Syahdan ✓

By SkiaLingga

757K 123K 24.2K

Sebagai seseorang dengan kekuatan supernatural, Ametys tentunya sudah terbiasa dengan beberapa hal mistis yan... More

PEMBUKA
1. Legenda Batu Pengantin (a)
1. (b)
1. (c)
1. (d)
2. Karma Berjalan (a)
2. (b)
2. (c)
3. Ganjaran Kebaikan (a)
3. (b)
3. (c)
3. (d)
4. Pemanggul Karma (a)
4. (b)
4. (c)
5. Keberuntungan yang Menguap (a)
5. (b)
5. (c)
6. Menemukan Bintang yang Hilang (a)
6. (b)
6. (c)
7. Kutilang Emas Bersuara Merdu (a)
7. (b)
7. (c)
7. (d)
8. Yang Baik Bernasib Buruk (a)
8. (b)
8. (c)
9. Jangan Membandingkan Hujan di Awan dengan Kotoran dalam Lumpur (a)
9. (b)
9. (c)
10. Setiap Manusia Mengharap Surga yang Berbeda (a)
10. (b)
10. (c)
11. Musuh dari Masa Lalu (a)
11. (b)
11. (c)
12. Mereka yang Pergi Lebih Mengharap Senyum daripada Air Mata (a)
12. (b)
12. (c)
12. (d)
13. Janji Berutang Janji (a)
13. (b)
13. (c)
14. (b)
14. (c)
15. Mengambil Kembali Takdir yang Seharusnya (a)
15. (b)
15. (c)
16. Sebuah Nama Berarti Harapan Untuk Pemiliknya (a)
16. (b)
16. (c)
17. Kasih Sepanjang Masa dan Benci Sepanjang Hayat (a)
17. (b)
17. (c)
18. Sesal Itu Terkubur di Masa Lalu (a)
18. (b)
18. (c)
19. Kehancuran Akan Selalu Menjadi Akhir Kejayaan (a)
19. (b)
19. (c)

14. Seperti Pasir yang Terlepas dari Genggaman (a)

11.1K 1.9K 493
By SkiaLingga

Hari itu Ametys akhirnya tidak memiliki pekerjaan lagi di AMAN, jadi dia berencana untuk bertemu dengan Kahliya dan berdiskusi tentang cara menyelesaikan masalah pria itu.

Ametys tiba cukup pagi, ketika Kahliya baru saja selesai membersihkan rumahnya. "Maaf baru bisa menemui Mas Kahliya sekarang, situasinya agak kacau belakangan ini dan seseorang membutuhkan bantuan," katanya.

Kahliya mengajak Ametys duduk di ruang tamu dan menjawab, "Tidak apa-apa. Apakah ini ada hubungannya dengan orang-orang yang kamu temui di rumah sakit waktu itu?"

Ametys pulang seminggu lebih cepat dari jadwal, jadi sudah pasti ada masalah darurat di sini. Satu-satunya yang bisa Kahliya pikirkan menjadi alasannya adalah orang-orang misterius tersebut.

"Ya." Ametys mengakui. Dia kemudian menyebutkan sedikit tentang AMAN, tapi tidak menjelaskan lebih rinci karena organisasi itu tersembunyi dari publik. "Ini juga ada hubungannya dengan belis itu. Dari mereka aku tahu, ternyata selama ini ada mayat-mayat misterius yang ditemukan tewas dengan cara yang sangat aneh. Tubuh mereka dipenuhi dengan energi jahat dari belis, yang mengakibatnya banyakan masalah belakangan ini. Aku setuju bekerja sama dengan mereka karena dengan begitu, aku akan mudah mengakses beberapa informasi. Salah satunya adalah ini." Ametys meletakkan sebuah laporan yang dia minta dari Viper. Itu berisi profil dari korban dan juga penjelasan keterkaitan di antara mereka.

Kahliya membaca laporan itu sebentar dan mengernyit. "Mereka bisa dikatakan memiliki satu kesamaan, yaitu pernah berhubungan dengan perusahaan arkeologinesia milik Tristan Wuryanto? Tapi perusahaan itu ...."

"Ya, Grup Hansa adalah pemilik sebenarnya." Ametys menambahkan.

"Kamu berkata ... apakah ini ulah keluarga itu?"

"Aku tidak yakin apakah mereka sengaja atau tidak, tapi Mas Kahliya mungkin akan memiliki beberapa tebakan setelah membaca ini." Ametys mengeluarkan sebuah buku dari ranselnya dan menyerahkannya pada Kahliya. "Ini adalah petunjuk yang aku temukan."

