"Skypaper"

بواسطة pipitsimatupang

219K 5.9K 124

"Aku mencintainya, sejak pertama kali Tuhan mentakdirkannya untuk bertemu denganku. Tapi apa? Aku serasa la... المزيد

1. Aku imelda
2. Jauh sebelum ini
3. Sekali Seumur Hidup
4. In (not) Dream
5. Semburat tanya dalam amarah
6. "mungkin, karena aku mecintainya"
7. Sky
8. Separuh nafasku
9. Kiss???
10. Pilihan
11. Double date
12. Sahabat jadi cinta?
13. Animals
15. BFF
16. Nervoes
17 my Mom is Crazy
18. Garis bersinggungan
19. 'Pelampiasan?'
20. katakanlah aku egois
21. "Aku berhenti--!"
22. "...Aku dan amarahku "
23. "...kematian jiwaku"

14. Hollyshit !

6.5K 220 2
بواسطة pipitsimatupang

Akan banyak narasi disini, dan juga percakapan Arjuna dengan Kissanda
WARNING 18+

Thanks

-------------------

Arjuna POV's


Double date ?

It's Hollyshit !

Kencan pertamaku dengan Kissanda tidak berjalan sesuai rencana karena kehadiran pasangan yang menyebalkan ini. Aku sudah sangat lama tidak berkencan dengan Kissanda atau lebih tepatnya dulu cuma sekali, saat aku masih memakai seragam putih biru dan Kissanda putih abu-abu. Namun dihari itu juga hubunganku yang tak wajar dimata orang lain tercium oleh Mamaku.

Dan saat aku ingin merajut untuk mengembalikan kenangan kami yang sejak lama hilang, saat itu juga pasangan gila ini muncul merusaknya.

Wajah panik gadis itu tampak jelas, apa dia sengaja atau tidak sengaja jatuh di tubuh Kissanda. Aku tidak tahu pasti.

Aku bisa melihat rasa kesal dimata Imel pada pria yang ada didekatnya -Sky- setahu ku itu namanya jika belum diganti dari terakhir kami bertemu.

Kissanda menawarkan double date. It's crazy! Tapi aku paling tidak bisa menolak keinginan Kissanda, aku memilih untuk diam tidak memberi reaksi penolakan ataupun menerimanya, lebih memilih untuk mengikuti saja.

Entah apa yang membuat darahku mendidih, saat mereka berjalan mendahului kami, aku melihat Sky merangkul posesif tubuh Imel. Oh, menjijikan!

Saat memutuskan untuk menonton bersama, aku sempat melihat Imel bergelut manja tidur dilengan Sky, dan Sky mengelus rambutnya. Mesra.

Apa ini yang dikatakan sahabat ?

Persetan sahabat.
Bohong jika ada yang bilang persahabatan lawan jenis itu tidak akan mengundang perasaan lebih didalamnya.

Karena pada kenyataannya semua berakhir pada satu kata "Cinta".

Jikapun mereka masih terus memilih untuk bersahabat, itu karena mereka tidak menyadari perasaan masing-masing atau lebih memilih menjalani yang sudah ada dan tidak mau menyesali kemungkinan yang akan terjadi kedepan, jika mengungkap perasaan yang sebenarnya.

Bukankah cinta datang karena terbiasa?
Dan sudah pasti kebiasaan dengan sahabat yang berlawanan jenis akan menimbulkan perasaan itu. Cinta.

Dan kini, bohong jika mereka mengatakan mereka menganggap satu dengan yang lain hanya sebatas sahabat. Aku yakin ada perasaan lebih di antara keduanya.

Saat film itu selesai, aku menatap kesal Imel yang masih tengah asyik dengan tidurnya, dan tampak enggan jika ada yang mengusik tidur cantiknya.

'Dasar tukang tidur !'

Sky mencoba membangunkannya dengan sedikit bermain.

Aku badmood. Memilih untuk pergi.

Dan lagi,
Kissanda mengajak mereka untuk makan malam bersama. Aku hanya tersenyum, dan mengatakan "Lumayan.." yah aku memang lumayan lapar.

Lagi dan lagi.

