Obsesi Devil's

By ElZaziroh

1.8M 99.1K 27.9K

[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] "GUE BUKAN MAINAN YANG BISA DI KENDALIIN SEENAK JIDAT KALIAN!" "Yang bilang kamu... More

P R O L O G
BAGIAN PERTAMA
BAGIAN DUA
BAGIAN TIGA
BAGIAN EMPAT
BAGIAN LIMA
BAGIAN ENAM
BAGIAN TUJUH
BAGIAN DELAPAN
BAGIAN SEMBILAN
BAGIAN SEPULUH
BAGIAN SEBELAS
BAGIAN DUA BELAS
BAGIAN TIGA BELAS
BAGIAN EMPAT BELAS
BAGIAN LIMA BELAS
BAGIAN TUJUH BELAS
BAGIAN LAPAN BELAS
BAGIAN SEMBILAN BELAS
BAGIAN DUA PULUH
BAGIAN DUA PULUH SATU
BAGIAN DUA PULUH DUA
BAGIAN DUA PULUH TIGA
BAGIAN DUA PULUH EMPAT
BAGIAN DUA PULUH LIMA
BAGIAN DUA PULUH ENAM
BAGIAN DUA PULUH TUJUH
BAGIAN DUA PULUH DELAPAN
BAGIAN DUA PULUH SEMBILAN
BAGIAN TIGA PULUH
BAGIAN TIGA PULUH SATU
BAGIAN TIGA PULUH DUA
BAGIAN TIGA PULUH TIGA
BAGIAN TIGA PULUH EMPAT
BAGIAN TIGA PULUH LIMA
BAGIAN TIGA PULUH ENAM
BAGIAN TIGA PULUH TUJUH
BAGIAN TIGA PULUH DELAPAN
BAGIAN TIGA PULUH SEMBILAN
BAGIAN EMPAT PULUH
BAGIAN EMPAT PULUH SATU
BAGIAN EMPAT PULUH DUA
BAGIAN EMPAT PULUH TIGA
BAGIAN EMPAT PULUH EMPAT
EMPAT PULUH LIMA

BAGIAN ENAM BELAS

43.6K 2.5K 300
By ElZaziroh

17. KETURUNAN AXELLO

"BEBASIN GUE DARI SINi!!"

____________________
______

Meratapi nasibnya yang malang, sudah satu pekan Alya dikurung dalam sangkar. Layaknya hewan peliharaan, dengan tangan yang dirantai.

"BEBASIN GUE DARI SINI!!" Teriak Alya murka.

Alya muak! Alya lelah! Alya tak ingin menderita terlalu lama disini. Apa salahnya? Apa yang ia lakukan hingga empat laki-laki itu dengan tega mengurungnya layaknya binatang.

Alya hanya ingin bebas... Apa itu salah? Apakah ia salah jika ingin hidup seperti dulu lagi? Apa ia salah menginginkan kembali kebebasan yang dulu ia rasakan?

Ia tak salah...

Ia tak salah apapun! Tapi—mengapa mereka memperlakukan Alya seperti ini?

"Bebasin gue..." Lirih Alya dengan suaranya yang sudah serak akibat berteriak dan meminta tolong selama berhari-hari, namun apa? Hasilnya nihil! Mereka seakan tuli, tak ingin mendengarkan rintihan kesakitan Alya.

Hari itu! Alya sangat menyesal. Harusnya Alya tak melakukan hal itu! Harusnya Alya dapat mengendalikan dirinya.

Jika saja Alya dapat mengendalikan dirinya saat itu. Mungkinkah sekarang Alya tidak ada disini?

Flashback

"Aku mohon, biarkan aku sekolah. Sudah satu pekan aku disini, aku sangat bosan" harap Alya dengan kedua tangannya yang memegang ujung baju milik Cleo.

Tersenyum simpul, Cleo menggenggam tangan mungil milik Alya. "Hm, apa kamu bisa dipercaya, baby girl?"

Meneguk ludahnya susah payah. Alya seakan tercekat hanya dengan tatapan mengintimidasi Cleo.

"I-iya, aku janji. Tidak akan bercerita apapun p-pada sahabat ku" gugup Alya dengan kepalanya yang tertunduk.

"Bukan hanya sahabat. Tapi Siapapun! Tidak ada yang boleh tahu tentang hilangnya kamu, paham little girl?" Suara deep milik Celvin sungguh membuat jantung Alya tak karuan. Takut? Jangan ditanyakan. Karna dari empat pria yang menculiknya ini, Celvin lah yang tidak akan segan-segan memberikannya hukuman yang diluar akal manusia.

