Syahdan ✓

By SkiaLingga

758K 123K 24.2K

Sebagai seseorang dengan kekuatan supernatural, Ametys tentunya sudah terbiasa dengan beberapa hal mistis yan... More

PEMBUKA
1. Legenda Batu Pengantin (a)
1. (b)
1. (c)
1. (d)
2. Karma Berjalan (a)
2. (b)
3. Ganjaran Kebaikan (a)
3. (b)
3. (c)
3. (d)
4. Pemanggul Karma (a)
4. (b)
4. (c)
5. Keberuntungan yang Menguap (a)
5. (b)
5. (c)
6. Menemukan Bintang yang Hilang (a)
6. (b)
6. (c)
7. Kutilang Emas Bersuara Merdu (a)
7. (b)
7. (c)
7. (d)
8. Yang Baik Bernasib Buruk (a)
8. (b)
8. (c)
9. Jangan Membandingkan Hujan di Awan dengan Kotoran dalam Lumpur (a)
9. (b)
9. (c)
10. Setiap Manusia Mengharap Surga yang Berbeda (a)
10. (b)
10. (c)
11. Musuh dari Masa Lalu (a)
11. (b)
11. (c)
12. Mereka yang Pergi Lebih Mengharap Senyum daripada Air Mata (a)
12. (b)
12. (c)
12. (d)
13. Janji Berutang Janji (a)
13. (b)
13. (c)
14. Seperti Pasir yang Terlepas dari Genggaman (a)
14. (b)
14. (c)
15. Mengambil Kembali Takdir yang Seharusnya (a)
15. (b)
15. (c)
16. Sebuah Nama Berarti Harapan Untuk Pemiliknya (a)
16. (b)
16. (c)
17. Kasih Sepanjang Masa dan Benci Sepanjang Hayat (a)
17. (b)
17. (c)
18. Sesal Itu Terkubur di Masa Lalu (a)
18. (b)
18. (c)
19. Kehancuran Akan Selalu Menjadi Akhir Kejayaan (a)
19. (b)
19. (c)

2. (c)

12.6K 2K 214
By SkiaLingga

Masih ada seminggu lagi sebelum waktunya untuk memulai masa orientasi, Ametys sama sekali tidak khawatir. Beberapa syarat sebelumnya sudah dilengkapi via online, termasuk biaya pendaftaran ulang. Adapun berkas tersisa yang harus diserahkan dalam bentuk cetak, akan dilakukan tiga hari sebelum jadwal masuk.

Jadi keesokan harinya, Ametys keluar untuk sarapan sambil menyinggahi bank dan mencairkan beberapa uang. Memikirkan rencananya di masa depan, Ametys juga membeli ponsel baru. Setelah itu, dia pergi berkeliling untuk menghafal jalan dan mengamati sekitar.

Tanpa diduga, Ametys telah melihat dua toko yang jelas-jelas mengiklankan jasa meramal dan paranormal, bahkan ada tulisan kecil di bawah pamplet yang menyebutkan apa saja yang bisa mereka lakukan, mulai dari; menanam susuk kecantikan, mengobati penyakit, membuka aura atau bahkan meramal jodoh.

Ametys berpikir, benar atau tidaknya tentang kemampuan orang yang membuka toko tersebut, sepertinya bisnis ini cukup diterima dengan baik di kalangan masyarakat karena toko itu masih berdiri tegak, jadi bisa dipastikan belum ada yang mengusulkan pembakaran.

Tentu saja Ametys belum tahu bahwa dibandingkan kota kecil seperti kampung halamannya, kepercayaan orang-orang yang hidup di kota besar terhadap hal metafisika tidak kalah sama sekali. Dengan pola pikir yang masih dipengaruhi oleh ajaran lama para tetua, banyak orang yang tumbuh dengan kepercayaan terhadap hal yang gaib.

Bahkan, para klien dari kota-kota besar lebih murah hati saat memberikan bayaran pada paranormal yang mereka temui. Sehingga orang dengan kemampuan kecil pun berani membuka usaha dan bisa hidup dengan nyaman jika mereka bertemu dengan pelanggan yang mudah dibodohi.

