AydanAra [End] Completed✔️

By hajiban

109K 2.8K 532

⚠️Segala bentuk plagiarisasi/komersialisasi karya cerita ini berhukum dosa, harap mengutamakan adab diatas se... More

Sah
masih awal
rindu Ziraa
belanja
Teman Zira
pemberian yang dibuang
pertemuan haidar
kemarahan Aydan
teman posesif
Kehujanan
peduli?
nasihat
Ulang tahun Ara
kecewa
Amanah
Fakta baru
kejujuran Aydan
kepahitan
Menyerah
Menyerah (2)
Pergi
Hukuman
Ara?
Ucul
Pertemuan
Meminta kesempatan
Hilangnya perasaan
Kecemburuan Aydan
Menginap dirumah Fahrul
Sekamar
Membuka lembaran baru
hak Aydan
rencana pulang
kembali ke rumah
Mie Ayam ngga pake mie
Pregnant!!🖤
kekhawatiran Ara
End,
•Extra part
•INFO!!•

Baikan

2.7K 79 1
By hajiban

Assalamualaikum

-

-

-

"Disaat semua perempuan ingin dicintai, aku hanya ingin ketenangan dari segala hal yang membuatku patah."

Ara Zahira As-Syifa







🦋🦋🦋

"Kak, bangun." Ara membangunkan Aydan saat adzan subuh sudah berkumandang.

Padahal ia sudah menunggu sampai Aydan bangun sendiri namun ia tidak melihat tanda-tanda Aydan akan bangun, jadi ia memutuskan untuk membangunkannya.

"Kak Aydan, sudah subuh, bangun!" Ucapnya lagi namun tidak ada respon pergerakan apapun dari Aydan.

Ara memberanikan diri untuk menyentuh Aydan lalu menggoncang lengannya,
"Kak Ay- Astaghfirullah!" Kagetnya saat merasakan suhu panas di tubuh Aydan.

Aydan sedikit terbangun saat Ara menyentuhnya, bahkan ia tak mendengar apa-apa.

Setelah mengembalikan kesadarannya Aydan membuka matanya dengan sempurna walaupun terasa berat.

"Maaf, Saya ngga dengar apa-apa." Ucapnya hendak duduk. Ara hanya mengangguk walau dalam ekspresi khawatir.

"Kalau begitu saya keluar dulu." Sambungnya hendak berdiri dan meninggalkan kamar Ara.

"Nggapapa?" Tanya Ara menyusul dari belakang melihat jalan Aydan tertatih.

Belum ada beberapa langkah, Aydan ambruk dan pingsan ditempat.

Ara yang berada dibelakangnya belum siap, akhirnya ia tak kuat menahan tubuh Aydan dan ia terduduk dilantai sedangkan Aydan terbaring lemah hanya kepala yang Ara sanggah di kakinya.

"Astaghfirullah Kak, bangun Kak!" Ucapnya menepuk pipi Aydan. Wajah Aydan semakin pucat membuat Ara mengeluarkan air matanya.

"Kak Fahrul! Kak Fahrul!" Panggil Ara karena kamar Fahrul disebelah kamar mereka, lagipula ini subuh pasti Fahrul sudah bangun.

Mendengar teriakan dari Ara, Fahrul segela keluar dan membuka pintu kamar Ara.

"Ya Allah dek, kenapa ini?" Tanyanya gupuh.

Ara menangis dan menjawab "Nggatau, tiba-tiba pingsan."

Fahrul membantu Ara mengangkat Aydan ke kasur, ia membopong tubuh Aydan berdua.

"Badannya panas sekali, segera bawa ke rumah sakit aja, disini Kakak ngga punya persediaan obat demam dek." Ucap Fahrul pada Ara.

"Yaudah kalau gitu Ara panggil Ayah dulu untuk siapin mobil."

"Eh jangan, kamu disini aja, Kakak yang akan ngomong sama ayah, biar sekalian Kakak yang siapin mobilnya." Cegah Fahrul.

Ara mengangguk, namun ekspresinya tetap cemas melihat keadaan Aydan.

Sesampainya di rumah sakit, Aydan langsung ditangani pihak rumah sakit, sementara Regan menghubungi Tyo selaku Papa Aydan.

"Sebentar lagi saya kirim alamat rumah sakitnya, Wassalamu'alaikum." Ucap Regan di tengah komunikasi dengan Tyo.

"Gimana katanya Ayah?" Tanya Ara masih menangis.