Kahliya membuka buku itu dan terdiam, tiba-tiba merasa buta huruf.

Ametys yang melihat ekspresi tertekan pria itu langsung tersadar. "Maaf, aku lupa itu ditulis dalam bahasa kuno. Biarkan aku membacakannya."

Kahliya menyerahkan buku itu kembali, menjawab, "Terima kasih."

Kemudian, Ametys menjelaskan apa yang ada di dalam buku itu untuk didengarkan Kahliya. Kecuali metode membuat pemanggul karma, dia menyampaikan segala yang perlu, seperti bagaimana kutukan karma itu terbentuk, dan juga apa yang menyebabkannya muncul saat ini.

Meskipun mereka belum tahu tujuan dari belis itu, kehadirannya tidak bisa diabaikan begitu saja. Mereka harus menghentikannya dan satu-satunya cara adalah menemukan keberadaan di mana belis itu. Kendalanya adalah, itu tidak bisa dicari, hanya dapat ditunggu.

"Jadi maksud kamu, satu-satunya cara untuk menghentikan itu adalah mengembalikannya ke tempat asalnya dan mengurungnya di sana?" tanya Kahliya. "Dan kemungkinan besar, tempat itu juga merupakan awal mula dari kutukan pemanggul karma ini dibuat?"

"Ya. Itu mungkin peninggalan dari leluhur keluarga Hansa." Ametys menebak, "Bisa jadi sebuah makam biasa atau bahkan mausoleum."

"Aku tidak yakin apakah keluarga Hansa memiliki tempat seperti itu." Tapi jika belis memang muncul dari sana, maka bisa jadi mungkin. "Itu tidak bisa dimusnahkan saja?" tanyanya setelah beberapa saat.

Ametys dengan tidak enak berkata, "Belis bukan lagi entitas yang bisa dihilangkan begitu mudah. Ribuan tahun kutukan karma, bahkan 100 paranormal belum tentu bisa melawannya." Gadis itu menutup buku di tangannya. "Meskipun berhasil saat bertarung melawan itu, sama saja seperti menang tapi kehilangan seluruh prajurit."

Kahliya merenung lama. "Lalu apa yang kamu rencanakan?"

"Aku ingin mencari tahu di mana tempat itu. Karena hanya dengan cara itu kita bisa memikirkan cara untuk mengurungnya di sana." Dengan ragu Ametys bertanya pada yang lain, "Tapi masalah ini tidak mudah dan aku harus meminta pendapat Mas Kahliya."

"Tentang apa?"

"Karena dengan kemampuan kita sendiri, pasti sulit untuk melakukannya. Lebih tidak mungkin jika bertanya pada keluarga Hansa di mana makam itu berada. Jadi, aku berpikir bahwa kita bisa meminta bantuan AMAN." Ametys lantas menambahkan, "Hanya saja jika kita melanjutkan dengan cara ini, mungkin hubunganmu dengan belis itu tidak akan bisa dirahasiakan."

Kahliya menatap wajah gadis itu yang tidak menunjukkan emosi apa pun selain keseriusan, tiba-tiba bertanya, "Kamu khawatir mereka akan menargetkanku?"

"Aku tidak akan peduli jika Mas Kahliya adalah orang jahat yang ikut andil dalam kekacauan ini, tapi faktanya, kamu yang paling polos." Ametys berkata perlahan, "Jika kamu terlibat dan terluka, itu benar-benar tidak adil."

Kahliya terkekeh miris. "Bagaimana bisa kamu berkata aku paling polos? Ametys, apakah kamu lupa siapa yang membuat kutukan karma itu? Meskipun keberadaanku tidak diakui, kenyataan bahwa aku adalah pemanggul karma berarti aku masih keturunan dari keluarga Hansa." Pria itu menatap mata Ametys yang jernih, mata yang seolah bisa melihat segalanya bahkan bagian terdalam hati seseorang. "Jadi Ametys, jangan ragu karena alasan seperti itu. Aku akan menerima ganjaran yang memang harus aku tanggung. Jika itu jatuh padaku, berarti memang karena aku pantas mendapatkannya."

Ametys mengamati yang lain beberapa saat, tapi selain ketulusan, tidak ada kemarahan ataupun keluhan terhadap perjalanan hidupnya. Lama kemudian, gadis itu akhirnya berbisik, "Aku mengerti."

