With You

By gendhis-dewi

261K 17.3K 480

Menjadi yang pertama baginya memang manis, menjadi yang terakhir untuknya memang indah. Tetapi betapa indah d... More

Prolog
satu; flower shop.
dua;
tiga;
empat;
lima; zoo.
enam; changed.
tujuh; I'm okay.
delapan;
sembilan;
sepuluh;
sebelas;
dua belas;
tiga belas;
empat belas;
lima belas; heartbreak.
enam belas; run away.
tujuh belas; with you.
delapan belas;
sembilan belas;
duapuluh;
duapuluh satu;
duapuluh dua;
duapuluh tiga; Sean's plan.
duapuluh empat; truth.
duapuluh lima; New York.
duapuluh tujuh; time capsule.
duapuluh delapan; bertemu masa lalu.
Epilog
thanks

duapuluh enam; regret.

5.8K 485 22
By gendhis-dewi

"Dan prom king tahun ini adalah ..." Rania--Si mc, membuka lipatan kertas ditangannya, lalu tersenyum "Seanzha Abraham!"

Amanda tersenyum sambil bersorak gembira seperti teman-teman seangkatannya yang lain. Sean yang tadi disebelahnya, tertawa lalu mencium pipi Amanda sekilas sebelum menaiki panggung.

Mata Amanda melirik Dion dan Devan yang menatapnya. Amanda bergidik, tatapan mereka membuat pertanyaan Amanda muncul. Apa maksudnya?

Devan menatapnya dengan tatapan dingin sedangkan Dion dengan seringaiannya. Bahkan, Dion sempat mengedipkan matanya kepada Amanda tadi. Teman pacarnya itu memang tidak ada yang waras.

Dengan cepat Amanda memalingkan wajahnya, lebih baik ia memperhatikan Sean sekarang diatas panggung. Amanda bertepuk tangan.

"Dan sekarang, prom queen kita tahun ini adalah ..." lagi-lagi Rania membuka lipatan kertas, kali ini ia sedikit kesulitan membukanya "Ashilla Riani!"

Seperti tadi, suasana kembali riuh. Amanda bertepuk tangan. Sambil melihat gadis yang namanya dipanggil tadi menaiki panggung dan berdiri disebelah Sean. Mereka bertukar pandang sebentar.

Shilla.

Tidak heran lah. Ia memang terkenal cantik diangkatannya. Jadi, siapa yang tidak memilihnya untuk menjadi prom queen? Mereka berdua diberi mahkota oleh Rania.

Lalu, Rania menyuruh Sean untuk memberi sepatah dua patah kata. Awalnya, Sean tampak menolak, tapi, akhirnya mau juga.

Tidak seperti Rania--Sean tampak canggung ketika berdiri didepan mic, ia menepuk mic beberapa kali untuk mengetes. "Wow... prom king? Gue bahkan nggak tau kalau gue dicalonin jadi prom king. Gue gak pinter ngerangkai kata-kata, jadi, gue cuma mau bilang ke Dion."

Bukan cuma Amanda yang kebingungan kali ini. Amanda betul-betul tidak mengerti kemana arah yang Sean bicarakan. Senyuman diwajahnya meredup, tergantikan menjadi alis yang berkerut.

"Gue berhasil melakukan tantangan dari lo. Gue menang," ujar Sean dengan pandangan lurus kearah Dion. Beribu-ribu pertanyaan muncul dibenak Amanda. Tantangan apa? "Dan asal kalian tau, perempuan yang gue cintai cuma Shilla. Ashilla Riani. Sekian, terima kasih." Shilla menggandeng lengan Sean manja sambil menuruni panggung dan pergi entah ke mana.

Gedung acara kembali riuh. Kali ini bukan riuh bersemangat, tetapi riuh dengan bisik-bisik. Bahkan, Rania berdiri kaku diatas panggung, menatap Amanda iba.

Amanda bisa merasakan beratus-ratus pasang mata melihatnya sekarang. Dua hal yang Amanda tahu; Sean menjadikannya bahan taruhan dengan Dion dan Sean secara tidak langsung memutuskan dan mempermalukan Amanda didepan teman-teman angkatannya.

Mata Amanda panas. Ia berusaha mencari sosok yang ia rindukan. Gadis itu berusaha mencari jalan keluar gedung dengan susah payah karena gedung ini penuh. Hampir semua pasang mata memandangnya dengan tatapan iba.

Dannis.

Amanda hanya membutuhkan Dannis.

Setelah berhasil menemukan pintu keluar, Amanda melepas high heels-nya dan berlari. Dannis benar. Ia benar tentang segalanya.

Tentang Sean dan rencananya.

Dan mungkin tentang perasaannya.

"Amanda! Amanda!"

Itu suara Ririn. Amanda mengabaikannya dan terus berlari kecil ditrortoar dengan air mata yang terus menerus keluar. Ia bahkan tidak peduli, make up nya luntur. Rasanya, beribu-ribu jarum menusuk hatinya begitu mengetahui fakta kalau Sean hanya menjadikannya bahan taruhan.

