Naraya

By RongewuSiji

78.5K 3.8K 102

Tentang Nara, gadis dingin yang tak mau mengenal cinta. Yang tak pernah percaya cinta itu ada. Bukan karena d... More

first chap
Chap two (She's Nara)
Chap three
Chap Four (Pegat)
Chap Five (My little Princess)
Chap seven (Rumah di Surga)
Chap seven (bagian 2)
Chap 8 (Dudududu~)
Chap 9
Chap 10 (Lo ngancem gue?)
Chap 11 (Muahh)
Chap 12 (same old nightmare.)
Chap 13 (Hidup gue berakhir.)
Chap 14 (Ini nggak nyata kan?)
Chap 15 (Ketika aku mulai lelah)
Chap 16
Chap 17 (permohonan maaf.)
Chap 18 (Stalker&Troublemaker)
Chap 19 (Keep Smile)
Chap 20 (Go!)
Chap 21 (Kota Baru, Hidup Baru.)
Manis
Curhatan Harafika.
Promosi!
Mohon dibaca!
OTW MANIS!

Part six (Pendek?)

3K 161 3
By RongewuSiji

'Bukan Rencanaku untuk bertemu denganmu...' ~Mrs. Pane

***

Brakk!!!
Tiba tiba bantingan pintu mengagetkan Nara dan bibi Eka. Nara menoleh dan mendapati putrinya datang dengan raut wajah kesal. Nara menoleh pada Raja yang berjalan di belakang putrinya. Ia memberi tatapan tanya pada adik besarnya yang di balas kedikan bahu oleh sang adik.

"Ada apa?" tanya Nara pada putrinya.

"Aku kesal dengannya!"

"Nya itu siapa sayang?"tanya bibi Eka penasaran.

"Bocah menyebalkan yang pernah kutemui di dunia." ucap Oel berapi api.

"Bisa kamu jelaskan sayang mengapa ia disebut 'menyebalkan'?" pinta bibi Eka yang di angguki oleh Nara.

Flashback on

"Ayah, aku ingin bermain disana." ucap Oel menunjuk sebuah taman kecil. Ditaman tersebut terdapat sebuah ayunan, perosotan dan jungkat jungkit. Taman tersebut terletak kira kira 400 meter dari rumah Oel. Berdampingan dengan sebuah rumah besar yang menghadap pada perkebunan teh di depannya.

"Baiklah. Ayo kita kesana." ajak Raja pada anak yang memanggilnya Ayah.

Mereka memasuki taman kecil tersebut. Taman itu terlihat damai dan tenang. Embun yang menetes di daun dan besi yang membentuk kursi terlihat begitu sejuk. Terdapat pula beberapa bunga yang tumbuh di taman tersebut. Ada sebuah pohon beringin besar yang tumbuh di tengah taman.

"Nah, Oel. Kamu boleh main. Ayah menunggu di bawah pohon itu ya."ujar Raja menunjuk pohon beringin.

Oel mengangguk, "Heeh." lalu pergi menuju ayunan yang berada di pojok taman.

Oel menaiki ayunan berwarna biru itu. Mengayunkannya beberapa kali hingga membuat ia ikut terayun. Senyum gembira terukir jelas di wajahnya. Sedangkan Raja, ia hanya duduk sambil bersandar pada batang kokoh pohon yang terlihat tua.

"Hei!" teriakan yang terdengar datar membuat Oel menghentikan ayunannya. Ia menoleh dan melihat seorang bocah laki laki memakai jaket berwarna hitam menatapnya.

Oel menjadi takut ditatap seperti itu. Seakan menusuk. Ia mencoba mengeluarkan suaranya, "A.. Apa?"

Bocah itu melangkah mendekat padanya. Lalu berhenti setelah jarak beberapa langkah dengannya. Ia menunjuk Ayunan yang sedang di dudukinnya. "Itu, tempatku bermain. Menyingkirlah."

Mendengar ucapan bocah di depannya membuat Oel berdecak kesal, "Aku pengen main disini. Memangnya kenapa?" ujar Oel menantang.

Bocah itu hanya memasang wajah datar. "Karena itu, milikku."

"Bukannya ini tempat umum ya? Apa kamu nggak bisa main yang lain aja. Aku kan yang duluan disini." ucap Oel keukeh.

