"Skypaper"

By pipitsimatupang

219K 6K 124

"Aku mencintainya, sejak pertama kali Tuhan mentakdirkannya untuk bertemu denganku. Tapi apa? Aku serasa la... More

1. Aku imelda
2. Jauh sebelum ini
3. Sekali Seumur Hidup
4. In (not) Dream
5. Semburat tanya dalam amarah
6. "mungkin, karena aku mecintainya"
7. Sky
8. Separuh nafasku
9. Kiss???
10. Pilihan
11. Double date
12. Sahabat jadi cinta?
13. Animals
14. Hollyshit !
15. BFF
16. Nervoes
18. Garis bersinggungan
19. 'Pelampiasan?'
20. katakanlah aku egois
21. "Aku berhenti--!"
22. "...Aku dan amarahku "
23. "...kematian jiwaku"

17 my Mom is Crazy

5.3K 203 3
By pipitsimatupang

Sedikit saja--sedikit lagi untuk bersabar
Kebahagiaan itu akan segera datang menjemput. Jika tidak--anggap lah ini yang dikatakan --takdir--. Sesuatu yang tidak bisa di hindari sekalipun telah berjuang.

__________________



Aku menatap nanar kearah beberapa Lingerie yang terletak pasrah di atas tempat tidurku, pakaian menjijikan yang baru saja di beli Mama untukku. Seharusnya aku bahagia, karena ini kali pertama aku jalan bareng dan berbelanja dengan Mama.

Awalnya sih aku senang, tapi tidak dengan rencana utama Mama, yaitu keinginannya untuk mendengar suara pergulatan aku dan Arjuna malam ini, dengan di awali oleh perintahnya agar aku memakai Lingerie. Sumpah, demi apapun! Bunuh aku sekarang, atau jemput Mamaku agar pergi dari rumah ini saat ini juga. Jika tahu begini, tidak masalah bagiku jika Mama sibuk dengan urusan tokonya, di bandingkan harus sibuk mengurusi pernikahanku.

Dan sialnya, Naomi mengatakan pada Mama bahwa kami belum melakukan 'hal' yang seharusnya telah dilakukan sepasang suami istri, padahal pernikahan kami sudah memasuki bulan pertama.

Mama memakluminya, karena kami adalah pasangan yang dijodohkan. Tidak mungkin secepat itu, apalagi dipihakku sebagai wanita, tapi andai saja pernikahan ini memang benar-pernikahan, aku tidak akan menolak Arjuna sejak malam pertama pernikahan kami. Hahaha. Dan mama tahu aku telah berbohong tentang nasib Lingerie yang diberikan Mami Sandra padaku.

Naomi juga bilang sama Mama, kalau ketidak dekatannya aku dan Arjuna karena kehadiran Kissanda, sepupu yang sangat disayangi Arjuna sebagai kakak dan itu membuat aku cemburu.

Oh, terimakasih Naomi. Kau sahabat yang baik, sekarang Mama memvonis bahwa aku terlalu berlebihan, mengingat cerita hidup Kissanda.

Oh, andai saja--seutuhnya memang benar seperti yang dikatakan Naomi, yaitu hanya sebagai kakak mungkin aku tidak akan sekhawatir ini. Masalahnya ini lebih dari kakak-kakakan.

Bahkan Mama memuji Kissanda terang-terangan didepanku, bahwa dia patut untuk disayangi. Kata Mama dia cantik, smart, lembut, dewasa dan bla-bla. Sesuatu yang membuatku mual di sepanjang perjalanan.

Setelah pulang belanja aku langsung meminta izin pada Mama untuk melakukan ritualku dikamar mandi, sebenarnya hanya menjadi cara alternatif agar mama berhenti mencemari pikiran polos nan suciku. Mungkin ritual dipikiran Mama adalah, Aku akan luluran atau berendam dengan 7 kembang wewangian untuk menggoda Arjuna.

Kenyataannya tidak!