Mengangguk, Alya tanpa sadar meremat seragam milik Cleo saking takutnya dengan tatapan tajam milik Celvin.

"Lima menit!" Ucap Devan mengambil langkah lebih dulu untuk menuju mobil sport mereka masing-masing, meninggalkan Alya dengan kebingungan. Hingga Alya mulai sadar dengan ucapan Devan, dimana ia dengan cepat berlari menuju lift untuk menuju kamarnya yang berada dilantai tiga.

Akhirnya setelah sekian lama. Alya bisa bebas juga! Dan hari ini tidak akan Alya sia-siakan, karna bukan hanya kabur. Alya akan melarikan diri dari kota ini, bagaimanapun caranya.

Setelah selesai dengan seragamnya, Alya dengan tergesa berjalan menuju pintu utama, setelah lift terbuka.

Senang? Jangan tanyakan! Alya sungguh senang dan bahagia kala empat laki-laki itu akhirnya membiarkan Alya untuk bersekolah, setelah permohonannya yang kesekian.

"Naik sini!" Ucap empat laki-laki itu bersamaan, membuat Alya menatap keempat laki-laki yang berada dalam mobil mereka masing-masing itu bingung.

Bagaimana sekarang? Siapa yang harus Alya pilih?

Jika Alya naik dengan Devan, pemuda mesum itu pasti akan menciumnya disaat ada kesempatan, misalnya saat mereka pergi kemall beberapa hari yang lalu, dimana saat lampu merah. Dengan tidak tahu malunya, Devan langsung menciumnya dengan brutal.

Melirik Celvin yang sedang menatapnya dibalik kacamata hitam yang bertengger manis dihidung mancung laki-laki itu, Alya tahu betul bagaimana tajamnya Celvin menatapnya, seolah memerintahkan Alya untuk naik ke mobilnya tanpa penolakan.

Menggeleng kecil, mata Alya kembali melirik wajah Varren yang terlihat dingin. Setelah kejadian dimana Alya mengatakan jika ia tidak suka dengan nama Queen, Varren terlihat semakin dingin. Namun, Varren masih sesekali memperhatikan dirinya, walaupun tidak terang-terangan.

Menghela nafas gusar, dengan kepala yang tertunduk. Kaki Alya dengan perlahan melangkah kearah mobil sport berwarna putih milik Cleo, membuat sang empu tersenyum manis.

Setelah melihat gadisnya menaiki mobilnya, Cleo dengan sengaja memasangkan sabuk pengaman pada tubuh Alya, kemudian. Tanpa rasa malu, Cleo melayangkan ciuman yang terkesan menuntut, dengan kaca mobilnya yang masih terbuka.

"Shit" umpat ketiganya bersamaan, dimana mereka dengan cepat melajukan mobil mereka untuk meninggalkan kawasan mansion.

Sial! Cleo benar-benar membuat mereka tidak mood dipagi hari yang cerah ini!

"Cl—eo engh" lenguh Alya berusaha melepaskan diri dari Cleo yang semakin brutal.

"Jangan nakal! Ini sebuah peringatan baby girl. Jadi, jangan coba-coba untuk menipu ku." Tatap Cleo tajam.

Ia sudah tahu maksud Alya ingin diizinkan untuk masuk sekolah, tidak akan mudah bagi siapapun untuk menipu Cleo. Karena hanya dengan melihat mimik wajahnya, Cleo sudah bisa menebak apa rencana orang itu. Termaksud, gadis nakalnya ini.

Mengangguk dengan kedua tangannya yang meremat rok sekolahnya. Alya rasanya geram berada dalam rasa takut ini! Membuatnya seolah menjadi gadis lemah.

Seorang pecundang, dimana ia hanya dijadikan boneka yang harus menurut dengan perkataan tuannya.

"Good," bisik Cleo setelah mengusap lembut surai sang gadis.

Setelah sampai disekolah, Alya berhasil membuat seisi sekolah geger karna kedatangannya yang selama ini dicari oleh polisi, terutama Haidar dan Clara.

Bukan hanya itu yang membuat sekolah geger, akan tetapi. Kemunculan Alya dengan empat pangeran sekolah yang mengelilingi gadis itu, layaknya Queen. Diantara para pangeran.

Alya bahkan dipanggil keruang kepala sekolah untuk menanyakan kabarnya, dimana ia hanya bisa menjawab seperti apa yang diperintahkan empat laki-laki itu pada dirinya.

Menghela nafas guras, Alya telah keluar dari ruangan kepala sekolah. Dimana tanpa aba-aba, seseorang langsung menyeretnya kebelakang sekolah.

