebutan Tante Kissanda. Panggil saya Mama yah, sayang "

Jeg!

Acara Imel untuk menikmati cake duriannya rusak seketika. Mamanya meminta pada perempuan yang mempermainkan pernikahan putrinya dengan panggilan Mama. Ya--Tuhan. Imel merasa ingin lenyap sekarang juga. Lihatlah, betapa mereka terlihat seperti sepasang ibu dan anak. Dan ini memuakkan.

"Hoam---" Imel berpura-pura menguap sambil menepuk mulutnya pelan" aku mengantuk. Sepertinya aku kelelahan, aku tinggal tidur yah" pamitnya berdiri tanpa menunggu jawaban mereka, dia berlalu begitu saja.

#######

Arjuna POV's

Beberapa kali aku mencoba untuk tidur. Tapi wanita sialan disebelahku ini membuat aku sama sekali tidak bisa untuk menutup mata. Setiap kali aku hendak terlelap, tubuhnya itu malah menempel padaku.

Oh, Neptunus! Aku pria normal.

Lihatlah, sekarang sesuatu yang kenyal menempel dilenganku. Dengan berlahan aku melepaskan tanganku.
Apa dia sengaja atau memang cara tidurnya yang sama sekali tidak ada manis-manisnya. Aku mengacak rambutku frustasi.

Efek dari yang baru terjadi, sangat-sangat berpengaruh. Sekarang juniorku telah sukses bangun dengan sempurna. Aku menoleh menelusuri wajah wanita yang tengah tertidur pulas menghadapku. Mataku terjatuh kearah bibir ranumnya.

'Astaga, apa yang baru kupikirkan'

Dengan rasa kacau, aku turun dari tempat tidur dan keluar dari kamar.

Aku mendapati Kissanda yang tengah mencari sesuatu dilemari es. Dengan tiba-tiba aku memeluknya dari belakang, dan bisa kurasakan tubuhnya yang sempat menegang namun beransur normal saat tangannya memegang tanganku yang berada diperutnya.

"Ada apa, kenapa kamu belum tidur hm?" Tanyanya menoleh kearahku.

Aku meletakkan wajahku dibahunya sambil mengendus celukkan lehernya "Aku belum ngantuk" jawabku singkat sambil mengecup leher jenjangnya.

"Ehmm" dia mencoba menahan desahan dari mulutnya "Jun, na--nti tan--te Rena me--lihat ki--ta" peringatnya dengan terbata-bata karena menahan desahannya akibat ulahku.

Tapi aku tidak memperdulikannya, aku malah menggigit kecil meninggalkan kissmark di leher jenjang itu.

"Sshhh... Juna" Satu desahan lolos dari mulutnya. Membuat aku semakin bergairah dan bersemangat. Tanganku mulai naik menelusup kebalik piyama tidurnya. Piyama yang berkancing itu kubuka satu persatu.

"Jun--gimana kalau nanti tante Rena melihat kita?" Matanya yang telah menggelap ditutupi gairah menatapku khawatir.

"Tidak sayang, jika kau tidak mengeluarkan suara eranganmu kencang" Bisikku membalikkan tubuhnya kearahku dan kaki kananku menutup pintu lemari es. Aku mendorong tubuh Kissanda hingga terbentur meja marmer tempat memasak.

Aku meraup wajahnya dan melumat dengan rakus bibir penuh itu. Setidaknya ini akan mengalihkan pikiranku dari Imel yang seharusnya itu tidak boleh terjadi.

Aku meremas kuat dada berukuran sedang milik Kissanda, dan kurasa ukuran milik Imel lebih besar dari ini.

'Oh, sialan! Apa Yang baru kupikirkan?!'

Dengan rasa yang bergejolak dibenakku, aku menyelusupkan tanganku kedalam celana piyama Kissanda dan memainkan jariku disana.

"Osh-- Juna...ah..." Desahnya memejamkan matanya menjambak rambutku

"Pelankan suaramu sayang" Kataku sambil menciumi tengkuknya

"A--ku su--sssdah ti--"

Aku merasakan tubuh Kissanda menegang. Menyadari itu, aku mengangkat wajahku untuk melihatnya. Matanya melotot dan mulutnya berlahan terbuka kaku

"Imel--?"

Aku langsung mengikuti arah pandangannya. Mendapati Imel tengah menatap kami dengan tatapan horor diantara cahaya remang-remang, berdiri di dekat meja makan.

