ESCAPE

By ItsMeChacacul

2.2M 96.3K 10K

[COMPLETED & PRIVATE} [WATCH THE TRAILER] ❝Buy her, sleep with her, and take her virginity.❝ Barbara was kidn... More

[Regards Warning]
ESCAPE | Prolog
ESCAPE | 1
ESCAPE | 2
ESCAPE | 3
ESCAPE | 4
ESCAPE | 5
ESCAPE | 6
ESCAPE | 7
ESCAPE | 8
ESCAPE | 9
ESCAPE | 10
ESCAPE | 11
ESCAPE | 12
ESCAPE | 13
ESCAPE | 14
ESCAPE | 15
ESCAPE | 16
ESCAPE | 17
ESCAPE | 18
ESCAPE | 19
ECSAPE | 20
ESCAPE | 21
ESCAPE | 22
ESCAPE | 23
ESCAPE | 25
ESCAPE | 26
ESCAPE | 27
ESCAPE | 28
ESCAPE | 28 (repost)
ESCAPE | 29
ESCAPE | 30 (Harry's POV Part 1)
ESCAPE | 31 (Harry's POV part 2)
EPILOG OF ESCAPE
ESCAPE | Extra Chapter 1
ESCAPE | EXTRA CHAPTER 2
Big Thanks
Another Story

ESCAPE | 24

49.6K 2.5K 431
By ItsMeChacacul

PANJANG BANGET CHAPTER INI!

Dedicated to all my lovely readers<3

***

Aku mengukir senyum tipis di wajahku untuk menanggapi perkataan Alonna. Seorang partner sex, tidak aneh jika Harry mempunyai partnex sex seperti Alonna yang mempunyai wajah cantik dan tubuh yang bagus. Tapi, Alonna adalah partner sex Harry yang sudah lama sekali tidak berhubungan. Aku terus menolak pikiranku yang terus menduga-duga jika aku hanya di jadikan partner sex oleh Harry.

"Ah tidak." Hanya dua kata itu yang keluar dari mulutku. Aku bingung harus berkata apalagi, faktanya aku sudah tau jika dulu Alonna dan Harry mempunyai suatu hubungan sudah membuatku cukup dan membuatku sedikit kecewa.

Alonna tiba-tiba tersenyum padaku. "Kalau begitu aku permisi duluan, senang berkenalan denganmu, Barbara." Ujarnya lalu menepuk pundakku dua kali.

Akhirnya aku sendirian sekarang.

Aku berbalik dan melihat pantulan wajahku yang terlihat sedikit lesu dan pucat di cermin. Menepuk pipiku agar tidak begitu terlihat lesu, kemudian mulai merias wajahku kembali yang luntur akibat di bilas dengan air. Untungnya aku selalu tidak lupa untuk membawa alat make up ku.

"Kurasa ini cukup." Kataku pelan lalu memasukkan alat make up ku ke dalam clutch.

Aku keluar dari toilet dengan sedikit terburu-buru dan langsung kembali ke tempat acara utama. Saat sampai, ternyata acara dansa telah di mulai. Beberapa pasangan tengah berdansa di hall utama, dan yang lainnya berpencar saling bercengkrama sambil menikmati hidangan.

Aku kembali ke mejaku yang sudah kosong dan menaruh clutch ku di atas meja. Meja yang aku tempati dengan keluarga Styles sudah kosong, pasti mereka tengah dengan urusan masing-masing.

"Kasihan sekali kau sendirian."

Aku langsung menengok ke samping saat mendengar suara itu. Luke tengah berdiri di sampingku sambil menyesap minumannya, dia melihat ke hall utama tempat acara dansa di laksanakan. Aku mengikuti arah pandangannya dan mataku sedikit penyipit melihat Harry yang tengah berdansa dengan seorang wanita. Ah, dia Cecilia.

