Tricky House ๐ŸŽฒ joonghwa [โน]

Galing kay ichinisan1-3

25K 2.5K 4.7K

Bukan salah Hongjoong jika ia membawa Seonghwa ke tempat yang tidak pernah Seonghwa bayangkan akan ia lihat d... Higit pa

Pekerjaan
Maze runner?
Strictland
Dystopia
Order
Black Hwa
Gamblauction
Battlefield
Dice Grotto
Dolorous
Brave
Horizon Gulf
Femme Fatale
Lethal Fury
Desire Treasure
Uriman pueblo
Snatch away
Planet Hollywood
S U S
Pregunta
Zhushi Clan
Respuesta
Elenco
Escritora
Show time
Insight
Paralel
Feast
House of tricky
The last chapter
Jackpot Wonderland
Hyperemesis gravidarum
Rolling Dice Diner
Grand Hazard
Epilogue
๐Ÿง‹๐Ÿงƒ๐Ÿน๐Ÿง๐Ÿจ

Justice

494 55 196
Galing kay ichinisan1-3

This chapter perhaps not your cup of tea, tapi baca aja semuanya kalo ga mau ketinggalan plot 

Mingi baru kembali ke Strictland pagi harinya.

Ia melihat Hongjoong sedang mengatur tumpukan kartu remi, Seonghwa menggelar rencana gambling mereka di masa yang akan datang, dan Yeosang meninjau statistik permainan mereka. Sedangkan Minju yang gender dan usianya berbeda sendiri, duduk di atas permukaan karpet tebal berbulu lembut dengan beberapa mainan di sekelilingnya.

Ia bermain dengan sebuah guling berwarna-warni yang menjadi mainan favoritnya saat ini, juga beberapa plushie berbentuk berbagai macam hewan pemberian San. Semua mainannya aman, ia dijauhkan dari barang-barang keras dan tajam yang berbahaya. Sambil merangkak kecil, ia tertawa dengan gembira saat bermain dengan benda-benda lembut itu. Meremasnya, memukul-mukulkannya ke karpet, bahkan menggigitinya hingga basah oleh air liur.

“Pergi malam-malam bersama Yunho, baru pulang pagi hari. Habis sibuk berolahraga ya semalaman?” Yeosang menyambut Mingi dengan sebuah innuendo jokes.

Mingi hanya tersenyum miris sebagai tanggapan. “Kau sudah sembuh, Hwa? Tidak sakit untuk kembali beraktivitas di luar kamar?” ia mendudukkan dirinya di sofa single, terlihat sangat kelelahan. Seperti habis mengurus atau menyelesaikan sesuatu di luar sana.

“Sudah jauh lebih baik, stroberi dari Hongjoong benar-benar bekerja dengan baik. Lagi pula di dalam kamar terus bosan. Minju juga tidak akan tahan kalau aku terus-menerus mengawasinya di kamar.”

Mingi mengangguk paham.

“Kau sudah sarapan? Aku membuat kimbab gurita dan greyanppang,” tawar Hongjoong.

“Sudah, terima kasih atas tawaranmu. Nanti akan kumakan kalau aku sudah lapar lagi. Jadi paling nanti siang, pokoknya aku akan memakannya.”

“Well, untuk ukuran seseorang yang sudah sarapan, kau terlihat gelisah. Ada yang ingin kau sampaikan?” heran Yeosang, seperti bisa menangkap suatu kejanggalan dari raut wajah leader-nya.

Mingi menarik napas dalam-dalam, mengembuskannya keras. “Allen bilang tersangka kasus tabrak lari Yeosang adalah Abigail Jones,” ungkapnya to the point.

“Kau mengenalnya? Barang kali ia ada suatu dendam padamu?” tanya Seonghwa pada Yeosang, lalu mengalihkan tatap pada Hongjoong dan Mingi. “Atau kalian mengenalnya? Mungkin ia punya masalah dengan Tricky House sebelum aku dan Yeosang bergabung?”

Yeosang dan Hongjoong menggeleng bersamaan, tidak memiliki gagasan apa pun soal nama yang Mingi sebutkan.

“Tentu saja kalian tidak akan tahu. Di antara kita, tidak ada yang mengenalnya,” balas Mingi.

“Lalu? Apa tujuan ia melakukan itu? Tidak mungkin seseorang tiba-tiba saja ingin mencelakai Yeosang tanpa alasan kan?”

“Kalau begitu, ia hanya orang suruhan? Dan siapa pun yang memintanya, mengenal kita?” Hongjoong membuat hipotesa.

Mingi tersenyum. “Anak pintar.”

“You’ve got to be shitting me! Ia bekerja untuk siapa?” seru Hongjoong.

“Sekarang sih ia sudah resign, tapi saat terjadi kasus itu, ia bekerja pada Joey King.”

“Entah kenapa aku sudah tidak bisa kaget lagi. Kalau pelakunya dia, benar-benar tidak aneh.” Seonghwa mengedikkan bahu.

“Yeah, hanya saja, tetap tidak habis pikir kenapa ia dendam pada Tricky House sampai segitunya,” balas Hongjoong.

“Tidak hanya itu, Allen juga sudah mengetahui tersangka yang sesungguhnya atas pembunuhan Felix.”

Yeosang langsung menegang. “Siapa?! Cepat katakan! Aku sudah tidak sabar untuk segera menghabisinya!”

“Tenang, tenang, Yeosang.” Seonghwa mengusapi bahu temannya, mencoba mengalirkan energi positif. Dan tidak berhasil.

“Bayangkan saja, sudah berapa lama Jongho menderita di dalam sel penjara? Bagaimana bisa aku hanya tenang?!”

“Oke, Mingi, siapa dia? Kami juga merasa sangat penasaran. Orang itu benar-benar biadab. Sudah membunuh orang, menjebloskan orang tidak bersalah ke penjara juga.” Seonghwa benar-benar penasaran.

“Pelakunya adalah, Kim Youngkyun.” Mingi menjawab mantap.

“Kim Youngkyun siapa lagi ya tuhan?!” Yeosang memegangi kepalanya panik.

“Ini, siapa tahu kalian pernah melihatnya.” Mingi memperlihatkan foto seorang pria di layar ponselnya.

