Obsesi Devil's

By ElZaziroh

1.8M 99.1K 27.9K

[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] "GUE BUKAN MAINAN YANG BISA DI KENDALIIN SEENAK JIDAT KALIAN!" "Yang bilang kamu... More

P R O L O G
BAGIAN PERTAMA
BAGIAN DUA
BAGIAN TIGA
BAGIAN EMPAT
BAGIAN LIMA
BAGIAN ENAM
BAGIAN TUJUH
BAGIAN DELAPAN
BAGIAN SEMBILAN
BAGIAN SEPULUH
BAGIAN SEBELAS
BAGIAN DUA BELAS
BAGIAN TIGA BELAS
BAGIAN EMPAT BELAS
BAGIAN LIMA BELAS
BAGIAN ENAM BELAS
BAGIAN TUJUH BELAS
BAGIAN SEMBILAN BELAS
BAGIAN DUA PULUH
BAGIAN DUA PULUH SATU
BAGIAN DUA PULUH DUA
BAGIAN DUA PULUH TIGA
BAGIAN DUA PULUH EMPAT
BAGIAN DUA PULUH LIMA
BAGIAN DUA PULUH ENAM
BAGIAN DUA PULUH TUJUH
BAGIAN DUA PULUH DELAPAN
BAGIAN DUA PULUH SEMBILAN
BAGIAN TIGA PULUH
BAGIAN TIGA PULUH SATU
BAGIAN TIGA PULUH DUA
BAGIAN TIGA PULUH TIGA
BAGIAN TIGA PULUH EMPAT
BAGIAN TIGA PULUH LIMA
BAGIAN TIGA PULUH ENAM
BAGIAN TIGA PULUH TUJUH
BAGIAN TIGA PULUH DELAPAN
BAGIAN TIGA PULUH SEMBILAN
BAGIAN EMPAT PULUH
BAGIAN EMPAT PULUH SATU
BAGIAN EMPAT PULUH DUA
BAGIAN EMPAT PULUH TIGA
BAGIAN EMPAT PULUH EMPAT
EMPAT PULUH LIMA

BAGIAN LAPAN BELAS

41.9K 2.5K 543
By ElZaziroh

18. GARA-GARA SENYUM

"Jangan tunjukkan senyum pada siapapun. Kecuali kami!"

___________________
______

Pukul 23:00

Alya terbangun dengan tubuh yang rasanya benar-benar lelah. Lelah dari kejadian tak mengenakan dipesawat tadi, lelah dengan tingkahnya sendiri yang selalu menguras energinya karena selalu gagal.

Menatap sekeliling dengan tatapan asing. Alya sepertinya sudah berada di mansion milik salah satu dari empat laki-laki itu. Dimana dengan pelan Alya mulai turun dari atas kasur, melangkah ke arah pintu yang mulai dibuka perlahan oleh Alya.

Cikle

Berhasil? Pintunya tidak terkunci? Oh! Keberuntungan yang sangat besar. Namun sayangnya ia tidak berada di negaranya, membuat ia menghela nafas.

Melangkah keluar dari dalam kamar, dapat Alya lihat lorong-lorong remang akan pencahayaan yang ia lewati. Dimana tujuan Alya sekarang adalah lantai pertama—lebih tepatnya dapur.

"Ini dapurnya dimana si?!" Gerutu Alya lelah sendiri memutari lantai satu yang sangat luas dan tampak sepi, seperti tak berpenghuni.

Memilih mengambil langkah ke kanan, Alya tersenyum cerah kala ia berhasil menemukan dapur yang sedari tadi ia cari.

Membuka lemari pendingin, Alya tersenyum melihat beraneka macam buah-buahan, Snack tepat disamping kulkas dengan rak nya sendiri.

Berjongkok untuk mengambil satu bungkus susu kotak dibagian paling bawahnya. Alya tersentak kaget kala suara milik pemuda yang tidak ia harapkan malah datang tanpa diundang.

"Mau jadi maling, hm?"

Menatap laki-laki yang kini menjulang tinggi dihadapannya. "Aku gak maling!" Seru Alya tak terima.

Hey! Siapa yang maling?! Jika Alya berada dirumahnya sendiri. Ia tidak akan mengambil makanan milik orang.

Menjatuhkan telapak tangannya diatas puncak kepala sang gadis. "Mau makan apa? Biar aku masak"

Berdiri dari jongkoknya. Mata Alya seketika berbinar mendengar tawaran Devan, ini yang ia tunggu! Seseorang menawarinya makanan, karena sungguh. Alya takut jika harus memasak dirumah orang lain.

"Mie geprek!" Seru Alya semangat.