"Minggirlah, itu milikku." ujar bocah itu memaksa Oel untuk menyingkir.

"Nggak mau!"

"Dasar pendek! Menyingkirlah!"

Oel terkejut mendengar perkataan bocah di depannya. Pendek? Ia tau ia tak terlalu tinggi, tapi bisakah bocah ini tak menghinanya? Ia juga baru berumur 9 tahun. Ia hanya gadis kecil yang sedang dalam pertumbuhan, bukan model yang harus tinggi menjulang. Ia lalu berdiri dari ayunan. Lalu menatap tajam bocah di depannya.

"Aku tau aku pendek. Nggak usah diberitaupun aku sudah tau, tuan menyebalkan." ucap Oel lalu beranjak pergi menuju tempat Ayahnya berada.

Flashback off
***

"Kamu dikatain pendek?" tanya Nara sambil mengelus rambut lebat putrinya.

"Heeh, aku sadar kok. Aku tau aku pendek bunda, tapi ya nggak usah pake ngehina dong." ucap Oel kesal.

Nara menoleh lalu menatap Raja yang tengah asyik meminum teh hangat yang dibuatkan bibinya. "Kenapa kamu diem?"

Raja mendongak, "Lah, memang aku harus ngapain?"

Nara memutar bola matanya kesal, "Maksudku, kenapa kamu diem aja waktu Oel diejek temennya?"

"Orang Aku nggak tau." jawab Raja polos.

Nara melotot, "Kamu nggak tau? Dimana kamu tadi?"

"Di taman lah." ucap Raja santai. Membuat Nara tambah kesal.

"Terus, kenapa kamu nggak tau kalo tadi Oel di hina temannya?" tanya Nara kesal.

"Dia tadi tidur di bawah pohon bunda pasti nggak tau kalo aku tadi di ejek sama bocah itu. Dan, bunda, bocah menyebalkan itu bukan temanku tau!" ucap Oel jengkel. Sungguh, ia tak masalah jika tadi Ayahnya ketiduran di bawah pohon. Tapi ia benar benar kesal jika ia bisa mempunyai teman seperti bocah tadi.

Nara mengernyit mendengar ucapan putrinya, lalu ia menoleh kepada Raja. "Kamu tidur? Aishhh, kalo ntar Oel ada yang ngejahatin gimana? Kalo Oel di culik gimana? Kamu ih!" ucap Nara kesal. Bagaimana bisa Raja ketiduran? Memangnya ada kasur empuk di taman? Sampai sampai bisa membuat Raja ketiduran. Omegat! Dia benar benar kebo!

Raja menunduk, lalu memasang raut bersalah, "Maaf, aku ngantuk, jadinya ketiduran."

"Sudahlah Nara, mungkin tadi Raja capek. Jadi ketiduran. Kamu jangan marah didepan putrimu." ucap Bibi eka menenangkan.

Huufftt. Nara terlihat menghembuskan nafas pelan. Ia lalu mengangguki perkataan sang bibi. Tapi ia masih kesal pada Raja.

"Bun, aku mau tidur aja ah. Capek. Dah!" ucap Oel lalu pergi meninggalkan Raja, Nara dan Bibi Eka.

Bibi Eka ikut berdiri, "Nara, Raja. Bibi ke kamar dulu. Bibi akan menidurkan Oel dikamar."

Nara dan Raja mengangguk. Bibi lalu pergi meninggalkan mereka berdua di ruang tamu. Setelah kepergian bibi Eka, Nara yang sedari tadi duduk di samping Raja meninju pelan lengan Adik besarnya itu.

"Aw," ringis Raja pelan.

"Alah alay. Gitu aja kok sakit. Kamu tuh ya, anak di ejek malah nggak tau." omel Nara.

"Lah, kan tadi oel udah bilang, aku ketiduran." bela Raja.

"Kenapa bisa ketiduran? Sampe sampe nggak denger kalo anaknya dikatain pendek."

"Aku ngantuk. Lagian wajar aja kalo Oel pendek. Orang bundanya aja pendek." ucap Raja pelan.

"Kamu tuh ya! Malah ngejek aku. Aku tuh tinggi tau."

"Darimananya tinggi, orang kamu aja cuman nyampe di pundak aku."

" Tauk ah. Awas ya kalo kamu ngelakuin kek tadi lagi. Aku pukul beneran kamu." ancam Nara.