Namun, Ametys sebenarnya tidak terlalu terkejut. Mungkin dia tidak pernah melihat yang membuka toko pribadi seperti ini, tapi bukankah banyak orang di media sosial yang mengklaim diri mereka sebagai paranormal dan sering kali membuat sensasi. Meskipun beberapa masyarakat akan berkata tidak percaya, tapi pasar hal metafisika ini masih tetap diminati. Tidak hanya paranormal itu menjadi terkenal, bahkan pundi-pundi mereka meningkat drastis dengan diundang ke berbagai acara hanya untuk memprediksi kehidupan seorang publik figur.

Menjelang siang, Ametys yang lapar memutuskan mencari sesuatu untuk dimakan. Suhu kota itu sangat panas, tapi untungnya banyak pohon yang ditanam baik di pinggir jalan maupun taman kota sehingga pemandangannya tetap asri dan tidak menyengat mata. Mengikuti petunjuk yang dia temukan di internet, Ametys akhirnya sampai di sebuah jalan yang khusus menjual berbagai hidangan baik yang cepat saji atau makanan khas kota setempat.

Pemilik tempat makan yang melihat Ametys berdiri di depan tokonya menebak gadis itu mungkin orang baru dan mengira dia malu untuk singgah, jadi dengan keramahan profesional, pemilik toko akan menawarinya masuk. Namun, Ametys hanya menggeleng setelah melihat beberapa saat sebelum pergi dari sana.

Itu terus berlanjut sampai empat tempat makan lagi, sebelum akhirnya Ametys berdiri di depan warung sederhana yang tampaknya lebih mirip rumah pribadi. Sambil menatap sekeliling, Ametys masuk ke warung dan dipersilakan memilih sendiri hidangan yang dia inginkan. Dia sangat terkejut karena harganya yang murah, bahkan dibandingkan kota kecil di kabupaten tempat dia tinggal, ini masih jauh lebih terjangkau.

Setelah akhirnya berjuang mencari tempat makan yang tidak menggunakan 'penglaris' jahat, Ametys tidak membuang waktu lagi dan hanya fokus pada makanannya dengan serius. Sampai kemudian dia merasakan aura kuat yang aneh dari arah lain. Gadis itu menoleh, lantas melihat seorang pria berpakaian bagus dengan model sederhana duduk sambil menahan ponsel di sebelah telinganya.

Aura di sekeliling pria itu sangat buruk dan merupakan sesuatu yang membawa ketidakberuntungan, tapi Ametys bisa melihat hanya dalam sekilas bahwa karma tersebut bukanlah milik orang itu.

Ada dua jenis karma yang akan dibawa seseorang dalam hidupnya. Pertama; itu adalah karma orang itu sendiri yang bisa disebabkan oleh beberapa hal. Bagi mereka yang percaya dengan adanya kehidupan masa lalu, mereka akan mengatakan bahwa itu adalah akibat dari perbuatan di kehidupan sebelumnya, padahal sebenarnya itu adalah akibat dari perbuatan di kehidupan ini sehingga karma datang padanya.

Adapun yang kedua; itu adalah karma yang muncul akibat garis keturunan. Misalnya, sepasang orang tua telah melakukan perbuatan yang buruk sehingga keturunannya akan dikutuk sejak lahir, yang mana karma ini akan mengikuti generasi selanjutnya. Beberapa orang mungkin tidak percaya tentang hal ini, tapi itu benar adanya.

Jika tidak, kenapa lagi ada istilah; 'Tuhan mungkin tidak menghukummu, tapi anak-cucumu yang akan mendapat karma atas perbuatanmu'. Ini karena dosa memang ditanggung oleh pembuatnya, tapi karma bisa mempengaruhi orang-orang di sekitar mereka.

Namun, apa yang melekat di tubuh pria itu jelas adalah jenis yang terakhir, berasal dari leluhurnya dan itu masih sesuatu yang sangat kuat. Ametys tidak tahu apakah harus kagum melihat lelaki itu bisa hidup sampai begitu dewasa sambil membawa karma yang begitu buruk, atau ngeri ketika memikirkan apa yang telah dilakukan nenek moyang orang itu hingga karmanya sangat berat.

"Apa kali ini?"

