Senja Bersama Arkhana | END

By Shineeminka

221K 34.6K 5.2K

Ketika aku terus mengejar cintanya dia semakin menjauh dariku, namun ketika aku melepaskannya dan memilih unt... More

Prolog
Malam Minggu Kelabu
Patah Hati
Cinta dan Pernikahan
Terpesona?
Hari Lamaran
40 Hari
Pernikahan
Malam Pertama
Lantunan Ayat Suci Al Qur'an
Berubah
Pagi Yang Indah
Belajar Bersama
Kembali Dingin
Kecelakaan
Undangan Pernikahan
Buah Hati
Cemburu
Pelukan
Perpisahan
Hujan
Kelahiran Bayiku
Maryam
Jatuh Cinta
Tak Ada Kesempatan
Pernyataan Cinta
Benar-Benar Cinta
END

Doa Yang Terkabul

4.4K 706 23
By Shineeminka

Kak Oriana menatapku dengan pandangan kesal. "Semudah itu kamu memaafkannya. Dan kamu mau rujuk sama dia?"

Aku mengangguk.

Kak Oriana menggeleng-gelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan pilihan yang telah kuambil. "Kok bisa sih?"

"Bisa apa?" Tanyaku bingung.

"Bisa ada wanita sebodoh kamu."

Aku menatap Kak Oriana dengan tatapan tak terima. "Kenapa kakak bilang begitu?"

"Jasmine aku tahu kamu sangat mencintai Arkhan tapi kamu pun harus ingat kalau ia itu pernah sangat jahat padamu. Bisakah kamu terlebih dulu membalas kejahatannya sebelum kembali bersamanya?" Kak Oriana menggerutu gemas. "Setidaknya buat dulu rute yang cukup sulit untuk ia dapat kembali bersamamu biar ia pun kedepannya bisa lebih menghargai kamu. Sekarang bagaimana kalau ternyata setelah menikah dia kembali menyakitimu? Apa kalian akan berpisah lagi? Terus saat ia meminta maaf dan mengatakan cinta banget sama kamu, kamu akan kembali memaafkannya?"

Aku menghela nafas, pemikiranku tidak berkelana sampai sejauh itu.

"Kapan kalian berencana kembali menikah?" Tanya Kak Oriana saat ia sudah merasa puas menceramahiku.

"Bulan depan."

Mata Kak Oriana kembali membulat sempurna, "Kenapa tidak sekalian minggu depan saja?" Sindirnya.

"Aku yakin Kak Arkhan tidak akan kembali menyakitiku lagi." Ucapku.

Kak Oriana menyandarkan punggungnya ke dinding, kedua tangannya terlipat di depan dadanya. "Awas saja kalau dia sampai menyakitimu lagi."

"Jadi kakak setujukan aku rujuk dengan Kak Arkhan?"

"Aku tak setujupun kamu pasti tetap akan rujuk dengannya kan?" Ucap Kak Oriana dengan nada kesal.

"Maafkan aku kak. Aku berharap pernikahanku direstui oleh orang-orang yang sangat kusayangi." Ucapku dengan nada parau, entah kenapa tiba-tiba aku merasa sedih.

Kak Oriana menghela napas, sebelum akhirnya memelukku dengan begitu erat. "Aku merestuimu, semoga pernikahan kalian diselimuti oleh kebahagiaan."

Aku tersenyum bahagia. "Terimakasih kak. Aku sungguh menyayangimu."

***

Hari ini Kak Arkhan menemaniku pergi ke butik pakaian pengantin untuk memesan kebaya yang akan aku gunakan pada saat acara akad nikah, sebenarnya kebaya yang dulu pun masih bagus namun Kak Arkhan memintaku untuk membeli yang baru, mungkin model kebaya yang dulu tak dia sukai, Maryam pun ikut bersama kami dan tentu Kak Arkhanlah yang senantiasa menggendongnya.

"Yang ini apa yang ini kak?" Tanyaku menunjukkan dua mobel kebaya kepada Kak Arkhan.

