GANTENG GANTENG SERIGALA (2)

By Inayah_Aliwia

48.3K 2.6K 493

Lanjutan Ganteng-Ganteng Serigala versi saya. Jangan lupa vote ya! Setelah Agra menyatakan bahwa Nayla dan Di... More

Sebuah Rencana
Kisah dimulai
Anak Baru yang Aneh
Si Over Protektif
Super Hero?
Acara Tahunan Sekolah
Persiapan Kamping
Tak mudah jatuh cinta
Ditipu Pangeran?
Melanggar Pantangan?
"temuin Pangeran, gue bakal maafin lo!"
Dikejar Serigala
Ditemukan
Galang?
Pelindung Pangeran?
Bertarung dalam Kelas
Tertabrak Mobil
Seperti Tak Nyata
Seperti Tak Nyata (2)
Kisah Hidup Pangeran
Janggal
Kembali Hadir
Anak Baru
Lolongan Sang Pangeran Serigala
Separuh Kekuatan Pangeran
Menerima Kenyataan
Kembali
Membela
Kekasih?
Hukuman Mati Untuk Sang Pangeran
Mulai Cinta?
Tumpahnya Darah Suci
Keceplosan
Vampir
Selena
Kabar Buruk Dari Salwa
Curiga
Bersatu Demi Jessica
Pangeran Ada Dua?
Jessica Mulai Tahu
Pertemuan Galang Dengan Ali
Berkhianat
Pertarungan Saudara
Tuduhan Pada Pangeran
Aura Yang Berbeda
Tak Terkendali
Mengisi Kekosongan Hati, Kecemburuan
Ungkapan Perasaan, Menjalin Kesepakatan?
Strategi
Pengakuan Hati
Belajar Dari Kesalahan
Kisah Galang Dan Sisi (part flashback)
Ingatan Yang Kembali
Rencana Tristan
Melanjutkan Perjuangan
Jangan Memaksa
Ingin Bertemu
Kematian Sebagai Bayaran
Bukan Sekarang
Ada Apa Dengan Jessica?
Mengembalikan Jeff dan Dinda
Demi Yang Dicinta
Peperangan Tak Seimbang
Hubungan Yang Terkuak
Memberikan Ruang
Pengorbanan
Ingin Mendengar Sebuah Legenda?
Legenda Pusaka Macan

Pertengkaran Pangeran Dan Louis

486 33 7
By Inayah_Aliwia

***

Ali termangu. Pandangannya memerhatikan bangunan Sekolah yang terasa familiar di ingatannya. Sayup-sayup pendengarannya menangkap suara cempreng seorang gadis, suara yang sering ia dengar kala berada di alam bawah sadarnya.

Benar. Tak lama kemudian ia melihat gadis yang selalu muncul di dalam mimpinya berlari keluar dari Gedung Sekolah itu dan menghampiri.

"Digo ... Kamu kembali. Aku kangen banget sama kamu," ucap Sisi, gadis berseragam sekolah itu sembari melingkarkan tangannya di perut Ali. Ia kemudian mendongak memperhatikan wajah Ali yang berkerut kebingungan.

Gadis itu menyebutnya dengan nama Digo. Nama itu seperti pernah Ali dengar. Tapi, siapa?

Ali tidak mengenal gadis itu, tapi jika melihat wajahnya, Ali seperti merasakan sesuatu bergelora di dalam hatinya. Perasaan yang belum pernah dia rasakan jika dekat dengan perempuan lain.

"Honey ... Kenapa malah diem aja? Kamu gak kangen juga sama aku?" tanya Sisi terdengar manja.

Ali tak menjawab. Ia tak tahu harus menjawab apa. Memang seperti ada rasa bahagia saat melihat wajah gadis yang tengah memeluknya itu. Seolah dahaga kerinduan terkikis oleh pertemuan. Namun, Ali tak mengenal gadis itu selain dia selalu datang ke dalam mimpinya.

"My baby honey Digo, sekarang gak ada lagi waktu ataupun jarak yang memisahkan kita. Kamu akan terus di samping aku. Menjadikan aku satu-satunya ratu di hati kamu," ucap Sisi lembut. Iya sedikit berjinjit untuk bisa memainkan jari telunjuknya di hidung mancung Ali dengan gemas.

Ali hanya diam mendapat perlakuan itu. Malah senyum mulai terlukis di wajahnya.

"Aku tunggu kamu, Digo ... "

Tangan Sisi yang bermain di hidung Ali beralih menutup mata kaki-laki itu membuat Ali hanya bisa melihat kegelapan. Tak lama setelahnya, terdengar suara tangis seseorang. Ali perlahan membuka matanya. Namun, ia tak lagi melihat Sisi dan bangunan Sekolah, melainkan alat-alat medis dan adiknya yang duduk di sebelah brankar.

