The Billionaire Prison

De Penna1

200K 5.7K 196

[Budayakan VOTE Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. 📌 "Bersih... Mais

Chap 1
Chap 2
Chap 3
Chap 4
Chap 5
Chap 6
Chap 7
Chap 8
Chap 9
Chap 10
Chap 11
Chap 12
Chap 13
Chap 14
Chap 15
Chap 16
Chap 17
Chap 18
Chap 19
Chap 20
Chap 21
Chap 22
Chap 23
Chap 25
Chap 26
Chap 27
Chap 28
Chap 29
Chap 30
Chap 31
Chap 32
Chap 33
Chap 34
Chap 35
Chap 36
Chap 37
Chap 38
Chap 39
Chap 40
Chap 41
Chap 42
Chap 43
Chap 44
Chap 45
Chap 46
Chap 47
Chap 48
Chap 49
Chap 50

Chap 24

3.2K 125 3
De Penna1

Anna bebaring di sebuah ranjang, dengan mata yang menatap langit-langit kamar hotel yang saat ini ia tempati. Selimut lembut berwarna putih bersih sudah menutupi saparuh tubuhnya, Anna menghela nafas pelan, lalu tangannya terangkat menyentuh keningnya yang sekarang sudah sedikit basah akibat keringat.

Setelah dirinya di periksa dan minum obat, sekarang tubuhnya terasa jauh lebih baik. Tangannya kembali bergerak menyingkirkan selimut itu lalu dengan singkat kakinya berhasil menyentuh lantai.

Anna bangkit dan berjalan pelan menuju jendela, satu hal yang menarik perhatiannya sedari tadi. Pantai pada malam hari memang memiliki kesan berbeda bagi setiap orang, khususnya Anna. Hal yang jarang dan sulit sekali Anna dapatkan. Saat dia mendapat libur kuliah atau cuti di tempat kerjanya, Anna tidak pernah memanfaatkannya untuk sekedar berlibur. Malah menurutnya itu adalah waktu yang tepat untuk bisa mendapat uang lebih. Dari pada menghabiskan waktu untuk bersenang-senang, Anna lebih memilih mencuci ratusan piring agar bisa mendapat uang untuk dirinya tabung. Dengan uang yang cukup, Anna akan merasa lebih tenang, walaupun tidak akan berlangsung lama juga karena ketika Daniel atau salah satu keluarga pamannya itu tahu, pasti mereka akan langsung merampas uang itu.

Dari atas sini, Anna bisa melihat setiap kegiatan yang orang-orang lakukan. Walau hari sudah gelap, tapi itu tidak mengurangi aktivitas dari setiap manusia, malahan menurutnya tempat ini semakin malam semakin ramai. Keadaan seperti ini yang membuatnya rindu, maklum, Anna selalu terjebak di dalam rumah yang sekelilingnya adalah hutan.

Sedang sibuk melamun, menatap tak tentu arah, tiba-tiba terlintas dalam pikirannya, tentang bagaimana kabar lelaki itu. Entah apa yang sedang dia lakukan, Anna belum melihatnya dari tadi. Terakhir kali, hanya saat pria itu datang dengan beberapa makanan dan obat untuk dirinya minum, setelah itu kembali menghilang. Ya, Anna cukup memaklumi, besok adalah hari penting baginya, jadi kemungkinan malam ini adalah malam super sibuk bagi Armand.

Tak lama teedengar suara pintu kamarnya di ketuk, Anna berbalik. Kemudian selang beberapa detik pintu sudah terbuka, menampilkan seorang pria yang baru saja ada di pikirannya. Mungkin dia akan berumur panjang.

"Sudah merasa lebih baik?" Armand pun masuk ke kamar. Berjalan dengan mata yang menatap Anna, matanya menginspeksi keadaan wanita di hadapannya, berniat memastikan.

"Ya, berkat obat yang kau bawa. Jujur...kau memberiku obat apa?"

Armand tersenyum meringis, "Selalu saja mencurigaiku." Ujarnya lirih, lalu tangannya bergerak menyentuh lengan kemejanya dan menggulungnya hingga ke siku. Anna mengamati setiap pergerakan yang Armand lakukan.

"Hanya berhati-hati." Ucap Anna ikut lirih.

"Aku suamimu."

"Dan itu bukan berarti kau tidak bisa membunuhku."

