AydanAra [End] Completed✔️

Von hajiban

109K 2.8K 532

⚠️Segala bentuk plagiarisasi/komersialisasi karya cerita ini berhukum dosa, harap mengutamakan adab diatas se... Mehr

Sah
masih awal
rindu Ziraa
belanja
Teman Zira
pemberian yang dibuang
pertemuan haidar
kemarahan Aydan
teman posesif
Kehujanan
peduli?
nasihat
Ulang tahun Ara
kecewa
Amanah
Fakta baru
kejujuran Aydan
kepahitan
Menyerah
Menyerah (2)
Pergi
Hukuman
Ara?
Ucul
Pertemuan
Meminta kesempatan
Hilangnya perasaan
Kecemburuan Aydan
Menginap dirumah Fahrul
Sekamar
Baikan
Membuka lembaran baru
rencana pulang
kembali ke rumah
Mie Ayam ngga pake mie
Pregnant!!🖤
kekhawatiran Ara
End,
•Extra part
•INFO!!•

hak Aydan

2.9K 59 1
Von hajiban

Assalamualaikum
Apa kabar semuanyaa?
Maaf ya karena aku ghosting selama 2 mingguan.
Jujur aku lagi banyak praktikum minggu kemarin jadi ngga nulis dulu.
Makasii yaa, yang masih nungguin cerita ini. Happy reading gaisss🤍









🦋🦋🦋





"Mpuss..., Siniii!" Ujar Ara berjongkok memanggil kucingnya, ia baru saja selesai masak pagi dengan Bunda dan Ummahnya.

"Makan yaa, Ara udah izin kok sama Bunda." Tutur Ara sembari mengelus kepala kucing tersebut.

"Araaaaaa, makan dulu!" Panggil Bundanya dari meja makan, sementara Ara masih diluar dapur belakang.

"Iyaa Bun, bentar lagi!" Jawabnya yang didengar Bundanya.

"Udah ya mpus, Ara tinggal dulu." Setelah itu ia melenggang dan pergi menuju meja makan.

"Habis ngapain sih?" Tanya Fahrul yang sudah menunggu bersama keluarga lainnya termasuk Aydan yang tak pernah lepas memandang Ara.

"Itu barusan kasih makan kucing dulu, maaf ya semuanya jadi nunggu Ara." Ujarnya cengengesan sambil menempati tempat duduknya.

"Husst, nggapapa Ra!" Potong Ummah menegur pertanyaan Fahrul yang ia lontarkan pada Ara.

"Mari makan semuanya, sebelum itu berdo'a terlebih dahulu." Ucap Abi Hamzah yang diangguki semua yang ada dimeja makan, kemudian mereka memakan makanan yang sudah disajikan.

"Kak Aydan mau Ara ambilin yang mana?" Tanya Ara pada Aydan.

"Saya Ayam sama cumi itu Ra." Jawabnya yang diangguki Ara, Ara sudah tahu betul pasti Aydan akan memakan itu, karena ia sudah tahu makanan kesukaan suaminya.

"Makasi Ra." Ucap Aydan melihat piringnya yang sudah Ara letakkan dihadapannya, ia sudah tak sabar melahap makanan tersebut.

"Sama-sama." Senyumnya, kemudian Ara mengambil makanannya lalu duduk disebelah Aydan.

"Kakak dek!" Ujar Fahrul menyodorkan piringnya pada Ara.

"Kamu nih, orang adeknya udah punya suami juga! Sini Ummah yang ambilin." Perkataan Ummahnya mampu membuat Fahrul memanyunkan bibirnya, masak ke adeknya sendiri tidak boleh sih.

"Haha wlek!" Tertawa Ara mengejek ke arah Fahrul.

"Ish awas aja." Batin Fahrul kesal.

Setelah semuanya makan, kini mereka minum untuk melegakan makanan yang baru saja masuk, ditengah keheningan Fahrul berkata,

"Dan, disebelahmu masih kosong kan?" Tanyanya bersiap-siap menembakkan ucapannya.

Aydan dan Ara yang sedang minum kemudian menoleh kesebelahnya, memang kosong.