Samar-samar Ametys mendengar pria itu berbicara. Suaranya rendah, tapi bukan jenis feminin dan genit. Itu lebih seperti pihak lain memiliki kepribadian yang lembut dan ramah.

"Itu baik-baik saja saat diluncurkan dua tahun lalu, kenapa tiba-tiba?" Pria itu terdiam sejenak, sebelum berkata lagi, "Aku tahu, awasi situasinya dan kabari aku segera."

Orang itu menghela napas dan tanpa melanjutkan makannya yang masih menyisakan lebih dari setengah hidangan, ia bangkit.

Ketika orang itu berbalik, Ametys diam-diam melihat sekali lagi dan mendapati bahwa pihak lain memiliki wajah yang tampan dan tubuh tinggi dengan kakinya yang panjang. Itu adalah jenis ketampanan yang akan membuat seseorang menatap lekat, dengan mata lembut dan sudut bibir yang melengkung alami seolah ia selalu tersenyum.

Pria itu tampaknya merasakan tatapan seseorang, dan berbalik. Ia melihat seorang gadis muda dengan mata besar sedang memandangnya. Menyadari jika tatapan gadis itu adalah sesuatu yang bukan jenis menggoda atau penuh rayuan, ia tidak merasa terganggu.

Ametys sedikit kaget karena pria itu benar-benar tersenyum kecil padanya, sebelum kemudian berjalan pergi. "Benar-benar jiwa yang kuat, bisa menahan udara buruk setebal itu," gumamnya kagum. "Tidak ada bedanya dengan karma berjalan."

Selesai makan, Ametys pergi ke area komersial dengan bantuan penunjuk arah di ponselnya untuk menemukan toko barang elektronik. Ametys sudah memikirkannya, karena dia tidak pandai memasak dan terutama agak gugup ketika harus memasang gas kompor, Ametys memutuskan untuk membeli kompor listrik portabel. Tentu saja, tidak lupa beberapa alat elektronik lain seperti televisi 19 inch, setrika, penanak nasi, kipas angin dan beberapa hal lain.

Staf toko mungkin tahu Ametys adalah mahasiswa yang merantau ke kota tersebut karena ia cukup berpengalaman menangani pembeli seperti ini, jadi ia berkata bahwa mereka juga menyediakan alat-alat keperluan dapur di sebelah. Alhasil, Ametys membeli beberapa hal lagi seperti ketel, panci, piring, gelas dan setengah lusin sendok makan. Entah staf itu memang perhatian atau itu adalah metode pemasaran mereka, ia dengan baik hati mengingatkan Ametys untuk membeli beberapa hal lagi yang memang diperlukan.

Untungnya Ametys punya cukup tabungan, ditambah dia juga mendapatkan bayaran dari Fares dan Haura dalam jumlah banyak. Lagi pula, hal-hal seperti ini bisa dipakai dalam waktu lama, justru akan repot jika tidak ada. Staf toko juga menyediakan layanan antar ke rumah, jadi itu sangat nyaman sehingga Ametys langsung memberikan nomor ponsel dan alamatnya.

Kemudian, Ametys pergi ke pasar. Dia membeli sekardus mie instan, bubur kemasan, telur, susu dan tentu saja, beras. Tidak ketinggalan beberapa bumbu yang bisa disimpan lama, dan juga bahan mentah. Ada kulkas di kos, jadi Ametys tidak khawatir itu akan rusak dengan cepat.

"Akhirnya aku sampai pada ujian hidup ini," ujar Ametys ketika melihat kardus mie instan di dekat kakinya.

Tidak lama kemudian, taksi online yang dipesan tiba. Meskipun ada angkutan lain yang lebih murah, tapi Ametys sengaja memesan mobil karena dia tahu itu akan segera hujan. Lagi pula, itu sangat nyaman untuk membawa banyak barang.

Setengah perjalanan, hujan benar-benar turun. Melalui jendela mobil, Ametys melihat beberapa orang di pinggir jalan berlarian untuk menghindari basah, jelas tidak siap bahwa hujan akan turun di tengah hari yang cerah.

Sopir mobil itu tiba-tiba berkata, "Siaran prediksi cuaca belakangan ini benar-benar tidak bisa dipercaya. Sudah berapa kali mereka salah?" Pria dengan kepala setengah botak itu mengintip melalui spion dan melihat bahwa gadis penumpang mobilnya tersenyum kecil. "Sedang dalam suasana hati yang baik, Mbak?"

