Madness

By al-al12

414K 30.8K 7.5K

Hidup Bayu adalah kepingan - kepingan petualangan, dari satu gunung ke gunung yang lain, dari satu jalan ke j... More

2. Nobita
3. Alasan di balik alasan
4. Sebuah Insiden
info
6. Anak kecil itu bernama Mike
7. Kejutan tidak menyenangkan
8. Yin dan Yang
9. Panji dan keanehannya
10. Cerita Budhe Irma dan Jembatan Merr-IIC
11. Fucking Kiss
12. 3 Kisses with 3 Different Tastes
13. If you really-really wanna touch me, then fucking me, Anjink!!!!
14. Dia dan Cerita di Balik Senyumnya (EDITED)
15. Jin dan Jun
16. Ketakutan Bayu
17. Mission Impossible
18. Paradoks
19. Surabaya, Kiblat, dan Sesuatu Bernama Kita
20. SK(h)RIP(t)SI(less)
21. The Missing Puzzle
22. Persimpangan
23. Zenith dan Nadir
24. Mozaik
25. Avatar
26. Laki-laki Bertatto
27. Robin Hood
28. Punakawan
29. Blindfold
30. Sahabat Bayu yang Meninggal Tujuh Tahun Silam
31. Skak Mat
32. Love is...
33. Royal Flush
34. Puzzle Terakhir
End - Madness
Epilog
Extra Chapter
Extra Chapter

1. Dia dan keabsurdannya

39.4K 1.5K 282
By al-al12

Kalau ditanya siapasih Bayu S. Lencana? Semua penghuni kampus itu akan berkoor serempak dan menyebutkan dua kata ajaib yang emang pantas banget untuk disematkan ke sosok tersebut. Mahasiswa Abadi.

Cowok dua puluh tiga tahun yang luar biasa bodoh. Menggantungkan skripsi selama tiga tahun dan lebih memilih menggembel di Jalan Malioboro daripada mengejar dosen pembimbingnya.

Kalau melihat penampilannya, astaga.... semua orang pasti tidak akan tahan berlama-lama di dekatnya. Dia memiliki wajah terlalu tua untuk usia awal dua puluhan. Rambut keriting sebahu superberantakan yang entah kapan terakhir kali bersentuhan dengan sisir dan sampo. Cambang-cambang liar di sepanjang lintasan rahang dan dagunya.

Bertubuh tidak terlalu tinggi hanya nyampai 175cm, dengan badan kurus kerempeng yang membuat teman-teman sekampusnya gemas dan tega mengatainya pengidap penyakit paru-paru kronis--walau sejujurnya itu jelas bukan.

Jangan tanyakan bau tubuhnya. Tubuh setipis pembalut Hello Kitty itu, yang mandi satu kali dalam tiga hari tersebut, entah kenapa selalu menguarkan aroma rempah-rempah. Menyengat, kadang-kadang busuk tapi menenangkan dalam waktu bersamaan. Mungkin dia memililki cologne beraroma rempah-rempah?

Namun, mengingat betapa mengenaskannya dirinya dalam bertahan hidup dan selalu dikejar-kejar ibu kost untuk segera melunasi uang sewa kost yang menunggak 13bulan tujuh hari empat jam dua puluh lima menit tersebut, rasa-rasanya sangat ajaib jika dia memiliki kelebihan uang dalam jumlah cukup banyak hanya untuk dibelikan sebotol cologne. Entahlah biar itu menjadi rahasia dia dan Tuhannya.

Intinya, meskipun dia jorok bin dekil nggak ketulungan, aroma rempah yang mengikat pori-pori tubuhnya mampu mendatangkan begitu banyak orang baru untuk mengajaknya berteman. Atau karena emang dia punya kelebihan persuasif? Entahlah saya juga tidak tahu.

"BAYU S. LENCANA BANGSAAT KEMANA AJA LO SEBULAN INI????" suara tenor lima oktaf menggelegar bak cambuk petir Dewa Zeus, disusul suara dobrakan pintu tak manusiawi yang menimbulkan keriuhan tak bersahabat.