Lalu Ara melihat lagi pada Fahrul, seolah bertanya apa maksudnya, ia wanti-wanti dengan ucapan Fahrul selanjutnya, pasti Kakaknya ini berniat jahil.

"Hehe, kurang ponakan saya berarti, kapan jadinya?"

"Uhuk.. Uhuk!!" Aydan tersedak sampai terbatuk.

Ara membolakan matanya, apa-apaan Kakaknya ini. Ia lalu menyodorkan segelas air yang langsung diteguk habis oleh Aydan.

"Fahrul..Fahrul..sudah, tidak baik seperti itu." Tegur Abi Hamzah.

"Hehe, iya maaf Bi." Cengengesnya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Hal tersenyum mendapat tawa dari Ayah dan bunda Ara.

Kemudian Bunda dan Ayah Ara beranjak terlebih dahulu karena ada urusan penting.

Begitupun juga Abi Hamzah yang beranjak untuk menuju ke pesantrennya, sedangkan Ummahnya pergi ke dapur.

Fahrul masih belum merasa puas, ia masih menatap pasangan tersebut, hendak melayangkan ucapan lagi.

Ia bersiap-siap berdiri, kemudian berkata, "Yasudah, Kakak ke pesantren dulu ya nyusul Abi." Ara dan Aydan mengangguk, Ara masih sebal dengan ucapan Kakaknya barusan, bisa-bisanya berkata seperti itu dihadapan keluarganya, kan jadi malu.

"Eh iya, Dan-" ia berbalik badan lagi.

"Apa lagi?" Tanya Ara resah, kali ini pasti lebih parah.

"Cepet buat ya! Soalnya saya udah ngga sabar punya ponakan." Ujarnya yang mampu membuat pasangan tersebut lebih terkejut. Ia lalu bersiap-siap melarikan diri.

"KAK FAHRULLL!!" pekik Ara, yang hanya diiringi tawa Fahrul yang melarikan diri.

"Hehe, ngga usah didenger ucapan Kak Fahrul Kak, dia memang betul betul." Ucapnya pada Aydan menandakan sinting pada kelakuan Fahrul.

"Iya nggapapa, Lagian yang diucapkan Fahrul benar, jadi kapan buat?" Goda Aydan.

Ara menganga kan mulutnya tak percaya, apa maksudnya coba, benar-benar diluar nurul.

"Eh ee anu, Ara mau ke dapur duluan deh, Assalamualaikum." Ucapnya Ara segera melarikan diri, ia takut menjawab pertanyaan yang aneh tersebut.

Aydan yang ikut salting kemudian menampilkan senyum tipisnya, gemasss

°°°

Ara menemui Ummahnya yang ada di dapur, ia melihat Ummahnya yang sedang bersama mbak mbak ndalem yang membantu bantu di dapur.

"Eh, nak Ara, kenapa?" Tanya Ummah disela-sela melakukan kegiatannya.

"Nggak, mau nyamperin Ummah aja." Senyum Ara yang dibalas senyuman juga dengan Ummahnya.

"Mbak, ini sudah selesai, minta tolong di bawa ke pesantren nggeh!" Pintanya.

"Nggeh ummah." Jawab mereka serempak, lalu mereka meninggalkan dapur tersenyum, tersisalah Ummah dengan Ara saja.

"Nak, sini." Ucap Ummahnya menyuruh Ara mendekat. Ara beranjak kemudian mendekat ke arah Ummahnya.

"Iya ummah."

"Nak Ara sudah melakukan kewajiban seorang istri?" Tanya Ummah pelan.

"Kewajiban yang mana ummah?" Tanya Ara kembali mengerjapkan mata polosnya.

Ummah Zainab kemudian tersenyum, "Bunda belum kasih tau Ara?" Tanyanya.

"Udah, Bunda bilang kewajiban istri itu menghormati suaminya, patuh pada suaminya-"

"Yang selain itu nak."

"Ohh emm, belum ummah." Ara yang mulai mengerti pembahasan itu kemana kemudian menundukkan pandangannya.