Lelaki itu kembali tersenyum, kakinya melangkah mendekat, hanya berjarak beberapa senti, membuatnya semakin intim dengan Anna.

"Ku beritahu hal yang kau khawatirkan itu, memang benar kau akan mati, ada seseorang yang berniat membunuhmu, tapi itu bukan aku."

"Maksudnya?"

"Kau selalu saja membahas soal kematian saat bicara padaku. Tenanglah... aku tidak akan melakukannya dekat-dekat ini."

Sedikit merasa kesal mendengar ucapan Armand. Bagaimana dirinya tidak membicarakan soal kematian, disaat lelaki itu selalu mengancamnya. Pikirannya kembali menelaah perkataan Armand, 'ada orang lain yang berniat untuk membunuh' Anna terdiam cukup lama, dia bingung harus menganggap ucapan itu sebatas lelucon atau sebuah informasi akurat yang harus membuat dirinya waspada. Dia masih sulit membedakan, apalagi jika Armand sudah memasang ekspresi seperti itu. Raut wajah santai, tanpa tatapan tajam dan dingin.

"Itu bagus, aku masih harus lulus kuliah." Jawab Anna pada akhirnya, memilih untuk tidak menganggap serius perkataan Armand.

Lelaki itu hanya mengangguk kecil, "Kau suka pantai?"

Anna menoleh, keningnya menyengrit, sedikit aneh dengan pertanyaan acak itu.

"Saat kau terkurung lama di hutan, bukankah akan senang saat melihat laut?"

"Kau? Terkurung? Oleh siapa?"

Anna memutar matanya malas, "Oleh orang yang bertanya."

Armand mendengkus kecil lalu tersenyum, sedikit menikmati menggoda wanita itu. Lelaki itu tidak berniat membalas, terlalu malas melanjutkan topik.

Anna menoleh melihat Armand yang sudah fokus pada pemandangan di luar. Seketika mengikuti arah pandang lelaki itu.

"Lalu kau, apa menyukai pantai?" Pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari mulut Anna. Jujur, berada dalam jarak dekat untuk waktu yang lumayan lama dengan Armand membuat jantungnya berdetak dua kali lipat. Situasi ini membuatnya canggung, pertanyaan itu hanya untuk sekedar membuatnya lupa sedang bersama siapa dia saat ini.

"Tidak terlalu. Jika aku menyukainya, tidak akan ku beli rumah di tengah hutan itu." ujarnya dengan mata yang masih menatap lurus ke depan.

Anna mengangguk paham alasan Armand memilih rumah dengan hutan di sekelilingnya disaat dia bisa mendapat rumah di tengah kota yang memudahkan dia untuk beraktivitas dan berpergian.

"Dimana letak hotel milikimu?"

"Kau tidak akan bisa melihatnya dari sini. Kau yakin bisa ikut ke acara peresmian? Tidak apa-apa jika tidak bisa."

Anna langsung menggeleng, "Akan sangat aneh jika istrimu tidak ada di sana. Bagaimana dengan reputasimu, orang-orang akan membicarakannya."

"Maka aku akan langsung membuat mereka bungkam."

Anna menahan nafasnya, melihat sifat asli yang Armand yang keluar. Ya, itu bukanlah suatu hal yang baru.

"Jika kau sudah baikkan, bersiaplah, kita akan makan malam di luar."

Mata Anna langsung berbinar. Sedikit tak percaya dengan apa yang di dengarnya. "Benarkah?"

"Aku akan tunggu di luar."


—————-


Anna mengintip di balik buku menu yang ada di tangannya. Melihat para pengawal Armand yang ternyata ikut mendampingi dan menjaga mereka dari setiap sisi. Berada di restoran kelas atas saja sudah hal yang baru baginya, apalagi makan dengan penjagaan ketat seperti saat ini.

"Sstt..."

Armand mendongak mendengar desisan aneh yang keluar dari mulut Anna. Menatap wanita di sebelahnya.

"Apa perlu penjagaan seketat ini? Ku yakin para musuhmu itu tidak ada di sini. Kau membuat orang lain tidak bisa makan."

Armand mengikuti arah pandang Anna, melihat ke arah luar mendapati beberapa orang yang datang lalu kembali pergi dengan wajah murung. Lalu matanya menatap sekeliling, bukan salahnya juga yang membawa pengawal, memang tempat ini yang ramai.