"Jangan merasa tertekan. Mungkin ada keajaiban di akhir nanti, dan bahkan jika tidak, semuanya akan baik-baik saja," ujar Kahliya lembut.

"Kamu," Ametys tidak bisa berkata-kata. "... betapa bodohnya."

Alih-alih tersinggung, Kahliya justru tertawa. "Aku akan menganggap itu sebagai pujian."

Setelah berbicara lama, ponsel Ametys berdering. Itu adalah panggilan dari Viper, yang mengabarkan jika rumah yang diinginkan Ametys telah ditemukan. Yang lain bertanya kapan Ametys ingin pindah dan gadis itu berkata, "Aku akan memeriksanya dulu."

"Kapan Anda ingin pergi? Kami bisa mengantar Anda ke sana?" tanya Heru.

"Malam ini," jawab Ametys.

"Malam? Anda yakin?"

"Ya."

Hening sejenak di seberang sebelum Heru menjawab, "Baiklah."

"Apakah kamu punya pekerjaan malam ini?" tanya Kahliya.

"Bukan. Aku meminta AMAN mencarikan sebuah rumah, jadi berencana untuk mengeceknya dulu sebelum melihat apa yang harus dilakukan dengan itu."

Kahliya merasa pernyataan Ametys agak aneh. "Memangnya apa yang harus dilakukan?"

"Aku meminta mereka mencari rumah angker."

Senyum Kahliya membeku. Rumah angker? "... Lalu, kapan kamu akan pindah?"

"Jika itu cocok, mungkin lusa. Lebih cepat lebih baik karena aku akan kembali sibuk di kampus," ujar Ametys.

Kahliya mengangguk. "Kalau begitu aku akan membantu."

Ametys tidak menolak dan berkata. "Oke. Aku juga akan mengabari Katya dan yang lainnya, jadi kita bisa berkumpul bersama nanti setelah aku menetap."

* * * * *

Heru menemukan dua rumah sesuai kriteria Ametys, berkata bahwa dia bisa memeriksa keduanya lebih dulu sebelum memutuskan ingin memilih yang mana. Namun, Ametys merasa itu merepotkan dan hanya meminta Heru mengirim gambar serta denah lokasinya.

Setelah melihat-lihat, Ametys langsung memilih satu yang berada di tanah lingkar kedua. Rumah yang Ametys tolak sebenarnya tidak buruk, tapi bangunannya terlalu besar dan halamannya sudah ditanami banyak pohon tinggi, sehingga agak sulit mengurusnya. Sementara itu, rumah yang dia pilih memiliki halaman luas yang penuh dengan bunga dan tumbuhan tak terawat, yang Ametys pikir lebih mudah diatur.

Setelah lewat tengah malam, Ametys akhirnya diantar ke lokasi rumah tersebut. Yang menemaninya adalah Viper dan Ebony, serta seorang agen lain yang merupakan bawahan pria itu. Namun, agen ini adalah seorang wanita cantik bertubuh tinggi, dengan nama kode Fuschia yang sangat cocok dengan karakternya.

"Ametys, kamu bisa meminta rumah mewah mana pun pada AMAN, kami benar-benar tidak kekurangan uang." Berbeda dengan orang lain yang memanggil Ametys secara formal, Fuschia melihat jika gadis itu sangat muda dan meminta izin untuk memanggil namanya. Berdiri di depan gerbang dan menatap ke dalam, Fuschia berdecak tidak puas. "Kenapa memilih yang jelek seperti ini?"

"Rumah mewah terlalu sulit diurus," jawab Ametys. "Aku tidak ingin membuang uang hanya untuk membayar listrik yang tidak dibutuhkan."

Baik Heru dan Fuschia terdiam. Itu adalah Ebony yang biasanya irit bicara yang berkomentar, "Masuk akal."

Mengabaikan orang-orang itu, Heru membuka kunci manual gerbang yang sudah agak berkarat dan membiarkan mereka masuk. Ada jalan batu yang rapi dari gerbang ke tangga teras, tapi karena lama tidak terawat, rumput telah hidup dari sela-sela. Petak taman tidak hanya ditinggali bunga, tapi juga telah diinvasi oleh rumput yang lebih tinggi dan subur.

