Single Mother : Heejake

Von s_xpyin

67K 6.2K 561

Jake membesarkan Riki seorang diri tanpa suami. Prinsip hidupnya jika dunia keras maka dia lebih keras. Mehr

bagian 1
bagian 2
bagian 3
bagian 4
bagian 5
bagian 6
bagian 7
bagian 8
bagian 10
bagian 11
bagian 12
bagian 13
bagian 14
bagian 15
bagian 16
bagian 17
bagian 18
bagian 19
bagian 20
bagian 21
bagian 22
bagian 23
bagian 24
bagian 25
bagian 26
bagian 27
bagian 28

bagian 9

2.3K 233 51
Von s_xpyin

-
-
-

Jake membuka pintunya dan dia langsung berhadapan dengan Sunghoon, dahinya menderyit bingung karena kehadiran si bangsat maaf maksudnya Tuan terhormat ini.

"ada apa Tuan?." tanya Jake dengan nada datarnya.

Sunghoon sama halnya seperti Jake, tatapannya santai atau lebih tepatnya datar, dia masih tidak menyangka saja dengan kelakuan Jake yang lebih rendah daripada jalang kemarin.

"aku hanya berkunjung, oh ya dimana anakku?." tanya Sunghoon dan hendak masuk kedalam rumah.

Jake langsung menutup pintu dengan cepat lalu mengalihkan perhatiannya ke arah lain, sampai kapan pun Jake tidak akan sudi memperkenalkan Sunghoon sebagai Ayah Riki walau itu faktanya sekalipun.

"kenapa? apa aku tidak boleh bertemu dengan anakku?." pertanyaan yang terlontar seketika membuat Jake menggeram.

"dia anakku." tekan Jake dengan suara pelannya, Sunghoon tertawa dengan pelan reaksi dari Sunghoon membuat Jake tertegun.

"dia juga anakku." balasnya setelah tertawa seperti orang tidak waras.

"tidak, dia hanya anakku, aku yang mati matian membesarkan nya selama ini." timpal Jake dengan tajam.

"bagaimana dengan ayahnya?." senyum Sunghoon.

"ayahnya sudah lama mati." balas Jake.

Sunghoon kembali tertawa.

"apa yang lucu?." tanya Jake.

Sunghoon menghentikan tawanya dan mulai mendekati Jake sedangkan Jake tetap teguh, dia tidak merasa terintimidasi bahkan saat Sunghoon sudah sedekat ini dengannya.

Dunia sudah terlalu kejam mengintimidasinya jadi hanya untuk seorang Sunghoon? Jake tidak akan takut sebaliknya dia malah menatap tajam pria tampan yang tampak merendahkannya dengan tatapannya sekarang.

"kenapa kau sekejam itu? kita pernah saling mencintai jika kau lupa." senyum Sunghoon dan hendak mengelus pipi Jake, Jake langsung menepis tangannya.

Matanya langsung berkaca kaca.

"kau membuat ku jijik." tekan Jake dengan menatap Sunghoon.

"aku membuat mu jijik?." tanya Sunghoon.

"ya!." balas Jake dengan cepat, nafasnya benar benar berat sekarang.

"jadi aku membuat mu jijik tapi bagaimana dengan guru muda itu?." senyum Sunghoon.

Dahi Jake menderyit, Sunghoon mendekati telinga Jake dan membisikkan sesuatu.

"dia mencium bibir mu bahkan di depan anak kita, apa kau tidak jijik padanya... sayang?." bisik Sunghoon.

Jake diam membeku, tunggu bagaimana dia bisa tau tentang ciuman Jake dengan pak Heeseung? kenapa dia bisa tau? apa dia memata matainya?.

Jake mendorong dadanya dengan kasar lalu menatapnya dengan tajam, dia berusaha tetap tenang dengan menetralkan nafasnya.

"apa kau ingin menyangkal nya?." tanya Sunghoon.

Jake mengepalkan kedua tangannya lalu memejamkan matanya dengan kuat, Jake berbalik dan hendak masuk kedalam rumahnya tapi pergerakannya terhenti saat Sunghoon memeluknya dari belakang.