Ametys memalingkan kepalanya sedikit. "Tidak buruk," jawabnya.

Sopir itu berpikir mungkin penumpangnya adalah salah satu dari sedikit orang aneh yang akan menemukan inspirasi saat hujan, jadi ia berkata, "Itu bagus. Jangan biarkan hujan seperti ini mempengaruhi suasana hati."

Tanpa diduga, Ametys masih bersedia menanggapi. "Hujan justru membawa banyak berkah ke dunia, kenapa harus merasa buruk?"

"Ah?" Sopir itu tidak tahu harus bagaimana menanggapi. Ia teringat bahwa di masa lalu orang tuanya juga mengatakan hal seperti ini, tapi ia merasa itu hanya ucapan orang tua zaman dulu yang masih diragukan kebenarannya. Apalagi, bukankah hujan sebenarnya memang agak merepotkan? Memikirkan ini, ia bertanya, "Jika hujannya terlalu deras, bukankah sungai akan meluap dan menyebabkan banjir?"

Ametys mengetuk jarinya ke jendela dan menjawab dengan ringan, "Bukan hujan yang menyebabkannya, tapi manusia."

Manusia membuang sampah sembarangan di sungai sehingga menyebabkan parit dan saluran air tersumbat, menebang pohon sesuka hati dan melakukan banyak kerusakan sehingga tanah menjadi longgar dan kekurangan daya serap. Tentu saja ketika hujan deras turun, itu bisa membawa masalah. Pada akhirnya, bukankah manusia sendiri yang mengundang bencana itu?

Beberapa saat kemudian, Ametys bertanya lagi, "Apakah uang itu berkah?"

"Tentu saja," jawab sopir itu tanpa pikir panjang. "Uang dibutuhkan untuk nafkah, karena itu perlu dicari."

"Jika seseorang menyimpang uangnya di tempat yang aman, itu akan menjadi berkah. Tetapi, jika seseorang memamerkan uangnya di depan orang lain dan kemudian ia dirampok, apakah uang itu masih berkah?" balas Ametys ringan.

Sopir itu agak terkejut dengan perbandingannya, tapi anehnya ia tidak bisa membantah. Pada akhirnya, ini kembali lagi ke perbuatan manusia tersebut. Jika seseorang diam ketika dia memiliki sesuatu, maka itu akan menjadi hal baik, akan tetapi saat sengaja dipamerkan di depan orang lain, bukankah itu akan mengundang kecemburuan dan masalah?

"Nona, kamu masih muda, tapi bisa menjelaskannya dengan cara yang bijaksana." Sopir itu tidak bisa tidak memuji. Bagus sekali bahwa dalam percakapan biasa seperti ini ia bisa mendapat nasihat tambahan. Jadi itu sangat mudah untuk mengubah sapaan 'mbak' yang santai menjadi 'nona' yang sopan.

"Tidak," bantah Ametys. "Aku hanya menyampaikan apa yang sebenarnya."

Sopir itu tidak lagi mengganggu Ametys, lantas menyalakan radio yang kebetulan sedang memutar musik ringan yang menyenangkan.

Ketika mereka tiba di tempat tujuan, Ametys membayar tagihannya dan sopir tersebut baru saja akan bertanya apakah yang lain butuh bantuan, saat Ametys sudah pergi menjauh dengan barang-barangnya yang entah bagaimana bisa diangkut sekaligus.

* * * * *

Hari berlalu dengan cepat dan itu sudah waktunya melapor ke universitas untuk mendapatkan kartu pelajar dan beberapa hal lain.

Selama kurun waktu ini, Ametys sudah melihat beberapa penghuni indekos. Meskipun semua orang saling sapa dan tersenyum sopan, tapi tidak ada yang berinisiatif ingin berteman dekat satu sama lain, kecuali mereka memang sudah kenal sejak lama seperti dua penghuni yang tinggal di kamar nomor 1 dan 2.