Pasangan didepanku ini terus berdebat, saling memuji. Dan tidak bisa kupungkiri sebagian besar perkataan Sky tentang Imel benar adanya. Aku pernah bilang bukan, kalau Imel adalah orang pertama bahkan satu-satunya yang berhasil menaik-turunkan emosiku diwaktu yang bersamaan.

Dan di tengah acara makan kami. Again. Mereka, Pasangan itu membuat secuil adegan dramatis yang mengharu biru. Seperti perkataan wanita yang kucintai -Kissanda, bahwa mereka pasangan yang romantis dan cocok. Yah cocok, sama-sama menyebalkan.

Mereka berpamitan, tapi tidak untuk pulang. Hingga tengah malam, Imel tak kunjung pulang kerumah juga. Aku tidak bisa tidur. Entah kenapa, mataku terus melirik jam dinding di kamarku.
Sudah jam 12:45 dan Imel tak kunjung pulang juga.

Harusnya aku tidak perduli.
Tapi aku perduli.

Aku sedikit khawatir. Hanya sedikit. Okey, aku rasa aku patut untuk khawatir. Pertama, dia menyandang status istriku saat ini. Kedua, dia tinggal dirumahku sudah pasti menjadi tanggung jawabku, dan ketiga, aku sudah berjanji pada Mamanya untuk menjaganya.

Oh, gadis ini. Apa dia merasa terkejut setelah keluar dari rumah dan kekangan Papanya? Seperti anak kucing yang lepas dari kandang, hingga tak ingat pulang?

Aku terduduk dengan kesal di tepi ranjangku. Aku keluar dari kamarku menuruni anak tangga berjalan kedapur untuk meminum seteguk air dingin, setidaknya untuk mendingin darahku yang mendidih.

Lalu aku tersentak mendengar pintu rumah, seperti ada yang mendobraknya, dan aku yakin siapa yang telah melakukannya.

Dengan keras aku meletakkan gelasku keatas nakas yang beralaskan keramik, lalu berjalan ke pintu rumah. Dengan emosi memuncak dibenakku, aku menyiapkan prakata yang akan aku semprot pada orang yang berada dibalik pintu ini. Aku membuka lebar pintu.

Dan, oh astaga. Aku mendapati wajah mengenaskan seorang Imelda, untuk pertama kalinya. Wajahnya penuh bulir airmata, bahkan matanya sudah bengkak dan memerah.

Semua kosa kata yang aku persiapkan tadinya hilang mendadak, saat kurasakan dia menubruk tubuhku dan mendekapku erat. Dia menangis sejadi-jadinya. Tentu saja aku mendadak tegang dengan serangan ini, aku kaget dan mengeram. Berani-beraninya dia.

"Kau boleh marah, boleh memaki ku. Tapi bisakah kau simpan? Jika ingin memarahiku nanti saja atau besok. Aku hanya ingin menangis sekarang!"

Suaranya yang parau namun aku masih bisa jelas mendengarnya, membuat tubuhku terkesiap dan mengurungkan niatku. Sebenarnya aku ingin menanyakan, hasil karya siapa yang menyebabkan dia berakhir mengenaskan seperti ini. Tapi, tidak. Dia sekarang hanya butuh sandaran, tempat untuk menuntaskan tangisannya.

Aku memilih untuk membalas pelukannya dan mengusap lembut rambutnya. Mengabaikan buliran airmatanya yang membasahi bajuku tepat didepan dadaku. Aku mendengar nafas teratur darinya,aku rasa dia mulai terlelap. Lalu dengan langkah berlahan aku menutup pintu rumah dan menuntunnya untuk masuk kekamarnya.

Anggap saja aku sedang baik, dan hatiku tengah dipenuhi malaikat dari Surgawi, hingga aku bisa memperlakukan dia selembut ini.

"Bisakah kau disini untuk malam ini saja?"

Suaranya menghentikan langkahku saat aku hendak keluar dari kamarnya. Aku berbalik menatapnya dalam diam. Melihat wajah sendunya. Untuk kesekian kalinya, aku memilih untuk mengikuti permintaannya. Oh, aku sungguh benar-benar penasaran. Siapa yang membuat Imel seperti ini?

