Obsesi Devil's

By ElZaziroh

1.8M 99K 27.9K

[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] "GUE BUKAN MAINAN YANG BISA DI KENDALIIN SEENAK JIDAT KALIAN!" "Yang bilang kamu... More

P R O L O G
BAGIAN PERTAMA
BAGIAN DUA
BAGIAN TIGA
BAGIAN EMPAT
BAGIAN LIMA
BAGIAN ENAM
BAGIAN TUJUH
BAGIAN DELAPAN
BAGIAN SEMBILAN
BAGIAN SEPULUH
BAGIAN SEBELAS
BAGIAN DUA BELAS
BAGIAN TIGA BELAS
BAGIAN EMPAT BELAS
BAGIAN LIMA BELAS
BAGIAN ENAM BELAS
BAGIAN TUJUH BELAS
BAGIAN LAPAN BELAS
BAGIAN SEMBILAN BELAS
BAGIAN DUA PULUH
BAGIAN DUA PULUH SATU
BAGIAN DUA PULUH DUA
BAGIAN DUA PULUH TIGA
BAGIAN DUA PULUH EMPAT
BAGIAN DUA PULUH LIMA
BAGIAN DUA PULUH ENAM
BAGIAN DUA PULUH DELAPAN
BAGIAN DUA PULUH SEMBILAN
BAGIAN TIGA PULUH
BAGIAN TIGA PULUH SATU
BAGIAN TIGA PULUH DUA
BAGIAN TIGA PULUH TIGA
BAGIAN TIGA PULUH EMPAT
BAGIAN TIGA PULUH LIMA
BAGIAN TIGA PULUH ENAM
BAGIAN TIGA PULUH TUJUH
BAGIAN TIGA PULUH DELAPAN
BAGIAN TIGA PULUH SEMBILAN
BAGIAN EMPAT PULUH
BAGIAN EMPAT PULUH SATU
BAGIAN EMPAT PULUH DUA
BAGIAN EMPAT PULUH TIGA
BAGIAN EMPAT PULUH EMPAT
EMPAT PULUH LIMA

BAGIAN DUA PULUH TUJUH

29.4K 1.7K 770
By ElZaziroh

27. Queen yang sebenarnya?

____________________

"Izin ya Queen, mau lihat doang. Gak aku sentuh"

_Devan Derulo Nathlin_

Membuka matanya secara perlahan. Pemuda dengan baju tidur hitam miliknya itu mulai mendudukkan dirinya dengan tatapan yang tak lepas dari gadisnya yang kini tengah tertidur pulas dengan hembusan nafas yang teratur.

Devan atau lebih tepatnya Devan Derulo Nathalin itu mulai bergerak mendekati Alya. Membuka secara perlahan kancing baju tidur berwarna merah yang Alya kenakan. "Izin ya Queen, mau lihat doang. Gak aku sentuh" kata Devan masih dengan tangan yang melepas setiap kancing baju tidur milik Alya hingga sampai pada kancing yang terakhir.

Meneguk ludahnya susah payah. Devan menggelengkan kepalanya, ia tadi sudah berkata. Hanya melihat, tapi. Tidak apa-apa kan jika sedikit memberikan tanda kepemilikan di sana?

Ah bodo! Siapa yang perduli. Jika Alya tidur di kamarnya, maka Alya miliknya. Namun, jika Alya tidur di kamar sahabatnya. Maka Alya milik mereka.

Menarik nafas sejenak. Devan mulai merangkak, menindih tubuh Alya dengan tangannya sebagai penopang. Berusaha agar tubuh besarnya akan membuat Alya terbangun bahkan memekik.

" Maaf Queen. Nafsu aku lebih besar dari pada janji aku yang cuman bilang, mau lihat tadi." Kata Devan sebelum mendekatkan wajahnya di antara perpotongan leher Alya. Menghirup wangi gadisnya yang begitu candu dengan sangat rakus.

Awalnya ia hanya menghirup wangi Alya. Hingga, ia mulai bergerak. Menghisap pelan perpotongan leher gadisnya dengan pelan untuk membuat Alya tak menyadari apa yang ia lakukan.