Kemudian pada hari Kamis tiga hari kemudian, kegiatan orientasi studi dan perkenalan kampus pun dimulai. Berhubung beberapa tahun yang lalu metode orientasi studi yang melibatkan kegiatan 'mempermalukan' mahasiswa baru dengan dalih melatih mental dianggap tidak bermanfaat dan terlalu merendahkan nilai pendidikan, metode orientasi ini akhirnya diubah. Banyak universitas terbaik telah menerapkannya, dan merasa itu adalah pilihan yang bijaksana.

Selama tiga hari itu, semua mahasiswa baru hanya akan dibimbing dalam pengenalan kampus dan sistem perkuliahan, penyampaian beberapa materi penting dan membimbing mereka melewati proses transisi menjadi mahasiswa yang dewasa dan mandiri.

Ametys tentu saja sangat senang dengan keputusan ini, dan selain karena jurusan Ilmu Komunikasi di universitas pilihannya dianggap salah satu yang terbaik di dalam negeri, hal ini jugalah yang menjadi pertimbangan Ametys untuk memilih kampus tersebut. Dan dengan bantuan senior, para mahasiswa dan mahasiswi baru bisa terintegrasi dengan lebih cepat di lingkungan universitas.

Di hari terakhir orientasi studi dan pengenalan kampus, semua mahasiswa dan mahasiswi baru diminta untuk menulis surat kepada senior yang mereka minati. Tujuan sebenarnya adalah untuk memahami kesan para mahasiswa baru terhadap pengurus kemahasiswaan, dan tujuan 'tidak sebenarnya' tentu saja untuk membuat keributan.

Kebetulan, hari itu presiden mahasiswa berkunjung ke kelompok jurusan mereka. Ada lima orang dalam kelompok tersebut dan salah satunya adalah gadis yang tampak modis. Melihat kelima orang itu berdiri bersama, seperti sedang melihat drama kampus yang digemari para remaja dan dewasa muda.

Satu yang paling menonjol berdiri di tengah. Pria itu bernama Tyaga Mezak, seseorang dari Fakultas Ekonomi Bisnis, posisi sebagai presiden mahasiswa, kaya jika dilihat dari apa yang ia kenakan dan tentu saja, tampan. Ini adalah pengaturan klasik dari seorang pangeran kampus idaman banyak orang.

Awalnya, Ametys ingin memberikan surat kepada seorang senior perempuan yang menjadi mentor kelompoknya. Sebelumnya dia memperhatikan jika senior perempuan itu sepertinya akan menghadapi sesuatu dan ingin memberinya sedikit nasihat. Namun, kini dia melihat jika pria itu tampaknya akan menghadapi sesuatu yang lebih berbahaya, jadi Ametys menyimpan surat yang sudah selesai itu sebelum mengambil kertas lain. Di akhir waktu, Ametys berdiri dan tanpa peduli tatapan orang lain yang terkejut, dia memberikan surat itu kepada pria yang tidak sempat dia tahu siapa namanya tersebut.

Empat orang di samping lelaki itu terkejut, para mentor kaget, mahasiswa dan mahasiswi baru apalagi, tidak terkecuali Tyaga sendiri. Bukannya tidak ada yang memberikan surat padanya, justru ada banyak sekali, tapi mahasiswi baru ini agak terlalu berani karena menyerahkannya di depan orang ramai.

Tyaga tidak langsung menerima surat itu, sejenak ia memperhatikan sosok yang memberikannya.

Gadis itu memiliki kulit warna tan yang cerah, berambut sepunggung yang diikat rapi dan mata jujur yang tampak tidak cocok untuk seorang gadis yang akan memberikan surat pengakuan. Tidak seperti kebanyakan mahasiswi senior atau baru yang ingin bereksperimen menggunakan riasan dengan bebas, gadis itu hanya menyapukan bedak tipis dan pelembab di bibirnya. Tyaga bahkan tidak mencium aroma parfum yang berlebihan yang biasanya akan terhirup olehnya jika sedang berdiri dengan rekan belajar perempuan lain.

Tyaga juga bisa melihat garis nyata matanya yang tidak dibubuhi apa pun, serta alis yang belum disentuh oleh alat pembentuk mana pun. Gadis yang cantik dengan penampilan yang menyegarkan, jadi kesan pertamanya tidak terlalu buruk. "Untukku?" Dalam suasana hati yang tidak terlalu terganggu, Tyaga bertanya.

