Dependency ✓ [Sudah Terbit]

By FebbFbrynt

5M 465K 20K

17 tahun Leane hidup di ranjang rumah sakit tanpa mengenal dunia luar. Setiap hari, ia hanya tahu rasa sakit... More

Prolog
1. Dependency🌷
2. Dependency 🌷
3. Dependency 🌷
4. Dependency 🌷
5. Dependency 🌷
6. Dependency 🌷
7. Dependency 🌷
8. Dependency 🌷
9. Dependency 🌷
10. Dependency 🌷
11. Dependency 🌷
12. Dependency🌷
13. Dependency 🌷
14. Dependency🌷
15. Dependency 🌷
16. Dependency🌷
17. Dependency 🌷
18. Dependency 🌷
19. Dependency 🌷
20. Dependency 🌷
21. Dependency 🌷
23. Dependency 🌷
24. Dependency 🌷
25. Dependency 🌷
26. Dependency 🌷
27. Dependency🌷
28. Dependency🌷
30. Dependency 🌷
32. Dependency 🌷
32. Dependency 🌷
33. Dependency 🌷
Diskusi/saran
34. Dependency 🌷
40. Dependency 🌷
42. Dependency 🌷
43. Dependency 🌷
Visual Cast Tokoh
46. Dependency 🌷
54. Dependency 🌷 [End]
EXTRA PART I
EXTRA PART III (Spesial Mario)
Giveaway Cover
Daftar Paket + tgl PO
Open PO

EXTRA PART II

34.7K 2.8K 58
By FebbFbrynt

Happy Reading

~•~

"Kak, maukah Kak Rea makan bersamaku malam ini?"

Mendengar nada antusiasnya di telepon, Reane terkekeh. "Tentu saja!"

Namun, berikutnya, suara kesal datang. "Beraninya kamu mengajak istriku tanpa persetujuanku?!"

"Kak Rea … Kak Ray memarahiku," adu Arian dengan nada sedih.

"Berikan telepon padanya!" titah Reane cemberut.

Reane memutar mata jenuh dengan keposesifan Ray. Sudah berbulan-bulan berlalu semenjak dia sudah berdamai dengan Arian dan Ibunya, tapi Ray sangat enggan membiarkan mereka tinggal bersamanya. Jadi dia memberikan ibu dan anak itu rumah yang cukup mewah yang lengkap beserta pembantu atau pelayan-pelayannya.

Apa alasannya? Ray takut perhatian Reane teralihkan darinya jika ada orang lain yang tinggal di rumah mereka.

Tapi meskipun sangat sungkan, Arian dan Retna sama sekali tidak bisa menolak apa yang Ray berikan. Dia sangat mendominasi dan mudah membuat orang tertekan. Selain itu, Ray pernah berkata kepada mereka yang di mana perkataan itu tidak bisa menolak pemberian Ray lagi.

"Jantung yang diberikan Mario kepada istriku memang merupakan nyawa yang tidak bisa dibayar dengan materi, tapi yang hanya kumiliki saat ini hanya materi. Istriku hidup karenanya, dan aku hidup karena Istriku, jadi izinkan aku menghidupi kalian sebagai keluarga Mario dengan semua hartaku. Tolong jangan menolak lagi. Aku akan merasa berhutang dan bersalah seumur hidupku. Setidaknya aku akan memberikan apa yang aku bisa berikan."

Perkataan dalam yang sangat tulus itu membuat mereka terenyuh. Akhirnya mereka tinggal di rumah yang begitu mewah dan tak pernah kekurangan uang. Setelah Arian lulus sekolah menengah, dia dikuliahkan di Universitas terbaik di luar negeri, sembari itu, dia diajarkan banyak pelajaran tentang bisnis dan menempati perusahaan cabang Muel Old dalam waktu singkat.

Meskipun dia belum resmi menempati posisi itu, setidaknya Ray menjamin pekerjaannya.

Dua hari yang lalu, Arian kembali ke tanah negara ini karena adanya liburan semester. Dan mereka sudah berkumpul layaknya keluarga. Lalu malam ini, Reane menebak bahwa Arian sedang berada di perusahaan Ray. Mereka berdua yang awalnya tidak akrab, sekarang seperti kucing dan anjing yang kadang-kadang bertengkar perihal dirinya.