Mama bilang dia ingin memasak saja. Tadi disupermarket pun, kami sempat berdebat hendak membeli lauk apa. Aku sudah bilang pada Mama, bahwa Arjuna alergi segala sesuatu yang berbau seefood, tapi Mama bersikeras untuk membeli sotong, katanya hewan air yang satu ini sangat bagus untuk menaikkan hormon lelaki.

UGh! Membayangkannya saja membuat aku menggeliat geli. Dan sebelum aku meninggalkan Mama, sudah aku tegaskan, percuma dia memasaknya. Hanya akan berakhir didalam mulut dan perutku saja. Karena Kissanda juga kuperhatikan tidak pernah memakan seefood dirumah ini, mungkin dia terikut atau mencoba sok sehidup semati dengan ikutan tidak memakan apa yang tidak di makan Arjuna. Berbeda dengan aku, yang adalah Monster Seafood.

Aku sudah mengirim pesan pada Kissanda akan ide memalukan Mamaku ini, dia membalas bahwa semua akan baik-baik saja. Dan mengatakan akan meminta Mamaku agar tidur bersamanya.

Waktu berlalu sangat cepat. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 10:53 malam. Aku benci mengingat ini. Kenapa di saat kita tidak menunggu, waktu itu cepat sekali berputar? Padahal kalau sedang kuliah, jam sialan ini seakan mati dipandanganku.

Aku sekarang sudah membereskan beberapa barang-barangku kedalam kamar Arjuna selagi Mama memasak di dapur, inilah yang kumaksud tadi dengan sebutan ritual.

Aku tersentak saat mendengar ketukan pintu dari luar. Aku segera beranjak meletakan hp-ku di atas nakas dan menyembulkan sedikit kepalaku "Ada apa Ma?"

"Bersiaplah. Mereka sudah pulang"

Aku mengeryit.

"Arjuna dan Kissanda sudah pulang. sekarang berdandanlah secantik mungkin. Gunakan Lingerie yang merah maron malam ini. Mama akan mengawasimu"

Aku hanya menutup mata lalu mengangguk pasrah dan tersenyum menutup pintu.

Aku menggigit kukuku sambil berjalan mondar mandir. Ku tegaskan! Aku masih memakai baju tidur keropiku yang berlengan panjang dan celana panjang malah cenderung kebesaran.

Mataku terbelalak saat kudengar pintu berdecit terbuka memaparkan sesosok pria yang mematikan pompa jantungku secara otomatis. Kancing kemejanya terbuka dua di atas, dasi yang sudah dilonggarkan, lengan bajunya yang di lipat asal kesiku, dan tas serta dasi yang bertengger di tangan kanannya.

Andai saja dia menjadi sosok suami yang sesungguhnya untukku, mungkin tanpa aba-aba atau perintah dari Mama sekalipun aku akan segera menerkam pria hot dan seksi yang ada didepanku ini.

"Apa yang kau lihat?!" Suara bentakan sialan itu melumerkan khayalan gilaku membuat aku berdecak dalam hati, menelan air liurku.

Dia segera masuk kedalam kamar, berjalan melewatiku begitu saja, mencampakkan tas dan jasnya keatas tempat tidur lalu meraih handuknya dan masuk kedalam kamar mandi.

Oh, gosh! Berikan aku kesabaran.

Aku segera memungut tas dan jasnya meletakkan ketempat yang seharusnya. Aku bingung harus berbuat apa, aku butuh air minum untuk menenangkan pikiranku yang mulai terkena cemar oleh Mamaku sendiri.

"Kau gugup?" Suara lembut itu menyapaku sambil sebuah hentakkan lembut di bahuku.

Aku menautkan alisku sambil meneguk air putih dari gelasku "Kenapa harus gugup?" tanyaku kembali setelah selesai minum berbalik kearah Kissanda.

"Kupikir, setiap perempuan akan grogi jika berada dikamar yang sama dengan pria yang--"

"Dicintainya?" Potongku cepat.

Dia tersenyum. Lebih tepatnya tersenyum paksa sambil menghela nafasnya, membuang pandangan dariku.

