Rembulan Yang Sirna

By Elmuro11

1.4M 108K 33.8K

Spiritual - Romansa Kisah seorang perempuan yang ditinggal nikah oleh laki-laki yang pernah menyuruhnya untu... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53

Chapter 33

25K 1.9K 719
By Elmuro11

Hai semuanya, aku kembali..

Makasih ya, kalian udah setia nunggu part selanjutnya

Jangan lupa VOTE + KOMEN

Target 1,6 Vote dan 2k Komen

Btw, ini 2200 kata lebih loh, biar kalian syenneng🤍

Kalau nyampe target aku up chapter selanjutnya ya



"Aku memang masih ragu dengan pilihanku, tapi aku tidak ragu dengan pilihan Rabb-ku. Aku yakin, laki-laki yang bersamaku adalah laki-laki yang namanya tertulis untuk menyempurnakan agamaku."

~Zalfa Anindira El-Malik~

"Takdir yang telah mempertemukan ku dengan kamu dan skenario-Nya yang telah menyatukanku untuk menghalalkanmu. Maka kamu adalah tanggung jawabku, setelah kalimat sakral itu terucapkan dari lisanku."

~Muhammad Zafran Athaillah Al-Kafy~

Di kamar, Zalfa menatap ke arah jendela dengan tatapan kosong. Ia masih tidak menyangka kalau beberapa jam lagi akan berpisah dengan lelaki yang beberapa hari lalu sudah sah menjadi suaminya.

"Indonesia dan Mesir adalah negara yang jaraknya cukup jauh," Ucap Zalfa bersamaan dengan air matanya yang menetes.

Ceklek

Zalfa segera menghapus air matanya, ketika mendengar suara knop pintu terbuka. Terdengar suara langkah kaki yang berjalan ke arahnya. Zalfa di buat kaget, ketika ada tangan kekar yang memeluknya dari belakang. Siapa lagi kalau bukan Zafran, suaminya. Di tambah dengan dagu Zafran yang di tempelkan di bahu Zalfa.

"Maaf," Lirih Zafran dengan mencium aroma tubuh Zalfa.

Zalfa terdiam, ia menyimpan kedua tangannya diatas tangan kekar milik suaminya yang sedang memeluknya. Beberapa detik setelah itu, Zalfa melepaskan tangan Zafran yang melingkar di perutnya.

"Barang-barang kakak udah di masukin semua?" Tanya Zalfa tersenyum ke arah Zafran.

"Maaf,"

Bukan jawaban yang di ucapkan Zafran melainkan kata maaf. Karena ia benar-benar merasa bersalah kepada istrinya.

"Dimana kopernya?" Setelah mengucapkan itu, Zalfa membulatkan matanya ketika Zafran kembali memeluknya. Tapi, kali ini Zafran memeluknya dari depan. Mendapat perlakuan seperti itu, Zalfa membalas pelukan Zafran.

"Maaf, saya tidak maksud untuk tidak menghargai kamu sebagai istri saya. Untuk sekarang, kamu jadi prioritas saya. Tanggung jawab saya,"

"Maaf, karena tadi malam saya tidak bisa menjelaskannya secara langsung ke kamu. Saya menjelaskan nya ketika kamu tertidur, karena saya tidak tega kalau harus membangunkan kamu,"

Hiks hiks hiks

"Tolong jangan bersikap seperti ini, saya tidak sanggup," Ucap Zafran dengan suara parau.

Zalfa tersenyum mendengar pengakuan Zafran. Ia pun melonggarkan pelukannya hingga tatapannya bertemu dengan manik mata coklat milik suaminya.

"Kenapa kakak nangis?" Tanya Zalfa, menghapus air mata Zafran dengan lembut.

"Maaf," Ucap Zafran dengan mencium tangan istrinya.

"Sa-ya eh a-ku tadinya mau ngasih tau kamu. Tapi tadi keburu ada Zoya, jadi saya belum sempat bicara sama kamu. Maaf," Ucap Zafran menundukkan kepalanya.

Entah keberanian dari mana, Zalfa menangkup wajah Zafran agar menatapnya. "Harusnya aku yang minta maaf, aku yang salah. Harusnya aku tadi denger dulu ucapan kakak. Pasti kakak nyesel ya, punya istri kayak aku? Pasti kakak juga nyesel ya ketemu sama perempuan kayak aku?" Tanya Zalfa dengan menurunkan bahunya.