"Eung..." Lenguh Alya yang bergerak memiringkan tubuhnya. Dengan Devan yang semakin leluasa memberikan tanda miliknya pada leher putih Alya yang terekspos.

Memberikan beberapa tanda dengan tangan yang mengusap surai Alya agar kembali tertidur dengan nyenyak. Devan di buat terkekeh kala mendengar lirihan Alya yang mengatakan. "Gatal..."

"Nanti gak bakal gatal lagi sayang," bisik Devan yang entah sadar atau tidak. Alya malah merespon ucapannya itu dengan anggukan pelan, di sertai dengan dengkuran halus yang kembali teratur seperti sebelumnya.

***

Di sebuah ruangan yang temaram dengan hanya di sinari oleh lampu yang sedikit redup. Seorang gadis dengan surai berwarna merah menyalanya itu duduk sambil memandang foto empat orang anak lelaki dengan satu perempuan di tengah-tengah mereka.

Terkekeh sinis dengan tangan yang memainkan pistol. Gadis itu mulai bangkit, berjalan menuju sebuah cermin dan mulai membuka kulit atau kita katakan saja sebuah topong pada wajahnya dengan menahan sakit.

Mengusap wajahnya yang terlihat memerah, gadis itu mulai membuang topeng yang ia kenakan tadi. Menatap wajahnya penuh rindu karena selama ini harus menyamar menjadi orang lain.

"Ck! Queen. Kau memang bodoh, terutama keluarga mu. Kalian semua, harus mati!" Ucapnya dengan tatapan yang menyiratkan akan kebencian yang mendalam pada sebuah figuran empat anak laki-laki dengan satu anak perempuan di atas nakas yang ia simpan dengan mawar merah di samping kiri dan di bagian kanan yang ia letakkan lilin.

"Aku akan menghabisi adik mu lebih dulu, baru setelah itu kau." Ucapnya dengan senyum menyeringai nya dalam cahaya yang begitu remang-remang. "Gak ada yang tau, kalo sebenarnya. Kamu yang siuman bukan kamu, tapi aku. Sedangkan kamu, berbaring tak berdaya di sini. Haha" tawanya mengudara kala melihat sosok gadis yang empat the devil itu cari selama ini. Terbaring dengan tangan dan kaki yang di rantai dengan infus di tangan kiri gadis itu.

"Tetaplah koma. Hingga aku mengambil dan mempertemukan kamu dengan adik mu, baru setelah itu. Kalian berdua akan aku bunuh, sama seperti ayah dan ibuku yang ayah kalian bunuh." Ucapnya sebelum pergi dengan membawa topeng penyamaran yang ia gunakan untuk meninggalkan pulau tempat ia menyembunyikan sosok yang di cari oleh the devil. Empat pemuda dengan peringai yang begitu menakutkan dan berbahaya.

***

Membuka kelopak matanya dengan perlahan karena sinar matahari yang menembus gorden. Alya dapat merasakan sebuah tangan yang begitu berat berada di atas perutnya.

Dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya. Alya berusaha melepaskan tangan seseorang yang melilit perutnya.

Berdecak kala tangan yang ia berusaha lepaskan semakin erat memeluk perutnya. Alya mulai menoleh, dimana. Ia mendapati wajah damai Devan yang terlihat begitu tampan dengan gadis rahang yang tegas saat sedang tidur seperti ini.

Ck! Apa yang Alya pikirkan? Kenapa ia malah sempat-sempatnya memuji ketampanan Devan di saat seperti ini? Ia kan niatnya mau kembali ke kamar miliknya.

"Kenapa? Aku tampan ya?" Tanya Devan yang kini sudah membuka matanya. Menatap Alya dengan sorot mata yang begitu dalam. Hingga mampu membuat Alya tenggelam dibalik manik mata berwarna coklat itu.