Bayu yang sedang mengetik serius entah apa di depan komputer basecamp mapala sampai melompat dari kursi putar yang dia duduki. Dia terjerembab dilantai. Bokong teposnya sukses mencumbu ubin semen dengan ganas. Erangan sakit tak terelakkan lolos dari bibir mungil Bayu yang berwarna merah keunguan.

Cowok pemilik gen Hulk minus warna hiju berdiri menjulang di ambang pintu yang daun pintunya langsung patah akibat gebrekannya barusan. Mata dengan iris abu-abu pucat tai kucingnya nyalang menatap Bayu yang masih berpose ganteng di lantai. Wajahnya kotak dengan potongan rambut cepak, mengingatkan Bayu pada sosok Tukul yang terperangkap ke dalam tubuh laki-laki 20tahun ganteng tak terelakkan.

Bayu menegukkan air liur susah payah, kemudian nyengir sejadi-jadinya, memaparkan sederet gigi-gigi kecil imut berwarna kekuningan akibat terlalu banyak dihajar rokok ama kafein.

Berhadapan dengan Andis - cowok gigantisme di ambang pintu - yang sedang diliputi durja tersebut akan sangat bahaya jika diladeni dengan sama-sama emosi.

Tubuh Bayu sudah sangat lemas untuk beradu argumen maupun otot dengannya saat ini. Apalagi lambungnya sudah tidak disatroni asupan karbohidrat sejak tiga hari lalu. Jadi, untuk sekarang menghadapi Andis yang terbakar amarah sama saja dengan bunuh diri. Bayu tahu itu.

Tiba-tiba secara tak diduga-duga dari balik tubuh raksasa Andis muncul seorang marmut - ralat cowok tak kalah mungil dari Bayu dengan hanya memiliki tinggi 162cm, memiliki kulit seputih porselain, semulus pantat bayi, dengan kibasan rambut halus legam kayak rambut Andi di iklan sampo Lifebuoy-datang tergopoh-gopoh dalam langkan kaki-kaki kecilnya menghampiri Bayu.

Mambantu pemuda berantakan tersebut untuk berdiri yang langsung disambut suara kretak dari tulang pinggulnya. Bayu mengaduh lagi. Tapi senyum berjuta-juta wattnya masih menyala bling-bling di hadapan Andis. Sungguh Bayu tidak tahu sedang memiliki dosa apa sehingga sahabat beda jurusan itu begitu marah dengannya.

"Andis kamu kamu kelewatan banget ih ngagetin Mas Bayu kek gitu. Kan Mas Bayunya jadi jatuh. Jahat kamu Andis," astaghfirullah laki-laki marmut itu terlihat semakin imut saja saat mencicit ngambek dengan suara kecil sambil memanyunkan bibir merah delimanya.

Dan dengar itu, nama Bayu tak pernah seindah ini sebelumnya. Embel-embel mas membikin hati Bayu menghangat. Walaupun nyaris seluruh penghuni kampus selalu memahkotai namanya dengan sebutan mas, tapi 'mas' yang keluar dari bibir cipokable pemuda imut tadi benar-benar membawa suasana hati Bayu berubah.

Bayu semakin nyengir, melesakkan bokong datarnya kembali ke kursi putar. Mendengar rajukan dari cowok imut bernama asli Gempita Adiputra tersebut, mau tak mau Andis Cuma bisa mengurut dadanya lalu menghembuskan nafas berat.

Andis berjalan mendekati Bayu, suara sepatu converse biru donkernya berkeletuk rendah seiring dengan laju kaki mantabnya. Sorotan iris abu-abu pucat tai kucangnya menatap Bayu tegas tak terelakkan. Dan ketika tubuhnya serupa Bima dalam tokoh pewayangan tersebut sudah dekat di hadapan Bayu, dia ― pemuda tangguh ketua BEM Fakultas Hukum itu ― melipat kedua tangan berotot terlatihnya di depan dada bidangnya. Aura memimpin dan mengintimidasi menjadi backgroud dirinya.

Bayu cengengesean tanpa dosa, menggaruk rambut gimbalnya yang super bau.