"apa apaan kau!." tekan Jake setelah berhasil melepaskan diri.

Sunghoon memukul pintu yang berada di punggung Jake dan Jake langsung diam membeku, Sunghoon menatap Jake dengan rendah.

"kau tidak suka saat aku memeluk mu tapi kau suka saat guru muda itu mencium mu? menjijikkan, kau benar benar jalang rendahan, mama ku tidak salah karena telah mengatakan itu." ucap Sunghoon dengan kalimat tajamnya.

Jake menatap Sunghoon dengan netra yang semakin berkaca kaca.

______________________________________

"apa yang kau pikirkan?." tanya Riki setelah melihat Jake yang hanya duduk merenung di ujung bangku, Jake menatap Riki yang sedang menyantap roti isinya.

Jake menghela nafasnya lalu beranjak, Riki menaikkan sebelah alisnya, netranya terus menatap kemana perginya sang mama ternyata dia tengah membuatkan Riki susu.

"apa ada masalah?." tanya Riki lagi dia tidak mendapat jawaban bahkan setelah Jake meletakkan segelas susu di dekatnya.

Riki menatap Jake yang sedang tersenyum dengan tipis padanya, dia mengelus surai anaknya yang terlihat khawatir padanya sedangkan Riki terus menatap mamanya.

"kau baik baik saja?." Riki terus bertanya tentang keadaan Jake.

"aku baik baik saja." senyum Jake.

"aku tidak yakin jika ada masalah kau bisa cerita padaku selain diri ku kau sudah tidak punya siapa siapa lagi jadi bisakah diri ku berguna untuk menjadi tempat menenangkan mu?." tanya Riki dengan pelan.

"hmm." senyum Jake dan berusaha terlihat biasa saja, dia mencium surai Riki lalu pergi menuju dapur.

Riki menghela nafasnya lalu menundukkan kepalanya, mamanya selalu memendam masalahnya sendiri, apa dia tidak lelah seperti itu? bukankah Riki disini untuk menemaninya tapi kenapa dia masih mandiri dengan masalahnya.

Selesai sarapan, Riki langsung beranjak dan bersiap ke sekolah, Jake mendatanginya lalu mengulum bibirnya sendiri sedangkan Riki hanya menatapnya dengan bingung.

"ada apa?." tanya Riki.

"aku ingin menitipkan roti isi ini pada pak Heeseung, apakah boleh?." tanya Jake dengan pandangan yang tertuju pada lantai.

Keheningan yang melanda membuat Jake menyesal karena telah menanyakan hal itu pada Riki, kenapa canggung sekali, apa reaksi yang akan keluar dari anaknya, dia suka atau tidak.

"bolehhh, wahh kau perhatian sekali pada pak Heeseung." ejek Riki.

Jake kembali menatap Riki, apa Jake boleh bilang jika Riki menyukainya?
Riki tersenyum dengan tulus, dia pun mengambil kotak bekal yang berada di tangan Jake.

"aku akan bilang bahwa kau membuatnya dengan cinta." tawa Riki dan kedua pipi Jake seketika merona, ohh secepat inikah reaksinya pada ejekan Riki?.

Memalukan.

"aku berangkat sekolah duluu." Riki memeluk Jake lalu mencium kedua pipinya secara bergantian.

Hati Jake menghangat, dia langsung tersenyum penuh arti, tangannya mengelus pipi lembut milik sang anak, putra nya sudah besar dan benar benar tenang sepertinya.

"belajar yang benar, aku mohon setidaknya jika aku tidak berpendidikan maka kau harus berpendidikan nak." lembut Jake.

Riki kembali memeluk Jake dengan lebih erat dari sebelumnya, Jake memejamkan netranya lalu tersenyum dengan tipis.



Riki memasuki gerbang sekolahnya dengan menatap jam tangannya tiba tiba Hyunjin melaluinya dan menampar bokongnya dengan sedikit godaan.