Berdiri di depan bangunan dua lantai itu, Ametys melihat sekeliling dan mengangguk. "Oke, sangat bagus. Aku puas dengan ini." Melihat segerombolan kaktus candelabra yang tidak terawat sampai tumbuh hampir melewati pagar, Ametys bertanya, "Bisakah kalian mentransplantasikan pohon buah yang sudah dewasa di sana? Aku terlalu tidak sabar merawatnya dari benih."

"Tentu." Heru setuju tanpa pikir panjang. "Kami akan mengurusnya besok."

Fuschia menggeleng pasrah, benar-benar tidak habis pikir dengan selera Ametys yang unik.

Sementara Ebony tetap waspada, Heru menjelaskan, "Ini adalah bangunan baru pada awalnya, tapi karena di masa lalu ada sumur tua di sana, sering ditemukan mayat di dalamnya. Entah itu bunuh diri atau korban kejahatan, ada banyak jenisnya. Bahkan setelah sumur ditimbun rata, itu masih tidak berguna. Pemilik rumah akhirnya tidak tahan tinggal lebih lama sebelum mereka terpaksa pindah."

"Jadi tempat ini kosong sejak saat itu?" tanya Ametys.

"Ya, kosong sejak 3 tahun lalu. Kami sudah memeriksa rumah ini sebelumnya, bangunannya masih bagus dan jika memang ada yang perlu diperbaiki, itu hanya listrik dan air, serta beberapa balok pagar," kata Heru. "Kami bisa membantu Anda membersihkannya dan memanggil seseorang untuk memperbaiki apa yang perlu diubah."

"Oke." Ametys tidak menolak sama sekali. Melihat bayangan yang mengintip dari balik jendela rumah, dia berkata, "Ayo masuk."

Heru berbicara saat membuka kunci pintu, "Pemilik sebelumnya berkata jika mereka tidak meninggalkan banyak barang di dalam. Aku pikir itu cukup bagus, Anda bisa meminta furnitur baru nanti."

Ametys menoleh dan bertanya kaget, "Aku masih bisa memintanya dari kalian?"

"Adik kecil, AMAN bahkan akan memberimu rumah mewah dengan segala isinya jika kamu mau, jadi jangan sebutkan hal murah ini." Fuschia menanggapi.

"Dia benar, berikan saja daftar hal-hal yang Anda inginkan nanti," kata Heru.

"Baiklah." Kakek Ametys pernah berkata jika orang baik memberi kita sesuatu, sepatutnya jangan ditolak. Ametys sebagai cucu yang patuh tentu saja akan mengikuti nasihat kakeknya. "Aku akan merepotkan kalian kalau begitu," tambahnya dengan senyum lebar.

Itu gelap di dalam rumah. Cahaya dari lampu jalan hanya bisa menembus samar-samar dari kaca jendela yang kotor, sehingga tiga anggota AMAN itu dengan cepat mengeluarkan senter mereka. Berbeda dengan senter kebanyakan yang memiliki warna cahaya putih ke kuning, senter khusus ini mengeluarkan cahaya biru yang dingin, yang dilengkapi dengan sensor energi.

Ruangan tengah rumah itu cukup luas, tanpa perabotan apa pun selain sebuah lemari kayu di dekat dinding. Saat ini, ketika cahaya senter menyorot lemari itu, mereka melihat pintunya bergerak sedikit.

Sebuah bayangan tiba-tiba melintas, membuat Ebony yang berdiri di samping sedikit kaget. Sampai kemudian Fuschia tiba-tiba berseru, "Ada yang mencubitku!"

"Heh." Ametys mengeluarkan dengkusan yang mirip tawa. "Kalian sepertinya hanya berani bermain licik. Oke, kawan-kawan, aku hanya akan bertanya sekali. Kalian ingin keluar sendiri dan kita bisa berbicara ramah, atau lanjutkan seperti ini tapi jangan salahkah aku jika tidak sopan."

Heru dan dua lainnya menatap Ametys aneh. Apakah mereka datang ke sini bukan sekadar untuk melihat rumah? Tapi juga untuk menyapa 'penghuninya'? Jadi ... itukah sebabnya Ametys sengaja memilih waktu lewat tengah malam.

Heru baru saja akan mengingatkan bahwa Ametys seharusnya menahan diri, ketika suara alarm dari jam tangan mereka bertiga tiba-tiba berdering serentak.

"Energi negatif!" Fuschia berseru.

"Dan tidak hanya satu." Ebony melihat banyak sekali titik merah di layar jam tangan mengelilingi mereka. Pria itu menoleh dan menatap Ametys dengan rumit. "Mereka sepertinya marah."

