Senja Bersama Arkhana | END

By Shineeminka

225K 34.8K 5.2K

Ketika aku terus mengejar cintanya dia semakin menjauh dariku, namun ketika aku melepaskannya dan memilih unt... More

Prolog
Malam Minggu Kelabu
Patah Hati
Cinta dan Pernikahan
Terpesona?
Hari Lamaran
40 Hari
Pernikahan
Malam Pertama
Lantunan Ayat Suci Al Qur'an
Berubah
Pagi Yang Indah
Belajar Bersama
Kembali Dingin
Kecelakaan
Undangan Pernikahan
Buah Hati
Cemburu
Pelukan
Perpisahan
Hujan
Kelahiran Bayiku
Maryam
Tak Ada Kesempatan
Pernyataan Cinta
Benar-Benar Cinta
Doa Yang Terkabul
END

Jatuh Cinta

4.3K 766 104
By Shineeminka

Aku terbangun saat suara adzan subuh berkumandang. Cepat-cepat aku beranjak dari atas tempat tidur untuk mencari keberadaan Maryam.

Kemana Kak Arkhan membawa Maryam? Aku tak menemukan mereka di ruang keluarga, di ruang tamupun tidak ada.

"Jasmine." Bunda menghampiriku yang tengah kebingungan.

"Maryam ada dimana Bunda?" Tanyaku cepat.

"Ada di kamar Arkhan."

"Di kamar Kak Arkhan?"

"Iya, baru setengah jam yang lalu dia baru mau ditidurkan di atas tempat tidur."

"Apakah Kak Arkhan yang menggendongnya sepanjang malam?"

Bunda mengangguk.

Mataku membulat sempurna. "Kenapa Kak Arkhan tidak membangunkanku?"

Bunda membelai pundakku lembut. "Ia ingin menunaikan kewajibannya sebagai seorang ayah."

Aku terdiam. Ternyata ia mampu berperan menjadi ayah yang baik.

***

Pagi ini mentari bersinar dengan begitu cerah, beda dengan hari-hari sebelumnya yang selalu diliputi oleh awan mendung.

Setelah memandikan Maryam aku langsung membawanya ke taman belakang, di taman belakang ada ayunan kayu. Aku duduk disana sambil memangku Maryam.

"Kita berjemur yah sayang."

Maryam mengerjapkan matanya berulang kali tanda kalau retina matanya tak merasa nyaman dengan sinar matahari. Aku pun bergegas merubah posisinya, agar ia merasa lebih nyaman.

"Jasmine."

Aku menolehkan kepalaku, menatap ke arah Kak Arkhan yang baru saja memanggilku.

"Ada apa Kak?"

"Apa ada sesuatu hal yang kamu perlukan?"

Aku mengerutkan keningku. "Keperluan apa?"

"Apa saja." Kak Arkhan menjawab singkat.

"Tidak ada Kak." Jawabku akhirnya, semua keperluanku sudah dibelikan oleh Kak Oriana.

"Apa Maryam memerlukan sesuatu?" Kak Arkhan menatap lekat Maryam yang kini telah tertidur di atas pangkuanku.

"Tidak ada Kak."

Tak ada lagi kalimat yang diucapkan oleh Kak Arkhan, namun ia masih tetap berdiri di belakang ayunan yang kini tengah aku duduki.

"Kakak nggak ke rumah sakit?" Tanyaku memecah keheningan yang membuat suasana menjadi tak menyenangkan.

"Hari ini aku off."

"Oh.." hanya gumamman itu yang mampu keluar dari mulutku.

"Bolehkah aku menggendongnnya?"

Aku kembali menoleh ke arah Kak Arkhan. Hampir setiap malam bila ia sedang tidak tugas malam ialah yah akan menggendong Maryam sepanjang malam, dan tadi malam pun ia yang menggendong Maryam hingga subuh dan sekarang ia ingin kembali menggendong Maryam. Apa ia tidak merasa pegal?

Aku beranjak dari posisi dudukku. "Boleh Kak." Ucapku pada akhirnya.