Kenapa dia jadi ada disini? Dimana gadis itu? Ali belingsatan seolah kehilangan sesuatu yang berharga baginya.

Ali bergegas bangkit untuk mencari gadis yang hadir lagi ke dalam mimpinya. Namun, suara derit brankar karena gerakan tiba-tiba dari tubuhnya membuat Salwa yang sedang tertunduk menangis jadi mendongak meliriknya.

"Bang Ali?" Salwa seketika bangkit, meraih kedua pundak Ali lalu memeluknya. Ia bahagia sekali akhirnya Ali sadar setelah hampir seharian tak sadarkan diri.

"Salwa, cewek berseragam SMA itu kemana?" pertanyaan Ali menimbulkan kerutan di dahi Salwa. Salwa kemudian melepaskan pelukannya lantas memperhatikan Ali yang gelisah mencari sesuatu.

"Cewek berseragam SMA yang mana? Gak ada cewek yang Bang Ali maksud datang kesini selain Salwa, Bang!"

"Ada. Tadi, ada. Dia manggil Abang dengan nama Digo," balas Ali bersikeras.

"Bang, dari kemarin gak ada yang datang kesini selain Salwa! Abang cuma mimpi kali. Udah, jangan dipikirin!" pinta Salwa kembali membaringkan tubuh Ali di Brankar.

"Tapi tadi beneran ada, Sal ... Sentuhan dia di hidung Abang aja masih kerasa," ucap Ali berharap Salwa mempercayai perkataannya.

"Lo halu kali, Bang! Udah, ah! Jangan banyak omong dulu. Bang Ali tuh baru sadar setelah hampir 20 jam pingsan."

Ali terbelalak kaget. Dua puluh jam tak sadarkan diri? Perasaan dia hanya beberapa menit saja bertemu dengan gadis berseragam SMA itu. Dan dimana gadis itu? Kenapa saat membuka mata dia sudah tak ada? Apa itu hanya mimpi? Tapi, jika mimpi kenapa sentuhannya masih terasa?

"Bang?" Suara lembut Salwa membuyarkan lamunan Ali. Ia menoleh, memperhatikan raut wajah adiknya yang tampak khawatir.

"Sebenarnya Bang Ali tuh kenapa, sih?"

Ali kembali mengalihkan pandangannya lurus ke dinding kamar inap. Pertanyaan Salwa membawanya kembali ke kejadian di depan Rumah Jessica. Dimana ia bertemu dengan sosok Pangeran yang terlihat tak seperti biasanya. Sosok itu begitu tenang dan terlihat berwibawa meski dengan pakaian aneh yang dia kenakan.

Ali sangat ingat, saat itu dia menceritakan tentang vampir yang kabur dan menjadi abu karena terbakar oleh sinar matahari. Dan ...

Ali juga ingat sosok Pangeran menyebutnya sebagai manusia serigala, lalu menyebutnya dengan nama Digo sebelum kemudian mengigit lehernya. Mengingat kejadian itu, tanpa sadar Ali berteriak histeris. "Aaa!"

"Bang? Bang Ali!" Salwa mengguncang tubuh Kakaknya itu menyadarkannya kembali ke dunia nyatanya.

Napas Ali tersengal-sengal. Matanya menatap linglung sekelilingnya. Lalu, segera meraih lehernya yang dia yakini terdapat luka gigitan yang sosok Pangeran berikan padanya. Namun, Ali tak merasakan ada sesuatu yang berbeda dari lehernya. Rasa sakit atau perih pun tak dia rasakan.

"Apa lo nyari bekas gigitan?" Salwa bertanya ketika menyadari jika Ali mencari luka itu.

Ali menoleh dengan tatapan mata yang begitu penasaran. "Apa ada?"

Salwa menggelengkan kepala. "Gak ada. Bekas gigitan itu hilang gitu aja."

***

Pangeran keluar dari Kamar Mandi, sudah lengkap dengan pakaian seragam yang membalut tubuhnya. Pandangannya tertuju pada sesuatu di balik selimut kemudian senyumnya terukir indah.

"Jess, bangun! Udah pagi, nih! Lo gak mau sekolah apa?"

Pangeran mengayunkan kakinya menghampiri ranjang. Ia meraih selimut tebal itu dan menyibaknya. Namun, ketika itu juga dia tersadar. Tidak ada Jessica di balik selimut itu. Hanya ada bantal guling yang semalam ia peluk ketika tidur.