"Kau tau, aku tidak mengenali orang-orang yang hadir di acara malam ini, Luke." Balas ku datar, lalu menyuruh satu pelayan menghampiriku untuk mengisi white wine gelasku yang kosong. "Kau juga kasihan, tidak ada wanita yang mau berdansa denganmu kan?" Kataku membalas ejekannya.

"Disini tidak ada wanita yang menarik, aku mempunyai kriteria wanita untuk menjadi kekasihku."

Mataku menatap ke sekeliling. "Alasan." Aku berkata pendek.

"Bagaimana jika kau berdansa denganku?" Tawar Luke sambil mengulurkan tangannya padaku. Dia kira aku akan menerima tawarannya untuk berdansa begitu saja?

Aku mengabaikan uluran tanganya. "Mengapa aku harus mau?" Tanya ku balik lalu bersidekap memandang Luke dengan tatapan remeh. Oh! Aku baru sekali melakukan ini pada Luke, dan aku merasa senang.

"Aku tidak ingin kita berdua di cap sebagai dua orang yang menyedihkan. Kau seharusnya lihat semua pria dan wanita muda yang datang malam ini sedang berdansa di hall."

Tanpa pikir panjang aku langsung menerima uluran tangan Luke. Ya, benar apa yang di katakan olehnya. Lagi pula aku ingin melihat Harry yang sedang berdansa dengan Cecilia. Aku terlihat seperti istri yang cemburu melihat suaminya dengan perempuan lain, padahal aku tidak tau kejelasan hubunganku dengan Harry.

Luke menarik tanganku secara paksa agar berjalan lebih cepat ke hall. Saat sampai di tengah-tengah hall dimana juga ada Harry dan Cecilia, kedua tangan Luke langsung berada di pinggulku, sedangkan kedua tanganku melingkar di lehernya. Terlihat dari ekor mataku, aku melihat Harry sama sekali tidak menunjukkan reaksi melihatku berdansa dengan Luke.

Luke berbisik di telingaku dengan jarak yang sangat dekat. "Mainkan peranmu dengan baik." Setelah itu Luke memberikan evil smirk nya padaku. Aku tahu apa yang di maksud olehnya.

"Apakah ini akan berhasil?" Tanya ku menatap Luke. Aku tidak terlalu yakin jika rencana ini akan berhasil, melihat Harry sama sekali tidak bereaksi.

"Ini baru awal, Barbara. Kita lihat nanti." Luke memperpendek jarak denganku sehingga badan kami berdua menempel. Aku melotot kepada Luke yang hanya di balas olehnya dengan tertawa kecil.

Mungkin penilaianku salah saat pertama kali melihat Luke. Tapi tetap saja membeli wanita dan mempekerjakannya sebagai pelacur bukanlah pekerjaan yang terpuji. Apakah orang tuanya tau pekerjaan Luke selama ini?

Alunan lagu semakin lama menjadi lebih lembut dan pelan. Aku dan Luke berdansa dengan serius, sampai-sampai mungkin orang-orang yang melihat kami berdua sebagai sepasang kekasih, acting Luke ternyata mahir. Kami berdua berdansa di tengah hall, sampai aku melihat ke samping kiri bahwa ada Harry dan Cecilia yang terlihat mesra berdansa. Cecilia menyenderkan kepalanya di dada Harry, oh shit.

Tiba-tiba semua orang yang berdansa di tengah hall langsung melepaskan pasangsan dansanya masing-masing dan berganti pasangan. Luke langsung melepaskanku dan menarik Cecilia, memaksanya untuk berdansa dengan Luke.

Aku kaget saat merasakan pinggulku di remas dan tidak sadar bahwa Harry yang menjadi pasangan dansaku sekarang. Kedua tangannya berada di pinggulku dan sedikit mencengramnya erat. Melihat kedua mata Harry yang terpaku pada kedua mataku dalam-dalam. Ada sesuatu yang ia ingin tunjukkan, aku melihat ke dalam matanya. Dingin dengan tatapan datar, tapi menunjukkan sisi emosionalnya. Aku mungkin terlalu jeli menilainya.

