GANTENG GANTENG SERIGALA (2)

By Inayah_Aliwia

48.1K 2.6K 493

Lanjutan Ganteng-Ganteng Serigala versi saya. Jangan lupa vote ya! Setelah Agra menyatakan bahwa Nayla dan Di... More

Sebuah Rencana
Kisah dimulai
Anak Baru yang Aneh
Si Over Protektif
Super Hero?
Acara Tahunan Sekolah
Persiapan Kamping
Tak mudah jatuh cinta
Ditipu Pangeran?
Melanggar Pantangan?
"temuin Pangeran, gue bakal maafin lo!"
Dikejar Serigala
Ditemukan
Galang?
Pelindung Pangeran?
Bertarung dalam Kelas
Tertabrak Mobil
Seperti Tak Nyata
Seperti Tak Nyata (2)
Kisah Hidup Pangeran
Janggal
Kembali Hadir
Anak Baru
Lolongan Sang Pangeran Serigala
Separuh Kekuatan Pangeran
Menerima Kenyataan
Kembali
Membela
Kekasih?
Hukuman Mati Untuk Sang Pangeran
Mulai Cinta?
Tumpahnya Darah Suci
Keceplosan
Vampir
Selena
Kabar Buruk Dari Salwa
Curiga
Bersatu Demi Jessica
Pangeran Ada Dua?
Jessica Mulai Tahu
Pertemuan Galang Dengan Ali
Berkhianat
Pertarungan Saudara
Tuduhan Pada Pangeran
Pertengkaran Pangeran Dan Louis
Aura Yang Berbeda
Tak Terkendali
Ungkapan Perasaan, Menjalin Kesepakatan?
Strategi
Pengakuan Hati
Belajar Dari Kesalahan
Kisah Galang Dan Sisi (part flashback)
Ingatan Yang Kembali
Rencana Tristan
Melanjutkan Perjuangan
Jangan Memaksa
Ingin Bertemu
Kematian Sebagai Bayaran
Bukan Sekarang
Ada Apa Dengan Jessica?
Mengembalikan Jeff dan Dinda
Demi Yang Dicinta
Peperangan Tak Seimbang
Hubungan Yang Terkuak
Memberikan Ruang
Pengorbanan
Ingin Mendengar Sebuah Legenda?
Legenda Pusaka Macan

Mengisi Kekosongan Hati, Kecemburuan

585 38 10
By Inayah_Aliwia

~~~

Setelah berakhirnya pertarungan Pangeran dengan Louis dan kedua saudara vampir itu membawanya pulang, kini Louis tampak seperti mayat yang sudah lama mati. Dia terlihat dibaringkan di kasur dan baru saja diobati oleh Agra.

Di Kamar itu juga ada Tristan, Liora dan Jordan. Sementara Fita dan Stanley diminta untuk menunggu saja di luar Kamar.

"Ayah, apa Louis baik-baik saja?" Tanya Jordan, cemas melihat Louis yang semakin pucat.

"Tidak, Jordan. Louis terkena suatu kekuatan besar. Kondisinya sangat buruk saat ini dan Ayah meyakini kekuatan yang menyerang Louis bukanlah kekuatan serigala,"

Liora bingung mendengar jawaban Agra. "Bukan kekuatan serigala, Ayah? Tapi, Fita dan Stanley mengatakan jika Louis bertarung dengan Pangeran dan dia kalah oleh kekuatan serigala itu."

"Jika memang keadaan Louis ini bukan dikarenakan kekuatan serigala, lalu kekuatan apa, Ayah?" Tristan yang merasa aneh dengan keadaan Louis pun ikut bertanya.

"Kekuatan ini tidak asing. Ayah pernah merasakannya. Ayah menduga Ini adalah ... kekuatan macan."

"Kekuatan macan?"

Liora dan Jordan saling melirik. Sementara Tristan hanya terdiam memikirkan dugaan Agra.

Macan?

Sudah lama mereka tak melihat bangsa itu. Bahkan mereka pikir bangsa macan sudah punah selama ini. Walaupun rumornya, Bangsa macan bersembunyi di kedalaman Hutan dan akan menghabisi siapapun yang berani memasuki wilayahnya.

"Tapi, Ayah, bagaimana mungkin Pangeran memiliki kekuatan itu?"