"Nona Ametys ... Anda seharusnya membiarkan kami membawa eksorsis sebelum datang ke sini," kata Heru.

Tiba-tiba, pintu rumah yang sebelumnya terbuka mendadak tertutup dengan sendirinya, tapi entah bagaimana ada angin kencang yang bertiup dan menerbangkan debu yang membawa aroma lembab. Pintu lemari terbanting berulang kali, seolah seseorang tidak cukup menunjukkan kemarahan.

Tepat ketika Heru ingin mengingatkan jika mereka mungkin harus keluar untuk mengambil talisman penangkap hantu, ia mendengar Ametys berbicara, "Jadi kalian memilih bermain kasar, ya?"

Menjawab pertanyaan itu, suara angin menderu yang disertai tawa dan teriakan aneh terdengar di dalam rumah. Beberapa kaca jendela pecah berhamburan, di mana daun mati terbang dari luar dan membawa aroma busuk.

Ametys melenturkan buku-buku jarinya, sebelum kemudian meregangkan sedikit tangan dan kakinya. Menatap apa yang tidak terlihat, gadis itu bertanya, "Apakah kalian tahu kenapa aku tidak suka menjadi eksorsis?"

Tiga lainnya tidak tahu kepada siapa pertanyaan itu ditujukan, tapi mereka masih secara naluriah menggeleng.

"Bukannya aku tidak bisa, hanya saja itu terlalu merepotkan." Ametys bertolak pinggang, melanjutkan, "Klien biasanya ingin hantu itu ditangkap atau diusir, tapi setiap kali aku melihat mereka, aku hanya ingin memusnahkannya." Gadis itu mendesah panjang. "Untungnya tidak ada undang-undang yang mengatur tentang kekerasan terhadap hantu, atau mungkin aku sudah bermasalah sejak lama."

Yang lain bertanya-tanya apa maksudnya, sampai satu detik kemudian mereka melihat Ametys mengulurkan tangannya ke depan dan entah apa yang dia cengkeram, gadis itu membantingnya ke lantai.

Ebony melihat titik merah yang menunjukkan energi negatif hantu yang paling dekat dengan mereka tiba-tiba menghilang. Ia mendongak dengan tidak percaya, tapi adegan yang ia lihat selanjutnya adalah Ametys yang menendang 'sesuatu'. Apa itu, mereka tidak tahu. Hanya saja saat ini ada bekas hitam gepeng yang menempel di dinding, tampaknya mirip dengan makhluk berleher sangat panjang.

Melihat satu titik energi negatif lagi hilang, Ebony tanpa sadar menegakkan tubuhnya. Ia tanpa sadar melirik dua rekan lainnya, yang saat ini sebenarnya juga sedang sama tegangnya.

Ada beberapa rumah di sekitar lokasi tersebut. Saat ini, setiap penghuninya tampak gemetaran dan berpelukan ketika mendengar suara keras dari rumah kosong. Mereka yang lebih berani ingin mengintip dari jendela, tapi ketika sebuah teriakan melengking aneh yang tidak mungkin dikeluarkan oleh manusia tiba-tiba terdengar, orang itu berlari kembali dan meringkuk di bawah selimut.

Mereka tahu jika rumah itu biasanya angker dan sering terdengar suara-suara aneh, tapi tidak sekeras dan seagresif ini sampai bahkan masih bisa mendengarnya dari rumah mereka sendiri. Apakah hantu-hantu itu mendadak gila?!

Akibat ketakutan, banyak orang yang tidak tidur malam itu. Kemudian ketika matahari terbit, mereka berkumpul di sekitar dan menyadari jika banyak kaca jendela yang rusak.

Tepat ketika orang-orang mulai menumbuhkan berbagai spekulasi, dua mobil kontainer muncul di ujung jalan dan berhenti di depan gerbang rumah kosong. Beberapa orang yang tampaknya merupakan petugas kebersihan dan petugas dari perusahaan listrik juga tiba. Sementara beberapa memindahkan barang, yang lainnya mulai bekerja untuk membangun pagar dan membersihkan rumah.

Seorang wanita setengah baya yang sedikit penasaran kemudian bertanya pada pria muda yang mengenakan setelan formal. "Permisi, apakah akan ada yang pindah ke rumah ini?"

Mauve yang sedang mengecek semua barang dan memastikan tidak ada yang tinggal, berbalik. Melihat bibi berwajah ramah itu, ia membalas, "Benar."