Aku langsung buang muka. Dan dia berlari meninggalkan kami.

"Imel--" panggil Kissanda mengejar Imel menaiki tangga setelah memberesi posisi piyamanya,

Aku akui, aku salah. Dan aku bukan orang munafik. Aku salah satu orang yang selalu kalah dalam mengendalikan Nafsu!

######


Imel POV's

Aku mencoba menetralkan emosi yang sudah meluap di benakku. Dadaku naik turun, mataku sudah terasa panas dan berair. Entah mengapa? Jika sudah emosi seperti ini, mau bicarapun aku malah mau menangis. Oh --air mata sialan ini.

Aku melirik horor kearah Kissanda yang memasuki kamar Arjuna dengan tergopo-gopo dengan raut kecemasan tergambar jelas disana.

Aku membuang muka. Aku sungguh merasa jijik dengan wanita ini, dan seharusnya begitu juga dengan pria brengsek itu. Aku berusaha untuk menutupi hubungan sialan mereka, dan mereka dengan gamblangnya mempertontonkan aksi percintaan yang kemungkinan dapat di saksikan Mamaku. Apa mereka berniat membunuh Mamaku dengan mati berdiri melihat ulah mereka?!

"Mel--" Suara lirih itu terdengar takut dan menyesal. Dia berjongkok didepanku lalu menggenggam tanganku yang berada dipangkuanku. Dingin. Itu yang kurasakan dari genggamannya "aku minta maaf. Sungguh--kami salah, ini diluar kendali. Aku--"

"Ini bukan kali pertama aku melihat kalian" Kataku serius menatap tepat di manic mata miliknya.

Dia tercengang. Dapat kurasakan dari genggamannya yang mengendor.

"Aku pernah bilangkan, aku memang setuju membantu kalian, tapi bukan berarti aku setuju dengan perzinahan. Dan ini, bukan hanya sekali kalian melanggarnya. Aku memilih diam. Tapi sekarang, tidak. Bisakah kalian menahan sebentar saja nafsu binatang kalian itu?!" Amarahku meningkat tajam.

Air matanya lolos dan melepaskan genggamannya.

"Kalau pun kalian tidak menghargaiku, setidaknya hargai Mamaku, sedikit saja" Air mataku kini ikut lolos "aku merasa orang bodoh yang berusaha sendiri disini. Aku ikutan berdosa, karena ikut andil dalam menutupi kesalahan kalian. Sekarang aku tanya, keuntungan apa yang kudapatkan, heh?"

Dia berdiri "Maafkan aku" lirihnya

"Awalnya aku menganggumimu, tapi aku rasa itu salah. Aku tidak mungkin, menganggumi binatang sepertimu"

"Jaga ucapanmu!" Dia Tersulut emosi

"Keluar dari sini!" Balasku berdiri menghadapnya

"Aku tahu aku salah. Tapi tidak seharusnya kamu bicara seperti itu!"

Aku tak menyahut. Aku memilih pergi melewatinya

"Kau mau kemana?" Dia menarik tanganku "Aku belum selesai bicara!"

"Lepaskan tangan kotormu itu!" Umpatku menarik kasar tanganku "aku tidak mau lagi tidur, dikamar tempat kalian pernah bercinta!" Jawabku dingin tanpa menoleh meninggalkannya.

Aku tidak bisa kembali untuk tidur. Aku memilih untuk turun dan menonton acara TV pagi buta di ruang tamu. Jam menunjukkan pukul 03:35 pagi. Setidaknya sudah ada film kartun favoritku yang di siarkan di salah satu TV swasta.

Aku sempat mendengar perdebatan dari lantai atas. Dan kuyakini itu suara Kissanda dan Arjuna. Apa yang mereka perdebatkan? Apa masalah yang tadi? Entahlah, aku tidak peduli dan memilih kembali fokus pada tontonanku.

Suara decitan pintu terdengar membuat aku sontak menoleh ke sumber suara. Aku melihat mama yang membawa travelbag mini-nya. Apa Mamaku akan pulang? Bukankah kata Mama dia berniat seminggu menginap disini, dan ini baru hari ketiga?