Sky ?Apa mungkin ?

Entah malaikat apa yang merasukiku saat ini? Mungkin saja malaikat Iba. Apa ada ? Hah--mungkin sajakan?

Menjelang subuh, aku terbangun. Aku tertidur dengan posisi tubuh duduk dilantai dan kepalaku aku letakkan ditempat tidur berhadapan tepat didepan wajah milik gadis menyebalkan itu. Aku memandangnya dekat, sangat dekat. Wajah polosnya, sekilas Aku tersenyum mengelus kepalanya.

Namun lampu peringatan muncul di kepalaku.

Kissanda

Langsung saja Aku beranjak dari posisiku dan kembali kekamar ku. Nihil, aku tidak bisa kembali mengunjungi alam bawah sadarku. Aku memilih untuk berenang saja, dengan memakai boxer tanpa memakai baju aku keluar menuju kolam renang. Sudah jam 6, tidak terlalu dingin.

"Tumben. Kenapa kamu berenang sepagi ini?"

Suara wanita yan sangatku cintai -Kissanda-

Aku mengangkat kepalaku keluar dari air untuk melihatnya yang tengah duduk di tepi kolam, dengan kaki masuk kedalam air dan tangannya memegang segelas minuman hangat terlihat dari asap yang mengepul dari dalam gelasnya.

Sejak kapan dia disitu? Kenapa aku tidak menyadarinya?

Aku tersenyum "Aku sedang malas untuk lari pagi. Dan berenang pada pagi hari aku pikir lebih sehat"

Dia tersenyum. Manis.

"Apa Imel sudah pulang ?"

"Sudah" jawabku berenang mendekatinya lalu mengangkat tubuhku keluar dari air, duduk disampingnya "Untukku mana?" Tanyaku melirik minumannya

"Apa? Aku pikir kamu tidak suka kopi"

"Dan sekarang aku suka. Apapun yang dihasilkan tanganmu" Godaku mengambil alih gelas dari tangannya.

"Hey... itu punyaku" dia cemberut "itu bekasku. kalau kamu mau, aku bisa membuatkannya lagi, Sayang"

Aku segera menyesap kopi buatannya "Tidak. Aku mau yang ini saja, ini serasa lebih manis. Mungkin karena ini bekas bibir manismu" kataku mengerlingkan mataku.

Dia terkekeh. "Sejak kapan kamu jadi pintar menggoda gini Jun?"

"Entahlah. Yang kutahu aku seperti ini hanya denganmu saja, sayang" kataku mendekatkan wajahku padanya, dan mengecup singkat sudut bibirnya.

"Jun..." kesalnya.

Aku kembali menyesap minumanku "Yah sayang? Kau mau minta lebih?"

Dia langsung mencubit perutku, aku langsung meringis sambil tertawa bersamanya.

"Kenapa kamu jadi mesum gini sih?"

Aku tertawa renyah melihat wajah merahnya lalu meletakkan gelas itu di pangkuannya "Aku tidak tahu" aku berdiri, lalu membungkuk menatap wajahnya dengan senyum menggoda

"Apa Juna ?" Kesalnya. Ingin marah, tapi suaranya tidak bisa mengekspresikannya. Dia wanitaku yang selalu bersikap lembut.

"Tidak. Aku seperti ini juga hasil pengajaranmu" jawabku singkat mencuri ciuman dibibirnya singkat lalu berlari meninggalkannya.

"Juna....." teriaknya.

Aku tertawa berlari memasuki rumah dan menaiki tangga.

Dan Dugh ! Aku tidak sengaja menabrak tubuh gadis yang tampak masih sempoyongan. Dengan sigap aku memegang erat tubuhnya.

"Kau mau kemana?" Tanyaku, dan Kuyakini tergambar jelas garis-garis lipatan yang dikeningku karena melihat wajah paniknya saat dia menegakkan tubuhnya. Tampaknya kesadarannya telah kembali.

"Sky !" Katanya. Nama itu kembali membuat matanya kembali berkabut "aku harus menemui nya!" Katanya lagi, langsung berlari begitu saja meninggalkanku yang masih terbengong.