"Aduh." Bibi itu mendesah tak berdaya. "Siapa yang akan pindah? Apakah dia tidak tahu jika rumah ini sangat angker?" Dia tidak berniat ikut campur, tapi merasa sangat disayangkan jika ada seseorang yang tertipu dan membeli rumah ini tanpa tahu masalahnya. Belum lagi, kejadian tadi malam bahkan lebih mengerikan sehingga dia merasa kasihan dengan pembeli rumah.

"Oh, jangan khawatir, Nyonya." Mauve tersenyum dan berkata, "Rumah ini sudah bersih."

Melihat punggung pria muda yang menjauh dengan riang itu, bibi tersebut hanya bisa menggelengkan kepalanya. Mendengar jawaban yang lain, sepertinya pembeli itu tahu kondisi rumah ini dan masih tetap ingin memilikinya. Kalau begitu tidak ada yang bisa dilakukan.

* * * * *

Lewat siang hari, ketika Katya dan yang lainnya tiba, Ametys akhirnya pergi berpamitan pada Bu Salma. Dia telah menjual hampir semua barang yang ada di kos kepada penghuni lain, jadi yang perlu diangkut hanya pakaian, buku dan sekardus batu sungai.

Melihat Ametys yang mengembalikan kunci, Bu Salma agak sedih. "Kenapa kamu pindah begitu mendadak? Apakah tidak nyaman tinggal di sini?"

Ametys tersenyum. "Bukan begitu, Bu. Aku sebelumnya hanya mengambil sewa 6 bulan, jadi ini sebenarnya tidak mendadak sama sekali. Dan juga, Ibu tahu sendiri pekerjaanku. Untuk sementara waktu itu mungkin tidak masalah, tapi jika ada banyak klien yang datang, itu akan membuat yang lain terganggu."

Bu Salma tahu jika Ametys hanya mengambil sewa selama 6 bulan, tapi dia pikir gadis ini akan melanjutkan untuk tetap tinggal. Dengan kondisi indekosnya, sulit menemukan tempat lain yang sama sepadannya dengan harga.

"Lalu ke mana kamu pindah?" Bu Salma bertanya setelah sadar dia tidak bisa membujuk Ametys.

"Aku akan memberi Ibu alamatnya." Ametys menuliskan sebuah alamat dan memberikannya pada Salma. "Jika ada yang mencariku nanti, Ibu bisa memberi tahu mereka alamat ini."

"Baik. Mampirlah sesekali jika kamu punya waktu," kata Salma akhirnya.

Ametys mengangguk. Dia menyapa penghuni indekos lain yang telah menjadi tetangga selama kurang lebih setengah tahun ini, sebelum akhirnya pergi bersama teman-temannya.

Ketika Ametys dan yang lainnya tiba di rumah baru, itu sama sekali tidak meninggalkan jejak rumah angker yang suram sebelumnya. Jalan batu sudah dirapikan, bahkan tanpa lumut yang terlihat. Ada dua mobil yang tiba, tapi karena garasi hanya bisa menampung satu, yang lainnya harus diparkir di luar garasi.

Itu adalah rumah dua lantai dengan perpaduan desain Eropa. Pintu teras melengkung bergaya Spanyol tampak artistik dengan lampu gantung, yang tampak harmonis dipadukan dengan atap curam tipe Victoria. Rumah itu adalah tipe minimalis semi klasik, terlihat elegan dengan model jendela transom yang ditutupi tirai warna krim tipis.

Katya sudah melihat foto lama dari rumah itu yang sebelumnya ditunjukkan Ametys, tapi saat ini, dia hampir merasa itu adalah dua bangunan yang berbeda. "Manusia bergantung pada pakaian, dan rumah bergantung pada dekorasi?" tanya Katya heran.

Lindy mentertawakan ungkapan temannya, berkata, "Kamu salah. Semuanya bergantung pada uang."

Katya memutar bola matanya, tapi berpikir jika itu memang benar. Melihat sekeliling, taman di halaman juga telah ditata dengan rapi, sehingga petak-petak kosong di pekarangan tampak mencurigakan. "Untuk apa ini?" tanya Katya.

"Aku akan menanam sayur di sana," jawab Ametys sambil membuka kunci rumah. Sesuai standar AMAN, akses rumah itu setidaknya harus melewati dua tahap keamanan; kunci kode dan manual.