"Pengawal ku hanya ada lima orang, dan aku bayar di sini. Jadi pemilik restoran pun tidak akan rugi."

Anna kembali terdiam dengan jawaban masuk akal itu.

"Atau jangan-jangan kau yang tidak mau mereka ada di sini karena kau ingin berduaan dengan ku?"

"Tentu tidak." Sambar Anna lantang.

"Pelanlan suaramu."

Anna langsung menutup mulutnya, matanya melihat beberapa orang sudah memandang sinis akibat teriakannya itu.

"Jika bukan begitu, maka seharusnya tidak ada masalah."

Tangan Armand langsung terangkat, memanggil salah satu pelayan yang akhirnya mendekat. Armand menyebutkan makanan yang di pesannya, satu makanan, dua, lalu tiga dan tidak berhenti sampai Anna rasa Armand sudah memesan sampai 10 menu hanya untuk makan malam.

"Kau memesan sebanyak itu hanya untuk di meja kita?"

"Tao akan bergabung, dia sedang menuju ke sini."

Anna hanya ber-oh ria.

Tak lama benar saja, Tao muncul dari luar dengan senyum di wajah. Pakaiannya terlihat lebih santai dan terasa lebih mudah di dekati dibanding dengan Armand.

Tao, Anna sudah cukup mengenal lelaki itu. Kali ini perbedaan yang begitu mencolok di matanya adalah rambut lelaki itu, yang biasanya selalu terlihat klimis dan formal, kali ini rambut depan lelaki itu yang di biarkan turun dan membuatnya terlihat sedikit berantakan.

"Hey." Sapa Tao, melihat Anna dan Armand bergantian. "Apa aku tidak apa bergabung di sini? Aku tidak ingin mengganggu waktu pengantin baru."

"Berhentilah bicara omong kosong. Duduk." Titah Armand.

"Kau sangat tidak sabar." Ucap Tao sambil menarik kursi untuk dirinya duduk, "By the way, sekali lagi ku ucapkan selamat untuk kalian."

Baik Anna dan Armand hanya diam, tak menanggapi ucapan Tao yang jelas merusak mood. Lelaki itu hanya sedang menggoda mereka.

"Anna, sebagai penanggung jawab ku ucapkan maaf, karena harus merusak waktu honeymoon kalian. Aku tidak bisa berbuat apa-apa mengingat Armand punya peran yang sangat penting di sini, aku tidak bisa membiarkannya bersenang-senang."

"Itu bukan masalah besar, lagi pula berkat kau juga aku jadi bisa pergi ke sini."

Tangan lelaki itu bergerak menutup mulutnya, dengan kepala yang menggeleng seolah tak percaya dengan apa yang di dengarnya, "Wahh istrimu sangat baik hati sekali." Tao berucap dengan dramatis mengundang tawa kecil dari Anna.

Armand hanya diam mendengarkan obrolan mereka yang cepat sekali berubah-ubah topik. Sesekali menyahut atau hanya menatap tak jelas keduanya. Kenapa mereka mudah sekali akrab, padahal baru beberapa kali bertemu.

Arah pandang Armand terfokus pada wanita di sebelahnya. Menatap dengan tatapan yang berbeda, seolah melihat sosok lain dari Anna yang tampak begitu riang.

"Ada apa dengan tatapan itu, Bro?"

Suara Tao tiba-tiba menginterupsi, masuk ke telinga hingga membuat lelaki itu tersadar. Kini Anna dan Tao sudah saling bertatapan lalu kembali menatap Armand dengan bingung.

"Ada apa?" Tanya Armand tidak mengerti.

"Kau menatap Anna tanpa berkedip."

Terjadi hening seketika. Tao tidak tahu kalau apa yang baru saja dia katakan itu membawa dampak yang begitu aneh bagi mereka berdua. Anna dan Armand beratatap sejenak lalu kembali mengalihkan pendangan mereka.

Armand berdehem kecil, membuang gugup. "Kurasa dia makan terlalu banyak." Armand reflek memejamkan matanya, merasa tolol dengan apa yang ia ucapkan.

Tao dan Anna melihat ke arah piring yang ada di hadapan wanita itu lalu kembali menatap Armand.
"Apa yang kau katakan? Anna baru saja makan beberapa suap." ucap Tao

"Bukankah kau tidak enak badan, kenapa makan terlalu banyak?" Pertanyaan itu ditunjukkan untuk Anna, Armand tetap tak mau kalah.