Sepasang alis Hongjoong bertaut. “Tunggu, aku kenal dia. Ia adalah seorang pelayan di salah satu restoran di Horizon Gulf. Tapi setahuku namanya Hwiyoung.”

“Dia ada dendam padamu? Kau kan sangat keras memperlakukan semua pekerjamu. Sedikit-sedikit potong gaji, sedikit-sedikit pecat.” Seonghwa berteori dengan sarkastik.

Hongjoong merotasikan bola mata. “Aku tidak pernah punya urusan apa pun dengannya. Seingatku, ia adalah seorang karyawan yang baik. Normal-normal saja. Aku tidak pernah meminta HRD untuk memotong gajinya atau apalah.”

“Yeah, kita kan hanya melihat luarnya. Tidak tahu di dalamnya seperti apa,” komentar Yeosang.

“Hei, di luar itu, aku jadi berpikir, kalau Joey King melakukan sabotase pada Horizon Gulf waktu itu lewat pria ini,” Seonghwa berteori.

“Seandainya itu benar, dia membunuh Felix dan membuat Jongho mendapatkan tuduhan, itu juga karena perintah Joey?” Hongjoong mencoba menerka.

“Correct, dear,” jawab Mingi singkat.

“You know that?!” seru ketiga anggotanya bersamaan, dengan mata membulat.

Mingi tersenyum dan mengangguk.

“Kalau begitu kenapa bukannya bilang dari tadi?!” kesal Hongjoong.

“Well, aku senang melihat kalian semua berteori. Lumayan kan, untuk mengasah otak. Siapa tahu suatu hari kita dihadapkan lagi dengan kasus-kasus tak terduga seperti ini.”

“Mengasah otak your ass. Kepalaku berasap!” protes Yeosang.

Mingi hanya terkekeh pelan. Reaksi menyenangkan para anggotanya menjadi hiburan tersendiri baginya, di tengah-tengah konflik yang tak kunjung usai.

“Shit! Ternyata semua musibah yang menimpa kita, itu adalah perbuatan satu orang.” Hongjoong membuat gestur seakan ia sakit kepala.

“Ayah Seonghwa meninggal bukan karena dibunuh ia juga kan?” tanya Yeosang.

“Tidak, ayahku meninggal karena penyakit lama.”

“Oke, sekarang enaknya kita apakan mahluk laknat satu ini?” Hongjoong terdengar tidak sabar.

Ponsel Mingi berdering, sang empunya mengangkat panggilan, “Halo?” jawabnya pada Allen di seberang.

“Joey King menghilang dari Las Vegas.”

“Ke mana?”

“Maroko, lebih tepatnya Casablanca. Tapi kami belum mengetahui tepatnya di mana.”

“Kalau begitu cari! Kalau pun kalian tidak bisa mendapatkan wujudnya, temukan tempat persembunyiannya. Biar aku sendiri yang akan mendatangi dan menghabisinya.” Yeosang yang membalas kalimat Allen. Semua orang menatapnya.

“Yeosang—”

“Diam kalian semua. Di sini aku yang menjadi korban sesungguhnya. Aku ditabrak sampai gegar otak. Aku juga yang menderita karena terlalu stres memikirkan Jongho yang di penjara. Jadi aku juga yang akan menghabisi jalang sialan itu dengan tanganku sendiri.”

Sosok Lucas, Hendery, dan Xiaojun, dengan latar serba putih, adalah apa yang pertama kali Yunho lihat ketika membuka mata.

Ia ingat Mingi yang membawanya ke Quantum Care International Hospital semalam ketika ia sudah merasa sangat berat dan ingin pingsan. Ia seorang pria kuat, bukan tipe yang bisa tidak sadarkan diri begitu saja. Ia hanya sedikit mengantuk saat itu, tapi bersikeras untuk tidak tidur. Akhirnya diberi entah obat penenang atau obat tidur oleh pihak rumah sakit, dan seperti inilah kondisinya sekarang.

“Sudah bangun rupanya jagoan,” sambut Lucas yang melipat tangan di dada.

Yunho langsung terduduk karena kepalanya pusing, kalau terus menerus berbaring akan tambah pusing. “Sial, aku dipaksa tidur. Padahal tidak diminta pun aku akan melakukannya cepat atau lambat kan? Apalagi malam sudah larut.”

“Baru bangun tidur sudah cerewet,” komentar Hendery.

“My mouth, my rules.”

“Apa yang Mingi lakukan padamu sampai kau menjadi seperti ini?” tanya Xiaojun khawatir.

Mingi.

Masih segar dalam ingatan Yunho, tentang leader Tricky House itu yang menyampaikan bahwa ia sudah tahu siapa tersangka kasus Yeosang dan Jongho. Setelah itu ia menatap tajam Yunho dan mencengkeram kasar pergelangan tangannya hingga kesakitan. Telepon itu datang di saat yang tidak tepat, merusak semua suasana romantisnya bersama Mingi. Ya, Yunho masih mengingat semua itu.

“Yunho, apa yang dia lakukan padamu?” tanya Xiaojun sekali lagi.

“Iya, tunggu sebentar, aku sedang berusaha untuk mengingat-ingat barusan.”

Lucas mengangkat sebelah alis. “So?”

“Kalau bukan karena Mingi membawaku kemari, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku semalam.” Ya, tentu saja Mingi harus membawa Yunho ke rumah sakit, karena ia sendiri yang sudah membuat Yunho jadi begini. Jika tidak, maka leader Tricky House itu benar-benar pria yang tidak bertanggung jawab.

“Memang apa yang akan terjadi padamu? Paling juga kalau pingsan nanti kan bangun lagi, seperti sekarang ini,” ujar Hendery realistis.

“Mungkin aku bisa mati.”

“Stres tidak membunuhmu, duh,” tanggap Lucas.

“Bisa saja sih, faktor utama orang di dunia ini bunuh diri karena stres kan?” balas Hendery.

“Ya ... tidak salah juga sih?” ujar Xiaojun.

“Tapi bukan itu maksudnya—ah never mind.”

“Siapa yang mengatakan pada kalian kalau aku merasa tertekan?”

“Lord Voldemort,” jawab Lucas asal.

“Hah?”

