23. Kenapa harus aku?
____________________
"Sial! Aku harus menuntaskan ini"
_Varren Salvino Abraham_
Cttarr!!
Cttarr!!
"K-alian i-iblis..." Gumam Alya kala tubuhnya sudah akan kehilangan kesadaran karena ulah Varren yang terus mencambuk dirinya kala tadi ia berniat akan kabur dari bandara.
"Bicara lagi! Katakan sekali lagi!" Murka Varren semakin mencambuk tubuh Alya yang sudah meninggalkan bekas-bekas merah hasil cambukannya, dimana. Darah segar mulai bercucuran, keluar dari paha dan lengan Alya, titik yang terus di cambuk oleh Varren.
Alya ingin memberontak, tapi apa dayanya? Tangannya di rantai di kedua sisi. Membuat ia tampak seperti bukan manusia, mereka benar-benar menyiksanya dengan sadis. Bahkan Cleo tak segan-segan memasukkan alkohol ke dalam mulut Alya.
"K-alian brengsek..." Lirih Alya sudah tak sanggup hanya untuk berteriak, karena sedari tadi. Suaranya habis hanya untuk berteriak meminta di lepaskan, tapi apa? Alya malah semakin di cambuk layaknya binatang.
"Sudah berapa kali kami bilang! Jangan KABUR! Apa itu sangat susah bagi mu? Kau hanya perlu menurut Queenby Alya Xivanya." Desis clao berdiri dengan acuh kala Varren tetap memberikan cambukan pad tubuh yang mereka puja.
"Tapi g-ak mau" ucap Alya dengan suaranya yang putus-putus karena berteriak dan merintih selama satu jam.
"Baiklah. Kau memang telah menguji kesabaran kami, cambuk Queenby semakin keras. Hingga dia tidak bisa berjalan untuk beberapa hari ke depan." Titah Cleo pada Varren yang hanya menyeringai dengan anggukan pelan.
Sedangkan Alya? Jangan di tanya, gadis mungil itu sebentar lagi akan mulai kehilangan kesadarannya.
Terkutuklah kalian para iblis!! Maki Alya sebelum pingsan tak sadarkan diri dengan Varren yang sudah berhenti mencambuk kaki Alya.
Flashback.
Menatap sekitar bandara yang terlihat ramai. Alya mulai mencari celah dengan rencana yang telah ia susun dalam otaknya, melihat empat pemuda itu yang sedang mengurus sesuatu dan menitipkan Alya pada beberapa bodyguard mereka.
Tak!
"Jangan bergerak!" Gertak Alya menodongkan senjata pada kepala Jordan tangan kanan dari empat pemuda itu yang terlihat tak bergerak. Seakan membiarkan Alya melakukan sesukanya.
"Nona. Turunkan!" Peringan salah satu bodyguard yang menjaga Alya berusaha mendekat, dimana Alya semakin menekan ujung pistol agar mereka tak menganggap remeh perkataan Alya.
"Kalo kalian mendekat! Saya akan melubangi kepala tuan KALIAN SIALAN!" Maki Alya yang mengundang keterkejutan dari beberapa orang yang sedari tadi hanya melihat, tak berani mendekat. Karena mereka tahu, siapa orang-orang yang tengah gadis itu hadapi.
"Melangkah mundur!" Titah Alya pada Jordan yang terlihat mengangguk. Mulai ikut mundur sesuai dengan langkah Alya, dan jangan lupakan tangannya yang tiarap diatas kepalanya.
"Lepasin Queenby." Desisan seseorang dari arah belakangnya membuat Alya meneguk ludahnya susah payah, dimana ia mulai berbalik dengan Jordan yang masih ia sandera.
"Gak! Kalian juga MUNDUR!" Peringat Alya yang tak membuat empat pemuda yang menatapnya dingin itu takut sedikit pun.
"Tembak dia." Kata Cleo dengan tatapan dinginnya yang menusuk.
Apa yang Cleo katakan? Apa pemuda itu sudah tidak waras? Menyuruh Alya untuk menembak tangan kanannya sendiri? Ini gila! Alya benar-benar dibuat tak percaya pada empat orang idiot di depannya ini.