Oh benar, Sky. Sky orangnya. Orang yang berhasil membuat Imel tampak kacau semalaman.

Imel langsung berlari mengacuhkanku bahkan panggilan dari Kissanda pun diabaikannya.

Jadi boleh dibilangkan, kalau persepsiku tentang perasaan lebih, yang akan tumbuh dari hubungan persahabatan lawan jenis, benar adanya?!

Lihatlah, Imel tidak menperdulikan dirinya saat ini. Dia panik ingin menemui Sky, tidak melihat dirinya yang tampak kacau keluar dari rumah.
Aku menyesal menemaninya semalaman, jika aku tahu dia menangis hanya untuk seorang Sky.

Untuk kesekian kalinya, dia tidak masuk kuliah. Dan kali ini karena seorang yang dikatakannya sahabat. Oh, lihatlah. Tanpa disadarinya cinta itu bersemi diantara mereka, dan aku yakini ini bukan hanya sepihak saja.

Aku sebenarnya ingin memarahinya, karena bagaimana pun keluarganya telah mempercayainya padaku. Walau kenyataannya aku tidak bisa memenuhi seutuhnya dari semula. Tapi Kissanda membujukku, dan hanya dengan tatapannya saja sudah membuatku luluh.

Siang ini aku dan Kissanda janjian untuk makan siang. Aku merentangkan tanganku untuk menyambutnya, dia langsung menghambur dalam pelukanku, kukecup keningnya lalu membukakan pintu mobil untuknya. Aku selalu berusaha membuat dia merasa berharga. Kesulitan yang dialaminya kurasa sudah cukup. Aku ingin dia melupakan luka itu, dan mengukir kebahagiaannya denganku sekalipun ini salah. Aku tahu. Tapi aku memilih pura-pura tidak tahu. Karena, aku paling sungguh tidak bisa melihat mata itu menjadi kosong, melihat wajah cantiknya menjadi muram. Ketenangannya, kelembutannya, kedewasaannya membuat aku sungguh tidak ingin melepaskannya.

"Jun--Kau melamun ?" Akh... suara lembut itu membuat aku tersadar.

Aku tersentak lalu tanganku beralih meraih tangannya berada di pangkuannya.

"Jangan melamun jika sedang menyetir. Apa kamu ada masalah?"

"Tidak" senyumku "kita makan dimana ?"

"Terserah sih, aku belum merencanakannya tadi. Menurutmu?"

Aku berfikir sejenak. Aku juga blank. Lalu aku membawa dia ke sebuah mall saja.

"Kita pesan satu dibungkus yah" pinta Kissanda saat kami selesai makan

"Untuk siapa ?"

"Imel" dia selalu memikirkan gadis itu. Wajar saja, gadis itu sangat membantu hubungan kami. Tapi aku tahu, bahwa dalam hati Kissanda dia sungguh mulai menyanyangi sosok Imel sebagai adik, mengingat dia sebatang kara sekarang "dia belum makan nasi dari pagi. Tadi aku hanya memberi dia sepotong roti saja"

"Tadi?" Aku melihat penuh tanya, bukankah Kissanda tadi di boutique? Dan Imel?

"Aku mengajak ke boutique" aku menatapnya heran "aku mengajarinya sedikit cara menjahit. Aku takut dia keasyikan, terus lupa makan. Kita pesan yah" senyumnya mengangkat tangan memanggil waiters dan menesankan makanan untuk Imel.

Lalu kami kembali ke boutique. Nihil. kami tidak mendapati seorangpun di dalam ruangan itu. Lalu Kissanda buru-buru keluar menanyakan pada pegawainya ternyata Imel pergi dengan seorang teman perempuannya. Sudah pasti itu Naomi. Siapa lagi?

Aku berjalan kearah mesin jahit yang bertengger di sudut ruangan dekat jendela. Aku meraih beberapa helai potongan kain yang yang telah disatukan, sepertinya ini kain jahitan Imel. Aku tidak begitu tahu jahitan yang bagus bagaimana, tapi kesan pertamaku melihat jahitannya. Rapi.