"Raja serigala. Hanya dia yang tahu jawabannya,"

***

Sesuai perintah Galang, Adhitya membawa Salwa kembali ke Sekolah. Namun, saat sampai di tempat itu, Salwa langsung memprotes dirinya.

"Loh, kok balik ke Sekolah, sih?" Tanya Salwa dengan dahinya yang berkerut bingung.

"Emang sebelum Pangeran bawa Lo pergi ke tempat tadi, Lo ada disini, kan? Lagian Ayah cuma nyuruh gue buat bawa Lo pergi, bukan nyuruh gue bawa Lo pulang ke Rumah lo." Sahut Adhitya dengan wajah polosnya.

"Heh, manusia jadi-jadian! Kenapa Lo gak langsung bawa gue ke Rumah gue aja? Lo mau gue jalan dari sini ke Rumah yang jaraknya berkilo-kilo meter? Lo pikir gue bisa melesat juga kayak Lo sama si Pangeran, hah?"

Adhitya menutup telinganya rapat-rapat tak kuat mendengar Salwa mengomelinya dengan nada bicara yang melengking. Untungnya Sekolah sudah sepi, jadi tidak ada yang mendengar perkataan Salwa tadi.

"Heh!" Salwa menarik kedua tangan Adhitya hingga tak lagi menutupi pendengaran laki-laki itu. "Jangan tutup telinga Lo!"

"Lagian lo ngomongnya udah kayak pake toa, berisik! Telinga gue sakit dengernya." balas Adhitya dan langsung mendapat Omelan lagi dari gadis itu.

"Ya gak papa gue ngomong kayak pake toa, biar cowok gak peka kayak Lo denger apa yang gue mau! Pokoknya gue mau pulang ke Rumah dan Lo harus ... "

"Berisik!" Adhitya menutup mulut Salwa, menghentikan gadis itu berbicara.

Salwa sempat memberontak sebelum akhirnya Adhitya maju hingga wajah keduanya berada di jarak yang cukup dekat.

Salwa terdiam sambil menahan napas. Wajah Adhitya yang begitu dekat membuatnya mau tak mau harus memandangi wajah yang tak bisa dia pungkiri memiliki ketampanan sempurna. Sorot mata Adhitya yang tajam saat menatap dirinya seakan menusuk jantung hatinya.

Setelah beberapa lama saling berpandangan, Salwa sudah terlihat lebih tenang sehingga Adhitya bisa segera melepaskan mulut gadis itu dan menjauh.

Ketika itu juga Salwa bisa kembali bernapas. Pandangannya berusaha menghindar dari Adhitya.

"Gue bakal anterin lo pulang, tapi dengan syarat, gue gak mau lo berisik lagi!" Ujar Adhitya.

Salwa mengangguk canggung. "Oke. Thanks. Um ... Kalo gitu berangkat sekarang aja. Gue capek, pengen buru-buru rebahan."

Adhitya tersenyum seraya menggelengkan kepala mendengar ucapan Salwa. Dia kemudian meraih tangan Salwa, lantas melesat membawa gadis itu pulang ke Rumahnya.

***

Sementara itu, di Hutan, Sisi yang baru saja datang langsung menyerang Erik. Meski tanpa persiapan, tapi Erik mampu menahan serangan Sisi. Untungnya juga disana tidak ada serigala lain sehingga tidak akan ada yang mengetahui apa yang baru saja dilakukan oleh Ratu Serigala kepada Panglima Serigala.

"Lo apa-apaan, sih, Si? Kenapa Lo nyerang gue tiba-tiba kayak tadi?"

"Lo masih nanya? Lo pikir Lo sama Galang bisa terus bohongin gue?"

Dahi Erik mengernyit tak mengerti. Apa yang sedang dibicarakan oleh Sisi? Apa yang Sisi ketahui? Namun, sesaat kemudian dia tersadar.

"Apa ... Apa Lo tau soal Galang sama ... "

"Iya!" Potong Sisi membuat jantung Erik seketika berhenti berdetak. "Kecurigaan gue selama ini emang gak salah. Lo sama Galang emang lagi sembunyiin sesuatu dari gue. Dan itu soal Thea!"

"Si, dengerin dulu ... "

"Kenapa Lo berdua harus tutupin soal Thea dari gue?"

"Si ... "

"Gue benci Lo semua!"