"Mama mau kemana pagi-pagi gini?" Tanyaku berdiri dari dudukku

Mama yang tidak menyadari bahwa aku sedari tadi disitu, tampak sedikit terkejut "Astaga--kau menganggetkanku Mel" seru Mama berjalan kearahku "Papamu menelepon, bahwa dia sekarang pulang. Dan kurang lebih jam 7 pesawatnya akan tiba. Mama harus bersiap-bersiap untuk menjemputnya" jelas Mama

Aku melirik jam. Tidak terasa Jarumnya sudah menunjukkan pukul 05:27.

"Tapi Ma, ini masih belum terlalu terang"

"Mama sudah menyuruh Pak Wawan menjemput Mama" Lalu suara klekson berbunyi di halaman rumah "tuhkan-- panjang umur. Mama pulang ya sayang" Mama mencium keningku.

Aku hanya tersenyum mengangguk.

"Mama tidak melihat Kissanda dikamar"

Oh--berarti benar. Dia di atas, mungkin sedang tidur bersama dengan Arjuna. Percuma aku mengingatkan mereka, mereka sama sekali tidak menggubris perkataanku.

"Dia tidur denganku semalam Ma, diatas. Sedangkan Juna, dikamar yang sebelah" Jawabku asal.

"Baiklah, kalau begitu kamu saja yang menyampaikan salam Mama yah. Mama benar buruh-buruh" Pesan Mama berjalan bersamaku ke pintu utama.

"Baik-baik disini. Jadilah istri yang baik untuk Arjuna ya sayang" Pesan Mama lagi mencium Pelipisku.

Aku hanya tersenyum sambil melambai saat Mama sudah memasuki mobil dan meluncur pergi.

"Aku ingin ikut pulang bersama denganmu, Ma" Ucapku lirih memeluk daun pintu dengan air mata yang gak ada bosannya mengalir dipipiku "seandainya papa tidak sekasar itu, aku ingin ikut denganmu Ma, Aku mau pulang Ma" tangisku menatap jalanan diluar pagar.

Namun langkah kaki dibelakangku membuat aku terkesiap menghapus air mataku. Arjuna berjalan melewatiku begitu saja sambil memakai jacket kulit hitam miliknya. Dia berlari kecil ke mobil yang terparkir di depan rumah dan melesat pergi, tanpa menghiraukanku.

Apa dia marah karena aku merusak moment percintaannya dengan Kissanda?
Dan mereka jadi bertengkar karena aku? Apapun itu, ini bukan salahku!

#####

Saat aku terbangun dari tidurku aku tidak mendapati sosok Arjuna maupun Kissanda dirumah. Bahkan sekarang menunjukkan pukul 10 malam lewat, mereka tidak kunjung memberi tanda-tanda ataupun kabar kepulangan.

Apa mereka bertengkar lalu enggan untuk pulang? Mereka akan membiarkan aku tidur sendirian di rumah ini? Oh Gosh! Aku--takut.

Aku meraih hp-ku dari meja untuk menghubungi Naomi. Aku masih duduk mencoba menikmati film dari kaset drama Korea yang sebenarnya telah sering aku tonton.

"Hallo--Tumben nelfon aku tengah malam?" Sahutan dari sebrang

"Bisakah kau datang kerumah sekarang?"

"Apa?! Kau gila, menyuruhku datang kerumahmu malam-malam gini?"

"Astaga Naom,aku gak bisa tidur sendirian?"

"Loh--suamimu kemana? Kissanda, dan bukan Tante Rena menginap dirumahmu?"

Aku memutar bola mataku malas sambil menyandarkan tubuhku pada sandaran sofa "Mama sudah pulang tadi pagi, papaku sudah pulang. Dan Arjuna maupun Kissanda aku tidak tahu mereka kemana. Mungkin mereka sedang menyari tempat untuk bercinta agar tidak terganggu olehku lagi"

"Maksudmu?"

"Semalam aku mendapati mereka melakukan tindakan maksiat itu. Lalu sebelum Arjuna meninggalkan rumah, dia tampak emosi"

"Kau serius? Aku tidak menyangka, seorang Arjuna yang pendiam itu ternyata mempunyai kelakuan gila seperti itu"

"Entahlah, aku saja bingung. Entah dari bagian mana yang membuatku jatuh cinta padanya. Padahal jelas, dia bukan pria yang baik" Keluhku sendiri.

Andai ada obat penghilang rasa cinta berikut dengan bekas-bekasnya, aku ingin membelinya. Sungguh, aku tidak tahu kenapa hati sialan ini tidak mau berhenti mencintainya. Padahal jelas dia menyakitiku.