"Apa kamu akan pergi ke kantor sekarang ?" Suara Kissanda membuatku melihat kearah pintu.

"Kenapa sayang ?" Karena memang setiap usai makan siang, aku akan pergi ke kantor milik keluargaku untuk bekerja paruh waktu disana sebagai calon pewaris, seusai pulang kuliah.

"Enggak. Aku tidak bisa menemanimu. Tamuku banyak" Seperti ada penyesalan di wajahnya.

Aku tersenyum meletakan kain itu pada tempatnya dan berjalan mendekatinya yang berdiri di kayu pintu. Kurengkuh wajah indahnya, kutatap sejenak "Aku akan kekantor kok. Sampai jumpa dirumah yah sayang" kataku lembut mencium keningny.

"Hati-hati. Jangan melamun" aku tersenyum. Wajah peringatan itu sungguh menggemaskan, berjalan bersamaku

"Tidak perlu mengantarkanku kedepan sayang. Aku pergi" Pamitku


######



Untuk kedua kalinya, hingga tengah malam menjemput Imel tak kunjung pulang. Dan ini membuat Kissanda khawatir mengingat dengan siapa Imel pergi? Sedangkan Sky sudah tidak berada di Batam.

"Hallo, Naomi ?" Entah darimana akhirnya Kissanda mendapatkan nomor handphone sahabatnya Imel.

"Apa kamu tahu Imel dimana? Eh, ini aku Kissanda"

"Tadi sore denganmu. Tapi kok belum nyampek rumah yah? Ehm..mungkin saja dia sedang berada diperjalanan. Maaf yah tengah malam mengganggu istirahatmu. Terimakasih" Kissanda menyudahi panggilannya.

Aku melihatnya dengan tanya, diposisi dudukku di sofa ruang tamu sedangkan dia masih berdiri mondar-mandir khawatir.

"Tadi sore dia memang jalan dengan Naomi, tapi mereka sudah pulang sebelum menjelang malam tadi. Dia kemana Jun?" Panik Kissanda duduk didekatku.

Aku mengelus rambutnya sambil tersenyum "Tenanglah. Dia sudah dewasa, aku yakin dia pasti akan baik-baik saja. Jangan berlebihan gitu"

Dia menghela nafas "Entah kenapa, aku merasa senasib dengannya. Kami sama-sama kesepian Jun. Aku takut dia labil jika sendiri" lirihnya dengan satu butiran menetes dipipinya.

"Oh come on, Nda. Jangan menangis" hiburku menghapus airmatanya "mulai sekarang kupastikan kau tidak akan kesepian lagi sayang" janjiku mengecup kedua matanya, hidung, lalu beralih kebibir penuhnya yang menjadi candu untukku.

Awalnya hanya sebuah kecupan, tapi kini berubah menjadi lumatan-lumatan saling menuntut. Desahan suara Kissanda membuat libidoku naik seketika. Dengan cepat aku menerobos pertahanan bibirnya, lidahku melesat masuk mencari lidahnya dan menghisapnya dalam. Lalu aku menuntun Kissanda untuk naik kepangkuanku. Seakan melupakan kekhawatirannya, diapun duduk dipangkuanku.

Kutahan tengkuknya dan tanganku yang lain mulai bergrelya di gundukan miliknya dari luar kaos putih polos yang dipakainya, dan tangannya pun meyisiri rambutku dengan jari-jarinya.

Goyangan pinggulnya membuat aku mengerang frustrasi, karena menghasilkan gesekan pada 'intiku'. Tanpa melepaskan ciuman panas kami, aku mengangkat tubuhnya dengan gaya bridal style. Membawanya kekamar miliknya yang tak jauh dari ruang tamu, kuletakkan tubuhnya keatas tempat tidur secara berlahan dan memposisikan tubuhku diatasnya.

Ciuman kami masih terus berlanjut, laku aku beralih turun mencium lehernya dan menggigit kecil disana. Erangannya yang terdengar 'seksi' menggema diruangan ini. Lalu aku mengendus-ngendus disana naik ke telinganya dan menggigit kecil cupingnya.

