Obsesi Devil's

By ElZaziroh

1.8M 99.1K 27.9K

[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] "GUE BUKAN MAINAN YANG BISA DI KENDALIIN SEENAK JIDAT KALIAN!" "Yang bilang kamu... More

P R O L O G
BAGIAN PERTAMA
BAGIAN DUA
BAGIAN TIGA
BAGIAN EMPAT
BAGIAN LIMA
BAGIAN ENAM
BAGIAN TUJUH
BAGIAN DELAPAN
BAGIAN SEMBILAN
BAGIAN SEPULUH
BAGIAN SEBELAS
BAGIAN DUA BELAS
BAGIAN TIGA BELAS
BAGIAN EMPAT BELAS
BAGIAN LIMA BELAS
BAGIAN ENAM BELAS
BAGIAN TUJUH BELAS
BAGIAN LAPAN BELAS
BAGIAN SEMBILAN BELAS
BAGIAN DUA PULUH
BAGIAN DUA PULUH SATU
BAGIAN DUA PULUH DUA
BAGIAN DUA PULUH TIGA
BAGIAN DUA PULUH EMPAT
BAGIAN DUA PULUH LIMA
BAGIAN DUA PULUH ENAM
BAGIAN DUA PULUH TUJUH
BAGIAN DUA PULUH SEMBILAN
BAGIAN TIGA PULUH
BAGIAN TIGA PULUH SATU
BAGIAN TIGA PULUH DUA
BAGIAN TIGA PULUH TIGA
BAGIAN TIGA PULUH EMPAT
BAGIAN TIGA PULUH LIMA
BAGIAN TIGA PULUH ENAM
BAGIAN TIGA PULUH TUJUH
BAGIAN TIGA PULUH DELAPAN
BAGIAN TIGA PULUH SEMBILAN
BAGIAN EMPAT PULUH
BAGIAN EMPAT PULUH SATU
BAGIAN EMPAT PULUH DUA
BAGIAN EMPAT PULUH TIGA
BAGIAN EMPAT PULUH EMPAT
EMPAT PULUH LIMA

BAGIAN DUA PULUH DELAPAN

27.9K 1.7K 736
By ElZaziroh

28. Varren tersenyum?

____________________

"Jangan biarkan senyum itu pudar, tetaplah menjadi diri sendiri. Karna, dengan itulah, alasan aku mulai sekarang akan belajar mencintai kamu."

_Varren Salvino Abraham_

Pagi yang tenang dengan angin yang menerpa kulit mulus Alya. Menerbangkan beberapa helai rambut-Nya yang tidak ia Cepol dengan benar karena terburu-buru ingin Melihat pemandangan pantai dengan beberapa pengawal yang memantau ia dengan kepala yang tertunduk.

Merentangkan tangan dengan udara di dekat laut yang ia hirup dalam-dalam. Alya rasanya begitu damai, senang kala ia di tinggal pergi oleh empat pemuda itu, lagi. Walaupun kedengarannya menyebalkan, karena mereka yang memiliki wilayah ini. Namun, Alya sangat berharap agar mereka pergi untuk selamanya. Selamanya.

Baru saja merasa damai. Sebuah tangan melingkari perut ramping Alya, membuat Alya sedikit tersentak dengan bahunya yang di kecup dengan lembut.

"Varren?" Tebak Alya yang mampu membuat sang empunya melepaskan kecupan pada bahu milik Alya. "Kalo misalnya aku lepasin kamu sekarang, apa kamu akan pergi?"

Benar ternyata tebakan Alya. Suara Varren sangat khas dengan wangi tubuh mereka yang sangat berbeda, Alya tak mengira. Jika ia sudah sehafal ini dengan wangi tubuh empat pria itu. "Mau lah! Mana ada orang yang gak mau pergi?! Apalagi, cuman di jadiin sebuah mainan." Kata Alya dengan tatapan sendu, dadanya sesak sebenarnya mengatakan hal ini. Namun, itulah kenyataan. Kenyataan pahit yang harus Alya terima.

Membalikkan tubuh Alya hingga menghadap padanya. Varren tak suka kata-kata itu keluar dari bibir yang ia puja, bagaimana mungkin Alya berpikir jika mereka hanya menjadikan dia sebagai mainan? Lelucon macam apa ini? Varren benar-benar tak menyukainya.

"Siapa yang bilang?" Tanya Varren dengan suara rendahnya. Mengangkat dagu milik Alya hingga menengadah, menatap tepat pada manik matanya. "Aku! Aku yang bilang barusan, apa ada orang lain di sini selain aku?!" Ketua Alya dalam menjawab.

Menyusuri pipi mulus Alya dengan tangan besarnya. Varren menghentikan tangannya tepat pada tengkuk Alya, sebelum menariknya pelan untuk menyatukan indera perasan miliknya dan sang gadis.

Awalnya itu hanya sekedar kecupan kala Varren mulai bergerak semakin acak menyesap setiap inci bibir mungil milik Alya yang seakan habis di lahap oleh bibir tebalnya. Terlalu candu, manis yang begitu Varren hafal. Bak sebuah makanan yang selalu ia coba dengan rasanya yang tak pernah hilang dalam benak.