Ametys mengangguk. "Kamu membutuhkannya."

Tyaga jelas tidak menyangka akan mendapat jawaban seperti itu, tanpa sadar ia tersenyum. Bukan karena dia menganggap Ametys menarik, tapi mentertawakan kenaifan gadis itu yang mengira jika ia mungkin akan menerima hanya karena pihak lain perempuan. Sayangnya, Tyaga bukan jenis lelaki yang akan menerima apa pun hanya untuk membuatnya tampak baik, justru ketidakacuhannya yang menjadikannya lebih menawan di mata orang lain.

"Maaf, aku tidak bisa menerimanya." Tyaga tersenyum ketika membalas. Meskipun kata-katanya sopan, tapi itu adalah penolakan tanpa ampun.

Ametys tidak terkejut, kurang lebih dia sudah menebak ini. Karena yang lain tampaknya sangat meremehkannya, Ametys akhirnya hanya mengangkat bahu dan menyimpan kembali surat itu.

Meskipun situasinya agak canggung, tapi tidak ada yang terlalu kasar sampai mengejek Ametys. Mereka hanya menganggap itu sebagai permainan, sesuai dengan tujuan sebelumnya untuk membuat 'keributan'. Namun, tentu saja bagi beberapa senior, Ametys mungkin dicap cukup berani karena secara terang-terangan memberikan surat pada Tyaga yang dikenal tidak suka terlibat dengan perempuan yang mengejarnya.

Tentu saja, Ametys tidak terlalu peduli tentang itu karena dia awalnya hanya berniat untuk menolong seseorang. Karena pihak lain menolak, ia juga tidak akan memaksa. Segalanya terserah takdir, dia hanya ingin sedikit membantu. Jadi Ametys mengambil lagi surat yang sudah dia simpan sebelumnya dan menyerahkannya pada senior perempuan yang dia perhatikan di awal.

"Semoga masalahmu cepat selesai. Terima kasih atas bimbingannya selama ini," ucap Ametys.

Meskipun senior itu tidak mengerti, dia masih mengucapkan terima kasih. Lagi pula agak menyedihkan melihat gadis manis seperti itu ditolak di depan umum, jadi dia dengan baik hati menerima surat itu dan menyimpannya dengan senyum.

Setelah sesi itu selesai dan senior mereka mengumumkan beberapa hal lagi, para mahasiswa dan mahasiswi baru itu akhirnya diperbolehkan bubar. Ametys juga langsung berjalan menuju area parkir bersama seorang gadis yang baru-baru ini dia kenal.

Melihat punggung gadis itu yang semakin jauh, seorang pria di samping Tyaga akhirnya tidak bisa tidak berkata, "Aku mengira gadis itu akan memasang wajah sedih bahkan jika dia tidak menangis." Tapi gadis itu justru tampak biasa saja seolah bukan dia yang ditolak Tyaga barusan.

Lelaki lain juga menanggapi, "Kamu selalu seperti ini. Setidaknya lebih lembutlah sedikit pada seorang gadis muda, kamu bisa lajang seumur hidup."

Satu-satunya gadis di kelompok itu melirik Tyaga dan berkata, "Jika Tyaga lembut pada mereka semua, itu akan membuat gadis tersebut merasa diberi harapan. Ada banyak gadis yang mengejarnya, menurutmu apa dia harus lembut dan memperlakukan semuanya dengan hangat?"

Tyaga tidak terlalu ambil pusing dengan pendapat teman-temannya, setelah memeriksa daftar nama mahasiswi baru secara sekilas, ia berkata, "Terlalu merepotkan."

Apa lagi yang bisa mereka katakan jika tanggapan Tyaga seperti ini, jadi mereka hanya menggeleng dan menghela napas. Beberapa lelaki berharap ada gadis yang mengejar mereka, sementara yang satu ini justru menganggapnya mengganggu.

Sementara itu di area parkir sepeda khusus mahasiswa, Ametys mengambil sepeda yang baru dia beli. Dengan benda ini, perjalanan 30 menit ke kampus menjadi lebih singkat dan itu juga menyenangkan mengendarainya di pagi hari. Setelah saling bertukar nomor ponsel dengan teman barunya dan berjanji bahwa mereka akan bertemu di lokasi tempat acara penyambutan mahasiswa jurusan baru keesokan harinya, Ametys pulang lebih dulu.