Menggeleng tak setuju, Devan melangkah untuk memanaskan minyak, melangkah ke arah kulkas untuk mengambil sebuah daging yang sudah dipotong kecil-kecil.

"Nasi goreng mau?"

Menggeleng tanda penolakan. "Aku bilang mie geprek Devan! Bukan masih goreeng!" Rengek Alya yang sungguh menginginkan mie geprek sekarang, melihat banyak sekali mie geprek didalam kulkas.

"Nasi goreng atau sate?" Tanya Devan membalikkan tubuhnya menatap sang gadis.

"Mie geprek!" Kekeh Alya tetap pada pendiriannya.

"Gak sehat" singkat Devan mulai menyiapkan nasi tadi yang sudah dihangatkan oleh pelayan supaya tidak cepat basi.

"Aku gak mau makan nasi goreeeng Devan!" rengek Alya menahan tangan Devan yang hendak memasukkan nasi goreng setelah semua bahan telah dimasukkan.

Entah sejak kapan Toman, bawang, cabai, dan beberapa bahan lainnya itu sudah tersedia, dimana Devan sudah memasukkan bahan-bahan tersebut kedalam minyak panas.

Mengerutkan keningnya bingung, Devan sedikit mengecilkan kompor gas. Menatap manik gadisnya yang terlihat akan menangis.

Entah sejak kapan Alya sangat cengeng. Namun tingkahnya ini berhasil meluluhkan hati milik Devan.

"Penawaran yang lain, selain mie geprek!"

"Tetap mau mie geprek!"

"Yang lain sayang," tatap Devan lembut, mengusap Surai coklat terang milik sang gadis dengan pelan.

Menghela nafas lelah, akhirnya Alya memilih untuk mengalah.

"Mie goreng"

"Hm" dehem Devan mulai memanaskan air dengan kompor yang tengah memasak bahan nasi goreng yang telah ia matikan.

Hening melanda, Devan yang sibuk merebus mie goreng dengan satu telur sesuai permintaan sang gadis. Sedang Alya? Gadis itu dengan tenang Dudu di meja bartender sambil memutar kursi bundar yang ia duduki, berusaha menghilangkan rasa bosan dalam dirinya.

"Bosan, hm?" Tanya Devan yang sudah meletakkan satu mangkuk mie dengan telur mata sapi diatasnya, mengusap surai gadisnya yang telah mendongak.

Tak menjawab pertanyaan Devan, mata Alya berbinar kala mie yang ia harapkan telah tersaji. Dimana Alya dengan cepat meraih garpu dan menyendokkan nya kedalam mulut.

Memperhatikan gadisnya yang makan dengan lahap. Devan tersenyum simpul, merasa bahagia kala gadisnya merasa bahagia seperti saat ini.

"Makasih" antusias Alya setelah menyelesaikan makanannya.

"Ayo tidur" ajak Devan meraih pergelangan Alya untuk pergi dari area dapur.

"Dimana?" Tanya Alya berhasil mengehntikkan langkah Devan.

"Maunya dimana?" Goda Devan meraih pinggang ramping itu semakin mendekat pada dirinya.

Syok melanda Alya. Tidak! Bukan ini yang Alya harapkan! Alya bertanya bukan karena ingin tidur dengan laki-laki itu, tapi kenapa. Pertanyaannya seolah mengejek Alya.

"Dikamar tadi lah!"

"Dikamar ada Celvin, yakin mau tidur disana?" Tanya Devan membuat Alya terdiam.

Apa maksud laki-laki ini? Celvin? Untuk apa Celvin pergi ke kamarnya—ah ralat! Maksud Alya adalah. Untuk apa Celvin berada di kamar tersebut? Bukankah ia sudah di berikan kamar privasi sendiri, walaupun Alya tidak dapat mengklaim itu sebagai kamar miliknya.

"Kok kamu tahu?"

"Tadi dia tanya kamu ke kamar kita, pas aku mau ngecek kamu. Cuman ada Celvin disana, makanya aku kebawah"

"Ooh" respon biasa dari Alya. Terlihat sudah terbiasa dengan hal itu.

"Jadi?"

"Apa?" Tanya Alya dengan kening yang mengeryit bingung.

"Mau tidur dimana, sayang?"

"Di kamar yang gak ada kamu, Celvin, Varren sama Cleo!" Tegas Alya.

Mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa?"

"Karena kalian brengsek!"

Tak merasa tersinggung dengan kalimat Alya. Devan mengakui jika mereka memang brengsek! Terutama jika menyangku tentang gadis mereka, Alya.

"AAAA! Devan sialaaan! Turunin akuuuu!" Teriak Alya menggelegar kala Devan mengangkat tubuhnya seperti karung beras menaiki tangga, seolah dibahnya tidak ada beban sama sekali.