Pangeran menghela napas. Ia lupa jika Jessica sejak kemarin hilang.

Rasa khawatir mulai menyusup ke dalam hati Pangeran. Banyak pertanyaan yang hinggap di pikirannya. Ada dimana Jessica? Bagaimana keadaannya? apa dia baik-baik saja?

Pangeran rasanya ingin bertemu dengan gadis itu, tapi ia tak tahu dimana ia saat ini.

"Jess ... Lo dimana?" Pangeran bergumam, menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Sejak kemarin Pangeran sudah berusaha mencari Jessica. Bahkan dia mengerahkan beberapa serigala untuk mencari keberadaan gadis itu. Adhitya juga sedia untuk membantunya. Namun, hingga saat ini tidak ada kabar apapun yang bisa menenangkan hatinya.

"Jess, gue harap dimana pun sekarang lo berada, semoga lo baik-baik aja sampai gue bisa nemuin elo. Gue gak akan berhenti nyari keberadaan lo, Jess, dan mastiin kalo lo selamat dari para vampir itu."

Pangeran mengangkat kepalanya yang sedari tadi tenggelam dalam kedukaan. Ia tak ingin terus terlarut dalam kesedihan dan hanya menunggu kabar dari para serigala yang ia kerahkan untuk mencari Jessica. Ia harus kembali mencari sendiri gadis itu. Mungkin dengan begitu Jessica bisa ditemukan.

Pangeran segera mengambil tas sekolah miliknya lalu melesat keluar dari Kamar.

***

"Sekarang bagaimana keadaanmu?"

Jessica yang tengah terduduk bersandar di pohon yang rindang seraya memandangi keindahan danau di sana, segera menoleh sesaat mendengar suara lembut Selena menyapanya.

Sementara Selena tampak berdiri tak jauh dari tempat Jessica berada. Ia memandangi wajah gadis cantik itu dan merasakan kekalutan disana.

"Kamu tidak usah memikirkan apa yang sudah terjadi. Itu hanya akan membuat kesehatan mu menurun," lanjut Selena sembari menghampiri Jessica.

Jessica segera bangkit dari duduknya, merasa tak sopan jika diajak bicara dengan Selena yang berdiri sementara ia duduk santai. Apalagi jika melihat perlakuan orang yang mirip dengan Pangeran dan laki-laki botak kepada Selena, sepertinya Selena ini bukan orang biasa. Dia begitu dihormati dan disegani.

"Dan bagaimana keadaan tanganmu?" Selena kembali bertanya membuat Jessica kini mengalihkan pandangannya ke kedua tangannya yang tak lagi diperban.

"Sudah lebih membaik. Malahan sangat membaik. Luka-lukanya sangat cepat memudar," sahut Jessica. Dia merasa ada yang tak beres di tempat ini.

Kemarin, ia ditawari oleh Selena untuk mengobati luka di kedua tangannya. Anehnya, Selena hanya memberikan usapan lembut dan pagi ini luka itu dengan cepat membaik. Bahkan luka goresan sudah memudar.

Seringkali di dalam lamunannya, Jessica bertanya-tanya tentang siapa sosok di sampingnya itu? Kenapa dia terkesan memiliki kesaktian bisa menyembuhkan orang yang sedang sakit ataupun terluka. Bahkan Jeff saja dengan mudah dia obati hingga keadaannya kini sudah membaik walaupun belum sadarkan diri.

Selena tersenyum hangat. "Luka mu tak begitu parah. Karenanya dia bisa sembuh dengan cepat."

Selena tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Jessica. Hanya saja nalar Jessica belum bisa menerima apapun yang terjadi sehingga sulit juga untuknya menjelaskan.

"Terima kasih sudah mengobati luka saya," ucap Jessica seraya menyunggingkan senyum tipis.

Selena hanya mengangguk, kemudian meraih pundak Jessica sekilas. "Untuk beberapa hari ke depan, Kamu dan dua temanmu itu dititipkan di tempat ini. Semoga kalian nyaman disini, walaupun tidak ada atap yang melindungi Kalian dari cuaca panas ataupun hujan."

"Kenapa Kami harus dititipkan di tempat ini?" tanya Jessica seketika panik. Apa jangan-jangan orang yang mirip dengan Pangeran dan laki-laki botak itu menculik dan ingin menyakiti dirinya?

"Kamu jangan khawatir. Kami ingin melindungi Kalian karena situasi di luar sana sedang tidak berpihak pada keselamatan Kalian,"

Jessica menghembuskan napas lega mendengar penjelasan itu. Namun, dia jadi bertanya-tanya mengenai situasi yang Selena katakan. Apa maksudnya situasi buruk karena vampir yang mengincarnya? Tapi, Jeff dan Dinda juga bukankah vampir?