"Kemana aja sebulan ini lo Nyet?" sentak Andis galak. Netranya mendelik gusar. Kedua alis tebalnya sampai bertaut di pangkal hidung, "Gue be-be-em Cuma centang, gue sms failed mulu, gue telpon nggak nyambung mulu. Lo mau ngilang dari muka bumi ini? Kenapa nggak sekalian lo mati aja sih?"

"Ih Andis kamu benar-benar jahat. Gempita benci sama kamu. Kok kamu tega sih ngeluarin kata-kata menyakitkan kayak gitu? Tarik kembali nggak ucapan kamu?" Gempita merajuk lagi, bibirnya manyun lagi, bikin gemes lagi, bikin cipok lagi.

Andis kewalahan, memijat pelipisnya yang udah tersembul urat-urat halus. Sementara Bayu semakin mengeluarkan jurus nyengir tiada taranya karena merasa dibela.

"Kok lo balik nyerang gue sih Pit? Tadi kan lo udah janji, kalau ketemu anak monyet satu ini bakal hajar dia habis-habisan," tuntut Andis tak mau kalah.

Sungguh Bayu ingin ketawa saja saat ini. ketua BEM Fakulkas Hukum itu nggak pernah terkalahkan oleh siapapun, tapi, entah kenapa dia jadi sedikit melunak di depan anak adam ganteng yang condong cantik berbadan mini tersebut.

"Nih monyet udah menghilang dari peradapan kita selama sebulan. Dan sama sekali nggak ada kabar. Lost contact. Lo Dengar Pit? LOST CONTACT," Andis memberi tekanan pada dua kata terakhirnya, untuk menunjukkan betapa geramnya dia dengan ulah pemuda urakan yang masih duduk di kursi putarnya.

Untung basecamp mapala udah kosong sejak sejam lalu jadi pertengkaran mereka tidak sampai didengar orang lain.

"Kita nggak tahu dia ada di mana, kita nggak tau dia sedang apa, kita nggak tahu dia sedang merencanakan apa, kita nggak tahu dia masih hidup apa udah tewas. Tahu-tahu ni monyet nongol di kampus gitu aja. Siapa yang nggak kesal coba. Kita harus kasih pelajaran buat dia. Biar dia nggak seenaknya dengan kita. Biar dia sadar ekstensi kita di sini bukan hanya sebagai kawan tak dianggapnya, tapi juga saudara sehidup sematinya," ujar Andis bertubi-tubi. Kemampuan persuasifnya memang nggak diragukan lagi. Kalimat-kalimat panjangnya sukses membuat Gempita berpikir lagi.

Gempita memutar bola mata hitam bening berairnya yang juga mungil. Tangan kirinya bersedekap di depan dada, sementara tangan kanannya terangkat mengusap dagu belah tengahnya yang menggemaskan. Dia kemudian berdiri di samping Andis. Membuat pemandangan menjadi timpang. Gempita yang hanya 162cm itu Cuma setinggi dada Andis yang tingginya menyentuh angka 186cm.

Dia memandangi Bayu dengan tatapan menimbang, menimang, menakar. Lagaknya seolah hakim agung yang menguliti praduga tak bersalah. Tersenyum miring lalu mengangguk.

"Benar kata Andis. Mas Bayu harus bertanggungjawab udah meninggalkan kami selama sebulan tanpa kabar. Emang Mas Bayu kira Gempita ama Andis Cuma manekin bodoh yang dipanjang di toko baju apa? Tidak punya perasaan dan pikiran yang bisa seenaknya Mas Bayu tinggalin gitu aja? Mas Bayu sadar diri donk, kalau Mas Bayu punya kehidupan sosial di sini. Mas Bayu nggak bisa seenaknya mangkir dari masyarakat. Kecuali Mas Bayu tinggalnya dihutan, teman-temannya sebangsa binatang tidak berotak yang bisa Mas Bayu tinggal tanpa pesan. Kalau Mas Bayu kayak gini terus, nanti Mas Bayu matinya nggak ada yang mau nguburin. Gempita ama Andis juga gak mau nyumbang beras buat ibu Mas Bayu. Biar arwah Mas Bayu tidak tenang di alam baka," aduhai si bibir marmut kalauu nyinyir nggak tahu perasaan juga ternyata.

Belum semenit dia membela Bayu, sekarang malah berdiri di samping Andis ikut menuding Bayu. Apa salah Bayu Tuhan?