"Sebentar lagi mereka pasti kesini, ayah sudah hubungi papa kamu."

"Maafin Ara ayah, pasti Kak Aydan seperti ini gara-gara Ara, Ara nakal, Ara jahat sama suami Ara sendiri." Tangisnya menunduk mengadu pada Regan.

"Cup cup.. sini." Ucap Regan Ara sambil memeluknya.

"Nggapapa nak, sudah jangan nangis, pasti dia baik-baik saja." Tutur Regan menenangkan.

Fahrul dan Bunda Zarin kemudian datang, tadi mereka membeli sarapan pagi terlebih dahulu di kantin dan membawakannya untuk Regan dan Ara.

"Adek kenapa yah?" Tanya Fahrul melihat Ara yang dipelukan ayahnya di kursi tunggu.

"Nggapapa, Ara hanya merasa bersalah sama Aydan." Jawab Regan.

"Memangnya kenapa sih tadi malam? Katanya dia menginap beberapa hari dikamar Fahrul, kenapa bisa dikamar Ara? Kalian sudah baikan memangnya?" Sambung Regan bertanya.

Fahrul yang paham kemudian menyuruh Zarin duduk dan ia ikut duduk, hendak menjelaskan semuanya.

"Jadi gini yah, maaf sebelumnya Fahrul memang mengizinkan suami adek untuk tinggal dirumah yaitu dikamar Fahrul, tapi semalam Fahrul menyuruh Aydan pindah ke kamar sebelah yaitu kamar adek, kebetulan ada Abi saat Fahrul berbicara seperti itu, jadi Abi juga menyuruhnya karena tidak tau kalau mereka belum baikan, setelah itu Fahrul tidak tahu kejadian selanjutnya seperti apa, jadi memang yang salah Fahrul yah, Fahrul minta maaf." Ujar Fahrul mengaku pada Regan.

"Sebenarnya Kak Aydan tidak mau masuk ke kamar Ara yah, begitupun juga Ara, tapi semalam ada Ummah dan Abi hingga Ara tidak enak jika menunjukkan ketidak akuran rumah tangga Ara didepan mereka, jadi Ara mengizinkannya masuk ke kamar lalu Ara membiarkan Kak Aydan tidur di sofa, Ara juga salah, Ara minta maaf." Potong Ara sambil menunduk.

Regan dan Zarin kemudian mengangguk-ngangguk, mereka sudah paham masalahnya seperti apa.

"Dek, sini Bunda mau bicara." Tutur Zarin mengelus punggung Ara, kemudian Ara membalikkan badannya dan memperbaiki posisinya menghadap penuh pada bundanya.

"Bunda tau adek masih marah sama Aydan, mungkin adek juga terlanjur sakit hati, tapi inget kalau dia masih suami adek, sebagaimana seorang istri harus patuh dan hormat pada suaminya, bunda tau dia juga berjuang saat ini untuk kembali lagi bersama kamu, kalau memang adek yakin tidak ada perasaan apa-apa lagi jelaskan padanya kalau adek tidak mau, tidak boleh seperti ini ya, jangan hukum suamimu seperti ini ya." Jelas Zarin memegang tangan Ara sambil mengelusnya pelan.

Ara yang mendapat perkataan seperti itu langsung meneteskan air matanya, ia sadar tidak seharusnya bersikap seperti itu, "Iya Bun, ara minta maaf, ara ngga bisa jadi istri yang baik, Ara istri yang durhaka sama suami." Tuturnya.

"Heyy.. ngga kok, anak bunda bukan istri yang durhaka, adek seperti ini karena belum paham mangkanya bunda jelasin,ya. Memangnya adek mau kalau Aydan pulang dan tidak memperjuangkan adek lagi?" Ara menggeleng sebagai jawabannya.

Zarin tersenyum lalu menghapus air mata Ara, "Yasudah kalau begitu maafkan ya, ikhlaskan apa yang sudah terjadi, insyaAllah akan baik kedepannya." Ara mengangguk dan ikut tersenyum.

Begitupun Regan dan Fahrul yang hanya mengamati keduanya, mereka tersenyum melihat kehangatan antara ibu dan anaknya.

°°°

"Assalamualaikum." Dari kejauhan Tyo datang bersama Nadin.

"Waalaikumussalam." Jawab semua orang disitu lalu berdiri menyambut mereka.

Ara menyalimi kedua tangan mertuanya, "Aydan masih didalam Tyo." Ucap Regan.

