7 Concubine

KanKutulis

9.5K 1.2K 256

(Warning: Boyslove, fantasi) Mimpi itu berulang, dan anehnya saat Dunk memposting apa yang dia lihat dalam mi... Еще

MIMPI
MODEL
AROMA
DITEMUKAN SEKALI LAGI
EYES
DRAMA
CRESENT MOON
NIGHTMARE
The Fairy
Under The Moon
Versus
Pretty
Bloody Peony
Ketidakbenaran
Lensa
Persamaan
Cermin
Pelindung
Pertemuan Dua Darah
Kecemburuan
Bagiku dan Baginya, Tentang Kamu -1
Bagiku dan Baginya, Tentang Kamu 2
Sudut Pandang 185
Ganjil
Sang Peri
Kaisar dan 7 Selir
Extra Chap. 1 - Salju Abadi
Wedding Plan
Calon Korban
Pasangan Raja
Pewaris
Silsilah
Koalisi Anonim
Galaksi yang Terperangkap
Saudara
Extra 3. Selir Agung Ketujuh : Sang Peri
Selir Agung Keempat: Setengah Peri
Extra_ Permaisuri : Keagungan Abadi
Kematian 2
Kehilangan
Kehilangan 2
Kehilangan 3
Kehadiran yang Buram

Kematian

139 19 17
KanKutulis

Dunk tersenyum ketika melihat Fourth melambaikan tangan kepadanya. Vokalis band yang baru selesai menyanyikan hampir dua puluh lagu itu berlari kecil mendatangi Dunk.

"Kak Dunk, apakah kamu sudah baik-baik saja? Oh, maaf aku tidak menjenguk sampai kamu keluar rumah sakit!" tuturnya sembari mengatur napas yang mulai habis.

Dunk menganggukkan kepala, membuka tangannya agar Fourth bisa memeluknya.

"Aku sudah baik-baik saja, jika tidak, bagaimana bisa aku menonton konser kalian." Dunk menjawab.

Fourth memeluknya erat sekali. Dunk mendorong Fourth sedikit untuk melepaskan diri dari pelukan Fourth, lantas melongok ke belakang. Dia bisa mendapatkan akses ke belakang panggung berkat Pond yang ada di sisinya, meski dia juga belum tahu bagaimana sahabatnya itu bisa mendapatkan akses all area, padahal dia bukan bagian dari kru dan tim yang mengurus band terkenal ini.

"Ngomong-ngomong, di mana Satang?" Dunk bertanya karena tidak melihat Satang.

Malah, drumer band yang sudah pernah Dunk temui yang mendekat dan menyapa. Seperti sebelumnya, dia juga menyapa Pond dan menggoda Pond soal kedekatannya dengan Phuwin.

"Aku tunggu undangannya, Bro!" Drumer itu berkata, lalu pamit karena ingin minum.

Pond menganggukkan kepala.

"Apakah si Winny Winny itu membawa Satang entah ke mana lagi?" Pond langsung mengungkit.

Winny.

Dunk ingat. Cowok yang sudah secara tidak langsung menyelamatkannya dengan membuat Michael terusir dari restoran, cowok yang ada di restoran milik keluarga Nicha saat Joong menyatakan perasaan padanya. Kelihatannya, cowok bernama Winny itu punya pandangan khusus untuk Satang.

"Eh, benarkah?" Fourth kelihatannya juga tidak sadar.

Dia langsung menoleh ke belakang. Sepertinya, dia malah menyangka Satang sedang bersamanya dari tadi.

Pond melangkah melewati Fourth dan bergegas mendekati Drumer yang sedang minum. Sepertinya dia menanyakan keberadaan Satang pada cowok itu.

"Tadi Satang bersamaku." Fourth berucap.

Dunk tersenyum agar Fourth tidak kebingungan.

"Ah, aku ingin membicarakan soal kaisar Naga denganmu. Bisakah kita bicara berdua?" tanya Dunk.