“You think, bitch?!” mata Lucas melotot kesal dengan ekspresi mengerikan.

Hendery memutar bola mata. “Kau dibawa ke rumah sakit, kau pikir siapa yang sudah memeriksamu dan memberitahu kami soal kondisimu?”

Yunho juga ingat ia bertanya pada Mingi soal siapa tersangka itu. Tapi pria itu hanya bilang kalau ia tidak akan melepaskannya kali ini. Lalu setelah itu mengatakan bahwa kalau pun ia memberitahu Yunho, Yunho juga tidak akan kenal siapa itu. Jadi untuk sesaat Mingi pikir tidak penting juga kalau Yunho tahu. Pikirannya hanya sedang kalut saja, sehingga tidak menyadari kalau yang menjadi korban dalam kasus ini Felix, anggota Dice Alliance, yang mana, tentu saja penting bagi Yunho!

Dan malangnya, Yunho harus kena ciprat amarah Mingi. Ia yang kebetulan sedang bersama dengan Mingi saat telepon itu datang, menjadi sasaran terdekat untuk pelampiasan emosi yang menyelimuti kekasihnya itu. Sampai ia merasa sakit secara fisik dan juga batin, hingga harus dibawa ke rumah sakit seperti ini. Dan sayangnya, Mingi tidak bisa berlama-lama menemani dan merawatnya, karena masih ada urusan yang harus diselesaikan, jadi pagi hari ia sudah pergi meninggalkannya.

Seharusnya tidak apa-apa, karena Mingi yakin Yunho kuat. Yunho bisa menjaga dirinya sendiri, apalagi ia di rumah sakit, kesehatan dan keselamatannya terjamin, dan ia juga masih sehat. Ditambah teman-temannya datang, dan akan ikut merawatnya. Sehingga tidak ada yang perlu Mingi khawatirkan. Jadi ia berjanji pada Yunho bahwa keduanya akan kembali bertemu jika segala urusan ini sudah diselesaikan. Ia juga tidak lupa meminta maaf soal yang sudah ia lakukan pada Yunho.

“Jadi, apa yang sudah membuatmu begitu tertekan?” tanya Xiaojun yang selalu bertanya khawatir.

“Mingi dumped you since you decide to run the pregnancy?” tebak Hendery.

“Well, surprisingly, ia bisa menerimanya. Jadi aku tidak perlu lagi memusingkan untuk memilih yang mana.”

“Good for you,” tanggap Xiaojun.

“Then what stressed you so much?” heran Hendery.

Yunho merasa bingung harus menjawab apa. Tapi untungnya, terselamatkan oleh seorang perawat yang membawakan troli makanan.

Perawat itu tersenyum ramah. “Selamat pagi tuan-tuan.” Ia menoleh pada Yunho. “Anda sudah bangun rupanya, bagaimana perasaan anda saat ini?”

“Masih agak lelah, tapi sudah lebih baik ketimbang semalam.” Yunho menyembunyikan kondisi lemahnya dari suaranya.

“Sounds good. Apakah ada nyeri atau keluhan lainnya?”

“Sedikit sakit kepala, tapi aku seratus satu persen yakin kalau itu hanyalah efek bangun tidur.”

“Baiklah, mari kita periksa tekanan darah dan suhu tubuh anda terlebih dahulu.” Sang perawat pun melakukan apa yang ia katakan. “Tekanannya normal, dan suhu tubuh juga baik. Apakah anda sudah minum hari ini?”

“Belum, sama sekali.”

“Baik, nanti setelah ini anda bisa langsung mengonsumsi hidangan kami, dan juga banyak minum. Bagaimana dengan kebutuhan perawatan pribadi? Apakah anda bisa ke kamar mandi sendiri atau butuh bantuan?”

“Kupikir bahkan hari ini juga sudah bisa pulang, terima kasih.”

“Baiklah, dan sehubungan dengan rencana perawatan selanjutnya, dokter akan datang untuk memeriksa anda lebih lanjut nanti siang. Apakah ada pertanyaan atau kekhawatiran yang ingin anda sampaikan kepada kami?”

“Kukira itu saja.”

“Oke, ingatlah untuk meminum obat sesuai jadwal. Dan kalau sudah pulang nanti, jangan merokok.”

Yunho merasa tertohok. Ia masih suka melakukannya terkadang, sekadar penyalur rasa stres-nya.

Dia benar-benar cocok dengan Mingi, yang suka berbagi rokok mahal dengannya sekali-sekali.

“Terima kasih atas perhatiannya, suster.”

Perawat itu pun berlalu setelah sebelumnya sedikit berbasa-basi lagi dengan mereka.

“Oke, kau memutuskan untuk melanjutkannya. Dan aku masih sama dengan pendirianku, bahwa aku tidak akan ikut campur. Kalau kau mengidam, jangan libatkan aku,” kecam Lucas.

“No need to be concerned, seluruh anggota tubuhku masih lengkap sempurna, aku bisa memenuhi segala keinginanku sendiri,” sinis Yunho.

“Aku mau kok dilibatkan, nanti kalau kau butuh sesuatu, katakan saja padaku. Aku akan berusaha untuk memberikannya padamu,” tawar Xiaojun antusias.

“Aku juga mau. Aku akan membantumu,” timpal Hendery tulus. Yunho merasa lega bahwa ia masih memiliki teman-teman yang suportif.

“Awas saja kalau bayinya lahir nanti kau luluh dan gemas dan ingin menggendongnya.” Kali ini Xiaojun yang mengecam Lucas.

“Tidak akan!”

“Ingatlah karma masih berlaku. Kalau di masa depan nanti kau menjadi paman yang baik, aku akan berada di barisan paling depan untuk menertawakanmu paling kencang.”

Karena Lucas sudah malas membahas ini, jadi ia mendistraksi, “Menu makanannya terlihat enak. Kalau kau mual dan tidak bisa makan, biar aku saja yang akan menghabiskannya. Nanti kalau dokter bertanya, bilang saja kau sudah makan.”

“Jangan begitu, idiot. Yunho harus makan.”

“Kau bisa makan sendiri kan?” tanya Hendery.

“Tentu saja.” Yunho pun langsung menyuapkan lipatan roti yang ia isi dengan omelet.