Bayu rasanya pengen muntab juga tapi oh tidak, kalian dengar kalimat-kalimat pedas Gempita tadi? Malah bikin perut Bayu jumpalitan menahan geli. Makhluk se-innocent Gempita memang tidak cocok dipadupadankan dengan amarah menggebu-gebu.

Cengiran bergiga-giga watt di bibir Bayu sirna sekarang. Bukan karena dia takut pada Gempita. Tapi karena dia nggak ingin bikin Gempita tambah kesal karena omelannya tidak membuat Bayu jera.

Di sisi lain, secara diam-diam, karena nggak pernah menyangka dengan respon se-frontal ini, Andis mengulas senyum di sudut bibirnya. Dalam hati, dia sedang koprol gembira nggak ketulungan, makhluk pengumbar senyum itu akhirnya bisa bungkam juga.

Padahal dia sempat berpikir jika makiannya kepada Bayu tak bisa membuat Bayu menyesal mau tidak mau dia akan melayangkan tinju Thai Boxingnya ke tubuh ringkih Bayu. Syukurlah hal tersebut tidak sampai terjadi, sebenarnya tidak tega juga melakukan KDRT melawan Bayu yang tubuhnya kerempeng tak ada bandingannya.

Andis mengangguk semangat, seperti mendapat kucuran solar berliter-liter, dia bertambah giat untuk meluncurkan kata-kata sengitnya ke Bayu, "Lo jangan diem aja Babi, tuh mulut nggak bisu kan? Ngilang dari Surabaya nggak bikin lo lupa ngomong kan?" sengaknya tajam. Matanya berkilat menakutkan, bibirnya tersenyum miring. Oh, dia sangat ingin memakan Bayu hidup-hidup.

Gempita yang belum semenit memihaknya kini menempeleng bahu kokoh Andis dengan tangan kelewat mungilnya, dia bersedekap lucu, matanya mengancam. Andis benar-benar ingin ketawa. Tapi tidak jadi, bisa marah nggak ketulungan Gempita kalau diketawain.

"Andis!!!" hardik Gempita, suara cicitannya naik satu oktaf, "Andis nggak boleh ngomong jahat ke Mas Bayu. Nanti Mas Bayu sakit hati gimana? Walaupun Andis orang jakarta tapi Andis harus tahu tata krama dalam berbahasa. Ingat, kamu sekarang tinggal di Jawa Timur yang menjunjung tinggi kesopanan. Kamu nggak boleh bicara seenaknya gitu," makinya menggebu-gebu.

Andis mengurut keningnya lagi. Sementara Bayu yang nggak tahu sedang dibela atau ikut dijatuhkan hanya menaikkan sebelah alisnya dengan malas dan gemas.

"Gempita lo jangan berubah-rubah gitu donk," Andis membujuk tak habis pikir, mata tajamnya mengaduh biru, "Kalau kita nggak keras ama Bayu dia bisa ngelunjak. Cuma ngeluarin taubat sambal, yang kesalahannya bisa diulang kapan aja seenak jidatnya. Ingat setahun lalu dia juga ngilang dua bulan tanpa kabar yang ternyata dia lagi travelling di Laut Banda, dia kan juga udah tobat nggak akan ngulangin kesalahannya lagi. Tapi nyatanya apa? Sebulan lalu dia ngilang lagi. Tobatnya ke kita Cuma di mulut doank. Lidahnya tu licin Gempita, yang bisa mengingkari berjuta-juta janji yang dia ikrarkan sendiri. Makanya kita jangan sampai hanyut dan kalah lagi dengannya. Kali ini kita harus keras melawan dia."

Gempita manggut-manggut. Kepalanya bergoyang-goyang lucu. Andis sudah tidak kuat lagi. Dia jatuhkan tangan besarnya ke kepala Gempita. Lalu mengusap surai hitam tersebut dengan lembut. Aroma shampo melon tercium di tiap tirai sibakan rambutnya. Andis terlena. Nggak tahu karena apa.