Fourth segera mengangguk. Dia terlebih dahulu pamit pada temannya sebelum berjalan bersama Dunk ke area yang lebih sepi.

Mereka sempat bertemu dengan Gemini yang berjalan menuju ke belakang panggung. Fourth menyapanya dan Gemini menyapa balik, lantas menyapa Dunk.

Sudah lama Dunk tidak melihat bocah itu, tiba-tiba saja, dia sudah menjadi lebih tinggi, membuat Fourth terlihat mungil berdiri di antara dirinya dan Gemini.

"Apakah Bang Winny masih di sini? Aku menunggunya sampai ditumbuhi lumut!" Gemini menanyakan keberadaan seseorang yang Pond curigai 'menculik' Satang.

"Hah? Bang Winny ke sini? Aku malah nggak lihat dia tuh." Fourth justru mempertanyakan.

"Nah, kan, nah, kan!" Gemini meracau.

Keduanya saling bertatapan sejenak sampai Dunk merasa keberadaannya dilupakan. Rona merah di pipi masing-masing bocah itu membuatnya tersenyum lantas batuk sekali.

"Ouh, halo, Kak. Makin wow saja. Sudah makan malam belum?" tanya Gemini.

Dasar! Masih saja!

"Haha, aku hanya perlu makan sebutir apel, Gem. Maaf ya, Fourthnya aku pinjam sebentar!" Dunk tersenyum lalu langsung membawa Fourth pergi.

Tentu saja yang lebih kecil hanya bisa mengikuti karena tangan Dunk sudah melingkari bahunya, sementara Gemini mengiringi keduanya dengan tatapan sampai Fourth lenyap dibalik tumpukan sound system.

***

"Aku tidak yakin seperti apa sosok diriku dalam kehidupan kaisar Naga, aku tidak ingin mengingat semuanya sedetail itu. Aku pikir, aku adalah aku yang sekarang dan cukup itu saja, dia tidak bisa terus berada di sekelilingku dan berpikir bahwa aku adalah miliknya. Bagaimanapun caranya, aku akan melepaskan diri dari kaisar Naga. Aku bukan selir agung keempat atau apapun yang dia pikirkan." Fourth menyampaikan keputusannya setelah berbicara dengan Dunk selama setengah jam.

Dunk punya pemikiran yang sama. Untuk saat ini mereka bisa bernapas sedikit lebih lega karena kaisar Naga sedang terluka, akan tetapi jika dia nekat lagi, entah apa yang akan terjadi.

Dengan tangannya sendiri, Dunk memeluk dirinya. Rasanya tidak nyaman membicarakan kaisar Naga, dia mengingat saat sosok itu merengkuhnya, menapaki kulitnya. Meski kemungkinan besar itu hanyalah bagian dari ingatan dari selir agung ketujuh, tetap saja Dunk merasa seperti dirinya turut tidur bersama sosok itu.

"Aku juga ingin melepaskan diri darinya. Semakin banyak aku melihat apa yang dulunya selir agung ketujuh lihat, semakin aku tidak tahan. Rasanya tidak ingin lagi!" Dunk menyahut.

Suara helaan napas keduanya terdengar hampir berbarengan, kemudian, seperti sudah berlatih berulang kali, dengan kompak sama-sama mengigit sedotan.

Dunk dengan americano-nya dan Fourth dengan jus semangka-nya.

Duduk berdua dengan bersila di bawah perlengkapan pertunjukan musik, keduanya seperti sedang membicarakan sebuah konspirasi rahasia.

"Hei, apa menurutmu cara yang Kak Kay sebutkan tempo hari perlu kita coba, Kak?" tanya Fourth.

Dunk menoleh dan seketika menyentil kening yang lebih muda.

"Fourth, kamu masih anak-anak!" selanya.

Fourth menggeleng.

"Enak saja. Aku bukan anak-anak, yah, belum dewasa, tapi bukan anak-anak. Anak seumuranku ini sudah tidak tabu lagi membahas soal seks!" Fourth menyanggah.