“Bagaimana? Apakah makanan rumah sakit untuk pasien rasanya enak?” tanya Xiaojun.

Yunho menelan terlebih dahulu sebelum menjawab, “Enak kok, ini hanya roti gandum dan telur dadar reguler.” Lalu menyuapkan oatmeal yang dicampur buah-buahan dan greek yoghurt.

“Pelan-pelan hei makannya, tenang saja, kami tidak akan minta kok. Ada kantin juga di bawah. Kami bisa membeli makanan apa pun yang kami inginkan, sebanyak apa pun. Jadi kau tidak perlu serakus itu.” Hendery memperingatkan.

“Sudah, biarkan saja. Yunho makan untuk dua orang,” ujar Xiaojun.

“Tiga orang,” ralat Yunho santai.

Dahi Lucas mengernyit heran. “Maksudmu?”

Yunho menunjukkan foto usg-nya sebagai jawaban.

“Holy fuck!”

Xiaojun dan Hendery malah menertawakan reaksi Lucas.

Yunho belum sempat menelan makanannya, ketika ia tiba-tiba saja terdiam.

“What’s wrong?” tanya Hendery.

“Kau tersedak?” Xiaojun sudah siaga menyodorkan jus pada Yunho.

Yunho menatap keduanya bergantian. “Mau pipis.” Lalu bergegas turun dari ranjang, memakai slipper, dan pergi ke kamar mandi.

“Sudah besar sih perutnya, kantung kemihnya sudah terhimpit.”

Berdasarkan perintah Mingi, Zhushi clan sudah mendarat di Casablanca, dengan langit senja memerah sebagai latar.

Klan itu sudah berkompeten secara perorangan dan siapa pun di antara mereka bisa menghabisi Joey seorang. Tapi Joey pasti pergi dengan perlindungan, terutama alasannya melarikan diri karena tahu bahwa dirinya dikejar. Klan Zhushi hanya tinggal mencari tahu di mana tepatnya persembunyian Joey. Dan itu bukan hal sulit, yang sulit mungkin bagian dimana mereka harus mengetahui cara untuk menangkapnya. Mereka membutuhkan strategi dan taktik yang pintar.

Memang di waktu sebelumnya Madam Zola menyampaikan pada Shuhua bahwa pelaku pembunuhan Felix adalah leader Dice Alliance. Bahkan Shuhua sudah menyampaikannya pada klan. Tapi keesokan harinya saat peramal bohemian itu dibawa ke Chinatown, ia mengoreksi penglihatannya.

“Ia memang berniat untuk melenyapkan pria difabel itu, dengan motif bahwa baginya pria itu sudah tidak berguna dan hanya bisa menyusahkannya dan kelompoknya saja. Tapi dia berencana untuk melakukannya nanti. Kebetulan sebelumnya ia sedang berjalan menuju Yangjae Citizen untuk menjemput Felix yang menyelesaikan urusannya dengan Jongho. Tapi saat ia tiba, ternyata Felix ditemukan sudah tidak bernyawa.”

Jadi, Hwiyoung dan Yunho sama-sama berada di taman Yangjae Citizen, sama-sama berada di dekat Felix, dan sama-sama memiliki pikiran gelap pada pria itu. Sehingga membuat ingatan Madam Zola berkecamuk, kusut, terkecoh, dan pada akhirnya keliru soal siapa tersangka sesungguhnya. Untung saja tak lama setelahnya wanita itu bisa berpikir jernih, berkonsentrasi lebih, dan benar-benar menemukan jawaban yang sebenarnya.

Dan benar saja, saat Shuhua dibantu dengan yang lainnya mencari-cari bukti konkrit dari database untuk dimasukkan ke dalam berkas, Hwiyoung pelakunya. Jadi saat dirasa seluruh barang bukti sudah disiapkan untuk membawa semua orang yang terlibat ke meja hijau, Allen segera menghubungi Mingi untuk menginformasikan siapa para pelaku kasus yang mereka cari. Sayangnya setelah itu, Joey diketahui melarikan diri.

Shuhua yang semakin mahir dari waktu ke waktu, terus bekerja untuk melacak keberadaan Joey. Dia sudah mengumpulkan berbagai jejak digital dan informasi yang bisa membantu dalam pengejaran. Salah satu informasi kunci yang ia temukan adalah aktivitas transaksi kartu kredit Joey yang mencurigakan. Dengan mengakses sistem perbankan, ia berhasil melacak transaksi-transaksi ini ke alamat IP yang menunjukkan bahwa wanita itu berada di Casablanca.

Allen segera memberitahu Mingi. Klan Zhushi kemudian mengkoordinasikan upaya penangkapan Joey. Wanita itu menjaga agar tetap low profile, bersembunyi di sebuah kota kecil yang menuju ke arah pegunungan Atlas yang jarang dikunjungi orang asing.

Para anggota klan melangkah perlahan-lahan di jalanan berliku dan berpasir, mencoba mencari petunjuk mengenai persembunyian Joey yang lebih pasti. Mereka menggunakan mantel hitam dan menutupi wajah dengan topeng, berusaha tidak terlalu mencolok di lingkungan asing. Terlihat beberapa bangunan dengan warna serupa seperti pasir, nuansanya mencerminkan arsitektur tradisional Maroko.

Ketika tiba di lokasi yang dicurigai, sekelompok pria mendekat. Mereka berdiri dengan tatapan tajam. Salah satu dari mereka yang bertubuh paling besar berseru lantang, “Kalian tidak akan ke mana pun tanpa melewati kami!”

Tidak lama berselang, pertarungan sengit pecah. Zhushi clan dengan keahlian beladiri tingkat tinggi, melawan orang-orang suruhan Joey yang tangguh. Tangan dan kaki para anggota mafia Chinatown itu bergerak cepat, teriakan marah terdengar, dan bunga api memercik di sekitar mereka.

Saat debu dan asap mereda, Zhushi clan berhasil mengalahkan lawannya. Tapi ketika mencari Joey, Allen dan yang lainnya mendengar informasi dari Shuhua dengan suara tergesa melalui earpiece-nya, “Jejak target kali ini berada di Madagascar.”

“Motherfucker!”

“Bagaimana bisa jejak sebelumnya mengarah tepat ke Casablanca?!” kesal Yiren.