"DEVAAAAN!" Suara Alya tenggelam dibalik pintu yang ditutup rapat oleh Devan. Membuat Alya tak dapat bernafas, tolong! Siapapun keluarkan Alya dalam kondisi yang akan merugikan dirinya ini.

"Buka baju kamu!"

"A-apa?" Benar kan Alya bilang! Ini adalah kondisi yang sangat tidak menguntungkan untuk Alya, namun berbanding terbalik dengan Devan.

Terkekeh melihat wajah syok gadisnya yang terlihat sangat menggemaskan. Devan segera melangkah ke arah lemari, mengambil satu kaos oblong miliknya yang berwarna putih.

"Ganti baju, kamu gak malu keluyuran pake baju yang kancingnya udah terlepas itu?" Tunjuk Devan pada kemeja  yang dikenakan oleh Alya, dimana kemeja tersebut sudah kehilangan dua kacing teratasnya akibat ulah Varren.

Oh astaga! Kenapa Alya baru saja menyadarinya?! Bagaimana dengan bodohnya Alya memperlihatkan tubuhnya pada pemuda ini cuma-cuma! Ah sial! Alya sangat malu sekarang.

Melarikan diri, Alya segera memakai kaos milik Devan didalam kamar mandi. Setelahnya ia keluar dengan baju kebesaran tersebut yang menutupi lututnya.

Terlihat lucu dimata Devan.

"Ayo tidur" tepuk Devan pada bagian sampingnya, menopang kepala dengan tangan kanan yang menatap Alya yang masih terdiam.

"Mau gue paksa dulu, atau nurut?"

Menggerutu. Alya segera melangkah mendekati kasur, menidurkan tubuhnya disamping Devan menyamping, membelakangi laki-laki itu. Dimana dengan lembut, lengan Devan menarik Alya untuk lebih merapat pada tubuhnya.

"Gini aja, nyaman" gumam Devan menyembunyikan wajahnya dibalik  ceruk leher sang gadis.

"Devan aku risih!" Kesal Alya tak nyaman kala nafas hangat berbau mint milik Devan menyapu tengkuknya.

"Tidur atau aku berubah pikiran, dan menikmati kamu!"

Alya tahu maksud ucapan itu, maka dengan terpaksa Alya mulai memejamkan matanya.

•••

Tersenyum kecil kala kakinya menapak kejalanan kota Amerika. Alya sangat bahagia, setelah sekian lama dikurung layaknya tawanan. Akhirnya Alya bisa keluar tanpa pengawasan pengawal dari empat pemuda itu.

Sedangkan empat pemuda yang mengikutinya sedari tadi dari belakang hanya tersenyum simpul, senang karena gadis mereka dapat tersenyum tanpa beban seperti sekarang.

"Mau es krim?" Tanya Cleo dengan tangan besarnya yang mengusap Surai sang gadis. Dimana Alya mulai mendongak, mengingat tinggi badannya sangat jauh dengan Cleo dan tiga pemuda lainnya.

"Mau! Mau!" Seru Alya semangat.

Mengangguk singkat, dengan lembut telapak tangan Cleo menarik gadisnya untuk mendekati penjual es krim.

"excuse me, one chocolate flavored ice cream" ucap Cleo yang mendapat anggukan dari sang penjual.

"Chocolate, right?" Tanya sang penjual, memberikan es krim yang sudah ia buat pada Alya.

Menerimanya dengan senang hati, Alya tersenyum ramah dengan binar bening dimatanya.

"Jangan tunjukkan senyum pada siapapun, kecuali kami!" Tatap Cleo dengan rasa cemburu yang tidak dapat ia tahan.

Cleo cemburu pada penjual es krim tersebut yang dengan mudah bisa melihat senyum gadisnya, sedang ia? Ia harus melakukan banyak perjuangan untuk melihat senyum tulus itu. Tidak adil!

"Kamu cemburu?" Tanya Alya polos.

Oh ayolah! Siapa orang bodoh yang cemburu pada penjual es krim? Itu sangat konyol, menurut Alya.

"Kamu tidak lihat kecemburuan yang sangat besar dari mata kami?!" Sinis Celvin yang membuat Alya menahan tawanya yang akan pecah sebentar lagi.

"Oh ayolah! Itu cuman penjual es krim. Jangan aneh deh!" Decak Alya kagum, setelahnya memilih melangkah meninggalkan ke empat pemuda itu.

"Kita gak main-main Al!" Suara dalam dengan nada intimidasi milik Varren mampu membuat Alya terdiam.

Membalikkan tubuhnya menghadap empat pemuda itu. "Tapi itu hanya senyuman!"