Kedua tanganku secara otomatis langsung melingkar di lehernya. "Katakan sesuatu, jangan menutup mulutmu, Harry." Kataku membuka pembicaraan. Menarik wajah Harry agar semakin dekat dengan wajahku.

Harry memejamkan matanya, lalu membukanya kembali beberapa detik kemudian. "Luke. Aku tidak suka melihatmu dekat dengannya."

Aku diam. Ingin mendengar kelanjutannya.

"Apalagi saat wajahmu dan wajahnya berdekatan, rasanya aku ingin meninji rahangnya. Tapi aku masih sadar diri aku ada dimana."

Rasanya aku ingin tersenyum mendengar perkataan Harry, tapi senyuman itu sama sekali tidak aku tunjukkan, aku masih diam dan kami berdua saling bertatapan. Aku masih ingin jawaban dari, hubungan kami berdua seperti apa. Tapi sepertinya aku harus menundanya dulu, melihat emosi Harry di kedua matanya.

"Katakan sesuatu, jangan menutup mulutmu, Barbara."

Lalu, kami berdua langsung tertawa bersama, entah karena dia mengulang kata-kataku mungkin. Aku tertawa sampai perutku melilit dan merasakan ada air mata di ujung mata kananku, sudah lama aku tidak tertawa lepas seperti ini. Kami berdua berdansa di tengah hall, lalu Harry menarik diriku agar lebih dekat dengannya, dan tanpa malu-malu aku langsung menyenderkan kepala ku di dada bidangnya dan memejamkan kedua mataku, menikmati kebersamaan kami.

Aku merasakan jantung Harry berdebar-debar, aku tersenyum akan hal itu. Aroma Harry yang menusuk hidungku memaksaku untuk lebih menghirup aroma tubuhnya yang membuat hormon tubuhku menggila.

Harry mengecup puncak kepalaku.

"Kita berdua berdansa di tengah dan merasa hanya ada kita berdua disini." Bisik Harry di telingaku. "Bukankah begitu, baby Barbara?" Setelah itu Harry tertawa kecil. Tawa yang terdengar sangat seksi di telingaku.

"Andai kita tidak disini, rasanya aku ingin menyetubuhimu sekarang."

Sontak kedua pipiku memerah karena perkataannya.

"Bagaimana jika ada yang mendengarnya, Harry?" Kataku dengan senyuman yang aku tunjukkan.

"Biarkan, aku tidak peduli."

***

Tak henti-hentinya tangan kanan terus mengelus pahaku. Apalagi saat tangannya menyusup masuk ke dalam bagian bawah gaunku dan meraba paha dalamku membuatku yang ingin menggelinjang harus menahannya, aku semakin basah. Sekarang semua orang tengah makan dan aku tidak ingin menunjukkan reaksi macam-macam karena tangan Harry yang tidak berhenti. Makanan Harry sudah habis beberapa menit yang lalu, sedangkan steak di piringku masih banyak. Untungnya kursi samping kananku kosong, entah kemana Luke.

Aku memasukkan potongan steak ke dalam mulutku secara perhalan dan menggigitnya dengan keras. Entahlah, sepertinya Harry ingin menyiksaku.

"Barbara, kau ingin tiggal lebih kama di rumah kami?" Tanya Des Styles sambil memakan makanannya. Dia menatapku.

Aku berusaha menjawab dan menelan ludah. "Ya.. ahh... Des, ter-tergantung... Egh... dengan Harry." Sialan, pasti suaraku terdengar seperti kucing tercekik.

"Aku sangat berharap kalian ingin tinggal lebih lama, Harry jarang tinggal lama di rumah karena pekerjaannya yang terlalu padat." Sekarang Anne yang berbicara. Aku hanya mengulas sebuah senyuman, takut jika aku bersuara lagi.