Katya baru tahu temannya ternyata penganut swasembada. "Aku pikir kamu bisa menanam beberapa pohon lagi. Bonsai atau maple jepang pasti cocok." Dia memberi ide ketika melihat masih ada bagian kosong di dekat pagar rumah.

"Tidak, itu untuk menanam pohon jeruk, ara dan belimbing," jawab Ametys. "Ayo masuk."

Elvano, Lindy dan Kahliya tertawa melihat ide mahal Katya ternyata tidak selaras dengan rencana Ametys yang berniat menimbum makanan.

Masuk ke dalam, sinar matahari merembes masuk dengan bebas melalui jendela kaca lebar. Semua furniturnya berwarna hangat dan lembut, memberikan kesan berkelas yang sederhana. Bahkan jika orang lain memiliki selera yang berbeda, mereka masih tetap nyaman saat berada di sana.

"Aku belum sempat membeli sandal dalam rumah," kata Ametys saat melihat kaki orang-orang itu tidak dilapisi alas.

"Kita bisa belanja nanti," ujar Katya tidak peduli. Dia dan Lindy kemudian membantu Ametys membawa koper berisi pakaiannya ke lantai dua di mana kamar gadis itu berada.

Atap curam tipe Victoria memiliki kelebihan, itu tinggi sehingga bisa dijadikan sebuah lantai. Sebelumnya ada dua kamar di sana, tapi atas permintaan Ametys, dindingnya telah dirobohkan. Kini seluruh lantai dijadikan sebagai kamarnya, dengan kamar mandi dan ruang ganti di satu sisi, serta balkon di bagian lainnya. Bisa dikatakan jika area lantai dua ini terlarang untuk diintip karena selain kamar mandi, dinding pemisah di puncak anak tangga hanya sebuah partisi. Itu memberikan kesan privasi tapi tidak sepenuhnya terisolasi.

"Ada juga taman di belakang?" Katya yang penasaran membuka pintu geser balkon dan melihat ke sekeliling. Dia menyadari jika rumah itu hampir berada tepat di tengah lokasi tanah karena masih ada area luas di belakang.

"Ada juga kolam renang kecil di sana," kata Ametys sambil memeriksa kamar barunya. Dalam hati dia memuji, AMAN benar-benar bisa menemukan pekerja yang dapat menyelesaikan renovasi rumah ini hanya dalam sehari. Memang, hampir segalanya mungkin dengan uang.

Puas melihat-lihat, tiga gadis itu turun kembali ke lantai satu memeriksa ruang lain. Ada tiga kamar tidur di lantai bawah, semuanya berbeda ukuran karena salah satunya seharusnya menjadi kamar utama yang kini Ametys ubah menjadi ruang belajar dan kerjanya.

Bagian bawah tangga dibuat menjadi lemari penyimpanan untuk meletakkan berbagai alat atau barang. Sementara itu, bagian dapur adalah perpaduan antara batu dan kayu, dengan kamar mandi serta pintu belakang untuk akses ke kolam renang atau taman.

Ametys melirik Elvano yang sedang menatap ponselnya di sofa ruang tamu, bertanya, "Bagaimana kondisinya selama ini?"

"Sejak Oma Pauline meninggal, Elvano banyak berubah," kata Katya. "Dia menjadi lebih tenang dan kemarin, dia bahkan berkata akan pergi ke perusahaan."

"Itu perubahan yang bagus. Jangan menganggap semua orang yang tidak bertindak seperti biasanya sebagai pertanda buruk."

"Aku juga berpikir begitu." Katya menghela napas. "Mungkin inilah proses yang harus dia lewati sebelum menjadi lebih dewasa."

"Ametys, sepertinya tidak ada cukup bahan di dalam kulkas!" Lindy yang sebelumnya pergi ke dapur berteriak. Melihat keduanya datang, dia berkata lagi, "Kulkasnya penuh, tapi kebanyakan adalah camilan, es krim dan beberapa buah."

Kebetulan Kahliya yang sebelumnya tidak terlihat di dalam rumah masuk saat ini dan mendengar ucapan Lindy, pria itu tidak bisa menahan tawa.

Ametys terbatuk, lupa mengingatkan Heru bahwa dia akan mengundang teman hari ini dan hanya meminta pria itu membelikannya banyak camilan saat yang lain bertanya jenis makanan apa yang dia suka.

"Kalau begitu kalian tunggu di sini, aku akan pergi belanja." Ametys baru saja akan pergi saat dia teringat sesuatu. "... Apa saja yang perlu dibeli? Bisakah kalian menulisnya?"