Mungkin ada orang yang diluar sana yang mengatakan aku bodoh, aku pun merasa seperti itu. Tapi jika sudah membahas tentang hati dan perasaan. Siapapun itu, sepintar apapun dia, bahkan sehebat atau setinggi apapun jabatannya, kupastikan dia akan kalah.

"Mel--kau masih disana?"

"Heh?" Aku tersadar "ehm--aku masih disini. Sekarang, kau mau atau tidak datang menemaniku?"

"Tapi besok aku ada penerbangan ke Medan, Mel. Gimana kalau kamu ikut?"

"Ke Medan? Dengan siapa? Dalam rangka apa?"

"Aku bersama Bastian dan anak yang lainnya. Rencana mau naik gunung Sibayak. Kau mau ikut gak? Biar aku ngabarin Ian untuk mesanin tiketmu, besok kita berangkat pagi"

"Boleh juga. Setidaknya ini kali pertama aku pergi keluar dari pulau Batam ini. Apalagi naik gunung, wow--ini pasti menyenangkan"

"Kalau gitu sekalian aku bawa barang-barangku kerumahmu. Siapin juga barang yang akan kau bawa besok. Aku gerak sekarang juga" pesan Naomi terakhir kali sebelum menutup sambungan telfonnya.

Eh--kok Bastian? Reynold kemana? Hm---nanti akan kutanyakan. Ada yang tidak beres disini.

Aku langsung bangkit dari dudukku tapi tidak mematikan televisi. Setidaknya, rumah menjadi tidak terlalu sunyi. Aku menyiapkan ransel besar merahku dan memasukkan beberapa pasang baju, hey-- aku belum bertanya berapa hari disana? Oh mungkin 2 atau 3 hari. Karena hari Senin kami sudah kembali kuliah untuk semester baru.

Lalu aku menyiapkan peralatan mandi, cemilan dan yang lainnya. Merasa tidak ada yang kurang aku menguncinya dan menghempaskan tubuhku keatas tempat tidur. Mataku meremangi menatap langit-langit kamarku.

Ini kali pertama aku akan pergi jalan-jalan sejauh ini. Tidak perlu lagi takut akan larangan, tidak perlu takut akan hukuman. Ini keuntungan dari pernikahan yang aku jalani sekarang.

Sekarang aku harus berhenti mengeluh. Aku harus tetap bersyukur. Sesakit apapun yang aku terima sekarang, itu semua mempunyai rasa masing-masing. Bukankah setiap pilihan itu membuahkan resikonya sendiri. Ini pilihanku.

Aku tidak bermaksud mengutuki takdirku. Pertanyaannya, kenapa garis hidupku harus bersinggungan dengan orang-orang ini?

"Hahh" Aku menghela nafas "pertemuan ini takdir, namun bertahan didalamnya ini pilihan. Sekalipun nanti berpisah, itu berada ditanganku, kecuali jika itu karena kematian. Aku harus memperjuangkan garis hidup yang ditorehkan padaku. Aku mencintainya, aku istrinya, sudah seharusnya aku mewujudkan ini. Tak perduli-- Aku ingin belajar egois"

Suara bell menyadarkanku. Dengan cepat aku melompat dari tempat tidurku.

#####

Mulai gaje :D
Hola..... baru sempat nulis karena baru pulang camping dari Berastagi.

Jadi kemungkinan aku akan menulis sebagian ceritaku saat camping di part selanjutnya :D hihihi

Foto di atas, foto ku saat camping
Menggambarkan Imel. Cocok kok ! *maksa

Okelah. Sekian dulu.
Jika ada yang kurang atau masukan, kalian boleh memberi koment.
Setidaknya untuk memperbaiki tulisanku yang gaje ini.

Ok lah-- salam manis dari ku.
Buat yang mau berhubungan contact denganku boleh follow instagramku pipit.simatupang

Terimakasih :*

Continue Reading

You'll Also Like

3.2M 24.8K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
15.2K 1.4K 8
Naka memutuskan Tata tepat di hari pelulusan mereka, tanpa mengungkapkan alasan yang sebenarnya, sehingga membuat Tata patah hati dan akhirnya memili...
1.8M 86.8K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
444K 27.3K 32
Angkasa. Dari namanya saja, tempatnya begitu tinggi. Tak mampu tangan ini meraihnya. Walau ke bukit manapun ku daki, tetap dia begitu tinggi tak terj...