Tangan Harry makin nakal. Tangannya perlahan menarik-narik celanan dalamku yang sudah sangat basah ke bawah. Aku langsung melemparkan tatapan tajam padanya, tapi sepertinya sama sekali tidak peduli.

Aku menghabiskan dengan cepat beberapa potong steak yang masih ada di piringku. Kemudian aku meminum air putihku dalam sekali tegukkan. Dengan sengaja aku mendekatkan wajahku ke telinga Harry, aku tidak peduli jika orang-orang disini melihat tindakanku.

"Aku ingin kau juga merasakannya!" Bisikku dengan nada bergetar menahan gairah.

Aku yang tau bahwa kejantanannya sudah ereksi sedari tadi saat berdansa di hall, langsung saja aku meremas dengan sengaja kenjantanan Harry dengan tangan kiriku. Meremasnya lembut dari luar celana. Ku lihat Harry memejamkan matanya lalu membuka matanya kembali.

Remasan dan elusan. Kejantanannya semakin membesar dan aku tertawa kecil akan hal itu. Tapi bodohnya aku, tidak sadar saat jari-jari Harry sudah masuk ke dalam celana dalamku, walaupun benda yang sudah basah itu belum terlepas.

"Ahh... Eghh... Har...." Desahan itu keluar dari mulutku, dan aku langsung menggigit bibir bawahku menahan desahan yang ingin keluar lagi.

Aku menggenggam erat kejantanan Harry yang sudah tegang dari luar celananya.

Harry berbisik di telingaku. "Kau ingin membalas ku ya? Lebih baik kita mencari tempat yang lebih menyenangkan."

Harry mengeluarkan jari-jarinya dari intiku yang masih berdenyut mendamba. Kemudian aku melihatnya dia menjilat jari-jarinya yang berlumuran cairanku dan mengedipkan matanya. Kemudian, Harry berdiri dan otomatis tanganku sudah tidak di kejantanannya. Dia menarik tangan kiriku dan aku ikut berdiri.

"Kalian ingin kemana?" Tanya Anne ingin tahu saat kami berdua baru berjalan beberapa langkah.

"Urusan pribadi, mom." Jawab Harry. Sedangkan Anne menganggukkan kepalanya mengerti dan membiarkan kami berdua pergi.

Harry menarik tanganku dan berlari kecil sedikit pergi tempat lain jauh dari tempat acara. Dia membawaku ke dalam gedung hotel dan mendorongku masuk ke dalam lift. Di dalam lift hanya kami berdua. Intiku masih berdenyut mendamba. Aku butuh sentuhannya di setiap jengkal kulitku.

Harry memencet lantai paling atas, rooftop.

Ketengangan di antara kami berdua dengan gairah yang meluap-luap sangat terasa. Aku merasa gerah sekarang.

"Ini terlalu lama." Desis Harry pelan yang masih bisa ku dengar.

Harry langsung memencet tombol berhenti.

Tiba-tiba aku di dorong oleh Harry. Dada ku menempel pada pintu lift yang dingin membuat ku sedikit gemetar dan justru membuat gairahku bertambah gila. Dada bidang Harry menyentuh punggungku, membuatku merinding. Kedua tanganku berada di belakang dengan di cekal oleh Harry. Dia menghirup aromaku dalam-dalam. Sesuatu mengganjal di pinggulku. Besar, padat dan panjang.

Tanpa aba-aba Harry langsung mencium belakang telingaku dan menggigit daun telinga kananku membuat ku mendesah. Tangan kanannya tidak tinggal diam,

Harry langsung menyentakkan celana dalamku yang basah dan melemparkannya sembarangan. Dua jarinya masuk ke dalam intiku dan memijatnya membuatku menggelinjang ke-enakkan. Mulut Harry sudah berada di bahuku dan membuat beberapa kissmark, aku membuat jalan agar Harry lebih mudah mengeksplotasi leherku.

"Ahh... Harry... Ah-Ahh cepat masukkan!" Pekikku dengan masih terus mendesah. Kedua puting payudaraku meruncing membuatku tak tahan Harry untuk menyentuhnya.