Zafran menggelengkan kepalanya, menandakan ia tidak setuju dengan ucapan Zalfa.

"Dengar saya," Ucap Zafran, menangkup wajah Zalfa hingga tatapan mereka bertemu.

"Tidak ada penyesalan sedikitpun bagi saya setelah memilih kamu. Pertemuan kita bukanlah sebuah kebetulan, melainkan takdir yang telah Allah rencanakan."

"Paham?" Zalfa mengangguk mendengar pertanyaan Zafran.

Cup

Zafran mencium kening Zalfa, untuk kesekian kalinya. Tapi kali ini, Zafran mencium kening Zalfa dengan air mata yang sudah membasahi pipinya. Begitu pun dengan Zalfa, mendapat perlakuan seperti itu. Ia refleks memejamkan matanya, menikmati sentuhan dari Zafran yang mungkin beberapa bulan ke depan, ia tidak bisa merasakannya.

"Aku pasti rindu dengan perlakuan ini kak,"

Zafran tersenyum ketika mendapati Zalfa yang sedang memejamkan matanya.

"Kok masih nutup mata sih?" Tanya Zafran dengan nada menggoda.

"Apaan sih kak," Ucap Zalfa, dengan memukul dada Zafran. "Gak lucu!"

Zafran hanya tersenyum, ia menarik tangan Zalfa hingga berlabuh ke dalam pelukannya.

"Selama aku di Mesir, jangan pernah absen tidak menelpon. Dan jangan pernah absen tidak muroja'ah. Termasuk jangan pernah absen tidak memikirkan suami kamu yang ganteng ini,"

"Dih, itu sih so' ganteng," Ucap Zalfa dengan mengeratkan pelukannya.

"Jangan pernah terluka, Zalfa Anindira El-Malik. Humairah saya,"

"Ana uhibbuki fillah," Ucap Zafran dengan mengelus kepala Zalfa. Sekia detik kemudian, Zalfa melepaskan pelukannya.

"Makasih," Jawab Zalfa dengan memperlihatkan gigi rapihnya.

Mendengar jawaban Zalfa, membuat Zafran menarik hidung Zalfa gemas.

Aww

"Aku masih marah sama kakak, kalo kakak lupa," Ucap Zalfa dengan wajah kesal.

"Punya istri kok serasa punya bocil,"

***

Zalfa terdiam menatap wajahnya yang terlihat di cermin. Menatap seseorang yang ada di belakangnya tanpa menoleh ke arahnya. Zalfa membulatkan matanya ketika tangan kekar itu memeluknya dari belakang.

"Ka-kak," Ucap Zalfa mencoba melepaskan pelukan Zafran.

Tapi, Zafran menahannya. "Kenapa? masih marah? Hmm? "

"Eng-gak," Jawab Zalfa, melonggarkan pelukan Zafran dan membalikkan badannya agar berhadapan dengan suaminya.

"Aku mau ke rumah Amma dulu," Ucap Zalfa, menatap sendu ke arah Zafran.

"I-ya, nanti kita ke rumah Amma,"

"Tapi, saya ada perlu dengan si kembar boleh?" Tanya Zafran, mengelus kepala Zalfa yang terbalut hijab.

Zalfa mengangguk pelan. "Jangan lama,"

"Mau peluk?" Tawar Zafran dengan senyuman miring nya.

"Apaan sih kak," Jawab Zalfa dengan sorot mata sinis. Ia berjalan ke arah kasur dengan menghentak-hentakkan kakinya.

"Ish, kak Zafran gak tau apa. Kalo cewek bilang gitu artinya mau?" Batin Zalfa, melihat ke arah Zafran yang sudah pergi dari hadapannya.

"Aku takut kak," Lirih Zalfa, melihat ke arah pintu yang sudah tertutup.

Kini Zafran sudah berada di ruang kerjanya bersama Syarif dan juga Syamil. Raut wajah Zafran sangat gelisah ketika harus berbicara serius dengan adik kembarnya. Ekspresi yang di berikan Zafran saat ini sangat berbeda, sorot matanya memperlihatkan kekhawatiran.

"Syamil, kamu udah cari tahu dimana pak Nizam?"

"Udah bang," Jawab Syamil, membuka laptop seolah ingin menunjukkan sesuatu.