"KALIAN MEMANG GAK PUNYA HATI!!" Teriak Alya mengglegar. Membuat beberapa orang sedikit tersentak dengan aktifitas yang kembali mereka lakukan, seolah apa yang mereka dengan dan mereka lihat tidak berpengaruh apa-apa bagi mereka.
"KALIAN! KENAPA KALIAN HANYA BERJALAN MELEWATI KU SEPERTI ORANG IDIOT?! APA KALIAN TIDAK INGIN MEMBANTU KU YANG SEDANG DI CULIK?!" Kembali teriakan Alya terdengar. Membuat beberapa orang mulai menatapnya iba, tapi apa bisa mereka lakukan? Empat pemuda itu adalah penguasa dunia. Mereka anak dari orang terkaya di dunia, siapa yang akan berani pada mereka? Dan rumor bahwa kakek mereka adalah mantan mafia membuat mereka semakin takut lagi hanya untuk bertatap mata dengan empat pemuda itu.
DOR!
Alya melepaskan tembakannya ke udara untuk mengalihkan perhatian, dan dengan segera ia mendorong Jordan hingga tersungkur. Dengan ia yang mulai melarikan diri.
"Kejar Queenby!" Titah Cleo murka melihat bagaimana gadisnya kabur tepat di mata ia dan tiga sahabatnya.
"Baik tuan muda!" Setelahnya, semua bodyguard dan beberapa petugas bandara mulai berpencar untuk menahan dan memblokir akses keluar dari bandara.
Sedangkan di lain sisi. Alya semakin berlari dengan sepatu hak tingginya yang ia lepas. Berlari layaknya orang gila dalam bandara karena di kejar puluhan bodyguard dan juga? Tunggu! Petugas bandara? Apa mereka gila? Membantu kriminal?! Ck! Alya benar-benar akan kehilangan akalnya jika ia tak berhasil lolos kali ini.
Bruk!
Sial! Umpat Alya dalam hati, kala tubuhnya terhuyung dan jatuh ke lantai karena baru saja menabrak seseorang yang dimana, ia kurang memperhatikan langkahnya.
"Maaf" kata Alya segera bangkit dan kembali berlari kala matanya menangkap puluhan orang yang tengah mengejarnya semakin mendekat.
"GAAAK!!" Teriak Alya kala tiga orang yang berada di dekat pintu, akses keluar bandara menahan dirinya dengan tatapan datar.
"Apa yang kalian lakukan?!! Lepaskan saya bodoh!!" Maki Alya kala sekuriti atau petugas bandara malah menahan ia. Membuat ia frustasi dengan keadaannya yang sangat menyedihkan.
Bahkan petugas bandara saja membela seorang kriminal ketimbang dirinya. Lucu sekali! Ia terlihat seperti orang jahatnya, dan empat pemuda itu? Mereka terlihat seperti orang-orang baik-baik. Konyol! Padahal Alya yang harusnya di bantu di sini! Help.
"Lepas-Cleo!! Turunin GUEEEE!!" Teriak Alya kala Cleo telah mengangkat ia di atas bahunya. "GAAAK!! GUE GAK MAU IKUT KALIAN SIALAN!!" Maki Alya dengan tangan yang tak henti memukul bahu milik Cleo yang tetap berjalan dengan tampang datarnya.
"KALIAN SEMUA PENGECUT!! KARNA KEKUASAAN. KALIAN TIDAK INGIN MEMBANTU ORANG YANG SUSAH!! KALIAN BODOH! DASAR TIDAK PUNYA BELAS KASIHAN PADA SESAMA MANUSIA!! APA YANG KALIAN LIHAT BODOH?!! AKU SEDANG DI CULIK. TOLONG AKU!! KYAAAA!!" Teriakan Alya menggema dalam bandara dengan tangisannya yang mulai terdengar. Memohon pada setiap orang yang Cleo lewati.
"Aku mohon. Tolong aku..." Lirih Alya sudah lelah berteriak dan memohon pada orang-orang yang hanya menatap tanpa berniat membantu Alya.