Tyo mengangguk "Iya Gan" Jawabnya tenang tak merasa cemas.

Nadin bercipika cipiki dengan Zarin, walaupun ekspresi Zarin masih terlihat cemas namun berbeda dengan Nadin, ia berekspresi biasa saja, padahal anaknya sedang ditangani didalam.

"Ma, Ara minta maaf." Ujar Ara meminta maaf.

"Tidakpapa nak, jangan merasa bersalah, dia pasti baik-baik saja, mama tau itu." Jawab Nadin mengelus lengan Ara menenangkan.

"Pasti semalem dia tidur di sofa, mangkanya demam kaya gitu, anak itu dari dulu tidak pernah berubah." Senyum Nadin mencairkan suasana.

"Memangnya kenapa kalau Aydan tidur disofa Din?" Tanya Zarin penasaran.

"Dari dulu Aydan paling ga bisa tidur disofa, entah kenapa setiap kali tidur disofa badannya menjadi sangat panas." Jawab Nadin diangguki semua orang.

"Maafin Ara Pah Mah, Ara biarin Kak Aydan tidur disofa tadi malam." Tutur Ara menunduk.

"Sudah, Tidakpapa nak." Saut Tyo diangguki Nadin.

"Bahkan Ara nggatau kalau suami Ara ga bisa tidur disofa, pasti Kak Aydan sungkan tadi malam mau bilang sama Ara." Gumamnya.

Cklek!!

Pintu ruangan Aydan terbuka, dokter yang memeriksanya kemudian keluar dari ruangan tersebut.

Ara langsung berdiri dan menghampiri dokter tersebut, "Bagaimana keadaan suami saya dok?"

"Keadaannya baik-baik saja, hanya saja pasien belum sadar, kita tunggu sampai dia siuman, tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Jawab dokter tersebut.

"Alhamdulillah syukurlah, terimakasih dok." Saut Ara merasa lega.

"Sama-sama, kalau begitu saya permisi." Ujar dokter tersebut diangguki Ara.

Nadin tersenyum melihat kekhawatiran Ara, pasti Ara sangat mencintai putranya pikirnya.

"Dek, suaminya baik-baik saja to, kalau begitu mari makan dulu!" Ucap Fahrul menyuruh Ara makan terlebih dahulu.

"Ara tidak lapar Kak, nanti saja." Saut Ara masih mengincang-ngincang jendela ruangan Aydan.

"sebentar lagi pasti Aydan siuman ra, ayo makan dulu nanti takut kamu sakit." Bujuk bundanya yang terus disetujui Ara.

Siangnya, hanya Ara yang didalam ruangan tersebut, semua keluarga dan mertuanya pulang terlebih dahulu, ia yang ingin menjaga Aydan sementara yang lain ia suruh istirahat karena memang Aydan Tidakpapa.

Aydan ngerjapkan matanya, ia mulai sadar dan merasa tangannya sedang digenggam, ia lalu menoleh kesebelah terkejut mendapati Ara yang tertidur duduk disebelahnya sambil memegang tangan Aydan.

Aydan tersenyum, ia tak ingin kejadian seperti ini cepat berlalu karena ia tahu pasti saat Ara bangun ia tidak akan melihat perhatian Ara lagi padanya.

"Bahkan saat tidur kamu terlihat sangat cantik Ra, kenapa dari dulu saya tidak pernah tidur menghadap kamu sambil menikmati pemandangan ini, rasanyaa tidak ingin kamu pergi.." batinnya terus memandangi Ara.

Melihat Ara yang terusik dan hendak membuka matanya, Aydan langsung berpura-pura menutup matanya.

"Masih sedikit panas." Ucapnya setelah bangun dari tidurnya lalu mengecek dahi Aydan.

"Kak Aydan, bangun! Maafin Ara yaa, Ara jahat biarin Kak Aydan tidur disofa, soalnya Ara nggatau kalo Kak Aydan ngga bisa tidur disofa." Ujarnya lembut tetap mengelus tangan Aydan, ia mengerucutkan bibirnya melihat Aydan yang tak kunjung sadar.

"Saya maafin Ra, kamu ngga salah, tapi saya tidak yakin kamu akan tetap seperti ini saat saya sudah bangun."

"Kak Aydan marah ngga ya kalo Ara pegang gini, Ara kan takut ke gep." Lirihnya masih terdengar Aydan, Aydan sebisa mungkin menahan senyumnya.