"A-apaan si?!" Dengus Alya melepaskan paksa tangan Devan dari perutnya. "Gak usah pede!" Kata Alya sebelum pergi dari kamar Devan. Tanpa tahu, apa yang telah Devan lakukan semalam pada lehernya.

Bisa Devan bayangkan bagaimana marahnya Alya nanti, tapi. Sepertinya, ia tidak akan menghadapi kemarahan itu. Mengingat lima menit lagi ia harus berangkat menuju suatu tempat.

"Kau belum siap-siap?" Cleo muncul di balik pintu kamarnya dengan pakaian yang sudah rapi. "Belum." Jawab Devan bangkit dari duduknya, berjalan menuju lemari untuk mengambil pakaian ganti. Karena, sepertinya ia akan mandi di kapal pesiar saja nanti.

"Cepatlah, kau tau kan. Celvin benci orang yang terlambat" kata Cleo sebelum menghilang di balik pintu kamarnya. Menyisahkan Devan yang hanya mendengus samar kala mendengar nama Celvin di sebutkan.

"Ck! Nyebelin." Decak Devan mengambil cepat bajunya dalam lemari. Dan tanpa membuang banyak waktu lagi, Devan dengan cepat melangkah keluar dari kamarnya untuk menuju lantai pertama.

***

Sekarang Celvin, Cleo, Devan dan Alya tengah menyantap sarapan pagi mereka dengan keheningan. Hanya suara sendok yang berbenturan dengan piring, yang dapat di dengar hingga Cleo ber-celetuk. "Kenapa leher kamu?" Tanya Cleo kala ia mendapati banyak bercak merah pada leher putih milik gadisnya.

Menutup lehernya sendiri. Alya baru sadar jika rambutnya tersingkap hingga lehernya terekspos. Ah sial! Ini semua karena ulah Devan. Dasar pemuda mesum! Beraninya dia membuat leher Alya memiliki tanda berwarna merah. Jika cuman satu mungkin Alya bisa menoleransinya, tapi ini ada banyak! Banyak hingga Alya tak bisa menghitungnya.

"Di makan sama Devan!" Ucap Alya tanpa menatap tiga orang yang kini menatapnya dengan tatapan berbeda.

Memberikan tatapan kematiannya pada Devan. Cleo paham apa maksud Alya, kenapa pemuda ini—ais! Sial. Ia tak bisa marah, mereka sudah membuat keputusan jika Alya adalah milik mereka bersama.

"Apa?" Devan menantang dengan wajah meremehkannya. Tahu jika saat ini dua sahabatnya ini sedang marah karena ulah dirinya yang berbuat sesuka hati.

"Ck!" Decak Cleo bangkit lebih dulu. Meninggalkan meja makan dengan kobaran api kecemburuan karena melihat bekas kepemilikan Devan di leher jenjang milik gadisnya.

"Dih! Kok ngamuk?" Decak sebal Devan memilih menghabiskan dengan cepat makanannya. Sebelum ikut melangkah untuk mengejar Cleo yang pundung. Menyisahkan Alya dan Celvin saja yang masih dalam keheningan.

"Nanti Varren pulang, kamu jangan nakal. Dan satu lagi, ganti baju kamu. Pake yang nutup leher, biar gak di tambahin sama Varren" pesan Calvin sebelum ikut bangkit. Namun, sebelum benar-benar pergi, Celvin menyempatkan diri mencium kening gadisnya, setelahnya ia mulai pergi untuk mengejar dua sahabatnya itu.

"Ha?" Beoh Alya masih syok menerima kecupan kelewat lembut dan manis dari Celvin. Pemuda yang memiliki peringai paling buruk dari tiga pemuda lainnya.

"Apa Celvin sakit ya?" Monolog Alya merasa tak yakin jika yang mencium dan menasehatinya tadi adalah Celvin.

Tak ingin memikirkan hal itu, Alya buru-buru menghabiskan sarapannya. Karena, niatnya setalah ini adalah berkeliling daerah pulau yang ia tinggali ini. Mengingat ia tak pernah keluar jauh dari daerah sekitaran mansion.