Katya yang bersedekap menatap temannya tak berdaya. "Aku bertanya-tanya bagaimana kamu bertahan hidup selama ini?"

"Mi instan, bubur kemasan, atau beli dari luar." Ametys menjawab dengan jujur.

"Dan kamu berani menasihatiku tentang pola makan dan gaya hidup tidak sehat?" Lindy bertanya tak percaya.

Melihat jika perang mungkin akan meletus, Kahliya buru-buru menengahi, "Aku akan pergi denganmu. Katakan apa yang ingin kalian makan? Aku akan membelinya."

Katya dan Lindy segera teralihkan, lantas dengan cepat menyebutkan makanan yang ingin mereka santap malam itu.

"Beli buah lebih banyak," ujar Katya di akhir.

Ametys berdecak, sementara Kahliya hanya mengangguk, sebelum keduanya pergi.

"Apakah kamu menyukai bunga?" tanya Kahliya saat mereka menuju mobil di garasi.

Memang ada banyak bunga di rumah itu. Beberapa sebenarnya sudah ada di sana, tapi karena tidak terawat, itu tampak sangat berantakan sebelumnya. Setelah rumah dan taman dirapikan, hydrangea yang hidup di sudut pagar tetap dipertahankan, hanya dipangkas agar daunnya tidak terlalu rimbun sehingga kini bunganya bisa mekar dengan nyaman. Begitu pula dengan strawflower dan delphinium yang menjadi sangat indah setelah ditata oleh ahli. Mereka juga meletakkan lobelia di pinggir tangga teras yang membuatnya menjadi penyambut para tamu yang datang.

Karena Ametys meminta bunga yang mengeluarkan aroma, orang-orang itu juga mentransplantasikan berbagai jenis mawar. Mungkin khawatir dia kurang puas, mereka juga menambahkan bunga matthiola, arum dalu dan menggantung wijaya kusuma. Itu berpadu dengan cantik bersama alamanda yang merambat di kanopi teras sampai ke bagian belakang rumah.

"Bunga itu cantik. Selain menambah keindahan untuk menyenangkan mata, itu sebenarnya juga memiliki kegunaan lain," jawab Ametys. "Kakekku pernah berkata bahwa sangat bagus menanam bunga di sekitar rumah. Terutama bunga yang mengeluarkan aroma, karena itu bisa menghalau 'hal-hal jahat' yang dikirim seseorang dengan niat buruk. Itulah sebabnya saat di desa, Mas Kahliya melihat sendiri jika hampir setiap rumah pasti akan sebisa mungkin menanam bunga di pekarangan mereka."

"Jadi begitu." Kahliya mengangguk. Berbeda dengan rumahnya yang didominasi tumbuhan hijau, rumah baru Ametys penuh dengan warna-warna cerah dan lembut yang memanjakan mata. Semua warna ini sekilas mengingatkan Kahliya pada berbagai energi dan aura yang pernah dilihatnya. Pria itu lantas bergumam tanpa sadar, "Sepertinya semua hal yang kamu lakukan dengan santai bahkan memiliki makna."

"Ya? Apa yang Mas Kahliya katakan?" Ametys yang akan masuk ke dalam mobil bertanya.

"Tidak ada. Aku berkata bahwa rumahmu cantik," puji Kahliya dalam senyum.

Ametys juga sangat puas dengan rumahnya. "Terima kasih," ucapnya senang.

...ooOoo...

Skia
Minggu, 30 Juli 2023

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 166K 74
Lima tahun berlalu setelah tragedi Polong Mayit. Pertumpahan darah menyisakan bangkai yang harus mereka timbun untuk menutup bau busuknya. Adalah De...
292 87 21
Surat-surat berisikan hal aneh terus berdatangan, membuat Luna nyaris gila berkatnya. Pertanyaannya, siapa dalang yang melakukan hal tak berfaedah in...
1.4M 55.8K 71
Marvel itu cowok yang terbilang nakal. Kerjaannya membolos, ngerokok dan kenakalan lainnya. Bahkan ia mempunyai geng motor yang di ketuai olehnya. Te...
2M 123K 53
APA LIAT-LIAT? SINI MAMPIR! [𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐃𝐔𝐋𝐔 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐁𝐀𝐂𝐀!] [ NOTE. SEBAGIAN PART DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT] GENRE : BUCIN...