"Terimakasih."

"Sama-sama." Aku kembali mendudukkan tubuhku di atas ayunan, sedangkan Kak Arkhan membawa Maryam ke dekat kolam ikan.

Aku memperperhatikan keduanya. Sebuah pemandangan yang awalnya kupikir tak akan pernah dapat kulihat.

Kak Arkhan menyayanginya, bahkan mungkin telah mencintainya, semuanya terlihat jelas dari caranya memandang Maryam. Cinta seorang ayah kepada putrinya.

***

"Apa tidak apa-apa kalau aqiqah Maryam dilaksanakan disini?" Tanya Bunda padaku saat kami tengah menonton televisi bersama.

"Tidak apa-apa Bunda." Jawabku.

"Benarkah?" Bunda tersenyum lebar. "Bagaimana kalau hari rabu kita melaksanakan aqiqahnya?"

"Iya Bunda."

"Kalau begitu Bunda akan menyuruh Arkhan untuk segera membeli domba."

"Kita mau masak sendiri Bunda? Kenapa tidak catering saja kan lebih efisien?"

"Bunda lebih suka masak sendiri, sekalian kumpul sama saudara." Terang Bunda dengan wajah sangat bahagia. Ia pun langsung menghubungi Kak Arkhan untuk segera membeli domba, menghubungi para saudara dan sahabat Bunda, meminta mereka untuk datang ke rumah esok, tak lupa Bunda pun meminta Ayah untuk mengundang para tetangga.

"Kapan acaranya?" Tanya Ayah yang baru bergabung bersama kami.

"Insya Allah hari rabu. Dua hari lagi." Jawab Bunda

"Sini biar kakek gendong." Maryam beralih ke dalam gendongan Ayah. "Udah bobo belum?" Tanya Ayah pada Maryam.

"Baru bangun, Kek." Jawabku.

"Oh baru bangun. Yuk kita main di teras." Ayah pun membawa Maryam duduk di teras. Sedangkan aku dan mama kembali membicarakan tentang rencana acara aqiqah Maryam.

"Kamu jagan lupa undang Tante Ayu sama keluarga yang lain yah."

"Iya Bunda."

***

Keesokan harinya semua saudara telah datang termasuk Tante Ayu. Kami semua langsung disibukkan dengan segala macam bahan-bahan makanan yang hendak kami olah untuk acara aqiqah besok termasuk daging domba yang baru saja disembelih.

Tante Ayu menghampiriku yang tengah menyusui Maryam di kamar. Banyak hal yang Tante Ayu tanyakan termasuk tentang kelanjutan hubunganku bersama Kak Arkhan.

"Tante kira kalian akan rujuk."

Dahiku berkerut.

"Kalian terlihat seperti masih suami istri."

"Tidak Tante. Aku tinggal disini cuma sementara. Insya Allah mungkin cuma sampai minggu depan saja." Terangku, mungkin Tante Ayu beranggapan demikian karena melihat Kak Arkhan yang sedari tadi pagi terus saja berada di dekatku, padahal bukan karena ia ingin terus berada di dekatku tapi karena ia ingin terus berada di dekat Maryam. Maryam benar-benar telah berhasil merebut hati Kak Arkhan. Dan Kak Arkhan benar-benar telah jatuh cinta pada Maryam.

"Bagaimana kalau kamu dan Maryam ikut tinggal bersama Tante di Bandung? Kalau semisalnya kamu ingin kembali kerja Tante bersedia menjaga Maryam."

Aku hanya tersenyum menimpali tawaran Tante Ayu, hal itupun yang telah ditawarkan oleh Bunda.

***

Acara aqiqah berjalan dengan lancar. Semua saudara, tetangga dan teman-teman hadir dalam acara tersebut.

Nadhira dan Nayyira berebut ingin mengambil alih Maryam dari gendongan Tante Aluna, namun tak ada yang berhasil karena Maryam sudah diambil alih oleh Kak Arkhan. Mereka berdua cemberut dan menatapku penuh mohon, berharap aku akan mengambil Maryam dan memberikan kepada salah satu diantara mereka.