"Liat bang, pak Nizam dan keluarganya sudah ada di Mesir. Tepat dihari pernikahan abang dan kak Zalfa," Ucap Syamil, menunjukkan foto pak Nizam dan keluarga nya sedang makan di restoran dan di sana tertulis hari dan tanggalnya.

Zafran mengangguk, ia mengerutkan keningnya ketika melihat seorang perempuan yang ia kenali.

"Syafana," Ucap Zafran pelan namun masih terdengar.

"Bang, jangan bilang itu perempuan yang tadinya akan di jodohkan sama abang?" Tanya Syarif cepat dan penuh penekanan.

Zafran mengangguk. "I-ya, dia orangnya tepatnya putri sulung pak Nizam. Adik dari istri abang,"

"Kak Zalfa tau?" Tanya Syarif yang di jawab gelengan pelan dari Zafran sebagai jawabannya.

"Astaghfirullahal 'adziim," Ucap Syamil dan Syarif bersamaan.

"Terus, apa yang akan abang lakukan?" Tanya Syamil serius.

"Mencari tahu kebenaran yang sebenarnya. Karena belakangan ini, banyak orang yang sedang mengincar Zalfa. Tapi, abang belum tahu kenapa mereka mengejar istri abang. Sampai Zalfa pernah di kejar oleh orang yang tidak di kenal di Mesir," Jawab Zafran, menatap Syamil dengan tatapan takut.

"Apa mungkin mereka itu adalah musuh pak Nizam?" Tebak Syamil.

"Kalo benar musuh pak Nizam, bukannya gak ada yang tahu kalo kak Zalfa anaknya pak Nizam? Bahkan kak Zalfa di sembunyikan dari keluarga kakeknya. Bener gak bang?" Ucap Syarif.

Zafran mengangguk. "Bener,"

Syamil beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah Zafran yang terlihat khawatir.

"Tenang bang, in syaa allah kak Zalfa baik-baik aja," Ucap Syamil, merangkul bahu Zafran. "Bener gak Rif?" Lanjut Syamil.

"I-ya bang lo tenang aja, kita bakalan jagain kakak ipar. Termasuk dari sahabat kecil abang," Jawab Syarif.

"Sahabat kecil?" Tanya Zafran, mengerutkan keningnya.

"I-ya,"

"Maksud kamu siapa?"

"Itu loh bang, kak Fatim," Jawab Syarif antusias. Zafran mencoba mengingatnya.

"Kak kafi, mau gak kak Kafi janji sama aku?"

"Janji apa?"

"Kalo kita udah besar, kita pacaran dan nanti kita nikah,"

"Enggak,"

"Kenapa?"

"Kata ummi, pacaran itu haram dan kita masih kecil Fatim,"

"Yaah.. Ka-kak kan kita bisa langsung nikah!"

"Enggak Fatim, in syaa allah kita akan menemukan jodoh kita masing-masing,"

"Dan abang tahu, ternyata kak Fatim itu adalah sahabat almarhumah calon istri abang dulu," Lanjut Syarif.

Zafran membulatkan matanya ketika mendengar ucapan Syarif. "Astaghfirullahal 'adziim,"

"Beneran kamu?"

"I-ya bang, kemarin kita ketemu sama kak Fatim,"

"Dimana?" Tanya Zafran dengan nafas memburu.

"Di acara resepsi pernikahan abang beberapa hari lalu,"

"Astaghfirullahal 'adziim, Yaa allah ada apalagi ini?"

"Perasaan saya tidak mengundang dia,"

***

Sudah setengah jam, Zalfa menunggu Zafran di kamar tapi, suaminya itu tidak kunjung datang.

"Katanya sebentar, kok lama banget sih,"

Ceklek

"Assalamu'alaikum,"

Zalfa menengok ke arah suara. "Wa'alaikumussalaam," Jawab Zalfa dengan mumutar bola matanya malas.

Zafran menghampiri Zalfa yang duduk di bibir kasur. "Kok gitu sih jawabnya?"

"Katanya sebentar tapi kok lama banget? Kakak gak tau apa, aku tuh gak suka nunggu! Udah setengah jam lebih aku nunggu kakak! Kakak ngerti gak sih?"

Zafran hanya tersenyum melihat ekspresi istrinya yang sedang marah tapi wajahnya begitu menggemaskan.

"Kenapa kakak senyum-senyum? Emang keliatannya aku lagi ngelucu? Aku tuh marah kak? Marah? Bukannya lagi stand up?"

