GANTENG GANTENG SERIGALA (2)

By Inayah_Aliwia

48.2K 2.6K 493

Lanjutan Ganteng-Ganteng Serigala versi saya. Jangan lupa vote ya! Setelah Agra menyatakan bahwa Nayla dan Di... More

Sebuah Rencana
Kisah dimulai
Anak Baru yang Aneh
Si Over Protektif
Super Hero?
Acara Tahunan Sekolah
Persiapan Kamping
Tak mudah jatuh cinta
Ditipu Pangeran?
Melanggar Pantangan?
"temuin Pangeran, gue bakal maafin lo!"
Dikejar Serigala
Ditemukan
Galang?
Pelindung Pangeran?
Bertarung dalam Kelas
Tertabrak Mobil
Seperti Tak Nyata
Seperti Tak Nyata (2)
Kisah Hidup Pangeran
Janggal
Kembali Hadir
Anak Baru
Lolongan Sang Pangeran Serigala
Separuh Kekuatan Pangeran
Menerima Kenyataan
Kembali
Membela
Kekasih?
Hukuman Mati Untuk Sang Pangeran
Mulai Cinta?
Tumpahnya Darah Suci
Keceplosan
Vampir
Selena
Kabar Buruk Dari Salwa
Curiga
Bersatu Demi Jessica
Pangeran Ada Dua?
Jessica Mulai Tahu
Pertemuan Galang Dengan Ali
Berkhianat
Pertarungan Saudara
Tuduhan Pada Pangeran
Pertengkaran Pangeran Dan Louis
Aura Yang Berbeda
Tak Terkendali
Mengisi Kekosongan Hati, Kecemburuan
Ungkapan Perasaan, Menjalin Kesepakatan?
Strategi
Pengakuan Hati
Belajar Dari Kesalahan
Kisah Galang Dan Sisi (part flashback)
Ingatan Yang Kembali
Rencana Tristan
Melanjutkan Perjuangan
Jangan Memaksa
Ingin Bertemu
Kematian Sebagai Bayaran
Ada Apa Dengan Jessica?
Mengembalikan Jeff dan Dinda
Demi Yang Dicinta
Peperangan Tak Seimbang
Hubungan Yang Terkuak
Memberikan Ruang
Pengorbanan
Ingin Mendengar Sebuah Legenda?
Legenda Pusaka Macan

Bukan Sekarang

511 42 6
By Inayah_Aliwia

***

Tak sedikitpun Galang melepaskan pandangannya dari Sisi. Wajah cantik yang dihiasi pucat itu masih menyusupkan perasaan cemas di hati Galang.

"Apa iya Sisi baik-baik saja?" Pikir Galang tak henti-hentinya.

Sisi yang sedari tadi berdiri berhadapan dengan Galang kemudian berbalik dan mulai mengayunkan langkahnya menghampiri Selena. Sesampainya di dekat Selena, tangan Sisi terulur meraih pundak Selena sehingga membuat kepala sang empu yang tengah menunduk sedih jadi terangkat menatapnya.

Kedua sudut bibir pucat Sisi ditarik hingga membentuk lengkungan senyum tipis. Senyuman yang mengisyaratkan agar Selena berhenti bersedih. Selanjutnya dia menuntun wanita itu menghampiri suaminya.

Tubuh Galang seperti patung kala Sisi meraih tangannya dan disatukan dengan tangan selena.

"Galang ... Berhenti marah ke Selena. Dia gak pernah nyakitin gue. Dia justru menyelamatkan hidup gue dari racun yang ada di tubuh gue," ucap Sisi. Nada bicaranya terdengar lemah.

Sontak saja Galang melirik Selena, tatapannya seakan meminta wanita itu untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Sesuatu yang sempat dia tolak sebelumnya.

"Bumantara mencekik Sisi dan menanamkan racun mematikan di leher Sisi. Apa yang kamu lihat sebelumnya adalah caraku agar racun itu bisa dihancurkan," ujar Selena memberikan penjelasan meski ada rasa ragu jika Galang akan mempercayai perkataannya.