Saat dia baru saja selesai merebus air, terdengar keributan dari halaman depan. Ketika Ametys mengintip melalui jendela, beberapa orang sudah berkumpul di sana, termasuk penghuni indekos yang lain. Melihat itu, Ametys akhirnya keluar juga dan bertanya apa yang terjadi.

Seorang penghuni lama yang merupakan mahasiswi pasca sarjana di universitas yang sama dengan Ametys menjelaskan, "Dari apa yang aku dengar, Nasti ingin pulang kampung dan tidak ingin melanjutkan kuliah lagi. Pacarnya datang untuk menasihati, tapi dia tidak mau mendengar dan mereka bertengkar."

Ametys menatap perempuan yang sedang ditahan oleh seorang pria, itu adalah gadis muda yang merupakan penghuni kamar nomor 5 yang tempo hari memperkenalkan namanya sebagai Nasti. Kesan pertama yang ditinggalkan oleh pihak lain adalah tenang dan agak lembut, jadi agak aneh ketika temperamennya tiba-tiba berubah menjadi seperti ini.

"Aku bukannya tidak masuk akal. Aku justru peduli padamu. Kamu sudah berada di tahun terakhir kuliah, jika kamu pulang sekarang, apa yang akan terjadi?"

Nasti menepis tangan pacarnya. "Aku akan pulang untuk menikah, jadi itu bukan urusanmu!"

Pria itu tercengang, dan setelah beberapa saat tawa marah terdengar dari mulutnya. "Apa maksudnya kamu akan menikah? Lalu kamu anggap aku ini apa?!"

Gadis yang barusan berbicara dengan Ametys bernama Yesi, tinggal di kamar 11, tepat di samping kamar miliknya jadi mereka lebih sering berinteraksi beberapa hari ini dibanding yang lain. Mendengar apa yang dikatakan Nasti, dia juga sangat terkejut. "Sejak tiga tahun lalu Nasti pindah ke sini, dia sudah berpacaran dengan pria itu. Menurutku hubungan mereka baik-baik saja, sangat aneh Nasti tiba-tiba berkata ingin pulang kampung dan menikah."

Melihat dua orang yang bertengkar itu mulai menarik lebih banyak perhatian tetangga sekitar, Ametys akhirnya berkata, "Kamu," serunya pada pria itu. "Bawa dulu Nasti ke kosnya. Jika dia menolak, paksa!"

"Apa?" Keterkejutan tidak hanya berasal dari pria itu, tapi juga Yesi yang tidak menduga Ametys akan berbicara secara tiba-tiba. "Apa maksudmu?" tanya pria itu lagi.

"Lakukan saja, ini demi Nasti. Cepatlah, semakin banyak orang yang datang." Ametys berjalan lebih dulu ke depan kamar Nasti yang bahkan tidak terkunci.

Pria itu merasa sangat aneh, tapi ia tahu jika tidak baik hal ini menjadi tontonan orang. Melihat jika pemilik indekos juga hendak berbicara, pria itu akhirnya menggendong Nasti yang memukulinya dan memasukkannya kembali ke dalam rumah.

Mengikuti mereka, Ametys berjalan masuk dan melihat itu, Yesi juga bergegas mendekat bersama dengan Salmi yang khawatir mungkin terjadi sesuatu. Melihat dua orang itu menyusul, Ametys tidak menyuruhnya keluar dan berkata untuk menutup pintu.

Orang-orang yang sebelumnya berkumpul melihat jika tidak ada lagi yang bisa ditonton, jadi mereka bubar dan kembali ke aktivitas masing-masing.

Di dalam kamar kos nomor 5 itu, keadaannya cukup berantakan. Terutama lemari Nasti yang seperti baru saja dirampok karena beberapa baju berjatuhan ke lantai.

"Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku!" Teriakan Nasti akhirnya menarik kembali perhatian tiga orang yang mengikuti untuk masuk ke kamar tersebut.