Harry melepaskan cekalan tangannya pada kedua tanganku dan langsung membalikkan tubuhku agar berhadapan dengannya. Harry menurunkan kedua tali bahu di gaunku dengan cepat, kemudian dia meremas payudara kananku dengan keras membuat ku teriak. Kedua tanganku sudah bermain di rambutnya. Kami berdua berciuman dengan nafsu yang sudah di tahan sejak tadi. Harry bergantian meremas payudaraku membuatku mendesah keras sambil menyebutkan namanya.

"HA-HARRY!" Aku menyerukan namanya dengan keras saat aku mendaparkan orgasme pertamaku.

Harry membuka slereting celananya dan menurunkan boxer serta celana dalam yang di pakai dan membebaskan kejantanannya yang sudah tegang. Aku membuka kedua paha ku lebar-lebar dan Harry langsung memasukkan kejantanannya ke dalamku.

"Kau... masih sangat sempit... Oh... Barbara...." Desah Harry sambil menggigit puting payudaraku membuatku memekik.

Kami berdua langsung tersentak kaget saat ponsel Harry berbunyi. Tapi, Harry membiarkan ponselnya terus berbunyi dan melanjutkan aktifitas kami. Harry memaju-mundurkan kejantanannya ke dalam intiku, dan pinggulku mengikuti iramanya.

Aku juga tidak berhenti untuk menciumi leher Harry, aromanya membuat ku ketagihan.

"SEBENTAR LAGI, BABY!" Teriak Harry dan mempercepat temponya.

"Ahh...."

Kami berdua mendapatkan orgasme bersama. Keningku dan kening Harry menyatu, dia memejamkan matanya lalu melumat bibirku dengan lembut.

Ponsel milik Harry berdering kembali, akhirnya Harry mengambil ponsel dari saku celananya dan menggeser tombol.

"Iya, mom." Ujar Harry dengan suara parau. Ku tebak si penelfon adalah Anne.

"Hah... Hah... Ibumu?" Tanyaku dengan nafas tersengal-sengal. Harry hanya mengangguk dan memasukkan kenjantanannya yang menegang kembali.

"Kau lihat dia masih ingin di dalammu."

Kami mungkin butuh beberapa menit lagi untuk ronde ke dua.

***

Harry tidak melepaskan genggaman tangannya dariku. Beberapa menit yang lalu kami baru saja menyelesaikan aktifitas kami di lift. Untungnya tadi tidak ada orang yang curiga dengan lift hotel yang berhenti dan tidak ada tanda-tanda peringatan pertolongan. Repotnya, aku harus membenarkan gaunku, riasan dan rambutku yang berantakan, dan itu cukup membutuhkan waktu yang lama.

"Kita akan melaksanakan acara puncak yang kedua. Yaitu, saya akan mengambil tiga bola yang berisi nomor pelelang tamu wanita yang ada di dalam sini." Ujar si MC menujuk sebuah vas kaca bening besar yang berisi bola-bola putih kecil, "Kemudian, akan saya bacakan nomor pelelang dan yang nomor pelelangnya sama, harap untuk naik ke atas panggung."

Aku penasaran sekali siapa tiga orang wanita yang menurutku itu sangat tidak beruntung. Di lelang oleh seseorang yang tidak di kenal.

Harry menyikut lenganku, membuatku langsung menengok kepadanya. "Ambil nomormu." Perintahnya. Aku langsung mengambil clutchku dan mengambil nomor pelelang milikku.

Robin memasukkan tangannya ke dalam vas bening besar tersebut dan mengambil acak tiga bola. Dia meminta seorang wanita berambut pirang untuk membantunya memegang dua bola yang lain.

"Baiklah, nomor pertama 0242-0452-6392 Bagi yang mempunyai nomor tersebut harap naik ke atas panggung."