Gempita kini menghadap Bayu lagi, "Tuh dengar kata Andis. Gempita nggak mau berlembut-lembut lagi. Gempita kapok dipecundangin Mas Bayu. Sekarang Mas Bayu jawab kenapa ngilang sebulan dan nggak bisa dihubungi ama kita-kita?"

Bayu menghela nafa berat. Mengusap muka kusutnya dengan kedua tangan kurusnya. Tangannya terlipat di depan kaus oblong bergambar becak, punggungnya dia sandarkan ke kursi putar. Kepalanya ditengadahkan ke kedua sahabatnya yang masih berdiri di hadapannya. Kemudian senyum simpul merekah di bibir Bayu.

Andis dan Gempita tahu, itu senyum tulus yang selalu Bayu tawarkan. Sejujurnya kedua saahabat itu mengakui bahwa kakak tingkat mereka tersebut selalu memasang senyum ikhlas di setiap moment kecuali yah kalau memang ada yang membuatnya marah.

"Iya maaf karena aku udah ngilang selama sebulan belakangan ini," suara baritonnya mengalun renyah, menatap kedua sahabatnya dengan tatapan hangat, "Jadi kemarin tuh aku kopdar ama temen-temen chatting aku di Jogja mere―

"Kopdar? Ama temen chatting?" tukas Andis menengahi yang langsung mendapat pelototan ngeri dari Gempita, "Emang masih musim yang kayak begit-ya ya maaf udah motong. Lanjut lagi Yu," Andis salah tingkah mendapat cubitan dari Gempita yang berasa gigitan semut di lengannya.

"Aku ikut grup chatting traveling di aplikasi Bee Talk. Penghuni grup yang rata-rata kuliah di UGM ama ISI itu ngajakin ketemuan. Apalagi kopdar kali ini beda dari yang lain, mereka berencana mau mengumpulkan dana untuk menyumbang korban letusan Gunung Sinabung. Jelas aku nggak menolak dong. Makanya aku langsung ke Jogja tanpa ngasih tahu kalian. Karena kalau ngasih tahu dulu, kalian pasti bakal ngerecoki aku dan ngelarang aku buat pergi lagi. Alhasil, seminggu di Jogja aku ama grup chatting aku ngamen sambil nunjukin seni jalanan untuk mengumpulkan uang. Nggak Cuma itu, kami juga menampilkan seni teater dadakan di auditorium UGM. Hasilnya lumayan banyak, jauh diatas ekspektasi. Uang dan barang-barang sumbangan langsung kita terbangkan ke pusat penampungan korban Sinabung di minggu kedua.

"Dua minggu kami di sana. Selain membagi uang dan bahan-bahan sembako, kami juga mengajak main anak-anak yang turut menjadi korban. Mengajari mereka tentang pelajaran sekolah, mengajari mereka Bahasa Inggris, mengajak main sepak bola, sampai sosialisasi hidup sehat selama di penampungan, mulai dari cuci tangan yang benar, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan barak pengungsian. Banyak lah. Pokoknya dua minggu di sana kami gunakan untuk membantu menguatkan mental dan semangat anak-anak di sana. Menghilangkan trauma dan mengalihkan fokus pikiran mereka yang masih bersih ke hal-hal menyenangkan dan lebih bermanfaat.

"Sepulang dari Sumatra, mereka ― para chatter itu ― ngajakin aku mendaki Gunung Merapi. Kalian tahu kan mendaki gunung sudah menjadi nama belakang aku. Otomatis aku nggak bakal bisa menolak tawaran menggiurkan itu. Jadi seminggu terakhir di Jogja, aku buat untuk mendaki Merapi bareng anak-anak Bee Talk. Sesudah itu baru deh pulang lagi," Bayu semakin nyengir.

Sungguh, Andis ama Gempita nggak bisa berkata apa-apa. Penuturan panjang lebar Bayu membungkam motorik bibir mereka. Mereka speechless sampai meleleh. Hampir empat tahun bersahabatan dengan Bayu, nyatanya mereka masih sama sekali nggak bisa menebak apa isi di balik tempurung kepala Bayu.

Bayu dengan ide sulit dimengertinya, seperti bongkahan kristal di balik jelaga arang. Pemikiran Bayu melompat-lompat tak terjangkau. Percikan-percikan isi otaknya nggak akan ada yang bisa memprediksi.