"Amanda!" Ririn berhasil mencapai Amanda dan menariknya kedalam pelukan Ririn supaya berhenti berlari. "Udah, Man." ujar Ririn menenangkan Amanda.

Amanda masih menangis. Rasa sakit dihatinya masih tidak bisa dikalahkan oleh rasa sakit dikakinya. Kakinya melemas dan akhirnya terduduk ditrortoar.

"Dannis mana, Rin? Gue mau minta maaf ke Dannis. Gue, gue--"

"Dannis pergi, Man. Dia ngelanjutin kuliah di New York dan baru aja berangkat."

Yang Amanda tahu, hidupnya akan berubah detik itu juga.

*

Amanda meletakkan high heels nya sembarangan. Ia merasa menjadi perumpuan terbodoh dan terjahat di bumi manusia yang ia tinggali ini. Tenggorokkannya kering.

Tadi, Ririn menceritakan semuanya.

Termasuk perasaan Dannis kepada Amanda.

Dan hal itu membuat Amanda semakin merasa bersalah kepada Dannis. Kenapa Dannis tidak pernah memberi tahunya tentang kuliah di New York?

Amanda membuka pintu belakang rumah Dannis. Disambut oleh keheningan. Dannis sudah pergi. Dengan langkah loyo, Amanda menaiki tangga rumah Dannis.

Matanya menemukan pintu kamar Dannis yang terbuka, menampilkan kamarnya yang gelap. Amanda menyalakan lampu kamar. Rasanya, kehangatan kamar ini hilang begitu saja.

Baru pertama kali ini, Amanda merasa berbeda ketika memasuki kamar Dannis. Hanya tinggal beberapa poster saja yang masih tertempel di dinding kamarnya dan beberapa hiasan.

Amanda tahu, kalau sebentar lagi, kamar ini pasti akan benar-benar kosong sebentar lagi. Amanda menyapu pemandangan kamar Dannis.

Terlalu banyak hal indah untuk dikenang disini. Masa kecilnya dan Dannis hampir mereka habiskan untuk bermain di kamar ini. Dulu, dinding-dinding kamar ini dipenuhi oleh coret-coretan krayon dan kertas bergambar.

Amanda tersenyum mengingatnya tanpa sadar kalau lagi-lagi air mata meluncur begitu saja dipipinya.

Kardus berwarna cokelat polos menarik perhatian Amanda. Disana ada post-it bertuliskan 'Untuk Amanda'. Tangannya bergerak membuka kardus itu dan menemukan berpuluh-puluh kaset disana. Jadi ini isi kardus yang Dannis mati-matian melarangnya untuk mengetahui isinya.

Kumpulan lagu favorit Amanda yang Dannis cover.

Hampir semua lagu favoritnya yang berbentuk kaset ada didalam kardus itu. Amanda mengambil kaset yang bertuliskan 'Tenerife Sea' dengan spidol berwarna hitam, lalu meletakkannya di mesin pemutar kaset.

Setelah menyambungkan mesih kecil itu dengan headset-nya, Amanda berbaring di ranjang Dannis. Intro permainan gitar Dannis yang indah mulai. Walaupun alat perekamnya tidak mempunyai kualitas yang bagus, Amanda masih bisa mendengar suara indah Dannis.

Mengapa Amanda baru menyadari, kalau Dannis mempunyai suara yang indah dan menenangkan?

You look so wonderful in your dress
I love your hair like that
The way it falls on the side of your neck
Down your shoulders and back

Amanda memejamkan matanya menikmati lagu yang Dannis nyanyikan.

We are surrounded by all of these lies
And people who talk too much
You got the kind of look in your eyes
As if no one knows anything but us

Amanda tertidur masih ditemani oleh suara menenangkan Dannis dan masih dengan harapan kalau Dannis akan kembali membawa kehangatan yang sempat menghilang didalam dirinya.

Should this be the last thing I see
I want you to know it's enough for me
'Cause all that you are is all that I'll ever need

I'm so in love, so in love
So in love, so in love

Dannis, Dannis, bagaimana aku bisa menjadi begitu buta untuk melihat, kalau ternyata masih ada orang yang mencintaiku. Bagaimana aku bisa menjadi begitu buta untuk melihat kalau, ternyata orang itu kau.

Lumière*, darling
Lumière over me.

End.





Eh, typo.

Tbc.

A/N: HAHAHHAHAHA gue ngantuk.

(*) Lumiere is the french word for "light"
This girl is the light in his life. She is so beautiful - inside and out - that she lights up his life. He realizes he loves her.

Continue Reading

You'll Also Like

1M 46.2K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
225K 7K 12
◽Genre : Romance & suspense. ◽Writer : Riantifebri. ◽Status : Completed at Nov 2016 & get full story on Play Books ...
Beautiful Us✔ By alin.

General Fiction

5.3K 678 42
Meet Ajun, who treats everyone kindly but still being failed by the universe, Chanif, who in others' eyes is as bright as the sun, but deep inside ha...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.2M 115K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...