***

Berjalan beriringan di sebuah lorong yang begitu gelap dengan hanya di terangi oleh senter ponsel. Tiga orang pemuda dengan pakaian serba hitam melangkah dengan santai menuju salah satu ruangan yang selalu mereka datangi. Mengecek apakah orang yang mereka tawan kabur atau tidak.

"Tolong, bebasin saya."

Gadis dengan surai yang begitu berantakan dan tubuh penuh akan lebam itu memohon dengan leher yang di rantai layaknya seekor anjing. Benar-benar mengenaskan dan miris.

"Melepaskan anda?" Tanya pemuda yang biasanya di panggil Eil oleh para bawahan dan dunia bawah tanah. Dunia gelap, tempat mereka menjadi devil yang sebenarnya tanpa takut pada siapapun, karena mereka. Adalah ketakutan yang sebenarnya.

"Oho, katakan dulu di mana adik sialan mu itu berada. Baru kami lepaskan kau!" Ucapnya dengan tatapan yang begitu tajam dan mengintimidasi.

Menggeleng pelan. Wanita dengan sudut bibir yang sedikit sobek dan wajah yang penuh memerah itu masih bisa menolak ternyata, setelah siksaan yang mereka berikan.

Meju beberapa langkah hingga berdiri tepat di depan wanita sialan itu. Pemuda dengan mata setajam elang yang biasa di panggil Derlo itu mencengkram kuat dagu wanita yang selalu membantah mereka ini. "Adik sialan lo nyulik cewek kita sialan!" Ucapnya dengan tatapan penuh akan kemarahan yang begitu besar.

"Kasih dia pelajaran hingga fajar. Jangan berikan dia air hari ini!" Ucap pemuda yang memiliki hidung Bangir, atau sebut saja namanya Gelvan oleh anak buahnya di dunia bawah tanah ini. Pemuda yang tidak pernah punya belas kasihan pada musuhnya itu begitu di takuti. Terlalu kejam untuk ukuran anak muda yang baru terjun ke dunia kegelapan.

"Baik tuan!" Ucap mereka dengan menunduk kala tiga tuan mereka mulai keluar dan berjalan melewati lorong dengan beberapa teriakan kesakitan orang-orang yang minta agar mereka tidak di siksa.

"Suara ini benar-benar memuakkan." Decak Derlo melangkah semakin cepat agar bisa sampai di luar ruangan terkutuk—atau biasa mereka sebut sebagai neraka buatan bagi mereka yang menentang dan berkhianat pada mereka.

TBC

Halo SEMUANYA?! Apa kabar anak-anak? Semoga kalian sehat dan gak bingung sama chapter ini. Ya,

Nanti juga gak bakal bingung kok kalo chapter nya udah banyak, jadi tetap tungguin terus sampai ceritanya tamat. Oke?

Sebelumnya, ada yang mau di sampein gak sama bunda? Kalo ada, di persilakan. Termaksud keluh kesah kalian sebagain pembaca. Monggo,

Jangan lupa follow akun bunda kalo kalian suka sama cerita-cerita yang bunda bikin. Biar kalian, tau update terbarunya bunda. Hehehe

Vote 700+700 komen baru lanjut part selanjutnya. Jadi, ayo lebih semangat biar bunda cepat uppppp!!

Selamat menunggu part selanjutnya♡

Continue Reading

You'll Also Like

355K 25K 19
Seorang remaja bernama Arshaka Jocasta yang menjadi pusat obsessi para sahabatnya. Arshaka mengidap penyakit langka. Sindrom Kleine-Levin. Di mana s...
1.7K 200 13
I'm waiting for you, my happiness
8.7K 1K 7
"Lucu banget, jadi pacar gue mau nggak?" Gawat! Allaric---Si Psikopat Gila itu jatuh cinta. ____ Perhatian! Cerita ini mengandung unsur kekerasan dan...
8.6K 568 34
Menceritakan kisah seorang gadis yang selalu mendapatkan siksaan dari papanya. Ia dipaksa mendonorkan ginjal untuk sang papa... Setelah sekian lama...