Ah, ya, Jessica sudah tahu tentang kebenaran itu. Itu semua berkat tekadnya sendiri.

Semalaman Jessica memaksa Dinda untuk mengatakan semua kebenaran. Tentang siapa mereka yang selalu saja mengincarnya dan apa itu darah suci?

Dinda awalnya menolak untuk berbicara, tapi setelah didesak oleh Jessica, gadis itu akhirnya menjelaskan semuanya.

"Jeff, Gue dan semua Keluarga Gue adalah vampir. Orang-orang yang mau bawa Lo juga adalah vampir. Satu Alasan Kami semua datang ke Kota ini adalah untuk mendapatkan gadis darah suci yang sudah terlahir kembali setelah Kami menunggu selama 700 tahun. Dan darah suci itu adalah Elo, Jess."

Jessica benar-benar tak bisa mempercayai perkataan Dinda pada saat itu. Ia berusaha menepis kebenaran yang sudah ada di depan matanya. Sepanjang malam dia berusaha menolak takdirnya yang ternyata terlahir sebagai gadis darah suci yang diincar oleh vampir.

Namun, sekeras apapun menolak, tetap saja Jessica tak bisa menolak apa yang sudah ditakdirkan untuk dirinya.

Bukan hanya itu, Dinda juga mengatakan tentang jati diri Pangeran yang sebenarnya. Walaupun Jessica tak meminta.

"Pangeran adalah manusia serigala. Dia berusaha untuk melindungi Lo dari Kami, bangsa vampir. Tapi, Lo gak perlu takut sama gue dan juga Jeff. Gue dan Jeff gak punya keinginan buat mengincar darah suci lo. Sebelumnya kami cuma menuruti perintah keluarga. Sekarang kami lebih memilih untuk berkhianat pada mereka dan menjaga lo,"

Entah bagaimana cara menjelaskan perasaan Jessica semalam ketika baru menyadari jika kebanyakan orang yang berada di dekatnya bukanlah manusia. Terlebih lagi Pangeran. Dia dan Pangeran sudah bersama sejak kecil. Tapi, bagaimana bisa dia tak mengetahui rahasia itu?

Jika saja Jessica tahu sejak awal, pasti dia akan menjauhi mereka. Karena mereka adalah makhluk buas yang suatu saat bisa menghabisi nyawanya.

Sejak saat itu pula Jessica meyakini bahwa orang yang selama ini ia anggap orang yang mirip dengan Pangeran, adalah Pangeran itu sendiri. Pangeran tidak pernah punya kembaran. Hanya saja laki-laki itu pandai memakai topeng saat berada di depannya.

"Apa yang sedang Kamu pikirkan, Jessica?" pertanyaan Selena membawa Jessica kembali dari dunia lamunannya. Ia mengerjap lalu menggelengkan kepala sebagai balasan dari pertanyaan Selena.

Selena kembali tersenyum hangat, tak ingin mendesak Jessica untuk menceritakan kegelisahan yang dirasakan kepada dirinya. Lagipula dia sadar diri bahwa dirinya dan Jessica baru bertemu hari kemarin. Tak akan mungkin Jessica dengan mudah berkeluh-kesah dengannya.

"Aku akan kembali sesaat lagi untuk membawakan sarapan untukmu," ucap Selena yang kemudian mengayunkan langkah menjauh dari Jessica hingga hilang dibalik pepohonan.

***

Apa yang diharapkan Louis dengan tidak sabar saat ini adalah menemukan Pangeran diantara anak-anak SMA yang berlalu lalang di pandangannya. Tubuhnya bersandar di badan mobil bersama Fita dan Stanley yang juga sedang menunggu manusia serigala itu.

Setelah cukup lama menunggu, terlihatlah orang yang sudah sedari tadi mereka tunggu dengan motor gedenya melewat lalu berhenti di samping mobil mereka.

Bergegas Louis menghampiri Pangeran diikuti oleh Fita dan Stanley. Dia menarik kasar kerah seragam laki-laki itu yang baru saja membuka helm dan memaksanya untuk turun dari motor.

"Heh, Lo apaan, sih!" Pangeran menyingkirkan genggaman tangan Louis di kerah seragamnya, memberikan tatapan tajam yang tak sedikitpun membuat lawannya gentar.

"Dimana Lo sembuyiin Jeff dan Dinda?" tanya Louis agresif.

"Gue gak tau dimana mereka," jawab Pangeran seadanya. Dia memang tidak tahu dimana Jeff dan Dinda dan juga ingin mencari mereka karena yakin Jessica pasti bersama dua Vampir itu.