"Lo kemana aja, HAH?!" Bentak orang yang kini memeluknya erat.

Alya tersenyum membalas pelukan sahabatnya, Clara. Gadis yang selalu membuatnya merasa beruntung karena memiliki sahabat yang baik dan tulus seperti Clara.

"Gue—" terdiam dengan mata yang menatap kebelakang punggung Clara. Dapat Alya lihat seorang laki-laki asing tengah menatap dirinya dan Clara tajam.

Apa itu bodyguard keempat laki-laki itu? Tapi—bagaimana bisa mereka diizinkan untuk masuk oleh pihak sekolah?

Ah! Alya hampir saja melupakan fakta jika sekolah ini adalah milik salah satu dari keempat laki-laki brengsek itu.

"Haidar udah cerita semuanya, lo beneran diculik sama mereka Al?"

"I-iya" gugup Alya, yang dimana laki-laki dengan manik mata tajamnya itu memberikan kode, tangan yang disilangkan. Apa itu tandanya jangan?

"Kita harus pergi dari sini! Lo harus aman dulu, lo gak bisa terus-terusan berada di sekolah ini. Bahaya buat lo, kalo mereka nanti bawa lo pergi lagi" ucap Clara dengan wajah paniknya, menarik tangan Alya untuk pergi dari sini lewat pintu belakang sekolah.

"Queen, mau kemana?"

Suara itu!

Suara yang membuat Alya seakan tercekat. Dimana dengan perlahan, tubuh dua gadis itu mulai berbalik, menatap empat pemuda yang tengah menatap mereka—ah! Lebih tepatnya menatap Alya tajam.

"I-itu, kami akan berjalan-jalan sebentar. Alya dan gue udah lama gak ketemu" jelas Clara dengan sedikit memundurkan tubuhnya, menarik Alya juga untuk mundur. Menghindari empat pemuda yang dikenal sebagi pangeran sekolah itu, yang nyatanya hanyalah iblis, dibalik wajah tampan itu.

"Al..." Senyum iblis terpancar dari bibir Varren, memperingati Alya agar tidak bergerak dari posisinya.

"L-lo pergi aja Clara, nanti g-gue nyusul"

"Gak! Lo harus ikut gue." Gelengan keras Clara berikan pada Alya. Ia tak akan meninggalkan Alya dengan pemuda jahat itu, tidak akan.

"Alya, Clara!"

"Haidar!" Senyum Clara, merasa senang karena Haidar telah sampai untuk menyelamatkan Alya sahabatnya.

Terkekeh sinis, dengan langkah pelan. Devan berjalan menuju Alya, sebelum tubuh milik Haidar berdiri didepan Alya, menghalangi Devan untuk tidak menyentuh Alya.

"Al..."

"K-kalian p-pergilah lebih d-dulu" suruh Alya dengan gelengan pelan. Ia tahu! Jika Devan sudah marah, maka laki-laki itu tidak akan segan membunuh siapapun.

"Gak! Kalo lo mau bawa Alya pergi! Hadapin gue dulu."

"Hahaha" tawa Devan tiba-tiba, namun tawa itu bukan hanya sekedar tawa biasa. Melainkan tawa yang memiliki arti, karena Alya sering mendengar tawa iblis itu, tawa yang selalu empat pemuda itu keluarkan jika mereka merasa terusik.

"Lucu banget, masih kurang ya?" Tanya Devan mengejek.

Menepuk pundak Haidar yang sama tingginya dengan ia, Devan berbisik tepat ditelinga Haidar. "Cewek yang lo suka, udah kami berempat tiduri. Bergiliran" bisik Devan, setelahnya memberikan senyum sinisnya pada Haidar. Walaupun itu hanya sebuah kebohongan, namun. Devan yakin, jika suatu saat. Omongan nya itu akan menjadi kenyataan.

"BRENGSEK!"

BUGH!

Satu pukulan kuat mendarat pada hidung Bangir Devan, dimana sang empu sedikit mundur karena mendapat serangan tiba-tiba.

Terkekeh sinis, dengan brutal Devan memukul wajah Haidar tanpa henti. Memberikan balasan yang lebih, agar laki-laki sialan ini tahu posisinya. Tahu! Bahwa Alya hanya milik mereka. Hanya mereka! Bukan orang lain.

"Lo emang nguji kesabaran gue!" Muak Devan menghantamkan wajah Haidar pada lututnya.

"GAK! AKU MOHON. LEPASIN HAIDAR" Isak Alya yang sudah berdiri untuk menghalangi Devan yang hendak memukul sahabatnya yang sudah tersungkur ketanah.