"wahhh kau memiliki bokong yang besar, bolehkah aku meremasnya?." tawanya dengan sarkas.

Riki menghentikan langkah nya, ke 4 teman Hyunjin yang lain juga langsung mengikutinya, mereka melalui Riki dengan menampar dan bahkan meremas bokongnya.

"wahhh aku ingin menjilati nya." mereka tertawa dengan keras setelah melecehkan Riki seperti tadi.

"jilat dengan madu hahaha!."

Riki memejamkan kuat netranya, apakah itu lucu? kenapa orang orang seperti mereka bisa melakukannya dan kemudian tertawa dengan sarkas seperti tadi? apa mereka tidak punya hati?.

Junghwan menatap Riki dari kejauhan.

"aku lihat sejak kejadian mama Riki yang datang menggertak mu, kau sudah tidak berani lagi menganggu nya."

Junghwan tetap menatap Riki.

"kau bahkan terpergok sering menatapnya dan kemarin kau menyelamatkannya dari Hyunjin, ada apa ini? kau bukanlah Junghwan yang kami kenal."

"oh, jangan bilang bahwa kau menyukai anak dari Jalang Shim itu."

Junghwan langsung menatap tajam teman temannya.

"tutup mulut kalian." tekan Junghwan dan teman temannya seketika membatu.

Junghwan melirik Riki yang sudah masuk kedalam gedung sekolah, Junghwan menghela nafasnya dan kemudian ikut masuk kedalam gedung sekolah terlalu malas baginya untuk mendengar ocehan teman temannya.

Junghwan menghentikan langkahnya lalu bersembunyi saat Riki menemui Heeseung di ruang guru, entahlah Junghwan mendadak kepo dan ingin sekali tau ada urusan apa mereka berdua.

"ini bekal untuk mu pak." senyum Riki dengan menyodorkan kotak bekal pada Heeseung.

Junghwan langsung mengerti, dia pun pergi menuju kelasnya tanpa minat melihat interaksi antara Riki dan juga Heeseung sampai akhir.

"untuk saya?." tanya Heeseung.

"dari mama." bisik Riki.

Heeseung menahan senyumnya ternyata Jake memang perhatian sekali, Heeseung pun mengambil bekal itu lalu menatap Riki.

"bilang sama mama kamu, makasih ya gitu." ucap Heeseung yang sudah salah tingkah.

"bilang sendiri ya pak kayanya hari ini kelas saya pulang malem." alasan Riki.

Heeseung tertawa dengan pelan, bisa saja calon anaknya ini.

"ya udah makasih yaa nanti saya bilang sendiri ke mama kamu." senyum Heeseung.

"iya pak, saya permisi." Riki menunduk dengan sopan dan kemudian pergi meninggalkan ruangan Heeseung.

Heeseung menatap kotak bekal yang berada di tangannya dengan penuh arti sedangkan Jay yang berada di kursinya seketika menatap kotak bekal yang berada di tangannya.

Padahal Jay juga membuatkan Heeseung bekal tapi dia sudah mendapatkan bekal terlebih dahulu dari seseorang.

Jay menunduk lalu menghela nafasnya dengan berat.



.............................
to be continued


Weiterlesen

Das wird dir gefallen

15.1K 851 9
BUDIDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA!!! [bijak dalam berkomentar, tidak menerima hujatan, kalo nggak suka dengan cerita aku, skip aja nggak usah dibaca...
22.9K 2.4K 21
Kehidupan Junkyu menjadi lebih manis setelah bertemu dengan Junghwan. Pemuda manis itu telah menjadi separuh hidupnya, yang tak akan pernah ia sesali...
48.4K 5.4K 19
"hei kau! iya kau pria cantik di sudut sana yang bernama Oh Sehun!, jadilah kekasih ku!!" -Kim Kai- "dasar bodoh" -Oh Sehun- Warn : HunKai, KaiHun (...
88.3K 15.2K 19
Bagaimana jika pasanganmu sudah ditentukan dari kecil oleh pemerintah? #1 in yeonbin || 121221 #1 in yeonjun || 150122 ©2021