Bayu si penghuni kampus abadi, dimana nilai IP-nya nggak bisa lepas dari angka dua koma nol satu tersebut, ternyata mempunyai personaliti yang mendobrak segala rutinitas kampus. Ulahnya yang selalu dilihat sebelah mata itu ternyata berguna buat mata lain.

Dia mengalpakan untaian-untaian paragraf dari tumpukan buku-buku pelajaran. Tapi langsung melakukan tindakan nyata yang nggak semua mahasiswa mampu melakukannya.

Andis berdecak, menggeleng-gelengkan kepalanya. Niatnya untuk melabrak Bayu kabur kocar-kacir. Selama ini, pemahaman ala metropolitannya beranggapan bahwa, hanya manusia bodoh berotak udanglah yang masih menggunakan aplikasi chatting untuk kopdar atau mencari teman.

Berseluncur di dunia maya sama saja seperti onani ngebayangin Eli Su Gigi. Maksudnya, sangat mustahil tapi sangat bisa terjadi. Tapi chatting di dunia maya, lalu kopdar, kemudian menggalang dana untuk membantu korban pengungsian letusan Gunung Sinabung, jelas-jelas hanya dilakukan oleh segelintir orang cerdas. Dan tak ada orang cerdas berotak udang.

"Fine... gue terima alasan lo yang nggak terduga itu. Tapi jelaskan kenapa lo nggak mau menghubungi kita dan nggak bisa kita hubungi. Jogja bukan kota tak bersinyalkan?" tuding Andis sarkas. Mengakui kekalahannya dan mengagumi sosok Bayu secara terang-terangan jelas akan menodai harga dirinya.

Dia nggak mau itu. Kekalahannya harus terlihat secara terselubung. Pokoknya, walaupun dia nggak berniat melakukan KDRT kepada Bayu, tapi, satu tonjokan harus dilesakkan bagaimanapun caranya di muka tengil Bayu. Kekesalannya karena tidak bisa mengontak sahabat baiknya itu sudak memuncak diubun-ubun. Kalau tidak tersalurkan akan menjadi bisul. Ew! Bisul jelas musuh terbesar dari keturunan Tionghoa macam Andis yang selalu membanggakan kulit putihnya.

Diluar dugaan, Bayu malah menampilkan kekehan menjengkelkannya. Dia terkikik sampai tubuh ringkihnya terguncang. Suara seraknya terdengar semakin seksi. Membikin Andis dan Gempita merinding disko tanpa sebab.

"Kamu kan tahu aku lagi bokek. Uang buat makan aja nggak ada, apalagi buat travelling ke Jogja. Ya, akhirnya terpaksa deh kujual hapeku untuk perjalanan pulang pergi ke sana," jawab Bayu enteng, tanpa beban.

"Apaaaa??!!!" kontan Andis ama Gempita terkejut bukan main. Mata mereka terbelalak, sampai biji mata mereka mau menggelinding dari engselnya.

Tangan Andis mengepal liat. Lalu satu tonjokan meluncur tanpa halangan seperti jalan tol sukses melesak ke muka Bayu.

Bayu tersungkur. Kini wajahnya sempurna mencumbu semen dingin. Gempita memekik kaget. Kedua tangan mungilnya menutup lubang mulutnya yang menganga lebar tapi kemudian dia buru-buru jongkok di sisi tubuh Bayu. Membantu pemuda tipit tersebut bangkit, lalu mendudukkan badan ringan itu ke kursi kembali.

Gempita menatap nyalang ke arah Andis. Satu tamparan tidak begitu keras mendarat di pipi putih Andis.

Andis terkaget mendapat serangan mendadak. Pipinya yang putih bersemu merah.

Bayu malah cekikikan di tempat. Bibir Bayu berdarah akibat tonjokan barusan. Tapi itu tak dihiraukannya. Andis Genta Buana, pemegang sabuk hitam dalam olahraga karate, mendapat tamparan dari cowok imut nan unyu tak tertangguhkan, mahasiswa Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, jelas merupakan pemandangan langka. Seperti menanti band One Ok Rock mengeluarkan album gambus. Yang hanya akan terjadi jika ada keajaiban dari Tuhan. Dan sekarang keajaiban itu ada di depan mata Bayu.