"Kenapa?" Tanya Ummah lagi, lebih halus.

"Soalnya Kak Aydan ngga pernah bahas ini sama Ara." Jujurnya. Ummah Zainab kembali tersenyum mendengar kejujuran Ara, benar benar jujur.

"Yasudah nggapapa, tapi jangan nunggu suami Ara bahas dulu, tidak salah meminta terlebih dahulu kan." Ujar Ummahnya.

"Ihh, ummah Ara malu." Jawabnya menutup muka dengan kedua tangannya.

"Haha, udah besar anak ummah, ummah doain rumah tangga kalian selalu dilindungi oleh Allah ya nak." Ucapnya kemudian mencium pipi Ara kanan kiri.

"Iya ummah, aamiin makasiii." Sautnya tersenyum.

"Yaudah, kalau gitu ummah mau ke pesantren dulu ya, ada pengajian santri putri."

"Okee ummah, kalau gitu Ara mau siap-siap juga ya, nanti Ara nyusul." Ucapnya diangguki Ummah Zainab.

Kini tinggallah Ara ditempat itu, ia masih ragu mau kembali ke dalam, jadi ia masih memerlukan persiapan untuk ucapan-ucapan yang akan diucapkan nanti.

Setelah dirasa tenang, ia mulai menuju dan menyeretkan langkah kakinya kedalam rumah, namun keadaan sangat sepi, seperti hanya dirinya yang ada didalam rumah tersebut.

Ia pergi menuju kamarnya, mungkin Aydan pergi ke kamarnya setelah makan tadi pikir Ara.

"Assalamualaikum.." ucapnya lalu membuka pintu kamar mereka.

"Loh, nggaada orang." Kejutnya, kemudian ia memeriksa hpnya.

Kak Aydan~
"Ara, Saya nyusul Fahrul dulu ya, maaf hanya izin lewat wa."

Ara~
"Iya, nggapapa Kak."

Kemudian Ara menutup hpnya, saat ini ia sedang ingin bersiap-siap untuk menyusul ummahnya.

°°°

Sore harinya,

"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga pengajiannya, tapi kayanya mereka semua pulang nanti malam deh, kalau gitu Ara beres-beres aja disini." Ucapnya.

Kemudian ia membersihkan dari ruang tamu dan ruang tengah, untuk merapikan barang yang berantakan sampai hampir Maghrib

"Sudahh!" Gumamnya senang . "Eitss tunggu dulu, ini apaan nih?" Hentinya menatap tudung saji dihadapannya, seperti kenal dengan baunya.

Setelah ia buka ternyata ada sewadah nasi goreng yang sangat menggiurkan. Makanan tersebut biasanya memang disajikan untuk keluarga ndalem.

"Woww Ara sedang lapar, makan dulu aja kali ya." Ucapnya, kemudian ia mengambil satu piring dan mengambil nasi tersebut kedalam piringnya.

Ketika suapan pertama "Alhamdulillah, emm enak bangettt." Ucapnya lalu ia menghabiskan nasi dipiringnya sampai tak tersisa. Kemudian ia berniat bersih-bersih diri sekalian menunggu sholat Maghrib dan isya'.

"Assalamualaikum warahmatullah, assalamualaikum warahmatullah." Heningnya setelah sholat.

Ia melihat jam sudah menunjukkan pukul 19.30, semua keluarga ndalem belum pulang termasuk suaminya.

"Ara mau rebahan dulu aja deh, sambil nunggu Kak Aydan, lagipula Ara udah kenyang habis makan tadi." Ucapnya tak berniat keluar lagi dari kamar.

Memang disaat ada acara seperti ini bisa-bisa keluarga ndalem tidak pulang kerumahnya untuk menghargai keluarga pesantren lain yang datang diacara tersebut.

Tok tok!

"Assalamualaikum!" Datang Aydan lalu membuka pintu kamarnya, ia yakin Ara pasti sudah pulang sejak tadi.

"Astaghfirullah." Ucap Aydan mengelus dadanya tak sengaja melihat piyama Ara yang menyingkap ke atas.