“Ia sengaja menjebak kita. Tapi sebelumnya memang dia sempat kemari, hanya saja begitu tahu kita sedang menuju kemari, ia segera pergi tanpa jejak.”

“Lalu apakah info ke Madagascar ini aktual?” tanya Elkie.

“Seperti sebelumnya, ya.”

“Kalau begitu kali ini jangan sampai membiarkannya tahu kita menyusulnya ke sana,” pinta Chengxiao.

“Sure, ia tidak tahu kalau sekarang aku sudah meng-upgrade lagi teknologi yang kugunakan. Sehingga yang ia lihat adalah kita tetap di sini atau kembali ke Las Vegas dengan putus asa.”

Dengan pergerakan mantap, mereka berlari menuju landasan udara di mana Shuhua sudah menunggu di dalam pesawat pribadi mereka, untuk memulai perjalanan selanjutnya.

Allen tidak berhenti untuk terus meng-update informasinya pada Mingi.

“Target berada di Ambanja, Madagascar. Kami segera ke sana dan akan tiba dalam lima belas jam.”

Setelah melalui perjalanan udara yang panjang, mereka mendarat di Ambanja saat pagi mendekati tengah hari.

Ini adalah sebuah kota yang terletak di pantai barat laut Madagascar. Mereka segera merasakan embusan angin sejuk dari samudra hindia yang membawa semilir aroma laut menyegarkan. Kalau saja tujuan mereka datang kemari untuk berlibur, ini semua pasti sangat menyenangkan. Terutama dengan vegetasi melimpah yang menambah indah pemandangan di sekitar kota ini.

Mereka sudah mengetahui persembunyian Joey di sebuah pelabuhan terpencil di tepi pantai. Saat tiba di pelabuhan itu, sekelompok pria kembali menghadang. Namun seperti biasanya Zhushi clan tidak kenal gentar sedikitpun. Waktu selama belasan jam di pesawat tadi sangat cukup untuk mereka gunakan untuk mempersiapkan diri.

Pertarungan sengit pun kembali berlanjut.

Yiren dan Elkie menunjukkan gerakan wushu yang indah, dengan mantap menghadapi lawan dengan kecepatan dan keahlian memukau, juga membingungkan lawannya itu. Dengan koordinasi yang tepat, bergerak bersama sebagai satu kesatuan. Setiap tendangan dan pukulan dilakukan dengan kecepatan dan akurasi mengesankan.

Allen, Chengxiao, dan Meiqi, yang menguasai kungfu, juga menggunakan tekniknya sendiri untuk mengalahkan lawan. Membentuk formasi pertahanan, menggunakan tangan dan kaki untuk memblokir dan membalas serangan dengan gesit.

Yiyang mengayunkan nunchuck-nya dengan berani, menciptakan barikade berbentuk dinding berputar yang efektif melindungi yang lainnya dengan menciptakan zona aman. Dia dengan lihai menggunakan senjata itu untuk menggagalkan setiap serangan yang mendekat. Sedangkan Minghao bertarung menggunakan toya, menusuk dan memukul kasar lawannya.

Sementara di dalam van yang gelap, Shuhua sibuk dengan laptopnya, mencoba mengejar aliran digital yang membawanya pada Joey. Cahaya biru berkilauan di wajahnya tertuju pada layar monitor.

Sebelum dia menyadari apa yang terjadi, pintu van terbuka kasar. Seorang penyerang masuk dengan cepat. Shuhua hanya punya waktu sekejap untuk merespon.

Dengan refleks cepat, ia menghentikan pernapasannya sejenak. Dia merasakan aliran chi lawannya, energi vital yang mengalir dalam tubuhnya. Ia mengganggu aliran chi pria itu dengan menusuk bagian tengah selangka dan ulu hati dengan kuat menggunakan tangannya.

Pria itu tiba-tiba saja merasakan sesuatu yang aneh, seperti lemah dan bingung, tak lama ia lumpuh dan ambruk. Shuhua melempar pria itu keluar van. Kelumpuhannya bisa bertahan selama beberapa jam. Tidak masalah, Shuhua yakin bahkan sebelum satu jam berlalu pun mereka sudah berhasil menghabisi semuanya.

Tapi sepertinya ia berharap terlalu banyak. Karena kelompok pria itu bertambah banyak, sedangkan Zhushi clan sudah akan mencapai batasnya. Dan tim bodyguard mereka masih berada dalam perjalanan.

Yiren tersudutkan lawannya dan tidak ada yang bisa menolong karena mereka sudah dibuat terlalu sibuk dengan lawannya masing-masing. Dan saat ia merasa seakan sudah tidak memiliki harapan, sebuah tembakan melesat tepat ke jantung pria itu.

Itu adalah perbuatan Mingi. Ia yang dikenal sebagai sniper ulung, sudah menemukan posisi sempurna untuk bersembunyi di atap gedung tinggi, mata tajamnya selalu membidik dengan hati-hati. Kembali menarik napas dalam-dalam dan menembakkan satu persatu pelurunya. Setiap peluru yang ditembakkan mengenai target dengan akurasi luar biasa, menghentikan beberapa dari sekelompok pria yang menyudutkan anggota Zhushi clan.

Ketika Chengxiao merasa kesulitan menghadapi lawan, tiba-tiba saja sebuah kunai menikam tengkuk pria itu, menembus hingga ke bagian depan lehernya. Ia pun ambruk. Chengxiao melihat Hongjoong mencabut kasar kunainya dari leher pria itu, lalu sempat menyeringai pada wanita itu, “You’re welcome.” Dibalas dengan senyuman kelegaan. Tapi tidak cukup sampai di situ, karena mereka harus melanjutkan pertarungan.

Seorang pria besar memiting kuat leher Elkie hingga ia kesulitan bernapas dan bergerak, tapi sentuhan itu terlepas ketika dua shuriken meluncur dari kejauhan dan menancap di trisep pria itu. Dan saat pria itu meraung kesakitan, itu adalah momen yang pas bagi Seonghwa untuk kembali melesatkan shuriken hingga menembus bagian urat nadinya hingga ia ambruk.

Hongjoong dengan ketangkasan memukau, menghindari serangan lawan dengan gerakan lincah menyerang mereka menggunakan kunainya, seakan menari di antara para penyerang.