"Udah ah, takut bangun beneran." Monolognya menaruh pelan tangan Aydan melepaskan genggamannya.

Saat hendak berbalik, Aydan menarik tangan Ara, Ara yang tak siap lalu terkejut spontan menjatuhkan tangannya di dada Aydan.

"Astaghfirullah."

Aydan kemudian membuka matanya sembari tersenyum menatap wajah Ara yang persis berhadapan dengannya hanya beberapa jengkal.

Ara membulatkan matanya melihat Aydan, ia buru-buru mengangkat tangannya dan berusaha memperbaiki mimik wajahnya.

"Saya ngga marah Ra, kamu pegang seperti ini saya tidak akan marah." Ucap Aydan mengambil tangan Ara.

"Eh emm, bukan seperti itu maksudnya Kak, t-"

"Seperti apa? Seperti ini?" Saut Aydan meletakkan tangan Ara didadanya.

"Tidak, bukan!" Tolak Ara menarik tangannya hingga tak sengaja membuat kepala Aydan terbentur besi dibrankarnya.

"Aww." Rintih Aydan memegang kepalanya.

"Astaghfirullah.. Astaghfirullah, maaf kak, Ara ngga sengaja." Tutur Ara langsung mengecek kepala Aydan.

"Tidak, saya tidak akan memaafkan kamu." Tolak Aydan tapi tidak dengan nada tinggi.

Ara yang melihatnya kemudian berkaca-kaca hendak mengeluarkan air matanya, namun Aydan langsung berkata , "Saya tidak akan memaafkan kamu kalau kamu tidak ingin baikan dengan saya, tolong maafin saya Ra, saya ngga kuat kalau kamu cuekin seperti ini, saya cinta sama kamu, saya mohon, kembalilah bersama saya, saya-"

"Suttt." Ujar Ara menaruh telunjuknya di depan mulut Aydan.

"Kak Aydan daritadi bicara terus, sekarang Ara yang bicara." Potongnya berusaha tegas namun Dimata Aydan tetap seperti kucing yang mengamuk.

"Kalau Ara tidak ingin kembali bersama Kak Aydan untuk apa Ara disini? Hm?"

Aydan yang memerhatikan dengan seksama dan mencoba mencerna ucapan Ara akhirnya tersenyum lebar.

"Beneran Ra? Kamu beneran mau baikan dengan saya?" Tanya Aydan memastikan yang diangguki Ara sambil tersenyum.

"Alhamdulillah." Sautnya hendak memeluk Ara namun segera di cegah.

"Eitttss, enak aja main meluk-meluk, ada syaratnya tapi." Ujar Ara.

"Syaratnya apa sayang?" Kata Aydan berhasil membuat pipi Ara bak kepiting rebus.

"Isss apaan sih!" Ucap Ara menahan saltingnya.

"MasyaAllah kenapa jadi seperti ini pipinya Ra?" Tanya Aydan menahan senyumnya, Ara langsung menutup wajahnya tak kuat, ia berharap pipinya kembali seperti semula.

"Udah ah, Ara mau ngasih syarat kalau Ara mau kembali sama Kak Aydan kalau Aydan mau berubah dan ngga kaya kemarin-kemarin lagi." Tuturnya yang diangguki langsung oleh Aydan.

"Janji?" Ucapnya menunjukkan jari kelingkingnya.

"Saya janji sayang, sini." Saut Aydan menyambut hari Ara lalu memeluknya setelah itu.

"Makasih Ra, kamu sudah memberi kesempatan pada saya." Ucapnya mengeratkan pelukannya.

"Sama-sama." Senyumnya mengelus punggung Aydan.

"Terimakasih, Engkau sudah mengembalikan Ara saya..." Batinnya bersyukur.





bersambung...


Terimakasih yang sudah berkunjung ke cerita ini, jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya 🖤🖤

Makasii yang masih stay dan nungguin setiap part-nya, love you all~~ babayyy
















Continue Reading

You'll Also Like

Lucent By ads ¡¡

Teen Fiction

182K 4.2K 18
lucent (adj); softly bright or radiant ✿ ✿ ✿ My brother's hand traces the cut on my right cheek for some minutes. I have no idea how a cut can b...
91.2K 324 13
As the title says
48.5K 1K 54
not you're average mafia brothers and sister story.. This is the story of Natasha Clark, an assassin, mafia boss, and most of all the long lost siste...
239K 7K 51
we young & turnt ho.