Dunk menelan ludah.

Ya, dia tahu.

Justru dialah yang peragu dalam hal ini.

"Menurutku, meski kemungkinan itu ada, resikonya juga ada!" Dunk akhirnya menumpukan pipi di telapak tangannya.

"Resiko? Apa resikonya?" Fourth justru penasaran.

"Kalau soal resiko yang lain, aku pikir kamu juga sudah paham, tidak mungkin kamu tidak mendapat pendidikan seks bukan? Yang aku maksud adalah ... melakukan itu dengan seseorang yang tidak kamu yakini mungkin akan membuatnya menyesal. Aku tidak menyukai penyesalan!" Dunk menjawab.

Fourth diam sejenak, lalu mengangguk. Keduanya kembali diam dan tidak membicarakan apa yang mereka pikirkan, meski ide-ide di dalam kepala mereka kurang lebih saling berkaitan.

Keduanya terlonjak kaget ketika Pond datang dan mengagetkan keduanya. Satang yang datang bersama Pond menertawakan dengan suara nyaring sambil menepuk-nepuk paha kesenangan.

Dunk memelototi Pond, tetapi tidak melakukan hal yang sama untuk Satang. Apalagi saat dia melihat seseorang berdiri mengawasi sedikit jauh dari sana.

Laki-laki itu, menurut Fourth seumuran Dunk dan saat ini adalah salah satu 'penguasa' perusahaan yang menaungi band yang ia gawangi. Winny adalah adik Nicha, atau mungkin sepupu, Fourth sendiri juga tidak yakin, dia hanya tahu keduanya berkerabat.

Intinya, Winny bisa mengubah nasib band mereka dalam sekali tepuk, meski begitu Winny tidak pernah ikut campur.

Dia sepertinya hanya berbicara dengan Satang. Itu saja yang Fourth tahu karena dia mengaku Winny terlalu menakutkan untuk didekati.

Dunk menganggukkan kepala sedikit, sekedar tanda sapa. Winny hanya merespon dengan tatapan sementara Gemini yang muncul di sebelahnya membalas dengan penuh semangat.

"Bagaimana kalau kita pergi makan bersama?" Dunk menawari.

"Ide bagus. Ayo kita pergi makan bersama!" Si tamu tidak diundang berjuluk Gemini menyahut penuh semangat.

***

Dunk menyadari bahwa dirinya diikuti. Kali ini memang bukan oleh kaisar Naga langsung, tetapi prajurit-prajuritnya yang bersembunyi di balik bayangan atau bergerak dengan menyerupai manusia berkeliaran sejak dirinya meninggalkan restoran.

Dia ingin melepaskan diri dari kaisar Naga. Dia sebenarnya tidak yakin apa maksud makhluk itu terus mengawasinya, berkeliling di sekitarnya, membuatnya merasa seperti dikungkung tanpa bisa bergerak bebas. Ibarat peri, maka dia adalah peri hutan yang dijerat oleh akar-akar dan surai hutan itu sendiri.

Dunk tidak menyukainya dan tidak ingin terus berada dalam situasi yang sama. Pasalnya, dia sama sekali tidak merasa bahwa mereka memiliki jenis hubungan yang patut untuk dipertahankan. Dirinya bukanlah peri hutan, bukan selir agung ketujuh yang sangat dicintai oleh sosok berwujud ular raksasa itu. Dia adalah Dunk. Dia bukan peri hutan, dia adalah seorang model.

Dia bukan seorang selir agung, dia hanya mahasiswa biasa yang ingin bermain ke sana ke mari selepas ujian, tanpa kritikan dan sering kali tidak mau dikomentari.