"Kau memang nakal Queen. Maka, terimalah hukuman mu nanti, setelah kita sampai." Desis Cleo meletakkan Alya yang sudah tertidur pulas karena kelelahan berteriak dari pintu masuk bandara hingga akan memasuki pesawat.
Flashback end.
Setelah Alya pingsan. Varren segera memanggil dokter pribadi mereka, agar datang ke pulau yang mereka tempati. Yang dimana hal itu, membutuhkan waktu sekitar satu jam baru sang dokter akan sampai.
Menatap pemandangan pulau dari atas balkon kamar milik Alya, Varren tersenyum tipis kala matanya tak sengaja melihat sekilas kondisi gadisnya yang terlihat seperti mayat hidup dengan gaun putihnya yang berlumuran darah.
"Tuan, saya ingin mengganti pakaian nona." Kata sang pelayan yang ia panggil untuk mengganti baju gadisnya yang sudah kotor.
"Hm" dehem Varren tetap pada posisinya. Membuat sang pelayan sedikit takut untuk menyuruh tuannya ini untuk keluar terlebih dahulu. "Apa yang kau tunggu?! Gantilah. Aku akan menontonnya!" Titah Varren mulai berbalik untuk melihat tubuh gadisnya yang belum pernah ia lihat sekalipun.
"Ta-"
"Peluru pistol saya masih utuh. Apa saya harus mencobanya pada anda nona Bertta?" Tanya Varren dengan seringai yang menakutkan. Membuat anak kepala maid itu menggeleng kaku, sebelum mulai melaskan perlahan gaun yang di kenakan oleh Alya dengan cara mengguntingnya. Perintah dari tuan muda Cleo, agar Alya tidak merasakan sakit.
Menatap lurus dengan tangan yang bersedekap dada. Varren tersenyum tipis melihat betapa indahnya hasil karyanya pada tubuh Queenby nya itu.
"Sial!" Desis Varren kala kepunyaannya yang perkasa mulai menegang di balik celana yang ia kenakan.
"Lakukan dengan cepat bodoh!" Rutuk Varren sudah tak tahan. Ia ingin berpaling, tapi itu adalah pemandangan yang indah. Mana mau ia melewatkannya.
"B-baik tuan" gugup Bertta yang dengan segera memasangkan piyama hitam dengan lengan dan celananya yang pendek. Membuat paha milik Alya terekspos dengan sangat indah, walaupun terdapat luka di sana.
"Sial! Aku harus menuntaskan ini." Desis Varren melangkah dengan cepat keluar dari kamar Alya untuk menuju kamarnya, mentaskan hasratnya dengan tubuh Alya sebagai fantasi liarnya.
"Lo kena-ah! Dia melihatnya. Ck!" Decak Devan mulai melangkah memasuki kamar milik Alya, dimana Bertta tengah membereskan pakaian sobek milik Alya untuk di bakar di halaman belakang.
"Sudah?"
"Ya tuan" jawab Bertta, sebelum membungkuk hormat dan pergi dari kamar sang nona. Setelah mendapat persetujuan dari tuannya.
"Apa itu sakit? Tunggulah, sebentar lagi dokter akan datang." Ucap Devan mengusap surai Alya yang masih setia menutup matanya dengan deru nafas yang terdengar lemah. "Maaf baby girl. Itu hanya hukuman kecil, jika kau melakukan kesalahan lagi. Maka hukumannya akan lebih dari ini, hm" lanjut Devan menatap penuh arti wajah damai Alya yang tak memiliki cacat sedikitpun, selalu sempurna.
•••
Hayoloh gimana perasaannya pas baca? Marah? Kesal? Pengen banting diri ke tembok? Atau banting hp nih?
Mood aku lagi baik banget!! Makanya up cerita CAVANDRA sama obsesi devils samaan waktunya. Padahal biasanya gak, Kiki>.<
Biar kalian gak keseringan panggil author! Kita ganti nama panggilan aja. Jadi bunda zaz. Gak boleh panggil author! Aku gak terima pokoknya😡
Komen 700 baru part selanjutnya akan di update. Oke;)
Semangat!!
Selamat menunggu part selanjutnya...