.
.
.
"Uwaaahhhh keren ini kantor ayah" itu Jay menatap binar bangunan megah milik Johan di depannya.
Bedanya pagi menjelang siang bukan sore.
Cup
"Benar baby ini salah satu perusahaan milik ayah"Johan mengecup pipi gembul Jay.
"Ugh ayah punya banyak gedung seperti itu? Jay memiringkan kepalanya ke samping
Johan terkekeh
"Mungkin..." Johan sedikit menggoda Jay lucu sekali pikirnya ternyata ada bocah semenggemaskan dan sepolos ini di keturunan lexam yang notabenenya keturunan berdarah dingin.
"ayo masuk ayah Jay pengen liat dalemnya ayooo" Jay memaju mundurkan badannya di gendongan Johan.
"Hahaha sabar baby.... Ayo kita masuk hmm" Jovan berjalan dengan Niki mengekor di belakang.
"Let'gooooo~~~~..."
"Let's go baby"
"Let'gooo....?...Let...Let'zz.... ishh sama saja lah, Jay tidak bisa hulp" Jay menggembungkan pipinya lucu.
"Hahaha kau begitu lucu bayi..." Cup Johan mengecup hidung mungil itu,
"Ayah kenapa sepi sekali?" Jay setelah memasuki kantor yang kosong hanya ada beberapa bodyguard dan penjaga sepetinya,
"Baby lupa ini hari apa hmm"
"Ahh iyaa ini kan Minggu ayah astaga Jay lupa hihi" dan itu membuat Jovan dan Niki terkekeh geli.
setelahnya berjalan memasuki lift dengan Niki dan dua bodyguard yang lain, sisa bodyguard nya berjaga di luar,
"Ayah kita akan pergi ke lantai berapa?"
"Kita akan pergi ke lantai 24 baby itu ruang meeting room khusus" balas Jovan
"Tapi Jay ikut tidak apa ayah?, Jay kan tidak bekerja di sini ayah,Jay masih pengangguran" Jay polos.
"Hahahha kenapa kau begitu lucu hmmm baby"
cup
cup
"Ayah sudahhh" Jay mencoba menjauhkan wajah sang ayah.
Johan terkekeh dan
"siapa yang berani memarahi bayi ayah ini,jika ada dia harus berurusan dengan ayah" ujar Johan.
Jay langsung tersenyum manis memeluk tubuh sang ayah erat. Beda dengan Niki dan dua bodyguard yang lain yang terus cengo dan terpana karena melihat tuan besar atau anak sulung dari tuan besar lexam itu tertawa karena bocah mungil di gendongannya itu sungguh keajaiban mungkin.
Ting
Tap
Tap
Tap
"Ayah Coco?"itu Niki
"Ini tuan kecil" Jay langsung menerima dan memeluk coco erat sambil tersenyum manis ke arah Niki setelahnya mengalungkan kalung pacifiernya lalu memasukan nipel buatan itu ke mulut mungilnya.
Johan tersenyum kecil melihat bayinya itu.
"Baby ingin main bersama Niki atau ikut ayah ke ruangan hmm?" Johan bertanya
"Mmmm ikwut aywah" balas Jay menyandarkan kepalanya di dada bidang sang ayah. Johan mengangguk lalu berjalan memasuki ruangan yang sudah terdapat orang di dalamnya.
Klik
Tuk
Tuk
Tuk (suara sepatu pentopel🗿)
Semua yang berada di ruangan langsung berdiri.
"Selamat datang tuan Johan"
"Hmmmm" Johan hanya berdhmm sambil berjalan angkuh dengan wajah datarnya duduk di kursi kebesarannya dengan Jay di pangkuannya.
Dan ntah di sadari atau tidak ada yang tersenyum tipis melihat bocah di pangkuan kolega bisnisnya itu. Jay yang engeh pun menengok dan langsung bersitatap dengan mata elang yang ia rindukan dan.
Plop
"PAPA!!" Dan itu membuat beberapa orang di sana tertuju pada Jay kembali setelah mereka tadi merasa kagum sekaligus aneh siapa kah bocah mungil nan menggemaskan yang berada di gendongan Johan seoarang berdarah dingin dan misterius setahu mereka kepada anak anaknya saja Johan tidak pernah mengajaknya mereka ke perusahaan atau sekedar memperkenalkan anak anaknya.
"Papa,... ayah ingin ke papa ayah" Jay memberontak dari pangkuan Johan karena Johan menahan kuat pinggang Jay.