Jantungku berdebar keras mendengar angka-angka yang di sebutkan. Delapan angka pertama adalah nomorku, beruntungnya empat angka terakhir bukan nomorku yang di sebut.

Seorang wanita dalam balutan gaun berwarna silver berdiri dan naik ke atas panggung. Wajahnya familiar, aku sepertinya sering melihat di majalah-majalah favoritku. Dia Cara Delevingne, model internasional favoritku. Aku tidak menyangka bahwa aku akan melihatnya dengan kedua mataku secara langsung.

"Untuk nomor kedua adalah 7140-1537-0153 harap naik ke atas panggung segera."

Begitu kaget saat yang maju adalah Cecilia.

Dia mendekatkan wajahnya ke telinga Harry dan berbisik, bisikan yang menurutku terlalu keras.

"Jangan lupa tawar aku, Harry. Pasti setelah dinner kita akan mempunyai malam yang special." Setelah itu Cecilia langsung mengecup pipi kiri Harry, membuat amarahku langsung muncul ke ubun-ubun seketika.

Aku selalu sensitive jika Cecilia selalu di dekat Harry. Meskipun aku tahu mereka sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, tapi tetap saja tingkah Cecilia sangat menunjukkan sekali jika dia menyukai Harry. Ya, aku tahu dia adalah tipikal wanita yang pantang menyerah sebelum tujuan yang dia inginkan tercapai.

"Ini dia nomor terakhir... 0242-0452-5267 Baiklah bagi nomor pelelangnya telah di sebutkan, harap segera naik ke atas panggung!"

Harry segera merebut nomor pelelangku. "Ayo, cepat naik ke atas panggung, Barbara." Ujar Harry dengan nada menuntut. Aku hanya bisa menghelas nafas, tidak mungkin jika bukan aku yang maju.

Aku segera bangkit dari dudukku dan berjalan menuju panggung berada, kemudian naik ke atas panggung. Setelah tiba di atas panggung, tiba-tiba lampu tersorot padaku.

"Baiklah kita mulai penawarannya! Di buka dari US$ 1.000.00!" Teriak Robin dengan penuh semangat. Aku hanya bisa berdiri dengan gugup dengan di amati banyak pasang mata orang. "Di mulai dengan nona yang pertama!"

Satu persatu pria mulai berdiri dan berteriak menawarkan harga dengan cukup tinggi. Aku tidak suka dengan situasi seperti ini. Beberapa pria melihatku dengan tatapan yang membuatku ingin mencolok kedua matanya, terlebih lagi ada dua pria yang menjilat bibir bawahnya sambil kedua matanya mengamatiku dari atas sampai bawah. Sangat menijikan!

"Baiklah! Nona pertama terlelang dengan harga US$ 25.000.00! Selamat untuk pria yang berdiri di pojok."

Cara turun dari panggung dengan di sambut dengan pria yang sudah membelinya dengan harga lumayan. Aku tahu kata-kata membeli sangat tidak etis, tapi aku tidak tahu kata yang lain. Pria itu mengecup punggung tangan Cara, pria yang senyum menawan dan kesan player terlihat cukup jelas pada wajahnya.

"Untuk nona kedua sudah bisa kita mulai!"

Ternyata banyak sekali pria yang menawar Cecilia dengan harga tinggi. Dia cantik, menawan, anggun dan dari keluarga kolongmerat, semua orang pasti tahu tentang dia.

Mataku sedikit menajam melihat Harry yang berdiri. Dia mengangkat tangannya kemudian berteriak.

"US$ 35.000.00 untuknya!" Teriak Harry dengan lantang.

"Gila!" Umpatku pelan.

Aku menunggu seseorang untuk berteriak menawarkan harga untuk Cecilia yang lebih tinggi dari Harry. Aku tidak mau jika Harry harus dinner dengan Cecilia, dan kata-kata Cecilia yang tadi dia ucapkan akan benar-benar terjadi.