Pria itu menekan Nasti ke sofa, tidak mau mendengarkan dan justru tanpa sadar menatap Ametys yang barusan menyuruhnya memaksa Nasti masuk ke dalam rumah.

Ametys telah mengamati dan tahu apa yang terjadi. Dia berjalan mendekat dan menampar pipi Nasti pelan, itu tidak lebih dari tepukan ringan sehingga di mata orang lain, gerakannya seolah hanya ingin menyadarkan Nasti. Tapi kemudian mereka berpikir, kenapa Nasti butuh disadarkan?

"Siapa nama panjangnya? Sekaligus tanggal lahir lengkap," tanya Ametys.

Pria itu menjawab dengan cepat, "Nasti Widari, tanggal lahirnya ...." Ia menyebutkan serangkaian angka. Hanya setelah selesai, ia tiba-tiba tersadar, kenapa barusan ia menjawab tanpa pikir panjang?

Pada saat itu, Ametys memanggil nama Nasti sekali lagi dan setelah beberapa saat, Nasti menjadi tenang secara tiba-tiba.

Di tengah kebingungan semua orang, Nasti mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya pandangannya fokus. "Kalian ... kenapa kalian ada di sini? Fakhri, kamu ...." Wanita itu menatap pacarnya dengan heran.

Pria bernama Fakhri itu bahkan lebih bingung. Alih-alih menjawab Nasti, ia melirik Ametys yang berdiri di samping. "Ada apa sebenarnya ini?" Dia sudah heran dengan tindakan Ametys yang aneh dan kini semakin dibuat tidak bisa berkata-kata karena respons Nasti yang seolah baru saja sadar.

"Nasti ingin pulang dan menikah bukan karena keinginannya." Ametys berkata.

Tiga anak muda di ruangan itu sedikit linglung, tapi Salmi yang merupakan wanita perpengalaman dan telah melihat lebih banyak peristiwa tiba-tiba tersadar. "Ametys, maksud kamu, Nasti diguna-guna?"

"Ini tidak persis guna-guna, tapi lebih seperti mantra pemanggil." Selain Salmi yang mengangguk, tiga lainnya terperangah. "Aku hanya akan membantu sampai di sini, setidaknya kamu aman selama beberapa hari ke depan. Akan tetapi, mantra itu akan berulah lagi jika tidak dihilangkan dengan benar. Adapun sebelum itu," Dia menatap Nasti dan Fakhri bergantian. "Sebaiknya kalian bicara dulu."

Nasti tampaknya sudah paham apa yang terjadi, jadi ketika melihat Ametys akan pergi, dia ingin menahannya.

Melihat itu Ametys berbicara lagi, "Jangan khawatir. Jika kalian butuh bantuan, aku hanya tinggal di sebelah." Berpikir beberapa saat, dia menambahkan, "Sebagai sesama penghuni kos ini, aku akan memberimu harga konsultasi tanpa biaya tambahan. Baiklah, itu saja, aku pergi dulu."

Selesai, Ametys berjalan keluar dari rumah, meninggalkan empat lainnya mencerna apa yang baru saja terjadi dengan susah payah.

Nasti dijebak oleh seseorang dengan mantra pemanggil, sementara mereka juga mengetahui bahwa Ametys tampaknya seorang ... dukun?

...ooOoo...

Skia
Selasa, 11 April 2023

Continue Reading

You'll Also Like

24.9K 865 64
Mencinta tanpa kata tidaklah seharusnya. Mengukir senyum saat sebenernya tak ingin ada. Melayangkan tanya yang tak pernah terjawab. Bukan.. Rasa...
292 87 21
Surat-surat berisikan hal aneh terus berdatangan, membuat Luna nyaris gila berkatnya. Pertanyaannya, siapa dalang yang melakukan hal tak berfaedah in...
132K 12.9K 35
[Magical Realism - Slice of Life] Di Kota Harapan, bekerja di Dapur Ajaib adalah mimpi indah setiap orang, termasuk Amilya Kiseki. Ketika surat pener...
2M 123K 53
APA LIAT-LIAT? SINI MAMPIR! [𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐃𝐔𝐋𝐔 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐁𝐀𝐂𝐀!] [ NOTE. SEBAGIAN PART DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT] GENRE : BUCIN...