Seonghwa melemparkan shuriken-nya dengan kecepatan kilat, mengenai kaki beberapa dari lawannya. Membuat mereka tersandung dan jatuh, mengganggu upaya serangan mereka.

Kali ini giliran Hongjoong yang menemukan dirinya tersudut seorang lawan tangguh. Dia sudah menghindari serangan dengan baik, tapi sekarang terjebak dalam situasi sulit. Tidak ada jalan keluar terlihat, dan napasnya terengah-engah. Saat itu, seorang penyerang mendekatinya dengan langkah hati-hati, siap untuk melancarkan serangan terakhir. Tapi tiba-tiba muncul kilatan cepat di udara, yang memantulkan sinar mentari.

Itu Seonghwa yang sudah menciptakan jarak aman dari pertarungan, dua shuriken-nya meluncur dengan akurat, menancap tepat di kedua mata pria yang akan menyerang Hongjoong.

Dengan dibatasi jarak jauh, Seonghwa dan Hongjoong sempat saling berpandangan dengan rasa syukur. Seonghwa sudah menyelamatkan suaminya tepat pada saat paling kritis.

Joey memiliki insting bertahan yang kuat, dan dia berusaha untuk lolos lagi ketika yang lain bertempur.

Shuhua dari tempatnya berkomunikasi dengan Mingi melalui erapiece-nya, “Mingi, get ready.”

“Roger.”Mingi segera meletakkan senapannya dan meraih sebuah bazooka. Ukurannya lima puluh persen lebih panjang dan lima puluh persen lebih berat ketimbang senapannya. Begitu Shuhua menginformasikan arah yang sesuai dan memberikan instruksi, Mingi mengarahkan bazooka itu dan menembakkan roket dengan presisi luar biasa. Roket itu meluncur melalui udara, menuju persembunyian Joey.

Ledakan besar terjadi di tempat sasaran, debu dan serpihan beton melayang ke udara. Saat debu smulai berhamburan, Joey terlihat terjatuh dari persembunyiannya.

Yeosang berdiri dengan gagah, dengan tatapan tajam dan tekad kuat. Dia sudah menanti kesempatan ini. Joey menatap balik Yeosang tidak kalah sengitnya.

“Wow, congratulations for finding me,” ucap Joey dengan nada dan wajah mengejek yang sepaket.

“Wow, kau sudah pulih dari lima tembakanku ternyata,” balas Yeosang dengan nada serupa, membuat lawannya merasa jengkel karena ia benci diingatkan soal dirinya yang sangat payah dalam menghindari tembakan Yeosang saat di Las Vegas dulu.

Sebuah pertarungan sengit lainnya pun dimulai. Keduanya bergerak cepat, saling menyerang dan menghindar. Joey mencoba menembak beberapa kali, tapi semuanya meleset, dan justru nyasar ke arah semua pria suruhannya. Yeosang memang sengaja mengarahkan semua peluru itu pada mereka.

Sampai satu waktu, Joey berhasil menembak kaki Yeosang, membuat pria itu seketika ambruk dan tidak sanggup untuk bangkit. Joey pikir ini adalah saat yang tepat untuk menembak kepala pria itu, karena belajar dari pengalaman, Tricky House suka melindungi bagian jantung dengan menggunakan bulletproof—padahal Yeosang tidak memakainya. Jadi ia mengarahkan lubang pistol ke kepala Yeosang, dan menarik pelatuknya. Tapi di luar dugaan, Yeosang berhasil menghindar.

Saat Joey akan mencoba untuk menembak kepala Yeosang sekali lagi, pelurunya sudah habis, dan ia tidak membawa persediaan amunisi. Jadi ia pikir melarikan diri adalah jalan terbaik.

Yeosang menekan earpiece-nya untuk menginformasikan pada Shuhua, “Target akan kabur.”

Shuhua di tempatnya segera meretas rambu lalu lintas pada satu-satunya jalur yang akan dilalui Joey, untuk mengulur waktu.

Tapi sepertinya Shuhua harus membatalkan aksinya, karena saat Joey kira dirinya akan berhasil melarikan diri lagi, dia merasakan sesuatu yang aneh. Tubuhnya terasa lemah, dan napasnya sesak. Ternyata ada seekor ular kecil mematikan yang sudah menggigit punggungnya. Membuatnya jatuh tak berdaya ke tanah. Sial, kapan Kang Yeosang melakukannya?!

Napasnya semakin sesak, ia berusaha meraih ponsel, tapi gagal karena badan mengejang. Racun ular itu menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh. Ia berusaha mati-matian meraup oksigen dengan menggunakan mulut dan membuka tenggorokan. Tapi ia justru mengeluarkan suara seperti sedang dicekik kuat. Seharusnya ia segera mencari perawatan medis dan mendapatkan penawar yang sesuai. Karena jika tidak, ia tidak akan berhasil selamat.

Yeosang menyeringai tajam ke arah Joey. “Tidak seru kalau kali ini aku langsung menembak mati dirimu. Sangat menyenangkan menonton penderitaanmu saat sekarat. Itu semua untuk membayar segala perbuatanmu.”

“T-terkutuklah ... hhhkkkhhh ... Tricky H-house ...”

“Sudah mau mati bukannya bertobat atau minimal menyadari kesalahan dan meminta maaf, malah mengutuk orang. Ckckck.” Yeosang menggelengkan kepalanya santai, seakan rasa sakit dari tembakan di kakinya tidak pernah ada.

Ular krait itu keluar dari bagian leher pakaian Joey, melata ke arah Yeosang, menghampiri tuannya itu. Dengan senyum manis, Yeosang mengulurkan tangan, menyambut hangat ularnya yang kembali. “Good girl, good Slinky.” Ia mengusapi punggung Slinky dan mengecup kepalanya, lalu menyeret diri menghampiri wanita yang sedang kesusahan itu. Membimbing Slinky memasuki mulut Joey. “Makan yang banyak ya Slinky, supaya cepat besar.”

Mata wanita itu terbelalak.