Setelah mendengar penjelasan itu, Galang menurunkan pandangan, menyesali perbuatannya. Ia merasa bersalah karena telah menuduh Selena dan tak ingin mendengarkan penjelasan dari istri pertamanya itu.

"Galang, aku tidak mungkin melukai Sisi apalagi membunuhnya," ucap Selena kembali, kali ini dengan harapan jika Galang akan mempercayainya.

Galang kembali mendongak menatap Selena yang juga tengah memandangi dirinya dengan mata yang basah oleh air mata. Galang melihat ada harapan besar di mata Selena.

"Meskipun aku bukan yang melahirkan Pangeran, aku tetap menyayangi dia dan ingin melihat dia bahagia. Aku juga tidak mungkin tega menghancurkan keinginan Pangeran untuk mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua kandungnya. Kamu sendiri yang mengatakan keinginan Pangeran kepadaku bukan?"

Galang terus memandangi Selena. Perkataan Selena tadi seakan mengingatkan dirinya kembali pada saat dia dan Pangeran datang untuk membawa pulang Jessica tadi pagi.

Saat itu, Galang menemui Selena untuk mengatakan apa yang terjadi di wilayah bangsa serigala. Dari datangnya Ali hingga keputusan dirinya yang akan berpisah dengan Sisi saat tujuannya usai.

"Apa Sisi setuju dengan perpisahan kalian?" Tanya Selena seusai mendengar cerita Galang.

"Setuju ataupun tidak hubungan kami memang harus segera diakhiri," sahut Galang.

Saat itu Selena tak mengatakan apapun. Meski Galang mengatakan akan segera berpisah dengan Sisi, namun dia bisa merasakan jika hati Galang menginginkan hal yang berbeda.

"Hanya saja ... " Galang kembali bersuara setelah cukup lama diam.

Selena semakin lekat memandangi Galang, ia penasaran akan apa yang ingin dikatakan suaminya itu selanjutnya.

"Pangeran ... "

"Pangeran? Kenapa dengan dia?" Tanya Selena mulai tak sabar dengan apa yang ingin Galang katakan. Apalagi saat mendengar nama Pangeran disebut oleh sang suami.

Galang menarik napas panjang lantas menjelaskan tentang keinginan Pangeran yang ingin merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Selena begitu seksama mendengar penjelasan Galang. Meski belum pernah mengandung dan melahirkan, namun rasa keibuannya hadir dan tak ingin Pangeran tak mendapatkan apa yang diinginkannya selama ini.

"Kalau begitu tetaplah bersama Sisi, " Kata-kata itu keluar begitu saja dari bibir Selena setelah Galang menjelaskan semuanya.

"Tidak bisa,"

"Kenapa? Apa ego kamu lebih penting daripada kebahagiaan anak kamu?"

"Ini bukan tentang ego, Selena, tapi ini tentang takdir." Galang langsung berbalik membelakangi Selena. Enggan memperlihatkan raut wajahnya yang penuh dengan kesedihan.

Selena menghela napas pelan. Melihat perilaku Galang saat ini membuat Selena semakin yakin bahwa Galang juga menaruh perasaan kepada Sisi.

"Kamu yang ditakdirkan untuk aku Selena, sementara Sisi ... Dia ditakdirkan untuk Digo. Memaksa mempertahankan sesuatu yang bukan untuk kita hanya akan menyakiti. Menyakiti diri sendiri, menyakiti kamu, Sisi dan bahkan Digo."

Tak disadari air mata membasahi pipi Galang saat mengucapkan kata-kata itu. Hatinya bergetar seolah enggan melepaskan disaat dirinya baru menyadari jika dia juga mencintai Sisi yang selama ini dianggapnya sebagai istri untuk mendapatkan keturunan seperti Pangeran.

"Kalau begitu, jika suatu saat aku pergi lebih dulu, janganlah ragu untuk menyatukan kembali cintamu dengan Sisi. Aku rela Galang. Buatlah Pangeran bahagia ... Begitu juga kamu dengan Sisi,"

Galang terhenyak. Bayangan dirinya dan Selena hilang bagaikan tersapu angin sehingga kini pandangannya kembali menemukan Selena dan Sisi di hadapan.