Perasaan aneh muncul dihatinya, seperti sesuatu yang belum pernah Aydan rasakan, deru nafasnya berpacu.

Ara menggeliat pelan, merasa seseorang masuk kedalam kamarnya, ya benar ia ketiduran.

Setelah benar-benar sadar Ara membalikkan badannya, dan ia melihat Aydan yang masih diam didekat pintu menatap lekat pada dirinya.

Mulai mengikuti pandangan Aydan kemudian Ara melebarkan matanya dan segera menurunkan piyamanya, "Astaghfirullah.." Ucap Ara beristighfar.

Aydan mendekat ke arah Ara, ia masih tak melepaskan pandangannya.

"K-kak Aydan udah dateng dari tadi?" Tanyanya mengambil tangan Aydan untuk ia salimi.

"Baru saja." Jawab Aydan berusaha berpaling menghadap arah lain dalam hatinya senantiasa beristighfar.

Kemudian ia duduk dipinggir kasur guna menetralkan dirinya.

"Kesini sama Ayah Bunda,Abi Ummah, sama Kak Fahrul juga?" Sambung Ara bertanya lagi.

"Sendirian." Jawab Aydan, nadanya mulai memberat, tapi ia masih enggan melihat ke arah Ara dan terus memejamkan matanya.

"Kak Aydan kenapa?" Tanya Ara melihat aneh sikap dari Aydan.

Tak kunjung menjawab, Ara menyentuh pundak Aydan meminta jawaban.

Merasa tak kuat, Aydan lalu membalikkan badannya menghadap penuh pada Ara.
Matanya menatap lekat pada Ara seolah ingin berkata.

Ara mengerutkan dahinya, merasa tidak paham dengan Aydan.

"S-saya boleh meminta hak saya malam ini?" Ujarnya memberanikan diri bertanya pada Ara.

Ara yang sedikit terkejut hanya diam, bingung menjawab apa.

Merasa Ara tidak kunjung menjawab akhirnya Aydan berkata,
"Tidak papa kalau belum siap, jangan dipaksakan." Senyum Aydan mengelus pipi Ara, ia paham akan Ara.

Ara melihat tatapan Aydan, ia mulai yakin dengan keputusannya kali ini. Ara menahan tangan Aydan yang masih dipipinya, ia tersenyum seolah hendak berkata,

"B-boleh." Jawabnya pelan yang masih didengar Aydan.

"Beneran?" Tanya Aydan tak menyangka.
Ara mengangguk dan tersenyum menjawabnya.

Kemudian..

“Bismillah, Allahumma jannibnaassyyaithaana wa jannibi syaithoona maarazaqtanaa”.

Setelah itu hanya mereka dan Tuhan saja yang tahu.



bersambung..

Terimakasih yang sudah berkunjung ke cerita ini, jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya yaaa...

Gimana ceritanya?
Seru nggak?

Sampai disini dulu ya ceritanya, see you next part🖤🖤
babayyy~~
























Weiterlesen

Das wird dir gefallen

1M 91.2K 39
𝙏𝙪𝙣𝙚 𝙠𝙮𝙖 𝙠𝙖𝙧 𝙙𝙖𝙡𝙖 , 𝙈𝙖𝙧 𝙜𝙖𝙮𝙞 𝙢𝙖𝙞 𝙢𝙞𝙩 𝙜𝙖𝙮𝙞 𝙢𝙖𝙞 𝙃𝙤 𝙜𝙖𝙮𝙞 𝙢𝙖𝙞...... ♡ 𝙏𝙀𝙍𝙄 𝘿𝙀𝙀𝙒𝘼𝙉𝙄 ♡ Shashwat Rajva...
4.1M 88.2K 62
•[COMPLETED]• Book-1 of Costello series. Valentina is a free spirited bubbly girl who can sometimes be very annoyingly kind and sometimes just.. anno...
238K 7K 51
we young & turnt ho.
46.7K 3.1K 26
|ongoing| Ivana grew up alone. She was alone since the day she was born and she was sure she would also die alone. Without anyone by her side she str...