Seperti yang terjadi di telepon saat ini.

"Sayang … aku tidak memarahinya, aku hanya—"

"Kak Ray berbohong! Tadi kamu melototiku dan mengancamku untuk tidak banyak bicara!"

"Kapan aku melakukannya?! Dasar bocah! Kamu hanya bisa mengadu kepada Istriku!"

"Kak Rea! Kakak mendengar, bukan?! Dia memarahiku lagi!"

Reane menjauhkan telepon dari telinganya yang berdengung. Ia merasa sakit kepala mendengar pertengkaran mereka. 

Saat ini ia sedang berbelanja sendirian di sebuah supermarket yang hanya beberapa kilo dari rumahnya. Ia sama sekali tidak khawatir dengan putrinya, karena ia tahu Lea lebih menyukai belajar melukis dari pada ikut belanja dengannya.

Tapi yang ia pusingkan adalah dua orang diseberang telepon. Mendengar mereka masih berdebat, Reane geram dan akan berteriak memarahi mereka. Namun tiba-tiba dia membisu saat tak sengaja melihat orang yang dikenalnya. 

Mata Reane terbelakak. Mematikan telepon tanpa ragu, ia berteriak gemetar.  "Kak Robin!"

Pria yang tengah sibuk bekerja memikul beban berat itu langsung menoleh bingung.

Mata Reane berkaca-kaca. Tidak salah! Itu memang kakaknya!

Sudah hampir empat tahun dia tidak bertemu dengan kakaknya, dan setelah kembali kepada Ray, dia berusaha mencari keberadaan dibantu suaminya itu, namun yang ditemukan hanya keadaan keluarganya—Austern.

Kurang dari 4 tahun yang lalu, Keluarga Austern benar-benar hancur ke titik beku. Rantai modal mereka benar-benar putus. Apalagi keadaan Robin yang tidak memungkinkan lagi karena depresi kehilangan Reane.

Di tengah itu, Jersey dan Qanita memanfaatkan Elisa dan menikahkannya dengan pria tua bangka yang cukup kaya. Elisa yang sudah hampir gila tak berdaya dan dipaksa untuk benar-benar menikah. Robin tak bisa berbuat apa-apa. Ia yang sudah menduga kegilaan orang tuanya, tak peduli lagi dan memutuskan ikatan keluarga.

Akhirnya keluarga itu terpisah, tiga anggota keluarga hidup bergantung pada menantu yang merupakan kakek tua, dan Robin mencari tempat tinggal ke kota lain dan menjalani bisnis kecil.

Setelah itu, tidak ada kabar dari Robin lagi karena dia sering pindah merantau dari satu kota ke kota lain.

Lalu bagaimana dengan keluarga Helison? Itu tidak perlu ditanyakan lagi. Keluarga kalangan atas yang sebelumnya terkenal dan terkaya, kini benar-benar lenyap seolah ditelan bumi. Publik mendengar berita tentang mereka terakhir kali yaitu saat hukum mati Neila dan meninggalnya penatua Helison—Rose dan Aron yang menderita stres sehingga tubuhnya tak kuat, jatuh sakit, dan meninggal. Entah bagaimana keadaan anggota lainnya, mungkin kini tengah mengemis di jalanan.

Kembali pada saat ini, Reane berlari tanpa ragu ke arah pria berpenampilan berantakan berkeringat pria itu dan memeluknya. Tentu saja pihak lain sangat terkejut hingga tubuhnya kaku dan bergetar. 

"Rean-e? Apakah itu kamu...?"

"Aku merindukanmu, Kak." Reane menangis terisak memeluknya erat.

Robin tidak tahan lagi hingga matanya memerah membentung air mata. Ia ingin membalas pelukannya dengan erat, tapi saat ini tubuhnya sangat kotor takut menodai adiknya. "Reane … aku sangat kotor."

"Aku tidak peduli, Kak. Peluk aku."

Robin mulai menangis dan memeluk adiknya penuh kerinduan.

Dia telah melalui banyak kesulitan dan berpindah ke berbagai tempat untuk mencari bisnis baru, tapi ia selalu gagal dan gagal. Jadi dia hanya melakukan pekerjaan harian untuk hidup. 