Galang menatap wajah Selena. Tangannya perlahan terulur menghapus air mata istri pertamanya. Kata maaf ia lafalkan dengan suara bergetar.

Selena pun hanya memberikan anggukan sebagai tanda bahwa dia memaafkan Galang yang telah menuduh dirinya ingin melukai Sisi.

"Galang ... " panggil Sisi membuat Galang dan Selena melirik padanya.

"Gue cuma mau bilang selamat. Kalian memang ditakdirkan sebagai pasangan. Dan selamat tinggal untuk kisah kita, Lang. Sekarang gue bisa melepaskan apa yang bukan milik gue dengan ikhlas. Karena gue sadar Selena memang lebih pantas buat elo." Sisi melanjutkan perkataannya sembari menyunggingkan senyum ikhlas.

"Gue pamit, " ucap Sisi kemudian gegas melesat pergi.

Erik membungkuk memberi penghormatan kepada Galang dan Selena sebelum kemudian dia ikut pergi bersama Ratunya.

Kaki Galang melangkah hendak mengejar, akan tetapi baru tiga langkah dia berjalan, langkahnya ia tahan.

"Galang?" Panggil Selena membuat Galang perlahan melangkahkan kakinya mundur hingga kembali berdiri di samping wanita tersebut.

"Kenapa kembali? Kejarlah, aku akan menerimanya dan kita akan hidup bahagia."

"Untuk menjadi bahagia diantara aku, kamu dan Sisi tidak semudah yang diucapkan Selena. Biarlah semua ini terjadi," balas Galang.

"Baiklah. Mungkin bukan sekarang. Tapi semoga bahagia itu akan kita rasakan suatu saat nanti, "

***

"Lo makin ngelunjak ya!" Fita melangkah hendak menghajar Pangeran. Meski Pangeran laki-laki, dia seolah tak peduli. Jari telunjuknya mengacung pada Pangeran dengan mata menyorot penuh emosi.

Beruntunglah Stanley cepat menahan tubuh Fita sehingga saudarinya itu tak bisa menggapai Pangeran yang hanya tinggal beberapa jengkal lagi.

"Fit, berhenti! Lo jangan kayak gini! Louis masih sekarat, kalau nanti Pangeran bikin lo kayak Louis juga gimana? Situasi bakal jadi lebih kacau!"

Fita berhenti memberontak. Dia menyingkirkan tangan Stanley dari tubuhnya lalu pergi dari ruangan.

Tidak hanya Fita yang emosi saat Pangeran mengatakan bahwa dia menginginkan kematian Tristan sebagai bayaran karena telah menyembuhkan Louis. Agra, Liora dan Jordan pun amarahnya bergejolak, namun mereka mampu mengendalikan diri agar situasi tidak semakin memanas.

"Aku sudah terlalu lama di sini. Aku akan menyembuhkan Louis sekarang," ucapan Pangeran seperi menghancurkan atmosfer panas dari emosi para pemilik Rumah.

Stanley tersenyum bahagia. Dia mempersilakan Pangeran mengobati Louis.

Berbeda dengan yang dirasakan Stanley. Keempat orang dewasa di Kamar itu justru saling berpandangan. Mereka merasa aneh dengan sikap Pangeran yang tak bisa mereka tebak.

Tristan juga sejak tadi berusaha untuk masuk ke pikiran Pangeran, akan tetapi yang dia dapati hanya kegelapan.

Sejujurnya Tristan merasa was-was. Dengan tak bisa membaca gerak-gerik musuh, artinya dia bisa dalam bahaya kapan saja. Ditambah lagi dengan penawaran Pangeran.

***

Di lain tempat, Ali dan Salwa keluar dari mobil. Keduanya tampak berjalan beriringan masuk ke dalam Mal.

Di balik dinding sebuah toko, Adhitya melesat muncul. Ia bersembunyi di sana dan mengintip adik-kakak itu. Gegas ia mengikuti dengan mengendap-endap.

Ketika sedang asik berjalan sembari melihat-lihat seisi Mal, Ali tiba-tiba menghentikan langkahnya. Keadaan Mal yang tidak terlalu ramai membuat penciumannya menemukan aroma serigala. Ia menyadari bahwa dia sedang diikuti. Segera saja dia menarik tangan Salwa dan membawanya melesat.