"Aku dari tadi udah rapih loh kak, nungguin kakak buat ke rumah Amma. Tadinya sebelum ke rumah Amma aku mau ke pantai sama kakak. Tapi aku keburu kesel sama kakak!"

"Apalagi kan kakak besok mau berangkat ke Mesir. Takutnya kakak juga cape,"

Zafran menatap intens selama Zalfa ngomel kepadanya. "Udah marahnya? Hmm?"

Zalfa mengangguk, seperdetik kemudian ia menutup wajahnya.

"Kakak, aku malu!"

"Hei, kenapa malu?" Tanya Zafran, berusaha melepaskan tangan Zalfa yang menutupi wajahnya sendiri.

"Kenapa kakak natapnya gitu?" Tanya Zalfa menatap Zafran dengan ekpresi yang membuat Zafran gemas.

"Eng-gak, lucu aja,"

Perlahan, Zafran menangkup wajah Zalfa.

Cup

Zafran mencium kening Zalfa, membuat Zalfa memejamkan matanya. Ia merasakan kehangatan yang di berikan suaminya.

Cup

Kemudian Zafran mencium mata, hidung terakhir ia menempelkan jempolnya ke bibir Zalfa. Namun, Zalfa menurunkan jempol Zafran sehingga Zafran mencium bibir Zalfa.

Cup

Kejadian itu hanya terjadi beberapa detik. Zafran membulatkan matanya ketika ia menyadari kalau ia mencium bibir istrinya lebih tepatnya mengecup singkat bibir istrinya.

"Maaf," Ucap Zafran meraih kedua tangan Zalfa.

"Kenapa minta maaf?" Tanya Zalfa, mengangkat dagu Zafran agar menatapnya.

"Aku memang masih ragu dengan pilihanku, tapi aku tidak ragu dengan pilihan Rabb-ku. Aku yakin, laki-laki yang bersamaku adalah laki-laki yang namanya tertulis untuk menyempurnakan agamaku." Ucap Zalfa dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Maaf, aku belum bisa jadi istri sepenuhnya untuk kakak dan aku belum bisa jadi istri yang baik buat kakak," Lanjut Zalfa dengan suara lirih.

Tanpa aba-aba, Zafran memeluknya erat. Ia mengelus kepala Zalfa sesekali mencium puncak kepala istrinya.

"Jangan ngomong lagi seperti itu, aku gak suka,"

"Kamu sudah melakukan yang terbaik untuk aku," Ucap Zafran dengan melepaskan pelukan nya agar berhadapan dengan istrinya.

"Takdir yang telah mempertemukan ku dengan kamu dan skenario-Nya yang telah menyatukanku untuk menghalalkanmu. Maka kamu adalah tanggung jawabku, setelah kalimat sakral itu terucapkan dari lisanku."

"Makasih, sudah menerima aku sebagai imam kamu," Lanjut Zafran tersenyum hangat ke arah istrinya. Keduanya saling tatap.

"Ciee ngomongnya udah mulai ngebiasain aku," Ledek Zalfa.

"Emang kenapa? Hmm?" Ucap Zafran terseyum manis ke arah Zalfa.

"Kok kamu ganteng sih kak," Ucap Zalfa tanpa sadar.

"Apa?" Tanya Zafran mendekatkan telinganya ke arah Zalfa.

"Kok saya kurang denger ya?"

Zalfa yang sadar dengan ucapannya pun langsung menggelengkan kepalanya.

"Jangan ge-er! Mak-sud a-ku-"

"Udah ah, katanya mau nganter aku ke rumah Amma,"

"Kok mukanya merah sih?" Goda Zafran.

"Ka-kak! Ayo udah siang," Teriak Zalfa yang kini sudah mengambil tas selempang nya.

"I-ya i-ya," Jawab Zafran tersenyum melihat tingkah istrinya.

"Kenapa gemas sekali istri saya?"

***

Di perjalanan, Zalfa fokus melihat jalan raya dari kaca jendela. Sedangkan Zafran fokus ke depan, sesekali ia melihat ke arah Zalfa dari ekor matanya. Tetapi jalan yang mereka lalui bukan jalan ke arah rumah Amma Maryam. Melainkan jalan ke arah pantai, membuat senyuman terbit dari wajah Zalfa. Ia melirik ke arah Zafran yang terlihat serius.

"Kenapa kak Zafran gak bilang kalo mau ke sini?" Batin Zalfa dengan menahan senyumnya.