"Hanya senyuman? Huh?" Sinis Devan melangkah mendekati sang gadis. "Senyuman itu bahkan gak pernah kamu tunjukkan pada kami!"

Benar apa yang Devan katakan. Ia memang tidak pernah tersenyum pada empat pemuda didepannya, bagaimana bisa senyum? Jika ia selalu di siksa dan di kurung seperti tawanan.

"Jadi? Aku harus gimana? Mengambil senyuman tadi dari penjual ek krim itu?" Tanya Alya mengejek.

"Lakukan!" Suruh Celvin yang entah sudah sejak kapan berdiri disamping kanan Alya.

"Bagaimana bisa?!"

"Kalo gak bisa! Maka kami akan menutup matanya. Selamanya! Agar dia gak ingat senyum kamu!" Senyum iblis milik Cleo terpatri di wajah tampan bak bayi milik pemuda itu.

"Jangan gila! Gak ada orang yang bakal ngingat sebuah senyuman! Lagian bukan cuman aku yang beli dan memperlihatkan senyuman. Banyak!"

"Oh ya? Tapi dia terlihat tertarik sama kamu!" Tekan Devan muak. Melihat bagaimana laki-laki penjual es krim tadi menatap miliknya.

Ia tidak bodoh untuk menyadari tatapan tersebut! Tatapan kagum. Tatapan yang menyiratkan banyak makna.

Menyerah, Alya memilih mengalah. Lebih baik ia meminta maaf, dari pada terjadi hal yang tidak di inginkan. "Aku minta maaf, aku mohon. Aku gak bakal ulangin hal itu lagi" mohon Alya, memegang unjuk kemeja yang dikenakan oleh Celvin.

"Kenapa sangat ingin dia hidup?" Selidik Devan curiga. Jangan bilang gadis mereka tertarik pada penjual eskrim itu lagi.

"Dia gak salah! Aku yang salah. Aku yang senyum, aku bandel! Jadi jangan sakitin siapapun hiks" Isak Alya menjatuhkan eskrim nya, sudah tidak berselera lagi. Memilih menjatuhkan kepalanya didada bidang milik Varren, menyembunyikan wajahnya.

Mengusap Surai gadisnya dengan satu tangan yang memeluk pinggang sang gadis. Varren mengangguk, sebelum mengangkat Alya ala bridal style untuk menuju mobil mereka yang terparkir tidak terlalu jauh.

"Cengeng" ledek Varren yang membuat Alya menggigit bahu laki-laki itu kuat.

"Aku gak cengeng!" Sebal Alya melepaskan gigitannya yang meninggalkan bekas.

"Iya gak cengeng, tapi—" senyum Varren.

"Cepat nangis" lanjut Devan dengan tawanya yang mengudara. Dimana Alya segera turun dan mengejar laki-laki itu, mengundang tatapan dari beberapa mata yang sedari tadi memperhatikan mereka.

"DEVAAAAN! SINI KAMU. JANGAN LARI!" Teriak Alya yang memang sensitif jika di Katai cengeng.

"Wlek! Dasar pendek! Ngejar aku aja gak bisa" ledek Devan, membuat tiga sahabatnya tersenyum dengan tingkah usilnya. Sedangkan Alya? Jangan tanya! Gadis mungil itu sudah kepalang kesal.

"DEVAAAAN! FUCK!"

"Queen!"

"Alya!"

"Bahasanya!" Ucap ketiganya memperingati. Sedangkan Devan? Pemuda itu malah tertawa melihat Alya dimarahi oleh para sahabatnya.

"DEVAAAAN!" Jerit Alya kesal.

•••

Maaf banget ya baru up, padahal kalo udah sampai 500 komen, aku bilang bakal up. Tapi maaf banget! Bukannya bohong! Cuman, kemarin aku banyak tugas makalah sama kelompok aku bakal presentasi, gak lucu kalo aku gak bisa jawab nanti.

Maaf banget ya! Nulis emang hobi aku. Tapi impian aku juga sama berharganya.

Jadi, maaf bangettt ༎ຶ‿༎ຶ

Jangan lupa vote dan komen!!

See you next part....

Continue Reading

You'll Also Like

268K 24.7K 75
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
63.9K 5.2K 25
Follow before Read please🍓 Victor seorang Pemuda Psycho keji yang tidak segan Membunuh siapapun yg Mengusiknya , Tapi takdir mempermainkannya Hingga...
1M 74.7K 74
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
8.7K 1K 7
"Lucu banget, jadi pacar gue mau nggak?" Gawat! Allaric---Si Psikopat Gila itu jatuh cinta. ____ Perhatian! Cerita ini mengandung unsur kekerasan dan...