"Iya, iya. Aku janji." balas Raja.

"Jangan cuman iya iya doang. Lakuin dong ah. Kamu tuh ya."ucap Nara kesal.

"Iya sayang, iya."

***
"Bunda sama ayah pulang dulu ya sayang, jaga diri baik baik disini. Jangan nakal. Jangan bandel sama bibi Eka."ucap Nara pada putri kecilnya. Jika bisa, ia ingin menginap. Bahkan mungkin tinggal. Tapi apa daya, sekolahnya yang berada di Jakarta sudah menunggu.

Oel mengacungkan jempolnya, "Oke bunda! Oiya, bunda juga jaga diri baik baik disana sama ayah. Jangan lupa buat sering main kesini ya." ucap Oel, lalu tatapannya beralih pada Raja. "Ayah jagain bunda ya! Jangan sampe sakit. Oel sayang Ayah sama Bunda!" ucap Oel lalu memeluk tubuh mereka.

Bibi Eka yang sedari tadi diam berbicara, "Baik baik ya Nak. Jangan lupa hubungi kita."

"Iya bi, kita pulang dulu ya. Assalamu'alaikum." ucap Nara yang diikuti oleh Raja.

Nara dan Raja berjalan meninggalkan halaman rumah diiringi lambaian tangan dari Bibi Eka dan Oel.
***
Brummm

Suara tarikan gas dari motor ninja berwarna merah terlihat memasuki sebuah rumah di salah satu kawasan di puncak. Vano memasuki rumah besar tersebut setelah memasuki motor kesayangannya ke dalam garasi.

"Vano, kamukah itu?" suara lembut perempuan terdengar ketika Vano memasuki rumah besar itu.

Vano mengedarkan pandangan ke segala penjuru rumah. Pandangannya terhenti pada seorang perempuan tua yang sedang berdiri di depan sebuah kamar.

Vano berjalan menuju perempuan itu, lalu memeluknya erat. "Ibu..."

Ibu Vano mengelus rambut putranya, "Ibu kangen."

"Vano juga bu."

Ibu Vano melepas pelukannya. Lalu menatap anak kesayangannya yang tak terasa sudah beranjak dewasa. Entah mengapa tiba tiba anaknya pulang tanpa bilang. Biasanya putranya akan menghubunginya terlebih dahulu sebelum pulang.

"Kamu pasti capek, istirahat gih." ujar sang Ibu menyuruh Vano istirahat.

Vano mengangguk, lalu berjalan menuju salah satu kamar. Kamar itu bernuansa hijau muda berpadu dengan putih gading. Foto foto terlihat mengantung di dinding kamar luas itu. Kamar tersebut menghadap langsung pada hamparan kebun teh. Vano meletakkan tas sekolahnya pada kursi meja belajarnya. Ia lalu berjalan menuju balkon kamarnya. Vano memejamkan mata sejenak, menikmati sejuk angin semilir pegunungan.

Matanya menatap liar pemandangan di depannya. Kebun teh yang hijau, lalu jalan setapak berbatu. Rumahnya memang sunyi, sangat sunyi. Itu wajar, karena rumahnya hanya di huni oleh tiga orang. Yaitu dirinya, Ibunya, dan adiknya saja. Rumahnya pun tak memiliki tetangga. Tetangga terdekat hanya berjarak 400 meter dari rumahnya.

Vano duduk bersila di balkonnya. Tubuhnya bersender pada tembok dibelakangnya. Pikirannya sedang tertuju pada seseorang. Gilanya, seseorang itu baru di temuinya beberapa kali saja. Putri Naraya. Nama itu sedang hilir mudik di otak kecilnya.

Nara, gadis yang menurutnya sangat misterius. Gadis yang menyimpan tanda tanya dalam benak Vano. Ingatannya kembali pada saat pulang sekolah tadi. Ketika dirinya menemani Nara untuk menunggu seseorang. Raja. Orang itu bernama Raja Naraya. Orang yang ia kira kekasih Nara. Tapi kenyataannya ia hanyalah adik Nara. Pada saat itu entah mengapa perasaan lega muncul di benaknya. Tapi hanya sesaat saja.

"Ketemu putri kecil kita..."