Kembali ke kota asalnya dari setahun yang lalu, ia sudah lama menyerah untuk mencari Reane. Ia akhirnya hanya fokus mencari pekerjaan dan menghidupi keluarga kecilnya.

Dia sudah menikah dengan seorang wanita biasa yang sebelumnya banyak membantunya dalam hal pekerjaan, mereka sama sama sudah dewasa dan tidak menikah karena perihal uang, merasa membutuhkan satu sama lain, mereka akhirnya menikah dengan cara sederhana dari tiga tahun lalu. Dan kini mereka sudah memiliki dua anak yang masih sangat kecil.

Saat ini, dia bekerja untuk mengangkut barang ke sebuah toko, tapi tak pernah menyangka akan bertemu Reane yang sudah dewasa dan berubah. Dia bukan gadis kecil lagi, dia sedikit lebih tinggi dan benar-benar menjadi wanita dewasa. Robin sangat terharu sehingga tak bisa menahan tangisnya. Ia benar-benar merindukannya dengan siksaan yang membuatnya tak berdaya karena sama sekali tidak tahu kabar Reane.

Terakhir bertemu saat Reane hamil. Sekarang ia bahkan tidak tahu apakah kehidupan Reane sudah membaik, apakah dia sudah memiliki keponakan lucu, atau apakah dia sudah tidak bersama Ray lagi.

"Apakah kamu masih bersama Ray?"

Yang Robin dengar sebelum Reane ditemukan, keadaan Ray bahkan lebih hancur darinya.

"Ya. Aku sangat bahagia dengannya."

Robin menghela nafas lega.

Setelah berpelukan lama, Reane mendongak dengan wajah basah karena menangis. Menatap wajah kakaknya yang beberapa tahun lebih tua, terlebih penyebab itu janggutnya yang berantakan. "Bukankah hidupmu sangat menderita. Maukah kamu ikut denganku, Kak?"

Tak mau mencampuri kehidupan adiknya yang sudah tersusun rapi, Robin takut dia akan mengacaukan kehidupan baik Reane. Jadi ia tak bisa menerima permintaannya. "Tidak, Reane. Kita hidup di dunia berbeda sekarang. Terlebih, aku sudah memiliki keluarga. Istri dan anakku.

Reane terkejut. Lalu perlahan tersenyum. "Kalau begitu, aku akan memaksa mereka ikut denganku sehingga kamu juga mengikutinya."

~•~

Keluarga kecilnya, kini menjadi keluarga besar. Reane menatap penuh haru suasana hangat di rumahnya yang kini ramai penguni.

Arian dan ibunya, Robin dengan Istrinya—Tari, dan dua anaknya yang berumur 3 tahun dan satu tahun. Lalu tidak lupa para pelayan yang ikut mengobrol dan tertawa satu sama lain. Suara anak-anak yang bermain sungguh membuat rumah itu semakin ramai.

Meskipun mereka berpisah rumah, sudah menjadi ketetapan untuk berkumpul setiap seminggu sekali di hari Sabtu.

Hidup kakaknya yang awalnya kesulitan, dibantu Ray tanpa ragu dan dibelikan tempat tinggal layak untuk keluarganya. Ray begitu keras kepala dengan perkataan mutlak sehingga mereka benar-benar tidak bisa menolak.

Ray bukanlah orang yang berempati dan meletakkan belas kasihan kepada sembarang orang, tapi selama itu berhubungan dengan Reane, selama itu menjadi kebahagiaan Reane, Ray melakukan segalanya. Perlahan dia dilembutkan hatinya dan Reane mengajarkannya untuk tidak terlalu keras hati kepada orang lain. Manusia harus saling membantu satu sama lain. Bahkan saat dia mati, dia masih membutuhkan orang lain untuk menguburkan mayatnya.

Merasakan harmonisnya suasana malam ini, Ray akhirnya tahu apa itu kebersamaan bersama banyak keluarga. Dia yang hidup menyendiri bertahun-tahun di dua kehidupan, merasakan perasaan hangat dari Reane dan banyak orang, sungguh melembutkan hatinya.

Melihat Reane dikejauhan yang terdiam linglung, ia mendekat dan memeluknya. "Ada apa, Sayang? Mengapa wajahmu terlihat sedih."