Sisi mengepalkan tangannya hendak kembali menyerang Erik, tapi Galang segera melesat datang menghentikannya.

"Sisi, apa yang Lo lakuin?"

"Galang? Masih berani Lo muncul dihadapan gue? Lepasin!"

"Lo kenapa, sih, Si?"

"Elo yang kenapa, Lang! Kenapa Lo tega sama gue! Kenapa Lo harus tutupin kebenaran soal Thea dari gue? Kenapa Lo biarin gue terlarut sama perasaan gue sendiri. Kenapa, Lang? Kenapa harus gue yang Lo giniin? Kenapa harus gue!" Isak Sisi.

Galang menarik tubuh Sisi ke dalam pelukannya, mencoba untuk menenangkan wanita itu walau Sisi terus saja memberontak.

"Lepasin gue, Lang!"

"Gak akan, sebelum lo mau dengerin penjelasan dari gue, Si!"

"Penjelasan apa lagi? Semua udah jelas. Thea udah balik dan Lo sembuyiin dia dari gue."

"Lo harus dengerin penjelasan dari gue kenapa gue harus sembuyiin Thea, Si!"

"Bodohnya gue, Lang. Gue malah percayai Erik buat mata-matain elo. Kalo aja gue sendiri yang cari tahu, gue pasti bakal tau lebih dulu dan gak akan ngerasa sesakit ini!"

Galang melepaskan pelukannya dari Sisi, menahan kedua pundak Sisi agar wanita itu tak menghindari tatapannya.

Sisi menunduk, tak ingin Galang melihat air matanya jatuh. Jujur saja dia juga tak ingin menangisi semua ini. Menangisi sesuatu yang memang sejak awal dia sadari bukan miliknya seutuhnya.

"Si ... "

Suara panggilan Galang yang begitu lembut merubuhkan pertahanan Sisi. Sisi berangsur ambruk, bersimpuh di bawah Galang dengan terus menundukkan kepalanya.

Galang menurunkan tubuhnya sejajar dengan Sisi, dia meraih pundak Sisi dan mengangkat wajah wanita itu sehingga dia dapat melihat air mata yang membasahi wajah wanitanya.

"Lo masih ingat sama keinginan Lo, kan, Si?"

"Keinginan?" Sisi terkekeh lalu menepis tangan Galang dari wajahnya. "Keinginan yang gak juga gue dapatin itu masih ada, Lang. Hati gue kosong selama gue nunggu apa yang gue inginkan terwujud. Tapi, dengan bodohnya, gue membiarkan elo mengisi kekosongan itu."

Galang menggelengkan kepala. "Gue gak pernah ada di hati Lo, Si. Gue yakin Lo gak mungkin jatuh cinta sama gue. Cinta Lo cuma buat Digo."

Sisi kembali menunduk. Galang bisa mendengar isak tangis Sisi yang terdengar menyakitkan.

"Si?"

"Tinggalin gue, Lang! Gue pengen sendiri,"

Galang menghela nafas. Dia benar-benar tak menyangka Sisi akan menyimpan perasaan padanya, meskipun Galang yakin sekali itu bukan perasaan cinta. Sisi tak mungkin mencintainya karena hanya Digo yang Sisi cintai. Galang sangat yakin itu.

Tapi, bagaimana jika perasaan Sisi saat ini tidak salah? Tidak. Jangan sampai itu terjadi. Sisi tak boleh mencintainya.

"Gue akan pergi, Si. Gue akan ngasih Lo waktu. Lo emang butuh waktu buat pikirin lagi semuanya. Tentang perasaan Lo ke gue dan tentang keinginan Lo selama ini."

Setelah mengatakan semua itu, Galang bangkit dan melesat pergi. Erik juga pergi dari sana sehingga hanya ada Sisi yang semakin terpuruk dengan perasaannya sendiri.

***

Di tempat lain, kedatangan Selena yang membawa Pangeran yang tak sadarkan diri mengejutkan Jeff, Jessica dan Dinda. Jessica langsung menghampiri saat Selena membaringkan Pangeran di batu yang tak jauh dari tempat Jeff berada.

"Pangeran? Apa yang terjadi sama Pangeran?" Tanyanya seraya duduk di samping tubuh Pangeran.