"Arggghhh, siapa kamu sebenarnya? Apa benar kamu sudah memiliki seorang anak Nara? Dan hebatnya anak itupun anak dari Raja? Adikmu?" Raja mengerang frustasi. Ia masih teringat dengan jawaban terakhir Nara. Putri kecil? Apa benar?. Bukan hanya itu yang  membuat Vano terkejut. Yang lebih mengejutkannya lagi, Nara menambahkan kata 'kita' dalam kalimatnya. Seolah menjelaskan bahwa itu anaknya dan Raja. Yang benar saja! Bukankah Nara dan Raja kakak beradik? Bagaimana bisa?.

Tiba tiba sebuah motor ninja melewati depan rumahnya. Motor itu ditumpangi oleh dua orang. Laki laki dan perempuan.

"Nara?" tanyanya pada diri sendiri. Apa benar perempuan yang membonceng motor ninja itu Nara?

"Nggak mungkin. Mana mungkin." yakinnya pada diri sendiri. Meyakinkan dirinya bahwa yang ia lihat bukanlah Nara. Mungkin hanya mirip.

Vano mengacak rambutnya kencang. "Akhhhh!! Bisa gila gue kalo gini terus. Ya tuhan!"

"Bang..."

Suara bocah kecil membuat ia memutar badannya.

“Aih, Nazala. Darimana?” Tanya Vano pada bocah laki laki dihadapannya.

Bocah kecil itu mendekat, “Abang kapan pulang?”

“Baru aja nyampe.”

Nazala hanya mengangguk, lalu duduk di kasur kamar. Vano bersender pada pilar dan memandang wajah datar adiknya. Nazala Julian. Anak bungsu dari 3 bersaudara. Adik semata wayangnya. Satu satunya adik yang ia punya.

Umur Nazala baru menginjak 10 tahun. Ia bersekolah di salah satu sekolah di daerah rumahnya. Dia adalah anak yang pendiam dan susah mengenal dunia luar. Ia tak terlalu suka dengan dunia luar yang ramai. Ia lebih suka kesepian. Sangat jarang ia berbicara. Bahkan kepada Vano dan Ibunya.

“Kenapa kamu?” Tanya Vano bingung melihat raut wajah Nazala terlihat kesal.

Nazal terlihat memalingkan wajahnya, “Nggak kenapa napa, cuman lagi kesel aja.” 

“Kesel sama siapa? Mau cerita sama abang?”

“Sama bocah pendek yang songongnya minta ampun.”

Vano tersenyum mendengar jawaban. Jarang jarang ia mau membagi cerita dengannya. Ia hanya diam sambil menunggu penjelasan adiknya.

“Dia sangat menyebalkan Berani beraninya dia duduk main di ayunanku. Berani membentakku pula. Dasar menyebalkan.” Jelas Nazala dengan wajah super kesal. Satu lagi sifat yang muncul dari Nazala, dia adalah bocah yang tak suka di bentak.

Vano tersenyum lalu mengusap rambut hitam Nazala. “terus, apa yang kamu lakuin waktu ngeliat ayunanmu di pakai orang lain?” Tanya Vano pelan.

“Aku bilang sama dia itu milikku. Tapi dia malah nyolot. Bilang bahwa taman kita tempat umum pula.” Jelas Nazala menggebu gebu.

Vano tersenyum, “Yasudah, biarin aja Za. Mungkin dia belum tau kalo itu memang benar benar punya kamu.”

Nazala menghembuskan nafas sejenak. Lalu mengangguk patuh mendengar ucapan abangnya.
***
Aku hanya ingin mengetahuinya
Mengetahui hal rahasia yang kau punya

Ini seolah aku bukanlah siapa siapa...

TBC
Maap ini part pendek sangat. Minta voted and comment yang banyak. Biar lebih semangat bikinnya. Maap juga udah ngaret updetnya.

Continue Reading

You'll Also Like

9.8M 886K 51
#1 In Horor #1 In Teenlit (20.05.20) Tahap Revisi! Vasilla Agatha yang dijauhi orang tuanya dan tak memiliki teman satupun. Dia menjalani setiap har...
15.8M 991K 35
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...
13.8M 1.1M 81
β™  𝘼 π™ˆπ˜Όπ™π™„π˜Ό π™π™Šπ™ˆπ˜Όπ™‰π˜Ύπ™€ β™  "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...