"Andis kamu tuh jahat banget tahu nggak. Nggak seharusnya kamu tinju-tinju wajah Mas Bayu. Emang Mas Bayu salah apa ama kamu hah? Dia hanya nggak punya uang dan kebetulan sedang membutuhkan uang lalu menjual hapenya," kata Gempita dingin.

Andis terluka di tempatnya. Tapi jelas bukan karena tamparan kecil barusan, karena sekarang saja, walaupun bekas tangan Gempita yang tercetak di pipi mulus Andis semakin terlihat kentara, tapi rasa sakitnya sudah lenyap. Andis sendiri nggak tahu bagian mananya yang terluka.

"Yang dijual juga hape Mas Bayu sendiri bukan hape kamu. Masalah kamu di sini apa?" Gempita kembali menudingnya.

Dari sudut ekor matannya, Andis melihat Bayu malah semakin tertawa lebar. Andis kalap. Dia tidak suka. Tapi kali ini jelas apa penyebabnya. Dia tidak suka rasa khawatirnya terhadap pemuda Teknik Elektro tersebut malah disambut dengan cekikikan. Memuakkan.

Andis menyerbu Bayu lagi, tapi langsung disergah badan mini Gempita yang memeluknya erat.

"Andis kenapa sih?" Gempita semakin kesal.

"Lo denger Yu, gue nggak suka lihat wajah lo yang cengengesan kayak gitu," suara gahar Andis menggelegar membuat tubuh Gempita yang masih memeluknya ikutan berguncang. "Lo nggak tahu apa gue khawatir setengah mati nggak dengar kabar kepergian lo, Babi. Gue udah kayak orang gila yang tanya ke temen-temen lo tapi lo tetap nggak kelihatan batang hidungnya. Gue tanya ke semua temen sekelas lo. Mereka nggak ada yang tahu kemana lo minggat. Gue datengin kos lo, tapi hasilnya nihil. Gue samperin temen skateboard lo, tapi mereka juga nggak tahu keberadaan lo. Gue satroni klub vespa lo, tapi apa hah, nggak ada satupun dari mereka yang tahu lo ada di mana. Lo udah bikin gue mau sekarat tahu nggak. Babi lo. Anjing banget lo," emosi Andis meledak-ledak. Mukanya memerah sekarang. Bukan karena tamparan, tapi karena amarah yang sudah tak bisa dibendung lagi.

"AAWWW!!!!" tiba-tiba Andis menjerit. Melepas pelukan Gempita seketika. Mundur beberapa langkah.

Bayu yang melihat kondisi sudah tidak kondusif lagi bangun dari duduknya. Tubuhnya sedikit limbung. Hantaman tinju Andis yang sekuat baja membuat sakit hebat menusuk-nusuk kepalanya. Ditambah lagi asam lambung yang naik karena beberapa hari nggak makan. Semakin pening. Udah mau pecah.

Bayu memegang bahu Gempita yang dalam beberapa detik lalu menggigit kesetanan pangkal lengan Andis. Emosi pemuda unyu yang tidak stabil tersebut harus ditenangkan kalau tidak ingin ikutan meledak.

"Hei anak baik nggak boleh marah-marah. Nanti nggak ganteng lagi," ucap Bayu lembut, masih dengan senyum tulus yang entah malah bikin kontur wajahnya terlihat fresh.

Wajah putih Gempita yang memerah akibat marah bersemu tersamarkan. Dia tersipu dipuji kakak tingkatnya. Tapi sebisa mungkin dia sembunyikan rona merah muda di kedua belah pipinya. Rahangnya yang halus mengatup rapat. Biji mata hamsternya berkilat mengerikan tapi lucu di waktu yang sama. Dia mengangkat telujuknya di depan hidung Andis yang masih kesal.

"Kamu dengar ya Andis, kamu memang sahabatku tapi aku tidak segan-segan nendang penis kamu kalau kamu masih saja menggunakan kata kasar di depanku. Biar adekmu itu nggak bisa horny lagi. Kata-kata kasarmu itu menyakitkan banget tahu. Aku tahu kita sama-sama khawatir ama Mas Bayu. Tapi nggak gitu juga caranya. Mas Bayu itu walaupun udah tua tapi sama-saama manusia berperasaan seperti kita. Seharusnya kita menghormati dia bukan malah mengatainya dengan kata-kata nggak pantas."