"Tawar US$ 50.000.00!" Seorang pria dengan rambut pirang bermata biru terang berjalan ke depan panggung dan bersidekap. Mata birunya itu sangat indah.

Kulihat Cecilia yang berdiri di sampingku sedikit kecewa ada pria lain yang menawarnya dengan harga yang lebih tinggi dari harga yang di tawarkan oleh Harry. Lega sekali.

"Tidak ada yang ingin menawarkan dengan harga yang lebih tinggi lagi?" Ujar Robin berbicara dengan pengeras suaranya. "Baiklah! Nona kedua terjual oleh pria yang berdiri di depan panggung."

Tiba-tiba mataku melotot melihat pria berambut pirang bermata biru itu naik ke atas panggung dan langsung menggendong Cecilia dengan gaya bridal. Agresif sekali!

"Nona yang terakhir kita sepertinya sudah di tunggu-tunggu." Ujar Robin sambil terkekeh melihatku lalu melihat ke depan. "Woah! Para pria sudah siap berdiri rupanya. Baiklah kita mulai penawarannya!"

Suara pria-pria bersahutan dengan meneriaki masing-masing harga yang mereka tawarkan. Rasanya aku ingin menggigit jariku melihat Harry yang duduk di kursinya sambil memainkan ponselnya.

Apa dia tidak ingin menawarku?!

"Mewakili Mr. Tomlinson! Dia menawarkan US$ 150.000.00!" Seorang pria paling belakang berteriak sambil masih ada ponsel yang masih ada di telinga kirinya.

Aku sedikit menganga saat dia mengucapkan nama itu.

Louis Tomlinson. Kenapa aku harus mendengar namanya lagi?!

Harry sama sekali belum bangkit dari duduknya dan masih menatap penuh minat pada layar ponselnya, dan itu membuatku sedikit dongkol. Tidak bisa di bayangkan jika aku di tawar oleh Louis dan kami akan dinner berdua, bisa-bisa aku langsung di terkam kembali olehnya.

"Tidak ada yang ingin menawar lebih tinggi dari harga yang di tawarkan oleh Mr. Tomlinson yang misterius itu?" Tanya Robin sambil mengedarkan pandangannya.

Aku memejamkan mataku. Melihat bayangan, hanya imajinasiku yang melempar sebelah Louboutinku ke wajah Harry.

"Baiklah jika beg—"

"Tawar US$ 500.000.00!"

Mataku yang terpejam langsung terbuka saat mendengar suara itu.

*

*

*

HI SIAPA YANG NUNGGU LAMA? Akhirnya UKK selesai :3 dan mau naik kelas 12!

Yesh akhirnya Chapter 24 kelar dengan 3000 words haha.

Chaca lagi bikin cerita baru series yaitu.... PMS (Pervert Mini Series)

Harry – Passion With You

Liam – My Sexy Boss

Niall – Bitchy Girl & Innocent Boy

Louis – Pervert Man

Pilih ya yang mau di post duluan, Cuma 5-10 Chapter, tapi 1 Chapter bisa sampai 2000 words, jadi bukan short HAHAHA.

Jangan Lupa Vomments kalian buat yang pengen ff ini sampai selesai<3

500+ Votes?

Thank you, Chaca{}

Continue Reading

You'll Also Like

6.1M 266K 68
EROTIC MATURE (21+) Niatnya hanya bersenang-senang tapi malah menyiksa diri. Dia, perempuan yang kupilih secara acak, hanya untuk semalam, menjadi mi...
735K 24.6K 9
"Lihat saja kau Joyce, aku akan membuat hidupmu menderita karena sudah menolak cintaku" -Radito Dimitri- "Teganya kau Radit, kau menghancurkan hidup...
2.4M 65.8K 27
(CERITA INI TELAH DI TERBITKAN. INFORMASI ORDER NOVEL SILAKAN DM INSTAGRAM: @shalshaee atau bisa order melalui Shopee) *** Kiara pikir lowongan kerj...
75.8K 6.9K 50
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...