Aku tersenyum sambil mendengus "Aku tidak bersungguh-sungguh dengan ucapanku itu. Hanya saja saat itu aku emosi. Aku berdebat dengan Naomi, dan Sky tidak ada menghubungiku sampai sekarang. Itu hanya perkataan yang kukeluarkan secara asal untuk menuntaskan amarahku" bohongku. karena pada kenyataannya aku memang mencintai Arjuna jauh sebelum ini.

Dia menatapku dengan pandangan berbinar. Aku merasa ada kelegaan yang terpancar disana "Sky tidak menghubungimu?"

Aku mengangguk sambil menghela nafas berat "Aku tidak merasa ada kesalahan padanya. Tapi dia tidak menghubungiku dan malah menghubungi Naomi. dan dia bukannya ke Ba--"

"Kamu masih disini Mel?" Suara Mama menginterupsi perbincangan kami. Menbuat aku jengah, melirik kebalik punggung Kissanda

"Aku nervoes Mom" Seruku. Seraya Kissanda berbalik mengikuti arah pandangku "aku hanya ingin bertukar pikiran pada Kissanda" tukasku kesal.

"Kamu kalau bertukar pikiran masalah 'itu' jangan sama Kissanda. Tahu apa dia? Pacar aja gak punya" Balas mama membuat aku terbungkam melirik ekspresi wajah Kissanda

Dia tampak tenang dan tersenyum. Dia sangat terlihat seperti perempuan polos yang baik hati. Tidak ada yang bisa menyangka bahwa apa yang telah dilakukan perempuan ini.

'Dia lebih berpengalaman dari yang kau pikirkan Ma, bahkan saat Arjuna masih SMP. Wanita ini yang merusaknya'

"Ehm--gak apa-apa dong Ma. Hanya untuk mengalihkan kegugupanku. Lagian Arjuna masih mandi" sanggahku.

"Ya udah sana. Kamu pikir dia akan melakukan perawatan malam-malam gini"

Aku memutar bola mataku "it's okey" kataku pasrah memegang lembut tangan Kissanda seraya pergi melewatinya.

"Berikan mama cucu sayang" Antusias Mama mengecup keningku. Aku hanya tersenyum lalu berlalu.

Dengan hati-hati aku memasuki kamar Arjuna dan mengunci pintu berlahan. Membiarkan kunci tetap di tempatnya agar tidak ada celah buat Mama untuk melakukan aksi pengintipannya.

Sebelum aku berjalan ke sofa yang tersedia dikamar ini, aku melirik siluet tubuh yang tengah tertidur dibalik selimut menutupi tubuhnya hingga pinggang dan memunggungi arahku.

Aku membaringkan tubuhku di sofa. Aku menatap langit-langit, berharap Mama terlelap dan mengurungkan niatnya yang untuk mengawasi kami malam ini.

"Apa yang kau lakukan disitu?" Oh Suara itu terasa menenangkanku, walau terdengar dingin. Aku memejamkan mataku larut dengan khayalan gilaku "apa kau tuli?!" Bentakan itu menbuat mata indahku terbuka tak percaya.

Oh astaga! Bukankah dia sudah tidur?

Aku menegakkan tubuhku untuk memastikannya. Kini dia tengah duduk bersandar di kepala tempat tidurnya.

Semua kekagumanku mendadak musnah bagai sulap berganti dengan tatapan kesalku "Apa Kissanda tidak menyampaikan padamu?"

"Sudah. Tapi apa yang kau lakukan disitu?"

Aku menautkan alisku "Berenang" jawabku malas.

"Sekarang kau berjalan ke jendela dan meluncur bebaslah dari situ jika kau memang berniat untuk berenang." Karena memang kolam berenang berada tepat dibawah jendela ini, yang juga berseberangan dari kamarku.

Aku berdecak geram sambil menggertakkan gigiku.

"Naik ketempat tidur sekarang! Itu akan mempermudah sandiwara kita, jika Mamamu bersungguh-sungguh dengan ide gilanya. Kau tenang saja, tidur diranjang yang sama tidak akan membuatmu hamil dalam semalam" Ucapnya dengan nada menyindir.