“Hati-hati dengan asam lambung, langsung tembus saja ke pankreas. Kau tahu kan jalannya? Awas, jangan sampai tersasar. Bisa repot nantinya.” Yeosang masih berbicara pada ularnya dengan nada lembut, seakan menyuruh makan malam pada anaknya sendiri.

Saat dirasa ular itu mulai mengoyak perut dari dalam, Joey mengejang lebih hebat, jeritannya tertahan. Pemandangan ini semakin seru untuk Yeosang. Sayang sekali teman-temannya tidak bisa ikut menyaksikan. Padahal kalau Hongjoong ada di sini, ia pasti akan sangat menyukainya.

Beberapa menit Yeosang menyaksikan Joey hanya kejang hebat dari napasnya yang sesak dan rasa perih di bagian dalam tubuhnya, itu adalah waktu yang sangat panjang untuk siksaan pedih itu. Hingga akhirnya dengan lonjakan terkuat di akhir, tubuhnya berhenti bergerak, ia tewas dengan mulut menganga dan mata terbelalak.

Yeosang tersenyum miring.

“Mampus kau jalang sialan.”

“Kim Youngkyun memang sengaja memakai sepatu yang sama dengan Jongho, sehingga bisa membuat Jongho mendapatkan tuduhan bahwa ia yang menendang dada Felix dilihat dari bentuk tapak sepatunya,” jelas Shuhua. “Tapi terbukti pria itu yang bersalah, karena ukuran tapaknya cocok dengan tapak yang ditinggalkan pada pakaian Felix, sedangkan tapak sepatu Jongho satu senti lebih sempit.”

Mingi mengangguk paham. “Oke, sekarang, bagaimana dengan pelurunya?”

“Masih sejenis dengan cara sebelumnya. Ia sengaja memakai peluru yang sama dengan milik Jongho.”

“Oh my goodness, sampai segitunya? Padahal peluru seperti punya Jongho hanya bisa didapatkan di Battle Creek di Michigan.” Hongjoong tidak habis pikir.

“Ia pasti menerima kiriman langsung dari jalang itu,” ujar Yeosang yakin.

“Tapi bagaimana cara ia bisa tahu sepatu dan peluru Jongho? Kapan ia bahkan sempat mengobservasinya?” heran Seonghwa.

Shuhua mengedikkan bahu. “Tanya saja nanti padanya di pengadilan. Yeah, itu juga kalau dia mau mengaku sih. Kalau dia tidak mau mengaku, tinggal sudutkan saja. Bang Chan pengacara kompeten kan?”

“Dan kalau masih tidak mendapatkan jawaban, tanyakan pada Madam Zola,” saran Allen.

Semua orang memikirkan kalimat Allen dan Shuhua, lalu dikagetkan gebrakan di meja oleh wanita itu.

“Yang paling penting sekarang kita sudah memiliki berkas berisi semua barang bukti yang jelas.”

Di pengadilan yang ramai di Las Vegas, Abigail Jones duduk di kursi terdakwa dengan ekspresi tegang, dan wajahnya mencerminkan kecemasan.

Sang hakim menatapnya serius. “Anda, Abigail Jones, dihadapkan pada sejumlah pasal yaitu pelanggaran lalu lintas dan keselamatan jalan raya, percobaan pembunuhan dengan kendaraan bermotor, dan konspirasi. Anda dituduh telah menabrak Kang Yeosang dengan mobil anda, menyebabkan cedera serius hingga gegar otak.”

Abigail menelan ludah dengan berat, menghindari tatapan tajam anggota Tricky House terutama Yeosang sendiri selaku sang korban.

“Bukti yang akan kita ajukan dalam persidangan ini akan menunjukkan bahwa anda melakukan perbuatan tersebut atas perintah mendiang Joey King. Kami akan membuktikan bahwa anda terlibat dalam konspirasi ini,” ujar jaksa penuntut. Gelar yang dimiliki Joey sekarang benar-benar terdengar menyenangkan di telinga Yeosang.

Abigail mendengarkan dengan cemas keika jaksa itu memaparkan bukti-bukti yang menggambarkan perannya dalam insiden itu.

Soal kematian Joey, tidak ada yang tahu kalau Yeosang yang sudah membunuhnya, selain Tricky House dan Zhushi clan. Klan itu adalah mafia besar Chinatown, mereka bisa menutupi kasus apa pun dengan mudah. Apa yang mereka manipulasi untuk dipublikasi ke media adalah bahwa Joey tewas terkena gigitan ular buas. Jadi semuanya aman bagi Tricky House.

Kembali ke pengadilan. Setelah beberapa proses lainnya, sang hakim memutuskan, “Dengan ini telah diputuskan bahwa anda Abigail Jones, dijatuhi hukuman lima puluh tahun penjara dan penarikan izin mengemudi saat anda bebas.” Suara tiga ketukan palu terdengar, diikuti riuh sorakan dan tepuk tangan penonton, bersamaan dengan beberapa blitz dari jepretan kamera.

Dalam kasus ini, tanpa mengulur waktu lebih panjang lagi, persidangan langsung selesai dengan Tricky House yang memenangkannya. Karena Abigail adalah tersangka yang tidak bisa membuktikan ketidakbersalahannya.

Seonghwa dan Hongjoong bergantian berpelukan singkat dengan Yeosang yang tidak bisa berhenti menahan senyum. Sedangkan Mingi mengusak puncak kepalanya.

“Justice for Yeosang.”

Berbeda dengan persidangan ramai Las Vegas, ruang pengadilan di Seoul begitu hening.

Kim Youngkyun duduk di kursi terdakwa dengan tatapan serius. Singgasana hakim di tengah, sementara jaksa penuntut dan pengacara pembela duduk di sampingnya.

“Hadirkan terdakwa Kim Youngkyun,” perintah sang hakim.

Hwiyoung pun berdiri dengan tangan diborgol dan kaki diikat rantai. Sebenarnya ia gelisah, tapi ia menyembunyikannya dalam ketenangan dengan tatapan serius.

“Kim Youngkyun, anda dituduh dengan pasal penyerangan fisik, keterlibatan dalam kejahatan berencana, dan pembunuhan dengan senjata api. Bagaimana anda merespon tuduhan ini?”

“Saya tidak bersalah, yang mulia. Saya tidak pernah melakukan semua tuduhan itu.”