Suasana begitu dingin dan mencekam di tambah tatapan milik Johan kepada Samudra yaa itu samudra, biasanya ia akan di wakilkan namun karena ini adalah rapat para CEO dan berhubungan dengan proyek besar jadi Sam sediri lah yang turun tangan.
Sebenarnya ia malas mengikuti proyek milik ini tapi karena ini adalah sebuah bisnis dan tak ada sangkut pautnya dengan keluarga jadi Sam memutuskan untuk ikut dalam proyek itu dengan menyumbangkan separuh sahamnya.
samudra sebenarnya sungguh malas untuk mengikuti meeting ini karena tentu harus bertatapan langsung dengan Johan sulung,
atau kakak tertua dari istrinya yang selalu menatap tak suka kepadanya (sebenarnya Sam sudah biasa dan tidak perduli) tapi tetap saja tatapan itu tidak pernah ia sukai.
namun karena saham Avalon yang juga berkontribusi dalam proyek milik Perusahaan Johan yang di berinama JHN COMPANY ini jadi ia tentu tidak bisa seenaknya untuk memutuskan terlebih jika ia memutuskan untuk berhenti dalam projects itu bisa bisa Perusahaan miliknya yang akan merugi triliunan juta.
Back to story
"Hikaa ayahh hiks pengen papa huaaaaaa" Jay menangis.
"Diam Jay atau lebih baik kau pulang bersama Niki" datar Johan sungguh ia harus bisa menahan emosinya bukan karena para koleganya namun ia takut bayi yang berada di pangkuannya ini akan marah dan tidak mau bertemu dengannya karena takut.
"Hikss Noooo mau papa MAU PAPA HIKA HUEEEEEE!!!"Jay semakin histeris memukul dada bidang Johan, Johan langsung mencengkal tangan mungil Jay bukan karena sakit namun ia hanya takut tangan bayi nya terluka apa lagi tangan mungil itu sekarang sudah memerah karenanya.
Hahhhh "baiklah kau boleh bersamanya jadi berhenti lah menangis hmm" Johan menghela nafas untuk menetralkan emosinya bisa bisa Jika emosinya lepas sudah di pastikan semua yang berada di sini lenyap tanpa sisa.
Samudra tersenyum lebar penuh arti dan angkuhnya berdiri dari tempat duduknya melangkah mendekati bayi yang ia rindukan beberapa waktu terakhir semenjak Jay singgah dan tinggal beberapa hari di kediamannya.
Samudra mengangkat Jay ke gendongan koalanya dan.
Cup
"Papa~~..." Jay mendayu langsung memeluk erat tubuh samudra dan menduselkan wajahnya di dada bidang sang papa.
Samudra terkekeh,
"Papa merindukanmu baby"
"Jay juga rindu papa dan mama, Kaka juga dan Abang El" Jay berujar antusias, samudra melangkah kembali duduk di tempatnya semula dengan Jay di pangkuannya menghadap ke arah dada bidang Sam.
Johan hanya bisa menatap tak suka pada samudra setelahnya ia hanya bisa menghela nafas dan berfikir harus segara memulai meeting ini agar bisa memisahkan Jay dari cecunguk itu apalagi mereka terlihat sangat akrab dan dekat jadi Johan merasa kesal sungguh.
"Langsung mulai" dingin Johan pada tangan kanan nya yang bernama TIO yang memang selalu bertugas menggantikan nya di perusahaan contohnya saat Johan berlibur bersama ke pantai kemarin.
"Baik tuan" setelahnya mereka memulai meeting.
.
.
.
"Papa" Jay
"Hmmm" Sam berdehmm menunduk menatap mata Jay yang sayu. Ah sepertinya bayi besarnya ini sudah mengantuk.
Samudra memrubah posisi Jay menyamping seperti bayi lalu memasukan pacifier ke mulut mungil Jay tapi Jay langsung mengeluarkan pacifiernya kembali dan menggeleng menggeliat mencari posisi nyaman di pangkuan sang papa.
"Permisi tuan" itu Niki sedikit berbisik dan memberikan botol yang berisi susu.
"Aahh terimakasih" ujar Sam dan di balas anggukan oleh Niki, Niki memang membawa tas Kramat yang terdapat keperluan Jay mulai dari susu,baju ganti dan banyak lagi.