"Jun..." desahnya

"Ya sayang?" Tanpa menghentikan aktivitasku. Aku menyelipkan tanganku kebalik punggungnya untuk membuka kait bra-nya. Ketika telah terbuka dengan cepat aku menarik keatas berikut dengan kaosnya.

Gundukan yang tersembul membuatku menelan paksa salivaku, gairahku benar-benar sudah tinggi dan dengan cepat aku membenamkan wajahku diantara aset milik Kissanda.

Kami saling menanggalkan pakaian kami, ciumanku semakin turun kebawah hingga tepat di inti miliknya. Aku merasakan getaran tubuhnya, dia mengerang menjambak rambutku tanda dia telah sampai pada orgasmenya.

Lalu aku kembali keatas tubuhnya untuk kembali membangkitkan gairahnya melakukan foreplay lagi. Lidahku melesat cepat masuk kedalam mulutnya dengan tanganku yang meremas gundukannya lagi. Dan saat gairah kembali dan membalas ciumanku, aku langsung menyatukan tubuh kami. Erangan kami saling bersahut-sahutan menuntut sesuatu yang lebih lagi. Bulir keringat membanjiri tubuh kami, padahal AC hidup diruangan ini namun tidak kami rasakan lagi hingga kami sampai pada kepuasan yang kami inginkan.

Lalu tubuhku kuhempaskan ke sisi kirinya agar tak menimpa tubuhnya. Kukecup singkat keningnya sebelum aku menarik selimut untuk menutupi tubuh kami yang polos hingga sampai ke leher. Lalu kutarik tubuhnya kedalam dekapanku.


###

Aku melihat Kissanda terpaku berdiri di meja makan. Dengan kerutan dikeningku aku mendekatinya dan mendapati Imel yang berjalan ke meja makan membawa dua piring berisikan roti isi dan meletakkannya disana

"Duduklah" katanya, Imel. Berjalan menuju mini bar, lalu kembali lagi ke meja makan membawa sepiring roti isi yang lain "kenapa kalian masih bengong ?" Kesalnya sambil menuangkan teh pada masing-masing gelas. Dia meletakkan tengko lalu beralih menatap kami "apa kalian sudah tahu, aku telah menaruh racun didalam?" Aku dan Kissanda saling menatap.

Mendadak terdengar tawanya menggema dimeja makan, dia menghempaskan pantatnya untuk duduk. Dia mencoba menghentikan tawanya "Just kidding. Ayo makanlah"

Wajar kami terbengong. Ini kali pertama Imel mau memasak. Apa semalam dia mengalami kecelakaan yang membuat kepalanya terbentur dan mengalami amnesia? Jika ia, tidak mungkin dia bisa kembali kerumah ini! Tapi perubahan ini cukup membuat aku dan Kissanda tercengang.

Aku dan Kissanda menggeser kursi kami dan duduk berhadapan dengan Imel yang tengah menggigit rotinya

"Maaf yah, aku cuma bisa buat ini. Lain kali aku akan masak yang lain"

"Harusnya kamu gak perlu repot Mel" ucap Kissanda sungkan.

"Aku tidak repot. Bukankah aku sudah berjanji akan mengubah sikapku, anggap saja ini tahap awal. Sebagian kecil dari janjiku, dan Itupun hanya kalau aku sempat saja kok" jelasnya mengangkat gelasnya dan menyesapnya berlahan.

Aku pun mulai memasukan roti isi itu kemulutku. Lumayanlah.

"Mmm... ini enak banget" puji Kissanda "Semalem kamu dari mana Mel ?"

"Oh, itu aku ada urusan" katanya acuh menghabiskan sarapannya "enak gak Jun ?"

Aku meliriknya sejenak "Apa?" Tentu saja aku kaget. Untuk apa dia menanyakannya padaku, apa itu penting?

"Roti isinya, rasanya gimana?"

Kenapa aku merasa ada kejanggalan dalam senyumannya. Malah terkesan seringai setan.

"Biasa saja!" Ketusku.

Dia tersenyum singkat lalu kembali menyesap tehnya "Jun, boleh gak aku nebeng bareng samamu kekampus?"

Aku yang tengah meminum tehku, tersedak.