Aku hanya mengumpat tak menghiraukannya "Sialan! Kupikir dia menyuruhku naik ketempat tidur karena memang peduli. Ternyata untuk memperlancar sandiwara sialan ini. Pria brengsek!" Kataku pada diriku sendiri.

"Berhenti mengumpatku dan tidurlah disini!" Perintahnya seakan tak terbantahkan, lalu membaringkan tubuhnya kembali.

Dengan segala keterpaksaan aku bangkit dan menyeret langkahku ketempat tidur. Dengan ragu aku membaringkan tubuhku, menumpuhkan kepalaku keatas bantal yang empuk. Berkali aku mencoba menahan kantukku yang menyerang, karena memang seharian ini aku cukup lelah berbelanja dengan Mama dan menata barang milikku kekamar ini. Dan berlahan aku menyerah pada kantukku untuk menjemputku ke alam mimpi indahku.

####

Author POV's

Berkali Arjuna mengguncang tubuh Imel namun tetap saja tidak mendapat respon yang pasti, hanya gumanan-gumanan yang keluar dari mulut kecil itu. Dia berdecak kesal, bingung harus diapakan perempuan itu agar bangun dari tidur cantiknya? Cantik? Cantik darimana? Jelas cara tidurnya jelek sekali, hingga membuatnya terjaga dan menyadari ada pesan dari Kissanda bahwa Mama mertuanya sedang menuju kekamarnya.

Arjuna mendengar derap langkah dari luar, tanpa berfikir panjang dia langsung menjepit hidung kecil milik Imel kuat, hal itu sontak membuat Imel mengangkat tangannya seakan dia tengah tenggelam di dalam air, dan mencakar wajah Arjuna tanpa sengaja.

Arjuna langsung melepaskan jepitan dari hidung Imel dan memegang cakaran tepat didekat hidung dibawah matanya "Apa yang kau lakukan wanita bodoh!" Bentaknya meringis kesakitan.

Imel yang mendapati kesadarannya langsung terduduk sambil memegang hidung yang sakit dan berdenyut akibat jepitan Arjuna, dan di yakininya sudah pasti memerah.

"Harusnya, aku yang bertanya! apa udah kau lakukan sialan!? Kau menyakitiku, ini pasti sangat merah" Decaknya sambil mengelus idung mungilnya, cemberut memandang Arjuna.

Arjuna tersadar jika Rena telah berada dibalik pintu "Mamamu didepan" bisiknya dengan suara pelan

Imel membulatkan matanya seakan bertanya 'sungguh' dan mendapati anggukan dari Arjuna. Imel memberikan kode apa yang harus dia lakukan.

Arjuna terdiam sejenak tanpa berfikir "Mendesahlah" bisiknya.

Membuat Imel lagi-lagi harus membulatkan matanya. Dia memasang wajah jijik atas saran Arjuna dan dia langsung menggeleng cepat.

"Cepet, biar Mamamu puas dan pergi bodoh" Katanya masih berbisik

"Berhenti mengataiku bodoh, sialan!" Bisiknya lagi namun dengan geraman.

"Berhenti mengataiku sialan, perempuan gila!" Masih juga berbisik.

"Kau! Aw--" Jerit Imel, karena mendapatkan satu cubitan dilengannya dari Arjuna "sakit bodoh!" Ringisnya menggosok-gosok lengannya "ini pasti akan berbekas" dia tidak berbisik lagi.

Arjuna tersenyum jahil

"Kenapa kau malah tersenyum" kesal Imel melupakan Rena yang sedari tadi menenggerkan telinga di balik pintu.

"Aku menyukai ekspresimu" Perkataan Arjuna sukses membuat Imel tersipu dan langsung menghadiahinya cubitan juga.

"Aw--sakit banget!" Ringis Arjuna "kau gila, tadi aku melakukannya tidak sekencang ini"

"Aku yang merasakannya"

"Kau hanya merasakan, yang mengeluarkan tenagakan aku. Dan aku yakin tenagaku tidak seberapa"

"Tenaga apa? jepitanmu sangat kencang!"