"Eng..." Alya melenguh kala Varren berhasil menerobos rongga mulutnya dengan tangan yang tak henti mengusap punggung Alya dengan lembut. Membuat Alya terhanyut, hingga tak sadar. Jika kini, Alya ikut adil dalam permainan bibir keduanya.

Lima menit berlalu tanpa adanya tanda-tanda bahwa Varren akan melepaskan tautan keduanya. Maka, dengan nafas yang semakin menipis. Alya dengan pelan memukul punggung Varren, memberikan isyarat untuk melepaskan ciuman yang begitu menguras oksigen dalam paru-parunya ini.

Menarik nafas rakus, Alya sampai tak mampu lagi hanya untuk menahan tubuhnya sendiri. Membuat Varren yang peka, memegang pinggang sang gadis. Guna tak ambruk karena ulahnya.

Menatap manik mata Varren. Alya di buat terpaku kala senyum Varren terbit untuk pertama kalinya, dan apakah itu untuk ia? Alya tak mengira, jika Varren benar-benar tampan ketika sedang tersenyum seperti ini. Manis dan membuat hanyut hingga Alya hampir tersesat jika saja tak cepat mengalihkan pandangannya.

Dadanya berdetak lebih cepat? Oh ayolah! Alya tidak boleh jatuh cinta pada salah satu dari empat pemuda ini. Karena, jika itu terjadi. Maka Alya akan menyesal seumur hidupnya, entah itu karena sakit hati atau pada kenyataan dimana ia hanyalah di anggap sebagai Queen.

"Cantik," kata Varren kala matanya tak lepas dari senyum kecil yang merekah pada bibir Alya. Sungguh, jika ada yang bertanya apa yang paling cantik menurut Varren? Maka ia akan lantang menjawab! Senyum seorang Alya Queenby Xivanya lah jawabannya.

"Jangan biarkan senyum itu pudar, tetaplah menjadi diri sendiri. Karna, dengan itulah, alasan aku mulai sekarang akan belajar mencintai kamu." Ucap Varren setelahnya kembali menyatukan belah bibirnya dengan bibir milik gadisnya. Sesaat, bolehkan Varren meminta agar waktu berhenti sejenak? Agar ia, bisa selalu melihat senyum cantik itu. Tanpa beban dan tanpa paksaan.

Alya? Jangan tanya! Ia sedang dalam mode blank. Apa yang di katakan Varren? Alya seolah di buat linglung dengan cumbuan Varren yang semakin menggila dengan hatinya yang berdetak tak karuan.

***

Hari seakan cepat berlalu. Tak terasa, sudah hampir satu bulan lamanya Alya tinggal di pulau ini dengan empat pria itu yang dapat perlahan-lahan Alya coba pahami. Bukan untuk tetap bersama mereka, namun. Untuk bisa mencari celah kala ke-empatnya sudah mulai percaya pada Alya. Maka Alya akan dapat kabur, sejauh mungkin.

"Mau jalan-jalan?"

Akhirnya. Pertanyaan yang sudah lama ia nantikan di tanyakan oleh Cleo. Ah! Alya harus berpura-pura menolak, agar ini terlihat tak di curigai dan tak dapat gagal lagi karena kecerobohannya.

"Em, gak deh."

"Yakin?"

Meneguk ludah susah payah, oh ayolah! Tolong tanyakan dan paksa Alya. Alya hanya berpura-pura, semoga Cleo bertanya atau bahkan memaksanya untuk keluar, sungguh. Kalo ini, Alya akan pergi ke gereja setelah sekian lama tak menginjak tempat itu.

"I-iya"

Mengangguk paham. Cleo mulai bangkit yang berhasil membuat helaan nafas frustasi milik Alya keluar, hingga. Cleo berbalik dan menatap Alya dengan senyum bak bayi tak ada dosa. Padahal, pria itu memiliki banyak dosa-mungkin? Kan, mereka menculik dan kadang menyiksa Alya. Jadi, wajarlah kalo Alya mengatai mereka pendosa.

"Cepat ganti baju, aku tau kamu cuman pura-pura" ucap Cleo sebelum keluar dari kamar milik Alya dengan kedua tangan yang berada di saku celana kaen milik lelaki itu.

"Yes!!" Sorak Alya dalam hati. Rasa senangnya seakan tak dapat di bendung lagi. Saking senangnya, Alya sampai mau datang dan memberikan sumbangan nanti jika melewati pengemis, eh-apa di negara seperti Kanada ini ada pengemis? Hm, entahlah. Jika tidak ada juga, tidak apa-apa. Alya tidak akan rugi nantinya.

***

Menatap gedung besar di depannya. Alya mengeryit sebelum tangan milik Cleo menarik lembut dan menautkan jari-jari mereka. Memasuki gedung yang bisa di bilang, tempat berkuda?!! Tunggu! Apa ini tempat berkuda?! Tapi kenapa? Alya tak bisa naik kuda. Ayolah! Alya tak mau di sini. Ia pikir, Cleo akan mengajaknya ke mall. Tapi ternyata? Ck! Jika tahu begini, Alya lebih baik tak ikut beneran tadi.