"Sekali lagi gue tanya, dimana Lo sembuyiin Jeff dan Dinda?" Louis kembali bertanya. Kini nada bicaranya terdengar keras dan memaksa sehingga beberapa orang yang lewat melirik pertengkaran mereka.

Pangeran membalas lirikan orang-orang itu dengan tatapan nyalang, sehingga mereka langsung menunduk takut dan memilih untuk meninggalkan tempat pertengkaran antara dirinya dan Louis yang sebenarnya sangat ingin mereka saksikan. Setelah mereka berlalu, kembali-lah ia menatap Louis.

"Ngomong sama orang penuntut kayak Lo gak akan pernah selesai kapanpun sampai Lo dapatin jawaban yang Lo mau. Mau gue ngomong sejujur apapun, Lo gak akan percaya. Jadi, percuma gue ladenin elo." balas Pangeran kemudian berbalik hendak pergi. Sayangnya Louis tak membiarkannya begitu saja.

Louis menarik tangan Pangeran hingga laki-laki itu kembali berhadapan dengannya. Lalu, tanpa aba-aba ia melayangkan sebuah pukulan ke wajah Pangeran.

Pukulan cukup keras itu membuat kepala Pangeran menoleh ke kanan dengan tatapan yang terpaku karena tak menyangka jika Louis akan bersikap kurang ajar seperti ini padanya.

"Sekarang Lo jawab dengan jujur, dimana Lo sembuyiin Jeff sama Dinda!" Louis berteriak menuntut Pangeran untuk mengatakan keberadaan dimana kedua saudaranya berada.

Pangeran menoleh. Ia berusaha menahan diri agar tidak terbawa emosi. Jika tidak, bisa-bisa dia malah menghabisi Louis di tempat itu.

"Gue tegasin sekali lagi, ya, Louis! Gue gak tau dimana mereka!" balas Pangeran penuh penekanan. "Dan, satu hal yang harus Lo inget! Jangan pernah Lo bersikap kurang ajar lagi sama gue. Jangan lupa kalo gue adalah Pangeran Serigala dan bisa habisin Lo dengan tangan gue sendiri." Lanjutnya memperingati.

Louis dengan dadanya yang naik-turun penuh dengan emosi mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Pangeran yang seperti merendahkannya. Hampir saja Louis akan kembali memukul laki-laki itu jika saja Fita dan Stanley tidak menahannya.

"Stop, Louis! Jangan bikin kekacauan di sini!" bentak Fita yang tengah menahan tangan Louis yang memberontak.

"Ingat kita ada di Sekolah!" tambah Stanley.

"Nah, bener kata Stanley. Kita lagi di Sekolah. Kalo Lo mau, sehabis pulang Sekolah Kita bertarung di Hutan!" ujar Pangeran seakan menantang dan kembali membangkitkan ego Louis yang ingin memukul wajahnya lagi. Namun, ia tak peduli dan segera masuk ke Gedung Sekolah.

Louis berteriak frustrasi sembari menghentak tangan Fita dan Stanley yang menahan kedua tangannya hingga terlepas. "Kenapa Lo berdua nahan gue? Tuh manusia serigala harus gue hajar karena berani nantangin gue!"

"Louis, cukup! Tujuan kita nunggu Pangeran untuk tanya dimana keberadaan Jeff dan Dinda, bukan untuk berkelahi kayak tadi!" tukas Fita. Menghadapi Louis yang agresif malah membuatnya ikut emosi juga.

"Tapi dia gak mau ngasih tau dimana mereka!" balas Louis tak ingin kalah.

"Udah, lain kali biar gue yang tanya sama Pangeran. Seenggaknya gue gak emosian kayak elo," timpal Stanley lantas pergi tak ingin berlama-lama disana apalagi perkataannya pasti membuat Louis semakin marah.

Bersambung

Continue Reading

You'll Also Like

7.3K 418 34
ini cuma komik pendek yang saya terjemahankan sendiri dan beberapa gambar Luffy dan uta Mungkin juga ada gambar yang lain dan bisa saja rendem Hari...
1K 614 10
Haruskah aku bersyukur mendapat kehidupan kedua ini? Rara yang selalu mengalami kesialan dalam hidupnya terjebak dalam kisah romantis picisan karya...
18.7K 1.2K 20
Menceritakan perjuangan cinta uchiha sarada mendapatkan uzumaki boruto Bagaiman kisah cinta uchiha sarada? Yuk langsung saja baca cerita bertemakan r...
8.2K 524 43
bercerita tentang kisah cinta pemuda yang merupakan reinkarnasi dari ilalang