Adhitya berdecak. Tak ingin kehilangan jejak, dia cepat-cepat mengejar. Namun, hingga keluar dari tempat tersebut, dia tak lagi menemukan Ali dan Salwa.

"Kemana tuh orang?" herannya.

"Kenapa lo ngikutin gue?"

Sontak Adhitya berbalik. Ternyata Ali sudah berdiri sambil menatapnya tajam. Sementara Salwa memandang heran dirinya dan sang kakak.

"Lo disuruh Raja Serigala buat ngawasin gue?" tanya Ali sangsi.

Tenggorokan Adhitya terasa kering. Andai saja dia bisa lebih berhati-hati pasti dia tidak akan ketahuan seperti ini.

"Gue ... Gue cuma mau tau keadaan Salwa setelah kejadian semalam. Iya, itu ... Itu alasan gue ngikutin kalian!" Adhitya menyunggingkan senyum lebar, berusaha meyakinkan Ali dengan alasan yang berhasil dia temukan agar laki-laki itu tak curiga.

"Elo khawatir sama gue?" Salwa tersenyum meledek. "Ya ampun, ternyata lo kecantol sama gue. Ya wajar sih soalnya gue ini cantik. Miss Universe aja kalah cantik sama gue."

Adhitya memutar bola mata mendengar penuturan gadis dihadapannya yang begitu percaya diri.

"Adik gue gak papa. Dia minta gue beliin HP baru sebagai permintaan maaf karena semalaman gue gak di Rumah pas dia lagi ketakutan," kata Ali ditanggapi dengan anggukan oleh Adhitya.

"Keadaan Sisi gimana?" tanya Ali membuat dahi Adhitya berkerut.

"Dua jam yang lalu lo ketemu sama bunda dan sekarang udah nanyain keadaan dia?"

Ali terkekeh. "Kayak gini doang lo heran, gimana kalo lo tau gimana bucinnya kami dulu."

"Sisi? Siapa itu Bang? Lo kok gak pernah cerita kalo lo punya cewek?" Salwa bersedekap, merasa tak dihargai sebagai adik karena kakaknya tak terbuka padanya. Apalagi ini perihal perempuan yang kakaknya cintai.

Tangan Ali melingkar di pinggang Salwa dan menariknya mendekat. Dia kemudian memberitahu Salwa bahwa dirinya memiliki kekasih dari masa lalu bernama Sisi, si Ratu Serigala, Ibunda dari Adhitya dan Pangeran. Ali juga mengatakan bahwa dia terlahir kembali sebagai Ali untuk bersatu dengan Sisi.

Mendengar perkataan Ali tentu membuat Salwa terkejut. Ternyata Kakaknya itu bukan hanya manusia serigala biasa, melainkan manusia serigala dari masa lalu yang terlahir lagi untuk mendapatkan cintanya kembali.

Bukan hanya itu yang membuat Salwa terkejut, melainkan juga perempuan yang dicintai sang Kakak adalah ibu dari Pangeran dan Adhitya.

"Jadi ... Kalau nanti Bang Ali nikah sama Sisi, gue jadi tantenya nih cowok dong?" membayangkannya saja Salwa sudah tak sanggup. Apalagi jika semua itu benar-benar terjadi.

"Oh, iya, bener! Kalo gitu mulai sekarang aja gue manggil lo tante nya. Gimana, Tante?" ujar Adhitya bergurau.

"Dih, ogah banget! Awas aja kalo sampe lo manggil gue tante, ya! Gue jahit mulut lo!" Ancam Salwa.

"Jahat bener. Kalo lo gak mau dipanggil tante, terus maunya dipanggil apa?"

"Ya apa kek! Asal jangan tante. Ogah banget udah cantik-cantik gini dipanggil tante,"

"Kalo dipanggil sayang gimana?"

Salwa terdiam seketika. Mulutnya tertutup sempurna dan matanya membulat akibat perkataan Adhitya tadi.

Ali berdeham menyadarkan Salwa dan Adhitya yang saling bertatapan beberapa waktu.

"Sal, kita jadi beli HP barunya?" Tanya Ali mengalihkan topik pembicaraan.