"Jepitanmu yang lebih kencang"

"Jepitanmu!"

"Jepitanmu yang terasa banget, ini pasti akan lecet"

"Kau lecet, punyaku berbekas" Pernyataan yang keluar dari mulutnya sendiri membuat Imel terbungkam. Pikirannya berputar, siapapun yang mendengar perdebatan mereka pasti akan berfikir negatif.

Mereka mendengar derap langkah yang menjauh "Apa Mama sudah pergi?" Kini Imel kembali berbisik.

Arjuna mengangkat bahunya "Entahlah. Lihat saja sendiri. Dan kusarankan sambil mendesah agar menyakinkan jika dia masih disekitaran sini"

Imel menaikkan sudut bibirnya, tapi dia berfikir tidak ada salahnya juga. Dia berdiri berjalan menuju pintu sambil mengeluarkan suara desahan yang membuat bulu kuduknya sendiripun naik mendengarnya.

"Ah--ah--ah....." Dia mengeluarkan suara se-erotis mungkin memegang knop pintu dan mangambil kunci, menunduk sedikit mengintip dari celah tersebut "ah--ah..ah" desahnya terus sambil melirik apa saja yang ada diluar, tapi dia mendapati sosok Mamanya yang sudah berjalan menuruni tangga. Dia menegakkan tubuhnya "akh........" desahnya panjang tanda lega.

Namun dia menyadari ada sosok mata yang sedang memperhatikannya, dengan cepat dia memalingkan wajahnya melihat orang itu "Apa lihat-lihat? Senyum-senyum lagi?" Ketusnya.

Arjuna memang tampak tengah menahan tawanya "Kau tidak lihat ekspresi wajahmu tadi saat mendesah? Seakan kau menikmatinya" Dia terkekeh .

"Kenapa? Kau tergoda?" Tantang Imel menyilangkan tangannya didepan dada "Suaraku terdengar seksi..hm? Seakan sudah sangat berpengalaman untuk memuaskanmu?" Imel berjalan mendekati ranjang.

Arjuna yang tadinya tengah terkekeh mendadak mengubah ekspresi wajahnya. Sekarang malah terlihat serius, lalu menarik tangan Imel agar lebih mendekat dengannya. Dia mengunci tepat dimanic mata milik Imel, seakan masuk menelusuri dirinya kedalam.

Sudah dapat dipastikan bahwa sekarang Imel bukan hanya mencoba menutupi kegugupannya, tetapi juga tengah berperang menghentikan pacuan cepat detak jangtungnya, dan darahnya yang mendadak terasa beku.

Arjuna mendekatkan wajahnya, nafasnya terasa berat menerpa wajah Imel. Imel bingung harus berbuat apa, menelan air liurnya pun seakan menelan segerombol jarum, dan seketika waktu pun terasa berhenti saat dia mendengar bisikan nakal itu di telinganya--


##%##%%

Lah-lah
Di potong yah
Ternyata perkataanku yang mengatakan akan lama update tidak terjadi.
Karena kenyataannya aku telah di hinggapi malaikat inspirasi

Hahaha
Mainstream banget yah
Tapi gpp lah, tetap di tunggu nya

Salam manis dari pipit :*

Continue Reading

You'll Also Like

ALVASKA By Ay

Teen Fiction

31.5M 2.2M 49
Β©2021
26.9M 3M 67
Dijodohin sama ketua geng motor ?! *** ⚠️JADILAH PEMBACA YANG BIJAK, VISUAL DISINI HANYA UNTUK MENGHIDUPKAN TOKOH, JANGAN SANGKUT PAUTKAN SAMA KEHIDU...
63.1M 3.2M 61
[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA MEMBACA.] Ini tentang Antares Sebastian Aldevaro si Iblis pencabut nyawa berwujud dewa dalam mito...
6.7M 625K 67
[Sudah terbit & Part masih lengkap] ARFAN itu singkatan [Arka Fanya] 🎧🎧 Arka zaidan adhinata, adalah siswa baru pindahan dari USA. Ia mempunyai bak...