Kak Arkhan terlihat berpikir sebelum akhirnya menentukan pilihan. "Yang di sebelah kanan sepertinya lebih cocok buat kamu."

"Baiklah aku pilih yang ini yah." Ucapku sambil tersenyum, Sebuah kebaya dengan dengan ekor yang menjuntai hingga ke lantai. Model kebaya ini sederhana namun cantik, aku menyukainya dan aku bersyukur Kak Arkhan pun menyukainya.

Kak Arkhan mengangguk. Setelah dari butik Kak Arkhan mengajak aku makan siang di sebuah restoran yang letaknya dekat dengan butik tapi saat sampai di restoran Maryam menangis, sepertinya ia haus.

"Aku ke tempat menyusui dulu yah kak," ucapku.

"Mau aku pesankan makanan apa?"

"Apa saja Kak yang penting berkuah." Pintaku sebelum pergi menuju tempat yang diperuntukan untuk ibu menyusui.

Setelah menyusui Maryam aku pun kembali menghampiri Kak Arkhan. Kak Arkhan langsung mengambil alih Maryam dari pangkuanku dan menyuruhku untuk segera makan.

"Kakak duluan saja yang makan." Ucapku saat melihat kalau ia belum memakan makananny namun Kak Arkhan tidak menggubrisnya, ia tetap memangku Maryam sambil memainkan jari-jari mungil Maryam.


"Mau pesan yang lain?" Tanya Kak Arkhan saat aku sudah menghabiskan makananku.

"Tidak kak sudah kenyang. Sini Maryamnya, sekarang kakak yang makan."

Kak Arkhan menurut ia menghabiskan makannya dengan cepat.

Sepanjang perjalanan pulang aku jatuh tertidur, begitupun dengan Maryam. Kak Arkhan baru membangunkan kami saat mobilnya telah berhenti tepat di depan gerbang rumah.

"Biar Maryam aku yang gendong." Ucapnya setelah membukakan pintu mobil untukku.

Aku mengagguk. Dengan kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya aku turun dari mobil, aku hampir saja jatuh tersungkur saat tiba-tiba kakiku malah menginjak gamisku sendiri untung saja Kak Arkhan dengan cepat memegang tanganku.

"Hati-hati." Ucapnya lembut.

Aku mengagguk patuh. Aku langsung mendudukkan tubuhku di sofa saat telah sampai di dalam rumah sedangkan Kak Arkhan langsung membawa Maryam ke kamar untuk ditidurkan.

"Tidurlah di kamar." Ucap Kak Arkhan kepadaku yang hampir saja kembali tertidur di sofa.

"Iya," jawabku sambil beranjak dari atas sofa dan lagi-lagi gamisku terinjak oleh kakiku sendiri dan aku hampir kembali terjatuh namun dengan cekatan Kak Arkhan menahan tubuhku, tepatnya ia memelukku, jarak wajah kami menjadi sangat dekat, saking dekatnya sehingga aku dapat merasakan hembusan napas Kak Arkhan menerpa permukaan wajahku.

Jantungku berpacu dengan sangat cepat, kedua tanganku terkepal kuat dan mataku sontak kupejamkan saat Kak Arkhan semakin menghapus jarak yang tercipta.

Apa yang akan Kak Arkhan lakukan?

Apa Kak Arkhan akan menciumku?

Satu

Dua

Tiga

Aku menghitung dalam hati, namun tidak ada yang terjadi.

"Berdiri yang benar." Ucap Kak Arkhan melepaskan pelukkannya.

Aku langsung kembali membuka mataku, wajahku terasa panas. "Iya."

"Sepertinya mulai hari ini kita harus menjaga jarak."

"Apa?" Menjaga jarak? Apa dia berniat membatalkan pernikahan?

"Aku takut tak dapat mengkontrol diriku. Kita belum kembali terikat pernikahan." Ucap Kak Arkhan. "Jadi bila kamu perlu ditemani ke suatu tempat untuk membeli sesuatu biar Bunda atau Arsy yang menemanimu."