"Sorry, what I said on the phone was prepared?" Tanya Cleo yang membuat orang dengan wajah bule itu mengangguk, kemudian mengarahkan mereka pada satu kuda berwarna hitam yang sudah di pasang tali untuk kuda pada mulutnya.

"Please sir, if you need help. You can call me there" ucap orang itu menunjuk salah satu tempat duduk yang berada di sebelah kiri paling pojok dengan atap yang menjadi peneduh kala panas menyengat kulit.

"Yes, thank you" ucap Cleo sebelum menoleh pada Alya yang masih diam dengan jarak yang cukup jauh dari kuda.

"Kenapa? Takut?" Tanya Cleo yang malah di angguki oleh Alya. Ia memang takut, dulu ketika di indonesia. Ia pernah di kejar oleh seekor kuda yang terlepas hingga hampir di tabrak jika saja tidak ada yang menyelamatkan ia waktu itu.

"Iya, aku gak mau naik kuda. Kalo aku tau kita bakal naik kuda, aku gak bakal mau ikut kamu!" Kata Alya masih bergidik ngeri melihat betapa tinggi dan besarnya kuda yang ada di depannya ini.

"Coba lah, ini akan menyenangkan. Ada aku, aku bakal jagain kamu dari belakang" terang Cleo yang tetap mendapat gelengan dari sang empunya.

Mana mau Alya naik kuda? Walaupun ada penjaga yang berprofesi sekali pun. Alya tetap tidak mau naik! Apapun itu alasannya, Alya tidak akan naik. Bahkan jika sedang banjir bandang sekalipun, Alya lebih baik berlari dengan kakinya sendiri dari pada harus menaiki kuda.

Berdecak sebal sebelum melangkah lebih dekat dengan gadisnya. Cleo dengan muda mengangkat Alya ala koala, membawa Alya yang terus memberontak dengan memukul bahunya itu mendekat pada kuda, sebelum menaiki tubuh itu di atas kuda dengan sempurna.

Kaku, Alya seolah tak bisa menggerakkan tubuhnya. Ia mati rasa, benar-benar di Landa ketakutan. Hingga ia dapat merasakan Cleo yang naik di belakangnya. Membuat Alya menoleh dan memeluk leher pemuda itu erat, "Gak! Jangan. Aku t-takut Leo" rengek Alya layaknya anak kecil berusia lima tahun.

"Gak papa," usap Cleo penuh kelembutan pada punggung gadisnya. Sebelum kemudian, menarik tali kuda yang terlihat mulai bergerak maju dengan tubuh Alya yang semakin bergetar.

"Al?"

"Gak! Gak mau. Aku mau turun Leo! Mau turun, hiks." Isak Alya dengan gelengan yang ia berikan dalam dekapan Cleo yang terus mengusap punggungnya.

Menyusuri hutan dengan jalanan setapak yang terlihat sering di lewati oleh kuda. Cleo sedikit memelankan laju kudanya, sebelum membalik tubuh Alya dengan muda hingga menghadap pada dirinya. "Lihat aku," ucap Cleo, membuat Alya menurut untuk menatap pemuda itu.

"Masih takut?" Tanya Cleo yang membuat Alya mengangguk dengan wajah yang memang pucat pasi.

Tersenyum teduh dengan tangan yang memeluk erat pinggang ramping sang gadis dan satunya lagi memegang tali kendali kuda, Cleo mulai memajukan wajahnya. Mengikis jaras, sebelum menyatukan kedua benda kenyal itu dengan kecupan lembut yang menenangkan.

"Gak papa, nanti bakal terbiasa." Setelahnya. Cleo menarik Alya hingga menyeder pada dada bidangnya.

TBC

Halo-halo semuanya!! I'm back!! Siapa hayo yang kangen sama the devil sama Alya? Ada gak? Kalo gak ada, gak papa juga si. wkwkw

Bunda nepatin janji, sesuai tulisan kemarin. Aku bakal lanjut setelah sampai target, dan sekarang aku upppp!! Yeeeey!!

Kalo misalnya kalian rajin komen sama vote, mungkin aku bakal bisa up tiap hari. Berhubung lagi gak ada kesibukan, ehehe

700 vote dan 700 komen baru lanjut part berikutnya!! Siap ya? Semangat buat kalian dan aku sendiri yang nulis.

Selamat menunggu part selanjutnya♡

Continue Reading

You'll Also Like

358K 25.1K 19
Seorang remaja bernama Arshaka Jocasta yang menjadi pusat obsessi para sahabatnya. Arshaka mengidap penyakit langka. Sindrom Kleine-Levin. Di mana s...
1M 74.5K 74
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
1.1M 6.7K 15
Berisi cerita pendek dengan tokoh yang berbeda-beda! ⚠️Mature content with a sex, deep kiss, and vulgar words⚠️ ⚠️Setiap cerita bisa membuatmu sange...
63.9K 5.2K 25
Follow before Read please🍓 Victor seorang Pemuda Psycho keji yang tidak segan Membunuh siapapun yg Mengusiknya , Tapi takdir mempermainkannya Hingga...