Andis mengulum senyumnya susah payah. Dia tahu kalau Gempita marah paling nggak senang diketawain, walaupun alasannya ketawa adalah raut muka Gempita yang semakin imut saat marah malah nggak bisa bikin siapa saja yang melihatnya ketakutan. Tubuh Andis sedikit bergetar.

Sedetik kemudian Andis menghilangkan tawa samarnya. Dia menegakkan tubuh. Kalimat-kalimat penuh emosi Gempita masih sangat menggelitiki seisi perutnya, tapi sebisa mungkin dia tahan untuk tidak tergelak lebih lebar.

"Dapat kata-kata dari mana itu?" tanya Bayu heran,mengernyitkan kening sambil melirik Gempita yang semakin menggemaskan.

"Hah maksudnya?" Gempita melongo.

"Menendang penis dan horny?" Bayu penasaran, diamatinya Gempita yang malah salah tingkah.

Lalu Gempita menuding Andis lagi yang tengah merotasi bola matanya liar, pertanda sedang menyembunyikan sesuatu.

"Dari komik yang dipaksa baca ama Andis," jawab Gempita polos.

Andis mengerang gila-gilaan. Bisa tidak makhluk unyil itu dibungkus trus dibawa pulang. Dia sudah nggak tahan.

Bayu mengernyit, menggelengkan kepalanya. Pemuda imut itu emang kelewat polos. Bersahabatan dengan Andis yang kelewat mesum bisa merusak masa depannya. Tapi Bayu tetap tersenyum, emang sudah sewaktunya kan cowok berusia 19tahun membaca bacaan 18+.

Bayu mendekati Andis yang masih mengusap lengan bekas gigitan Gempita. Lalu memberinya brohug hangat yang bikin Andis tersenyum otomatis. Gempita bernafas lega. Setidaknya tensi ugal-ugalan Andis yang susah banget di-rem bisa sedikit mengendur.

"Makasih banget kamu udah perhatian ama aku Ndis. Cuma kamu dan Gempita sahabat terbaik yang aku punya. Dulu emang aku suka bertindak sesuka hatiku. Cabut dari kampus seenaknya. Tapi sekarang aku punya alasan kuat untuk tidak berbuat semauku sendiri. Maafin masmu ini yah..." ucap Bayu tersenyum tulus.

Gunungan emosi Andis bener-bener melebur sekarang. Walaupun dia sering misuh-misuh nggak jelas dan keterlaluan di hadapan Bayu, tapi jauh di sanubarinya, ketuan BEM itu memiliki perasaan sayang buat Bayu. Andis balik memeluk Bayu.

Gempita menangis haru ditempatnya, "Dasar laki-laki. Maunya seenaknya sendiri."

Continue Reading

You'll Also Like

31.6K 2.5K 12
Kita sadar kita hidup dalam lingkaran bernama kenyataan. . . . ❀ 𝕆ℝ𝕀𝔾𝕀ℕ𝔸𝕃 ℂℍ𝔸ℝ𝔸ℂ𝕋𝔼ℝ ❀ 𝐁𝐞𝐟𝐨𝐫𝐞 π€π§π²π¨π§πž 𝐄π₯𝐬𝐞 𝐒𝐩𝐒𝐧 𝐎𝐟𝐟 ab...
696K 49.9K 48
Sherren bersyukur ia menjadi peran figuran yang bahkan tak terlibat dalam scene novel sedikitpun. ia bahkan sangat bersyukur bahwa tubuhnya di dunia...
15.8K 1.8K 38
hanya sekumpulan random talk antara bayik-bayik biy ΰΈ…'Ο‰'ΰΈ… ❀ 𝕆ℝ𝕀𝔾𝕀ℕ𝔸𝕃 ℂℍ𝔸ℝ𝔸ℂ𝕋𝔼ℝ ❀ iya, biy gabut iya. gak penting juga ini, buat seru-seruan...