Samudra langsung memasukan nipel buatan itu ke mulut mungil Jay, Jay langsung menerimanya dengan baik dan tak lama mata sayu itu sudah tertutup rapat dan jangan luapan Coco yang terus Jay peluk sambil mendusel mencari posisi nyaman.
Samudra bisa lega akhirnya ia bisa kembali fokus pada meetingnya dan sesekali mengelus atau mencium aroma bayi di tubuh mungil Jay.
.
.
.
🧸🍓🧸🍓🧸
Skip miting selesai
Samua para kolega/CEO yang berjumlah lima orang itu sudah meninggalkan ruang meeting terkecuali samudra dan Johan.
"Kemarikan Jay dan ku harap ini adalah hari terakhir kau bertemu dengan baby" dingin Johan
Samudra mengangkat satu alisnya dan terkekeh
"Baby sendiri yang meminta untuk bersamaku Tuan Johan jadi kenapa aku harus menolak terlebih mana bisa aku menolak bayi mungil menggemaskan ini" Cup Sam berdiri dari duduknya sambil berucap lalu mengecup pipi gembul yang naik turun akibat Jay yang begitu semangat mengenyot pacifiernya.
Johan mengepalkan tangannya kuat ingin sekali ia melenyapkan orang yang berada di depannya ini. Jika ia tidak bisa menahan emosinya mungkin sudah ia singkirkan dari dulu samudra beserta keluarganya termasuk adiknya sendiri.
Ntahlah kenapa ia bisa begitu dalam membenci Jiya dan samudra padahal itu sudah menjadi masalalu dan fikir Johan sendiri kematian dari anak sulung mereka adalah karma dari jiya sendiri pikirnya.(Kau ni egois kali lah. Author abaikan🗿)
"Tidak perlu menatapku seperti itu Johan, kau menatapku seakan kita belum pernah berkeluh kesah bersama saja That's right, friend?!!" Sam ternyum miring.
"It was then!" Dingin Johan.
"Aku tidak perduli bagiku kau masih tetap sahabatku Johan" Sam bersungguh dalam katanya dan dan Johan tau itu ia bisa melihat tatapan tulus dari samudra untuk nya.
Johan hanya diam lalu merebut Jay dari gendongan samudra setelahnya langsung melangkah pergi meninggalkan samudra yang menatap punggung sobatnya itu dengan pandangan tak terartikan.
Dan yah samudra dan Johan adalah sahabat dekat dari mereka masih SMP dulu, saat SMP dan seterusnya hanya samudra lah yang menjadi teman bagi Johan begitu pula sebaliknya Johan tipikal orang yang dingin, irit bicara, gampang emosi dan marah itu sebabnya tidak ada yang mau berteman dengannya beda dengan samudra ia bukan kasihan namun samudra yang memang friendly menyukai tantangan dan sedikit tertarik berteman dengan Johan yang notabenenya manusia yang jarang berada di muka bumi jadi samudra memutuskan untuk berteman dengan Johan saat ia pindah ke sekolah baru yaitu sekolah yang di tempati oleh Johan.
Tadinya samudra di acuhkan bahkan tak jarang di bentak dan di pukul oleh Johan, namun karena kegigihan samudra yang ingin berteman dengan Johan jadi lah lama kelamaan Johan menerima samudra dan mereka akhirnya berteman sampai kuliah dan mengambil jurusan yang sama dan samai mereka lulus dan memiliki perusahaan masing masing.
Namun persahabatan mereka sekarang renggang malah di bilang mungkin sekarang mereka adalah seorang rival akibat saat itu samudra menemukan jiya di jalanan dengan kondisi yang di bilang kurang baik.
Samudra membantu jiya setelah nya karena memang jiya dan Sam sudah dari lama kenal Meraka melangsungkan pernikahan, karena memang saling mencintai dan Sam ingin melindungi orang yang ia cintai, tak perduli siapa jiya dan dari mana ia besar begitupun dengan masalalu perempuan itu.
Dan mulai dari situ lah Johan memusuhinya dan memutuskan persahabatan mereka karena Johan merasa di khianati, samudra sahabatnya telah menolong orang yang telah membuat keluarganya hampir hancur dan membuat istrinya terluka dan Johan yang harus ke hilanngan calon anak dan penerus pertamanya dulu.
Samudra hanya bisa menghela nafas,
"Ayo pergi" setelahnya Sam pergi bersama tangan kanannya Reno dan beberapa bodyguardnya yang lain. Meninggalkan ruangan untuk pulang ke kediamannya.
Tbc.