Lebih dari itu, bila memang dirinya terhubung dengan selir agung ketujuh, Dunk yakin sosok itu tidak pernah merasa dicintai, dia tidak merasa bahagia. Jika dia merasa bahagia, mungkin perasaan yang akan Dunk terima adalah perasaan yang indah, perasaan rindu mungkin. Namun, tidak sedikitpun dia merasakan itu. Dia justru merasa resah, khawatir, tertekan, terkurung, ketakutan.

Sosok empat laki-laki besar datang menghadang Dunk yang sedang berjalan menuju ke kondominium Joong. Cowok itu tidak membalas pesannya setelah beberapa jam, membuat Dunk merasa khawatir.

Dunk diam. Dia tidak berteriak atau membuat keributan karena dia bisa merasakan bahwa keempat laki-laki bertubuh besar itu bukanlah manusia.

"Yang mulia, Kaisar menunggu Yang mulia selir agung ketujuh. Mari ikut kami!" ucap salah satu dari mereka.

Dunk jadi teringat kejadian yang sangat mirip, di depan rumahnya sekian waktu sebelumnya. Untung saja saat itu ada Pond yang mengusir mereka.

"Menyingkir dari hadapanku!" Dunk memberi perintah.

Mereka masih saja menganggapnya sebagai selir agung ketujuh, sehingga Dunkpun memberi mereka perintah seolah dirinya adalah selir agung ketujuh.

"Yang mulia, kami harap anda mempertimbangkan untuk datang kepada yang mulia Kaisar, karena ...,"

Dunk mengangkat sebelah tangannya.

"Aku tidak ingin mendengarkan apapun tentangnya. Minggir!!" Dunk memotong.

Dua dari empat orang itu maju ke depan  mencoba meraih Dunk. Ketika salah satu dari mereka mengulurkan tangan untuk mencoba menangkap Dunk, sebuah suara menginterupsi.

"Minggir! Minggir!!"

Dunk juga terkejut atas datangnya suara itu, tetapi kemudian Satang muncul, menempatkan diri di kanan Dunk lalu merangkul lengan yang lebih tua.

Dua orang itu langsung mundur begitu Satang ada di sana, sehingga mereka membentuk barisan, memblokade jalur padestrian.

"Kak Dunk, siapa mereka?" tanya Satang.

Dunk mengerutkan kening. Dia tidak yakin apakah Satang sudah tahu dalam pandangan kaisar Naga, dirinya adalah anak yang dia sayangi. Tetapi setidaknya, Dunk tahu bahwa Satang sudah pernah mendengar obrolan enam 'selir agung' sebelumnya.

"Prajurit kaisar Naga. Mereka memaksaku untuk ikut!" Dunk akhirnya menjawab pertanyaan Satang.

Bocah itu bertubuh kecil, tetapi mata bulatnya penuh keberanian.

"Minggir, atau aku injak kaki kalian!" ancam Satang.

Dunk ingin terkekeh, tetapi menahannya.

Keempatnya saling bertatapan, tetapi kemudian membelah posisi menjadi dua dan memberi jalan kepada Dunk untuk lewat.

Satang masih menggandeng Dunk, dan menemaninya sampai ke depan gedung kondominium Joong.

"Kamu tahu aku akan ke sini?" tanya Dunk.

Satang mengangguk.

Sebuah mobil keluaran terbaru dengan warna silver datang, berhenti di dekat sana. Ketika jendelanya dibuka, Fourth melambaikan tangan.

Rupanya, Phuwin yang menyetir, dan entah siapa yang memberi tahu mereka bahwa selepas meninggalkan restoran Dunk malah berjalan menuju tempat tinggal Joong, padahal Dunk hanya mengaku ada hal penting yang musti dia urus.

Dunk akhirnya mengantar Satang mendekati mobil itu. Phuwin menyapanya sedikit dan tidak banyak berucap, sementara Fourth menguap dua kali. Sepertinya dia kelelahan.

Setelah Phuwin mengemudikan mobil itu menjauh, Dunk mendongak untuk mencari balkon kamar Joong yang sudah pernah dia kunjungi. Sebenarnya, meski di sana, rasanya akan sedikit percuma karena tanpa Joong langsung, Dunk tidak akan bisa naik ke sana, tidak akan diizinkan masuk.