Masih melihat kabut amarah pada manik mata berwarna abu-abu milik Devan. Dimana Alya dengan cepat memeluk Devan, berharap jika Devan melepaskan Haidar.

Menarik nafasnya dalam, Devan mulai melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Alya. Menghirup aroma yang menjadi candunya.

"Masuk mobil!" Tegas Devan, menyuruh Alya untuk memasuki mobilnya. Dimana mereka akan pergi dari sekolah ini.

"T-tidak Al, j-jangan..."

"Diam kau brengsek!" Maki Devan, kembali tersulit emosi mendengar ucapan Haidar.

"Al jangan dengarkan mereka! Kita bisa laporkan ini pada pihak sekolah! Lo gak harus pergi dan Nerima setiap luka yang mereka kasih Al..." Mohon Clara yang sekarang tengah membantu Haidar untuk duduk.

"Masuk mobil atau—"

Sreett

Membulatkan matanya tak percaya, Alya dibuat membisu kala senjata milik Devan diarahkan pada Clara.

"Masuk. Atau mereka mati!"

"Gak Al! Mereka gak akan berani. Ini tempat umum! Mereka gak akan berani nembak gue sama Haidar"

"Little girl, kau tahukan. Kami tidak pernah bohong dengan ucapan kami, bahkan jika polisi yang turun tangan. Aku yakin, mereka tidak akan menyentuh atau menyalahkan kami, tahu kenapa?"

Menggeleng kecil, Alya meremat tangannya. Kebiasaan Alya jika gugup.

"Karna gue keturunan Axello. Gak ada yang berani sama gue, termaksud polisi." Tegas Celvin yang memang apa adanya.

Karena mereka pernah melakukan kekerasan pada salah satu murid disini, bukannya ia yang disalahkan. Malah anak yang mereka pukuli itu yang disalahkan, namun karena ayahnya yang memang memiliki dendam Kusumat padanya, ia malah dijobloskan kepenjara remaja selama dua hari. Ck!

"Sekarang, masuk atau dia lenyap?"

Menitihkan air matanya, sekarang Alya benar-benar kehilangan harapan. Bahkan jika ia melaporkan hal ini pada polisi, mungkin ialah yang dikira gila karena mengarang cerita.

"Maaf..."

Flashback end

Tap

Tap

Tap

Langkah kaki mulai terdengar, membuat Alya mendongakkan kepalanya. Menatap pemuda yang sangat ia benci kini tengah menatapnya juga.

"Why baby girl, tersiksa?"

"Bajingan!" Maki Alya dengan tatapan tajam yang menyiratkan kebencian yang mendalam.

Sedangkan yang ditatap hanya menampilkan senyum simpulnya.

Melangkah mendekati sangkar milik Alya, membuka gembok tersebut untuk mengeluarkan Alya yang memang sudah saatnya masa hukumannya selesai.

Mengangkat tubuh Alya ala bridal style, dengan tangan yang masih dirantai. Alya terus memukul dada bidang Varren yang terus melangkah keluar.

"Lepasin gue!!" Berontak Alya yang tak mendapatkan respon apapun dari sang empu.

"Diam! Kita akan berseng-senang. Kau akan menyukainya baby" bisik Varren dengan seduktif.

Meremang, Alya semakin memberontak dengan suara isakannya

•••

Maaf ya Flaz, aku sering lama update. Soalnya lagi gak mood lanjut cerita ini, mana komen ditiktok pada jahanam semua lagi, please! Kalo kalian gak suka! Tinggal skip. Gak usah komen dan gak usah mampir di cerita ini!

Kalo misalnya mood ku bagus, ntar aku update lagi. Demi pembaca setia aku yang selalu nungguin cerita ini>.<

Selamat menunggu semuanya....

Continue Reading

You'll Also Like

163K 9.6K 13
Don't copy my story! Follow sebelum baca yaw. **** Ini tentang Dargael Deimon. Lelaki jahat, gila dan super toxic. Dijuluki lelaki berengsek dan k...
1.7K 200 13
I'm waiting for you, my happiness
1.7K 78 4
Hidup di dunia ini sesungguhnya adalah tentang perjalanan, bukan tujuan. Seperti cerita setiap perjalanan, kisah selalu dimulai dari sebuah titik awa...
1.7M 116K 44
[PRIVAT ACAK - FOLLOW SEBELUM BACA] - OBSESI, HUBUNGAN TERLARANG, PERSAINGAN BISNIS, PERSAHABATAN, TOXIC RELATIONSHIP, FRIENDZONE. Ini tentang para t...