"Sepertinya gunung es sudah mencair. Selama kita bersahabat baru hari ini aku melihatnya banyak menebarkan senyum," ucap Kak Oriana sambil mengarahkan pandangannya ke arah Kak Arkhan yang sedang mengobrol dengan Kak Orion dan Kak Maleo. Tak ketinggalan Maryam masih berada dalam gendongannya. Sesekali aku melihat Kak Arkhan menatap ke arah wajah Maryam sambil tersenyum.

"Bukan mencair lagi Kak tapi sudah meledak sampai hancur," celetuk Arsy menimpali ucapan Kak Oriana. "Kakak tahu nggak setiap hari setiap pulang kerja yang Kak Arkhan tanyakan pasti Kak Jasmine. Dimana Jasmine?"

"Benarkah?" Kak Oriana membulatkan matanya sambil menatapku dengan tatapan menyelidik. "Apa kalian akan rujuk?" Dan lagi-lagi pertanyaan itulah yang kudengar.

Aku menggeleng. "Yang Kak Arkhan cari sepuluang kerja bukan aku tapi Maryam." Ucapku mengoreksi kalimat Arsy.

"Kak Jasmine dan Maryam kan satu paket, jadi disaat Kak Arkhan rindu Maryam itu sama juga Kak Arkhan rindu Kak Jasmine. Iya kan, Kak?" Ucap Arsy membela diri dan meminta bantuan persetujuan akan kalimatnya pada Kak Oriana.

Kak Oriana memutar bola matanya malas. "Bedalah. Sayang anak belum tentu sayang istri."

"Masa?" Arsy menatap tak percaya. "Kak Arkhan sayang juga sama Kak Jasmine cuman dianya gengsi aja buat ngakuinnya."

"Sok tahu kamu," sahut Kak Oriana tak mempercayai ucapan Arsy begitupun denganku.

Pembicaraan mengenai Kak Arkhan terhenti saat yang memiliki nama datang menghampiri kami.

"Jasmine, sepertinya ia haus," Kak Arkhan menyerahkan Maryam yang menangis kepadaku.

"Tuh denger kalau kakakmu bener-bener sayang dia nggak akan manggil nama ke Jasmine tapi manggilnya sayang." Ucap Kak Oriana saat Kak Arkhan sudah kembali mengobrol dengan Kak Maleo dan Kak Orion.

"Kak Arkhan punya prinsip kuat, tidak boleh mengumbar kata-kata mesra di depan umum." Arsy masih berusaha membenarkan apa yang telah dia ucapkan, sedangkan aku memilih untuk ke kamar menyusui Maryam.

****

Malam telah tiba dan rumah kembali sepi, tak seramai kemarin dan tadi siang karena semua saudara telah pulang.

Aku hendak pergi ke dapur untuk mengambil minum namun urung saat indra pendengaranku secara tak sengaja mendengar obrolan Kak Arkhan dengan Bunda.

"Aku ingin kembali menikahi Jasmine."

Seketika jantungku berdetak dengan cepat.

Kak Arkhan ingin kembali menikahiku?

"Bunda tidak mengijinkanmu untuk kembali menikahi Jasmine."

T B C

Padalarang, 22 Djulhijjah 1444H


Continue Reading

You'll Also Like

685K 96.1K 75
Demi mendapatkan nilai memuaskan untuk tugas akhir, Alya Sahira mahasiswi dari fakultas perfilman memutuskan membuat film dokumenter tentang kehidupa...
1.3M 100K 33
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...
4M 29.9K 34
⚠️LAPAK CERITA 1821+ ⚠️ANAK KECIL JAUH-JAUH SANA! ⚠️NO COPY!
795K 19.7K 5
Shanum Shaquella Harun seorang mahasiswi tingkat akhir yang sedang sibuk dengan skripsinya. seorang gadis yang tidak suka berbaur, pendiam dan tertut...