Reane menggeleng pelan berusaha untuk tidak menarik perhatian sehingga memecah suasana nyaman itu. "Aku hanya bahagia bersama kamu dan mereka."

Ray hanya tersenyum. "Anggap saja ini hadiah dari Tuhan sebagai ganti kehidupan buruk kita sebelumnya. Bukankah sudah waktunya mencapai akhir bahagia?"

~•~

"Ray, apakah kamu percaya jika kamu hidup dalam sebuah novel?"

"Ya."

Reane menatap Ray terkejut karena jawaban tanpa ragunya. "... mengapa?"

Ray mencubit gemas pipi istrinya. Menatap ekspresi tidak percayanya yang imut, ia mencium hidung mungil Reane dengan lembut. Dua pasang mata dipenuhi kehangatan itu menatap penuh kasih sayang dua pasang mata bulat di depannya dekat. "Karena aku sudah mengalami hal yang lebih di luar akal manusia. Jadi, bukankah tidak mungkin jika aku memang hidup di dunia novel?"

Reane tertegun sejenak. Setelah ragu-ragu, ia bertanya pelan. "Apakah kamu benar-benar terlahir kembali?"

"Hm." Pria itu berdeham dengan anggukan kecil, ia tiba-tiba memeluk Reane ke dadanya agar istrinya itu tidak melihat ekspresinya yang agak tidak menyenangkan karena mengingat masa lalu. "Aku benar-benar terlahir kembali sebanyak dua kali."

"Dua kali?!" pekik Reane terkejut dengan mata terbelalak. Ia ingin melihat ekspresi Ray, tapi dia ditekan lembut untuk tetap bersandar di pelukan hangatnya. Tangan Reane tanpa sadar gemetar meraih pakaian Ray.

Ia benar-benar baru tahu dan tak menduga jika Ray dilahirkan kembali dua kali. Apakah suaminya telah mengalami banyak hal sulit sebanyak dua kehidupan itu? Kesedihan menyerbu hatinya sehingga rongga matanya memerah. "Ray … Apakah sebelumnya aku tidak ada di kehidupanmu?"

Suara rendah Ray terdengar di atas kepalanya. "Ya. Tidak ada kamu. Aku sangat menderita. Sangat menyakitkan menjalani kehidupan gelap selama itu tanpa kamu. Aku merasa hidup di neraka yang penuh siksaan."

Mata Reane berkaca-kaca. Ia balik memeluk Ray berharap rasa sakitnya ditransfer kepadanya dan berharap dia bisa melupakan semua penderitaan itu. "Sekarang aku di sini, Ray. Tolong lupakan semuanya. Aku akan bersamamu sampai kapan pun. Aku tidak akan pernah membiarkanmu menderita lagi. Aku berjanji …"

Ray mendengar suara sengaunya dan bahunya yang gemetar menangis. Dengan panik ia melepas pelukan dan menangkup wajahnya yang berlinang air mata menyedihkan. Ia buru-buru menghibur lembut. "Ti-dak … jangan menangis, Sayang. Aku sudah tidak sakit lagi. Kamu sudah membalut dan menyembuhkan lukaku sejak lama, Sayang. Aku sangat bahagia sekarang. Sungguh sangat-sangat bahagia memilikimu dan Lea."

Melihat Reane tidak berhenti menangis untuknya, Ray merasa hatinya meleleh hangat. Ia mencium air mata di pipinya dan terus menghiburnya. "Sayang, jangan menangis lagi. Kecuali saat berada di bawahku, kamu tidak diperbolehkan menangis oke? Aku akan merasa sangat tertekan."

Reane mulai berhenti menangis sembari mencerna perkataannya. Lalu wajahnya berangsur-angsur memerah. Ia mendorong dadanya penuh kekesalan. "Kamu …!"

Melihat wajahnya yang merah padam, Ray tertawa terbahak-bahak sampai dada dan bahunya bergetar. Diam-diam menghela nafas lega melihatnya sudah tidak sedih lagi, Ray lebih menggoda istrinya. "Kenapa, Sayangku?"

"Tidak tahu malu!"

Ray mengangkat bahu. "Kenapa aku harus malu? Kamu milikku, dan aku bebas melakukan apapun terhadap istriku sendiri."