Aku mengangguk. Memang akan lebih baik seperti itu, terkadang aku pun lupa kalau aku dan Kak Arkhan belum kembali terikat pernikahan jadi tentu akan sangat berdosa kalau kami melakukan hal-hal yang tidak diperbolehkan oleh agama.

***

Kak Arkhan dan aku benar-benar menjaga jarak, kami baru bertemu kembali saat akan pergi menuju Gili Trawangan untuk melangsungkan akad nikah.

Kenapa kami melangsungkan pernikahan disana? Karena itu adalah salah satu mimpi terbesarku. Menikah di pulau tempat aku dilahirkan. Tempat dimana aku menghabiskan banyak waktu indah bersama kedua orangtuaku dan tentunya Kak Arkhan. Ya, Pulau Gili Trawangan adalah pulau di mana aku dan Kak Arkhan melewati masa kecil bersama.

Tepat pukul delapan malam kami telah sampai di Gili Trawangan. Semua persiapan untuk hari esok sudah siap. Pandanganku tertuju pada meja akad yang sudah dihias dengan begitu cantik. Kursi-kursi yang diperuntukan untuk para keluarga yang akan hadir di acara akad pun sudah tersusun dengan rapi, ratusan atau mungkin ribuan bunga lily yang sudah menghiasi tempat akad pun membuat semuanya terlihat semakin indah.

Mataku terasa memanas saat tiba-tiba wajah Mama dan Papa terbayang di pelupuk mataku. Mereka tersenyum bahagia.

Akhirnya apa yang ku mimpikan bisa menjadi sebuah kenyataan. Kalimat itu seakan diucapkan oleh keduanya.

"Kenapa?" Tanya Kak Arkhan yang berdiri di sampingku.

Tanganku menyeka air mata yang secara tak kusadari ternyata sudah membasahi pipiku. "Terimakasih telah mewujudkan mimpiku." Air mata yang turun dari mataku malah semakin deras.

"Kenapa menangis?" Kak Arkhan terlihat khawatir.

"A..aku sungguh ba..bahagia," ucapku tersendat-sendat karena tangisan yang sama sekali tak mampu aku kontrol.

Ini sebuah tangisan kebahagian, bukan tangisan kesedihan.

Kak Arkhan menatapku dengan tatapan lembut."Maafkan aku baru bisa mewujudkannya sekarang harusnya dari dulu aku melakukan semua ini." Tangannya mengambil tisu yang ada di atas meja akad, dengan penuh hati-hati ia menyeka air mata yang sudah kembali membasahi pipiku.

Aku menggeleng. "Allah maha tahu mana waktu terbaik untuk mengabulkan segala keinginan hamba-Nya."

Kak Arkhan tersenyum. "Ya Allah maha tahu akan hal itu dan Allah Maha baik karena telah kembali mengijinkanku untuk meminangmu."

T B C

Padalarang, 28 Dzulhijjah 1444H












Continue Reading

You'll Also Like

34.5K 2K 56
Gue nggak paham alur cerita gue sendiri. Sampai detik ini pun rasanya semua kayak mimpi. Tapi hamdalah banget gue masih bisa sadar kalo keputusan gue...
252 99 33
TERBIT AE PUBLISHING Sebuah kisah cinta antara Rei dan Adiva yang diberikan bumbu penyedap rasa. Aku tahu, aku jatuh cinta padamu. Sejak saat itu! de...
13.4K 2.6K 23
Semesta berbisik : Cukup di sini, cinta tiada di pihakmu. Percuma saja! Drama | Campus Life Start : 08 Februari-01 Juni 2021 Ā©Dkatriana
4.2K 707 26
"Nggak panggil Kak lagi, nih?" "Maaalleees." Ifa memutar bola matanya. "Dulu aja suka panggil Kak teruuus..," goda Elang tersenyum tengil. "Sebelum l...