Salwa mengangguk cepat. Dia langsung mengayunkan langkahnya meninggalkan sang Kakak dan Adhitya.

"Gue duluan," pamit Ali pada Adhitya.

Adhitya hanya membalas dengan anggukan. Setelahnya dia memandangi kepergian Ali.

***

Pangeran keluar dari Kamar di mama Louis kini terbaring memulihkan tenaga. Di belakangnya ada Tristan yang akan mengantarkan dirinya hingga ke depan Rumah.

"Terima kasih sudah mengobati Louis," ucap Tristan membuat langkah Pangeran terhenti.

"Itu tidak gratis Raja Vampir. Aku tidak bercanda dengan ucapanku bahwa aku meminta kematianmu sebagai bayaran karena telah menyembuhkan salah satu anggota keluargamu,"

Tristan mengangguk. "Aku tahu. Tapi, aku ingin tahu, kenapa kamu menginginkan kematianku? Apa itu menguntungkan untukmu?"

Pangeran membalikkan tubuhnya menghadap Tristan. Dia memandangi wajah pria itu yang tak ada keriput sedikitpun. Manusia biasa pasti tidak akan menyadari jika usia pria itu sudah berabad-abad lamanya.

"Apa kamu takut mati?" Tanya Pangeran.

"Tidak. Aku Raja vampir, aku hidup abadi ... "

"Kamu bisa menjadi seorang raja karena darah suci," potong Pangeran yang sontak membuat Tristan menatapnya tajam.

"Raja, Ayahku menceritakan kisah kelamnya di masa lalu. Kamu salah satu orang yang andil dalam kenangan buruknya. Kepercayaannya kepadamu telah kamu sia-siakan,"

Tatapan tajam Tristan berubah menjadi tatapan menilik penuh tanda tanya. Dahinya berkerut mendengar penuturan Pangeran tadi. Siapa orang yang Pangeran maksud? Galang? Hanya itu nama yang terpikirkan olehnya. Namun, bukankah Pangeran adalah Galang sendiri? Apakah kelahirannya kembali untuk membalas dendam?

"Akan ada saat dimana pengkhianatanmu dibalas dengan kematian. Dan aku pastikan wajah ini yang akan kamu lihat untuk terakhir kalinya," Pangeran mendekat satu langkah sehingga wajahnya semakin terlihat jelas oleh Tristan.

"Sayangnya waktu kematianmu bukan sekarang, Raja."

"Kenapa tidak? Jika memang kamu ingin membunuhku, lakukanlah sekarang!" tantang Tristan.

"Kamu akan tahu kenapa kematianmu tidak terjadi sekarang," balas Pangeran. Dia kembali berbalik lalu melenggang pergi meninggalkan Tristan.

Bersambung


Hai-hai!

Terima kasih sudah membaca part ini, jangan lupa vote-nya juga ya, guys!

Di part sebelumnya, saya baca-baca komentar kalian dan kalian kecewa karena saya lama banget updatenya.

Sekali lagi saya minta maaf, ya. Untuk bisa melanjutkan part ini pun saya harus curi-curi waktu. Semoga kalian bisa paham ya, guys! Dan semoga kalian gak bosan mensupport cerita ini.

Continue Reading

You'll Also Like

18.8K 1.3K 12
"Kita gak butuh adik baru!" Adalah kalimat pertama yang diucapkan ketika kembar masih dalam kandungan. Ke-5 Anak lewidson menentang hadirnya anggota...
274K 2.3K 36
Bingung mau kasih Nama tokoh apa buat story wp kalian? Cari aja di sini, siapa tau ada yang sesuai dan cocok buat karakter cerita wattpad kalian yaa�...
18.7K 1.2K 20
Menceritakan perjuangan cinta uchiha sarada mendapatkan uzumaki boruto Bagaiman kisah cinta uchiha sarada? Yuk langsung saja baca cerita bertemakan r...
random By gaby

Short Story

24.6K 4.3K 20
[ 𝐡𝐢𝐚𝐭𝐮𝐬 ] 𝗢𝟭. kesabaran jennie. ⠀ #1 in jennie [O1O221]