"Ray!" Wajah Reane semakin malu dan semakin memerah. Ia merasa semakin marah dan kesal mengingat tanpa ampun pria ini yang hampir setiap malam. "Kamu tidak boleh tidur denganku malam ini!"

Ekspresi Ray berubah drastis. Seolah tak menyangka Reane akan sekejam itu, matanya penuh kepanikan dan menyedihkan. "Tidak, Sayang! Aku hanya bercanda! Maafkan aku …."

Reane menghindar tangan Ray yang meraihnya dan terus merajuk. "Tidak! Aku akan tidur dengan Lea!"

Melihatnya keras hati, Ray tahu dia sangat kesal. Matanya mulai berkaca-kaca seperti anak kucing yang ditelantarkan. "Sayang … tolong maafkan aku …."

"Tidak!" Reane sudah kebal dengan ekspresi andalannya yang selalu membuat hatinya melembut.

Tiba-tiba Ray bangkit dari tempat tidur dan berjalan cepat keluar kamar. Reane tercengang karena Ray menyerah semudah itu padanya. Tapi memikirkan malam ini akan tidur dengan damai tanpa tersiksa dan terombang-ambing lagi, dia tersenyum acuh tak acuh.

Namun, tak menyangka tak lama kemudian, pria itu datang membawa seorang gadis kecil yang tertawa di gendongannya. Reane memerhatikan Ray menurunkan Lea yang berwajah ceria sehingga gadis itu mulai berjalan ke arahnya. Melihat ekspresi Ray yang mulai cerah, ia tiba-tiba merasa firasat tidak menyenangkan.

Benar saja …

Lea naik ke pelukannya dan mencium pipi ibunya dengan manis. "Ibu! Ibu halus tidul dengan Ayah, oke? Aku ingin punya adik kecil!! Hehe … adik kecil yang lucuuu …."

Reane tercengang dan melihat Ray yang tertawa bahagia di pintu.

Pria ini menggunakan putrinya dengan licik untuk tidur dengannya! Ray tahu bahwa dirinya sama sekali tidak bisa menolak Learin sama sekali!

Reane menggertakkan gigi dan mencoba membujuk. "Lea … Ibu—"

"Ibu tidak boleh tidul dengan Lea! Lea tidak mau! Ibu Halus tidul dengan Ayah!!"

Mendengar tawa kemenangan Ray yang semakin kencang, Reane penuh kekesalan sehingga melempar bantal dengan marah. Meskipun tepat mengenai wajahnya, ia malah dimarahi gadis kecilnya ….

"Ibu tidak boleh memukul Ayahh!!!" Gadis itu melotot galak kepada ibunya

Reane merasa sangat sedih karena Lea tidak berada dilihaknya. Dia selalu lebih menyayangi ayahnya dibandingkan dirinya sendiri. 

"Lea … tapi Ayahmu telah mengejek Ibu. Ibu merasa sangat kesal …"

Melihat ibunya sedih, Lea meneluk ibunya dan mengiburnya seperti orang dewasa. "Jangan kesal, Bu … jangan pukul Ayah lagi."

"..."

Hei! Lea tetap membela ayahnya meskipun dia membujuknya! Reane semakin frustrasi.

Mendapat ciuman lembut Lea di pipinya, kekesalan Reane mereda. "Baiklah, baiklah. Ibu akan tidur dengan Ayahmu. Tapi kamu harus sering mencium ibu seperti ini, oke?"

"Oke!"

Melihat senyum cerahnya yang penuh kelucuan, Reane tersenyum lembut dan mencium semua wajahnya dengan gemas.

"Aku akan bermain dengan bibi lagi!" Gadis itu turun dari pangkuan ibunya dan berlari keluar kamar. Yang Reane tidak lihat, ayah dan putri itu ber-tos tangan atas keberhasilan mereka.

Reane mulai cemberut melihat Ray datang lagi mendekat setelah Lea pergi bermain dengan pelayannya.

Melihat senyum kemenangannya, Reane mencibir. "Apakah kamu tahu? Peranmu di dunia novel ini adalah seorang antagonis! Pantas saja kamu sangat licik!"

Ray mengangkat alisnya tanpa banyak terkejut. Ia mendekat perlahan saat merasakan Reane tidak seperti landak lagi dan duduk menghadap punggung kecilnya yang masih merajuk. Ia terkekeh. "Benarkah?"