"Kamu tidak perlu khawatir. Pangeran hanya tak sadarkan diri. Kamu lebih baik kembali bersama mereka, kita tidak akan tahu apa yang akan dilakukan Pangeran setelah dia tersadar nanti."

"Tapi, apa yang membuat Pangeran bisa tak sadarkan diri seperti ini?"

Selena menarik napas panjang, dia sepertinya harus banyak bersabar menghadapi Jessica yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

"Aku yang membuatnya seperti ini untuk menghentikannya yang ingin menghabisi orang lain,"

"Pangeran ingin menghabisi orang lain?" tanya Jessica lagi. Dia tak percaya Pangeran bisa seganas itu. Ah, iya. Dia baru sadar jika Pangeran yang selama ini dia kenal hanya Pangeran palsu. Sepertinya memang benar jika Pangeran yang sebenarnya adalah Pangeran yang ganas seperti yang diceritakan Selena.

"Pangeran tidak akan terdorong menghabisi orang lain jika orang itu tidak memancing kekuatan besar di dalam dirinya. Kamu sejak kecil bersama Pangeran, bukan? Dan selama itu pula Pangeran tidak pernah menyakitimu atau siapapun." Selena memberikan penjelasan seolah dia bisa membaca pikiran Jessica.

Jessica yang mendengar penjelasan itu langsung terdiam memikirkan kembali ketakutannya kepada Pangeran.

Benar. Apa yang dikatakan Selena memang benar.

Selama ini Pangeran tak pernah menyakiti siapapun. Malahanan Pangeran tak bisa bela diri. Laki-laki itu bisa terkenal di Sekolah karena merupakan anggota OSIS dan Ketua dari Paskibra. Dan Pangeran baru bisa bela diri akhir-akhir ini, lebih tepatnya setelah dia hilang di Hutan Larangan selama tiga hari.

"Jika boleh kami tahu, siapa yang membuat Pangeran terdorong untuk menghabisi orang lain?" Tanya Jeff membuat Selena kini beralih menatapnya.

Selena terdiam beberapa saat lalu menjawab pertanyaan itu. "Saudaramu."

Jeff dan Dinda terkejut.

"Apa ... Apa dia Louis?"

Selena mengangguk membenarkan tebakan Dinda.

Dinda menggelengkan kepala. Louis memang sangat membenci Pangeran. Entah sampai kapan kebencian itu ada dihatinya.

"Saudara Kalian itu juga sedang dalam kondisi yang buruk saat ini. Dia tidak akan bisa pulih jika tidak Pangeran, Aku atau Galang yang mengobatinya."

Jeff melirik Dinda. Keduanya mencemaskan keadaan Louis. Walaupun Louis sudah begitu jahat kepada mereka, tapi Louis tetaplah salah satu Saudara mereka.

Di tengah keheningan itu, Raja macan dan seorang pria muncul. Tatapan semua orang kini tertuju pada mereka. Terlebih lagi Jeff, Jessica dan Dinda yang baru bertemu dengan mereka.

"Ayah." Selena sedikit membungkukkan badannya memberi hormat pada sang Ayah. Lalu dia juga memberikan hormat pada Pria di sebelah Ayahnya. "Bumantara, senang bisa bertemu lagi denganmu."

Pria bernama Bumantara itu tersenyum, menghampiri Selena dan membenarkan posisi wanita itu untuk berdiri tegak tak lagi memberikan penghormatan padanya. "Gadis kecil yang menawan ini ternyata sudah menjadi wanita yang terlihat begitu cantik dengan aura dewasanya."

Selena menunduk, wajahnya datar tak ingin menanggapi rayuan dari Bumantara.

Kala itu, Galang muncul melepaskan genggaman Bumantara di bahu Selena.

"Berani sekali kau menyentuh wanitaku." Galang yang memakai topeng menatap nyalang Bumantara. Pria itu tertawa pelan lalu mundur hingga kembali berdiri di samping Raja Macan.

"Maaf, sepertinya Kami harus mencari udara segar. Kami permisi." Ucap Dinda yang kemudian membantu Jeff berdiri lalu pergi bersama Jessica menjauhi tempat itu.

Setelah ketiga anak muda itu pergi, Galang meraih pundak Selena dan mendekatkan tubuh Selena dengan tubuhnya seakan menunjukkan kepada Bumantara jika wanita itu hanya miliknya.