"Ayo masuk!"

Suara seseorang terdengar mengejutkan. Dingin, datar dan dalam seperti simbol-simbol yang harus dipecahkan.

Dunk menoleh ke belakang.

Seseorang bernama Winny, yang tadi makan malam bersamanya tapi benar-benar hanya bicara ketika menanggapi ocehan Satang berdiri kokoh. Dunk sedikit lebih tinggi, tetapi aura Winny mendominasi tanpa ampun.

Wajahnya tidak terlihat ramah meski sebenarnya dia tergolong tampan. Rupanya, inilah alasan Fourth menyebut Winny menakutkan.

"Kamu ingin menjenguk Joong bukan?" tanyanya.

Dunk terkesiap. Mengangguk-angguk seperti anak burung karena tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

Winny masih asing baginya dan sosok itu entah bagaimana terasa menakutkan. Rasanya, dia datang bersama hawa dingin yang menekan.

Dunk bahkan tidak bertanya lagi ketika Winny memberinya isyarat untuk mengikuti. Dari gerak-geriknya, Winny juga tinggal di gedung yang sama dengan Joong sehingga tidak ada yang bisa menghalanginya masuk. Dia memiliki akses masuk ke sana, membawa Dunk memasuki lift tanpa bicara dan mengantar Dunk sampai ke depan kamar Joong, persis di sana.

"Nah, berikan ini kepadanya. Pastikan dia bisa makan atau dia akan mati kelaparan!" Winny mengangkat tangannya, menunjukkan kantong makanan yang tertutup rapat.

Dunk menerima kantong itu.

"Ada apa dengan Joong?" tanya Dunk, akhirnya bisa bersuara.

Winny menoleh sedikit ke arah pintu.

"Dia berpikir cukup kuat dan bisa menyembuhkan lukanya sendiri, karena itulah pada akhirnya dia akan menemui kematian. Kamu," Winny menggunakan dua jarinya untuk menunjuk kening Joong.

"Adalah alasan kematiannya dan mungkin akan menjadi alasan kematiannya yang kedua!" Winny melanjutkan.

"Huh?" Dunk tak bisa tidak bingung.

Winny membuang napas, kemudian tidak bersedia membuang waktunya untuk bicara dengan Dunk lagi. Dia mengayunkan kakinga beberapa langkah, membuka pintu di seberang dan masuk.

Pintu ditutup.

"Aku ... bagaimana aku bisa masuk ke kamar Joong?" Dunk bertanya, tetapi yang dia tanyai sudah tidak ada lagi.

Winny meninggalkannya seperti bunga yang terbang dibawa angin, meninggalkan tangkai-tangkai kering.

***

Продолжить чтение

Вам также понравится

Mommy? yuzii

Фэнтези

804K 71.8K 32
Ini adalah kisah seorang wanita karir yang hidup selalu serba kecukupan, Veranzha Angelidya. Vera sudah berumur 28 tahun dan belum menikah, Vera buk...
79.3K 6K 31
[ GeminiFourth ] Konflic Love•Angst | End Farrel seorang karyawan di salah sebuah perusahaan terkenal tidak menyangka akan bertemu kembali mantan sua...
[BL] Bring More Wine! Chys Guniang

Любовные романы

22.7K 3.8K 12
Pada tahun ke-6 Jin, Permaisuri Yinuo dihukum mati atas kejahatan yang tidak ia lakukan. Pada tahun ke-7 Jin, Permaisuri Yinuo terlahir kembali di t...
LEMBAYUNG (Short Story-END) TAN

Любовные романы

5.1K 765 10
Seharusnya Lemba tahu, bahwa mencintai adiknya sendiri itu adalah hal yang salah. Itulah sebabnya ia melarikan diri untuk membuang perasaan terlaran...