"Ya!"

"Lalu apa peran Reane? Kupastikan Reane bukan tokoh utama yang terpaksa menikah dengan antagonis, bukan?"

Reane mengerucutkan bibirnya dan menatapnya mendelik. "Ta-pi … yang penting Reane bukan antagonis sepertimu! Dia berperan sebagai orang baik!"

Ray tersenyum jahat. "Karena aku antagonis, aku akan mengurungmu di kamar agar orang lain tidak bisa melihatmu sehelai rambut pun, hahahaha…."

Mata Reane melebar ngeri dan menyusut mundur. 

Ray menahan tawanya melihat reaksi Reane dan berekspresi menyeramkan. "Kelinci kecil, aku akan menangkapmu dan mengurungmu!"

"Ahh!" Reane berdiri ketakutan dan berlari keluar pintu berteriak. "Lea! Tolong Ibu!"

Ray yang gesit langsung menyusul dan menutup pintu kamar menguncinya.

"Kamu! Jangan bercanda! Atau aku akan marah!" Reane mulai panik.

Tapi sepertinya Ray masih mendalami peran. Ia berjalan perlahan seperti hewan buas yang akan menangkap mangsanya. Reane beringsut mundur sampai mentok ke tempat tidur dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. "Jangan datang!!"

Tapi ia tiba-tiba ditangkap ke pelukannya diikuti suara tawa terbahak-bahak. "Aku menangkapmu kelinci kecil!"

"Lepaskan!"

"Tidak!"

"Lepaskan!"

"Tidak!"

"Ibu, apakah ibu baik-baik saja?" suara Lea tiba-tiba terdengar di luat pintu. 

"Ibumu baik-baik saja, Sayang! Kami sedang membuat adik kecil!"

"Oke."

"..." Reane tidak bisa berkata-kata lagi.

Ray terkekeh dan membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Melihat rambutnya berantakan, ia merapikannya sehingga terlihat wajah cemberutnya. 

 "Jangan marah, Sayang. Aku bercanda." Ray mengecup bibirnya dengan bujukan lembut dan memeluknya erat seperti boneka. Merasakan dia sudah tenang dan patuh di pelukannya, suara Ray menjadi serius. "Tak peduli peran apa kita di dunia novel sialan ini, saat ini kamu harus sadar bahwa kita hidup di kenyataan. Aku sudah berbeda dengan mengalami tiga kehidupan dengan sekarang, dan kamu pun orang berbeda. Kita adalah pemeran utama di kehidupan ini."

Reane merenung sembari melihat pemandangan senja kuning di luar jendela yang sangat indah. "Ray, aku sangat bahagia bisa hidup lagi. Aku sangat bahagia memiliki tubuh yang sehat. Aku sangat bahagia bisa bertemu denganmu, dan aku sangat bahagia memiliki Lea bersamamu."

"Begitu pun aku, Sayang. Masa-masa penderitaanku, luka-luka kelamku, dan apa yang hilang dari hidupku kini telah tergantikan dengan adanya kamu dan Lea. Aku lebih bahagia dari itu."

"Ray, ayo berikan adik untuk Lea."

Ray tersenyum geli dan mencium keningnya. "Tentu saja dengan senang hati."

"Meskipun kita sudah melalu banyak hal sulit, tapi kisah bahagia kita baru saja di mulai."

~•~

22.15
07 Desember 2023

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 259K 61
Pembunuh bayaran jadi guru? ________ Gianna Camellia Green mendedikasikan hidupnya untuk balas dendam akan kematian sang adik karena bullying di sek...
5.8K 155 72
Kehadiran seorang hantu perempuan mengubah hidup Devin secara tak terduga. Awalnya frustrasi dan putus asa, kini ia menemukan sinar harapan sejak ber...
7.3M 635K 53
🐧 FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA 🐧 Gelsy Oceana Hanz adalah sosok perempuan yang bisa dikatakan sempurna. Dia cantik, kaya, dan pintar. Semua kemauann...
800 98 13
BxB Wina, haru, dan yafi sangat suka menjelajah malam. Sayangnya, pada suatu malam, wina menemukan hal yang membuatnya terikat dengan sesosok raga ya...