Zalfa tidak berhenti tersenyum ketika ia melihat pantai dari kaca mobilnya.

"Maa Syaa Allah, indah banget," Ucap Zalfa takjub, melihat ke arah Zafran yang berekspresi datar.

"Kakak tau gak sih, aku suka banget pantai. Bahkan waktu di pantai Mesir aja, aku gak mau pulang. Saking aku sukanya dengan suasana pantai," Ucap Zalfa antusias.

"Kakak, rame banget ya," Lanjut Zalfa antusias, ia berharap ada respon dari suaminya. Namun ternyata ia salah, Zafran masih tetap diam dan tidak menatapnya.

"Kenapa sih, kak Zafran ini," Kesal Zalfa dengan mengerucutkan bibirnya.

"Tahan Zafran tahan! Jangan senyum!" Batin Zafran dengan susah payah menahan senyumnya.

Sesampainya di pantai, Zalfa mendadak jadi diam. Ia sangat kesal dengan Zafran yang mendiami nya selama di perjalanan tadi. Zalfa menatap ke arah pantai, melihat ombak yang beberapa saat mengunjungi pasir di daratan. Seperdetik kemudian, Zalfa di kejutkan dengan tangan seseorang yang menggenggam tangannya.

"Maa Syaa Allah, namanya juga pantai pasti rame," Ucap Zafran tiba-tiba.

"Kenapa jawabnya sekarang, kan aku nanya nya tadi," Ketus Zalfa, tanpa menoleh ke arah Zafran.

Zafran menarik tangan Zalfa agar berhadapan dengannya.

"Kenapa masih marah? Hmm?"

"Aku minta maaf, aku yang salah. Kamu tau, kalo dari tadi aku nahan senyum gara-gara ngeliatin tingkah kamu yang bikin saya gemas?"

Zalfa menahan senyumnya. "Gak usah gombal!"

Sorot mata Zafran berubah menjadi tajam, ketika ada seseorang menatap sinis ke arah Zalfa.

"Siapa orang itu?"

Brukk

"Astaghfirullah," Refleks Zalfa ketika ada anak kecil yang menabraknya.

"Maaf kak, aku gak sengaja!" Teriak anak kecil itu sebelum ia berlari dari hadapan Zalfa. Sedangkan Zafran menatap heran ke arah anak kecil itu sebelum akhirnya ia menatap istrinya khawatir.

"Kamu gak papa?" Tanya Zafran menyentuh lengan Zalfa.

"Enggak papa kak,"

"Yuk kita jalan-jalan di pesisir pantai kak, sebelum adzan asar loh," Ajak Zalfa , menautkan jari jemarinya di jari jemari milik suaminya.

Zafran tidak menjawab, ia sibuk dengan fikirannya sendiri.

"Apa orang itu yang mengikuti saya dari tadi?"

~Bersambung~

***

Assalamu'alaikum semuanya..

Gimana part ini seru gak? Full senyum kah?

Gemes gak sih liat pasutri ini? Apa kalian salbrut?

Jangan lupa dukung terus, Rembulan Yang Sirna ya

Chapter baru lebih seru lagi loh..

Biar aku cepet Up nya,jangan lupa VOTE+Komen

Spam Next👉

Harapan kalian dari double Z👉

Pesan untuk Author/Amma👉

Target 1,6 Vote dan 2k Komen

Jangan lupa follow

______________________________

Ahad, 4 Juni 2023

Continue Reading

You'll Also Like

2.4K 312 28
"Aku akan lalui semuanya, walau luka itu harus datang lagi dan lagi." "Arti nama kamu kekuatan bukan? Aku yakin kamu kuat, sesuai nama kamu. Buktinya...
2.3M 137K 25
"Menikahlah dengan Mas Adnan, Sa," ulang Dinda dengan pelan. "Kenapa aku harus menikah dengan suami dari sahabatku sendiri? Aku gak mau Din," jelas A...
330K 35.4K 31
"Ustad, kata Abah kapan nih datang ke rumah?" "Kapan-kapan." "Kapannya itu kapan, Ustad Ayang!!!" "Nanti kalau saya mau nikah, Saya datang ke rumah...
12.8K 73 1
🔥 COMING SOON 🔥 [DILARANG PLAGIAT! DILINDUNGI OLEH MALAIKAT YANG ADA DI KEDUA SISIMU!] Rose's Knight Mission #2