Bumantara kembali tertawa pelan melihat Galang yang bertingkah posesif kepada Selena.

Sementara itu, Selena merasakan hatinya menghangat dengan perlakuan posesif Galang padanya. Selama ini Galang tak pernah menunjukkan kecemburuannya. Ini pertama kalinya Galang menunjukkan kecemburuan setelah kedatangan Bumantara.

"Siapa pria ini, Ayah?" Tanya Galang tanpa melepaskan tatapannya dari Bumantara.

"Dia Bumantara, penasihatku ketika dulu masih menjabat sebagai Raja macan," jawab Raja Macan.

"Senang bisa bertemu dengan suami dari Puti Selena." Sapa Bumantara sambil tersenyum hangat.

Galang tak membalas sapaan itu. Hatinya masih merasa kesal karena Bumantara sudah berani menyentuh Selena.

"Kamu beruntung bisa lebih dulu menikahi Puti Selena. Saat dia masih seorang gadis dulu, banyak sekali laki-laki yang mengejarnya. Bahkan Aku sendiri terpikat dengan dirinya." Entah apa tujuan Bumantara berkata seperti itu kepada Galang. Namun, setelahnya dia membungkuk meminta maaf.

"Maafkan Aku telah lancang berkata seperti tadi."

"Lupakan saja!" Balas Galang dingin.

"Ayah, bagaimana Bumantara bisa mendatangi tempat ini? Apa dia tidak akan dicurigai oleh Ratu macan?" Selena segera mengalihkan pembicaraan setelah merasakan atmosfer diantara Galang dan Bumantara semakin memanas.

"Kedepannya Bumantara akan lebih sering mendatangi Kita untuk mengatakan apapun yang terjadi di wilayah Macan, termasuk gerak gerik Ratu macan. Ayah sudah tidak sabar ingin merebut kembali apa yang seharusnya milik kita." Jelas Raja macan membuat mata Galang melebar.

"Kenapa harus dia, Ayah?" Tanya Galang keki. Jujur saja dia merasa tak nyaman dengan kehadiran Bumantara. Baru pertama kali datang saja dia sudah berani dekat-dekat dengan Selena, apalagi jika dia sering mendatangi tempat ini.

"Karena hanya dia yang bisa dipercaya, Galang. Dia yang membantuku dan Selena untuk mengasingkan diri dan tidak dihabisi oleh Ratu macan."

"Sepertinya Kamu tidak menyukai kehadiran saya disini." Bumantara melirik Galang.

"Insting yang bagus," balas Galang terang-terangan.

Selena menyubit pinggang Galang, membuat pria itu menoleh menatapnya.

"Bicara yang baik kepada Bumantara, Galang. Posisinya tidak hanya sebagai penasihat Ayah, tapi juga orang yang sangat Ayah percayai. Ayah akan marah kepadamu jika berkata seperti itu kepadanya," ucap Selena berbisik memperingati. Namun, peringatan itu ditanggapi berbeda oleh Galang.

"Apa Kamu juga menaruh perasaan kepada Bumantara?" tanya Galang terdengar dingin.

Selena terdiam. Bukan membenarkan pertanyaan itu, melainkan terkejut karena baru pertama kali Galang meragukan perasaannya.

"Kalau Kamu marah karena kejadian Sisi, Kamu bisa melampiaskannya dengan mengabisi Aku, Selena. Tapi, jika Kamu melampiaskannya dengan menanggapi rayuan Bumantara, itu sama saja Kamu menghabisiku dengan perlahan."

Bersambung

Up malam ini, takut besok sibuk.

Continue Reading

You'll Also Like

18.7K 1.2K 20
Menceritakan perjuangan cinta uchiha sarada mendapatkan uzumaki boruto Bagaiman kisah cinta uchiha sarada? Yuk langsung saja baca cerita bertemakan r...
1K 614 10
Haruskah aku bersyukur mendapat kehidupan kedua ini? Rara yang selalu mengalami kesialan dalam hidupnya terjebak dalam kisah romantis picisan karya...
66.2K 4.1K 23
15+ [Slow update] Tanpa dia sadari, mulutnya mengangga karena rasa takjub. Morea mengira itu seekor siberian husky dengan ukuran tubuh yang tidak nor...
58.5K 1.9K 6
tidak diinginkan oleh keluarga itu rasanya sangat menyakitkan..