"Kenapa? Kau tidak mau juga gak apa-apa" ralatnya cepat

Bukan. Bukannya aku tidak mau. Tapi ini aneh, selama ini dia selalu menolak dan sekarang dia malah menyodorkan dirinya sendiri. Apa maksudnya?

Aku menghela nafas "Bukankah selama ini kau terbiasa sendiri?"

Kissanda menyiku perutku "Boleh kok Mel, kamu pergi kuliah bareng Juna saja"

Aku mengeram. Tampak senyum kemenangan darinya lalu berdiri dari duduknya.

"Kalau begitu aku siap-siap dulu yah" Pamitnya segera beranjak dari meja makan.

"Ada apa dengannya?!" Tatap ku penasaran pada Kissanda.

Dia mengedikkan bahunya "Aku juga tidak tahu. Tapi yang pasti dia hanya ingin mengubah sikapnya sesuai janjinya. Bukankah ini lebih baik ?"

"Aku tidak yakin"

"Jangan selalu menyudutkannya Jun. Kamu selalu mempermasalahkan apapun yang dilakukannya"

"Karena memang dari awal dia selalu membuat masalah"

"Jun!" Bentaknya padaku dengan mata melotot sempurna, namun tetap saja lembut "jangan lupa, karena bagaimana pun dia telah membantu kita. Lepas dari itu, dia memang orang yang baik Jun"

"Baiklah" Aku menyerah

Aku masih tidak yakin akan perubahan Imel yang menurutku sangat drastis.

Selama diperjalanan, kami hanya saling diam tanpa mengeluarkan kata. Kurang dari satu jam kami sampai ke parkiran kampus.

"Apa yang kau rencanakan?!" Tanyaku menghentikan tangannya yang hendak membuka seatbelt-nya

Dia menautkan alis nya "Apa?"

Aku menatapnya. Intens. "Aku tahu kau punya maksud dibalik sikapmu ini"

Dia tersenyum kecut lalu kembali membuka seatbeltnya "Dari awal kau sudah tahu kalau aku menyukaimu kan?"

Itu pertanyaan?

Malah mendadak membuat tenggorokanku kering melihatnya penasaran. Yah, memang aku tahu, dari awal masuk kuliah dia sudah menaruh hati padaku. Sangat jelas dari sikapnya bahkan sering kepergok oleh diriku tengah menatap atau mengikutiku. Tapi aku tak perduli.

"Anggap saja, perubahan sikapku ini untuk menunjukkan perasaanku" Senyumnya. Dia bukan seperti Imel yang aku kenal dan ada keyakinan di matanya "Aku jatuh cinta pada padamu" ungkapnya serius membuka pintu.

Meninggalkan aku yang masih melongo tak percaya, mencoba mencerna kalimatnya. Sistem kerja otakku mendadak terhenti.

"Hollyshit ! Perempuan itu, 'gila' !" Umpatku.



###%%%###%%%###

Apa yang sebenarnya direncakan seorang Imel untuk melanjutkan Misi nya ??

Yuk... di tunggu yah

Salam manis
Pipit :*

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

19.1K 3.8K 27
"Gue harusnya lamar Syl begitu gue yakin kami bersama, bukannya dengerin Ibu untuk ngejar karir dulu, bukannya mentingin lo diatas kebersamaan kami...
CERPEN بواسطة P R A T I B H A

القصة القصيرة

495K 43.3K 86
Kumpulan beberapa cerita..... LIST : ⬇️ 1. CERPEN : CITRA✔️ 2. CERPEN : ODIT✔️ 3. CERPEN : AURORA✔️ 4. CERPEN : FREYA✔️ 5. CERPEN : KALEA✔️ 6. CERPEN...
3K 200 3
Siapa yang menduga bahwa pria sebaik Samuel Nicholas ternyata menyimpan begitu banyak rahasia. Perhatiannya, kasih sayangnya, serta tatapan penuh cin...
15.7K 1.5K 8
Naka memutuskan Tata tepat di hari pelulusan mereka, tanpa mengungkapkan alasan yang sebenarnya, sehingga membuat Tata patah hati dan akhirnya memili...