Yeosang berdecih jijik di tempatnya. “Sudah jelas salah masih mengelak juga. Gross.”

Yoo Taeyang selaku pengacara pembela Hwiyoung berdiri. “Yang mulia, kami memiliki bukti yang mendukung klaim bahwa klien kami tidak terlibat dalam tindakan kejahatan ini. Kami akan membuktikan bahwa beliau adalah korban tuduhan.”

Giliran Goo June sebagai jaksa penuntut yang berdiri. “Kami memiliki bukti kuat yang menunjukkan keterlibatan Kim Youngkyun dalam peristiwa tragis ini. Kami akan membuktikan bahwa dia adalah pelaku sejati.”

Taeyang dan June saling berdebat di depan hakim, begitu juga dengan Bang Chan, sementara Hwiyoung tetap duduk dengan tatapan tegar.

“Setelah mempertimbangkan bukti yang disajikan, Kim Youngkyun terbukti bersalah atas tuduhan penyerangan fisik dan pembunuhan dengan senjata api,” jelas sang hakim.

Taeyang mencoba membela kliennya, tapi putusan hakim tetap tak tergoyahkan.

“Dengan ini telah diputuskan bahwa anda, Kim Youngkyun, dijatuhi hukuman mati. Dan untuk Choi Jongho, anda telah terbukti tidak bersalah dan mendapatkan pencabutan hukuman.”

Tidak ada suara ketukan palu berdasarkan aturan pengadilan Korea Selatan, tapi sorakan dan riuh tepuk tangan tetap ada, begitu juga dengan beberapa jepretan kamera dari pihak media massa.

Anggota Tricky House berseru lega, saling merangkul atas kemenangan. Anggota Dice Alliance masih tercengang, mereka meminta maaf pada Tricky House dengan caranya. Yeosang segera menghampiri Jongho di depan sana dan tidak bisa menahan diri dari isakan tangis haru dan memeluk erat sang kekasih yang akhirnya lepas dari tuduhan dan bebas dari hukuman.

“Pada akhirnya, kebenaran selalu menang.”

“Aku benar-benar tidak mengerti.”

Seonghwa yang sedang sibuk memainkan kartunya terhenti. “Hm? Bagian mana yang tidak kau mengerti?” keduanya sedang duduk di sofa empuk ruang tengah.

Hongjoong meraih tangan Seonghwa dengan lembut. “Bagian dimana kau sangat cantik, dalam cara yang begitu unik dan tak terlukiskan. Apalagi kalau sedang mengatur strategi gambling seperti ini. Wajah seriusmu benar-benar ... astaga, wanita cantik mana pun tidak akan ada yang bisa mengalahkanmu kalau begini.”

“Kau gila.”

“Lebih tepatnya, tergila-gila.”

“Habis minum alkohol yang berapa persen kau tadi?”

Hongjoong mendekatkan wajah dengan tatapan tajam, membuat Seonghwa termundur. “I’m fully awake.”

Sungguh? Kalau begitu kalimat Hongjoong yang sebelumnya berhasil memanaskan wajah Seonghwa sekarang. “Kenapa tiba-tiba—” kalimat Seonghwa terinterupsi dengan ciuman penuh kasih dari suaminya. Ia membalas, sehingga cumbuan keduanya penuh gairah dan cinta, dan mereka lupa dengan dunia sekitarnya. Seonghwa meremat kerah Hongjoong saat suaminya itu melingkarkan lengan di pinggang rampingnya, sepenuhnya terbenam dalam momen itu.

Bibir Hongjoong berpindah ke garis rahang Seonghwa, lalu leher, membuat autopilot Seonghwa mendongak untuk mempermudah pergerakannya. Hongjoong ingin melanjutkan kecupan dan isapan ke bagian dada, tapi Seonghwa tidak sedang memakai kemeja saat ini. Jadi Hongjoong lanjut mencumbui jakun Seonghwa.

Tiba-tiba Jongho muncul dari arah ruang makan dengan sebotol rum di tangan dan tidak sengaja menyaksikan adegan intim itu dengan ekspresi awkward. Seonghwa dan Hongjoong yang menyadari kehadiran anggota termudanya itu segera melepaskan sentuhan.

“What in the world. Bukan ini yang kuharapkan saat keluar dari penjara.”

Seonghwa merasa sangat malu dan semburat kemerahan muncul di wajahnya. Bukan karena dilihat Jongho, mungkin karena sentuhan Hongjoong tadi. Hongjoong segera bangkit dengan wajah datar. “Ayo pindah.” dan menarik Seonghwa berjalan menuju kamar.

Keduanya membutuhkan privasi lebih untuk melanjutkannya.

Sumpah, di kerangka cerita aslinya tadinya beneran yuyu yg jadi tersangka, bahkan aku udah riset jauh soal kebijakan buat tahanan yg hamil di penjara

Tapi aku ga tega :’D

Jadi ya akhirnya begini wkwk

Sekali lagi, This chapter perhaps not your cup of tea, tapi baca aja semuanya kalo ga mau ketinggalan plot

Makasih banyak buat yg dah spam komen :*

Komen lagi dong :3

Ps. Maroko tempat syuting mv treasure

Pss. Kobam kecantikan bunny (┳Д┳)

.

Yeosang ama Seonghwa pas balapan di sirkuit LVMS :3

 Shout out

LaliKandra
⭐⭐⭐👑⭐⭐⭐

ViolaSyakira
⭐⭐⭐⭐

saniegf
🌶

lulu-hunhun
🥒

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

806K 84.3K 57
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
28.4K 2.8K 27
- Born as a descendant of wolves and demons. become the leader of his nation. and love his mate with all his soul. Sebuah awal kelahiran dari ketiga...
286K 32.6K 29
[Completed] โžต | pa, junghwan pengin punya mama ื‚ื‚เซขเผ‹เผ˜เฟ โฅ bxb โฅ mpreg โฅ homophobic get out! โฅ mature โฅ agegap #2 changlix (07/08/20) #2 hyunjeong (18/0...
31.7K 2.4K 33
"Anak siapa yang kau kandung?" "Astaga, Kak Minho serendah itu aku dimata mu?" "Ya. Apalagi kau dan Chan pernah saling mencintai dan mungkin juga sud...