"Aku memuntahkan semua makananku jadi aku perlu asupan yang banyak."

"Kalau gitu habiskan semua makanan ini. Ini..." ucap Armand lalu mendekatkan piring berisi makanan itu ke arah Anna.

"Dengan senang hati." Jawab Anna lalu kembali melanjutkan makanannya. Sedangkan Tao masih tetap menatap Armand dengan mata menyipit.

Armand melihat tatapan aneh Tao pun mengangkat kedua alisnya, tanpa bersuara, menanyakan maksud tatapan itu.

"Apa? Kenapa kau menatapku juga? Apa aku juga harus berhenti makan?" Tanya Tao meledek yang tak di jawab oleh lelaki itu.

"Anna setelah ini kau akan diantar pulang oleh Matt, aku harus mengecek beberapa hal lagi di sana." Ucap Armand, membuat kunyahan makanan di mulut Anna berhenti.

"Bisakah aku ikut? Lagi pula aku tidak ada kegiatan selain tiduran."

"Biarkan saja dia ikut, ku yakin itu tidak akan mengganggu."

Armand langsung menatap sumber suara. Matanya menatap tajam ke arah Tao yang Armand rasa sudah berpindah pihak membela Anna. "Itu pasti akan sangat merepotkan."

"Aku janji aku tidak akan merepotkan. Kau tidak akan sadar jika aku ada di sana."

Armand menatap Anna cukup lama. Menimbang sekali lagi ucapan wanita itu. Sebenarnya alasan utama lelaki itu tidak mengajak serta Anna adalah agar wanita itu bisa beristirahat untuk acara besok. Armand yakin besok adalah hari yang sibuk, wanita itu baru saja pulih, Armand tak mau jika Anna kembali drop dan malah semakin membuatnya kelimpungan.

"Terserah kau saja." Putus Armand pada akhirnya.


———

Mobil yang mereka kendarai akhirnya berhenti. Anna menatap takjub bangunan di hadapannya.

"Siapa yang mendesain ini?" Pertanyaan itu tiba-tiba hadir di benak Anna hingga berhasil ia suarakan.

"Ada tim khusus yang mendesain, tapi tentu saja atas keinginan Armand."

Anna langsung melirik Armand dengan tatapan yang sulit diartikan. Sedikit aneh juga kagum di saat bersamaan. Armand punya selera yang tidak biasa, dan Anna cukup mengagumi itu.

"Kau suka?"

Anna menyengrit bingung, sedikit aneh dengan pertanyaan itu. Kenapa dia meminta pendapatnya?

"Ini mengagumkan." Jawab Anna, keduanya saling tatap sejenak, sebelum akhirnya sebuah suara Tao menginterupsi. "Ayo kita masuk."

Anna berjalan di belakang sedangkan Tao dan Armand berada beberapa langkah di depannya. Mengamati setiap detail di bangunan ini sambil terus berdiskusi. Hingga beberapa menit seperti itu. Perlahan Tao mundur membawa langkahnya setara dengan Anna, meninggalkan Armand yang sekarang sudah memimpin sendiri.

"Bagaimana jika besok kau memberi sedikit sambutan Anna."

Anna mendelik kaget, itu adalah ide paling buruk ia ia dengar.

"Aku tidak bisa, apa yang harus di ucapkan?"

"Mungkin kata-kata yang bisa membungkam orang-orang dan para wartawan."

"Kenapa aku harus melakukan itu?"

"Kau tidak tahu? Wartawan menulis dari mana asalmu, dan mereka bilang Armand buta cinta karena menikahi seorang pelacur."

Anna terdiam. Fakta itu cukup membuatnya terkejut. Ternyata orang-orang itu mudah sekali mencari informasi tentang kehidupan seseorang. Tapi sedikit di sayangkan karena tidak bisa memilah yang benar. Dirinya marah, kesal, sedih dan juga sakit. Apa para wartawan itu tidak bisa mencari kebenaran? Dari pada menulis Anna yang berada dari club kenapa tidak menulis asal usul dirinya yang sebenarnya. Dan apa katanya? Dia seoarang pelacur? Dia bahkan baru beberapa menit memasuki club itu, bagaimana bisa dirinya di sebut wanita malam?

"Jangan terlalu dipikirkan, Armand sudah mengurus mereka semua."

"Apa maksudnya?"

"Perusahaan mereka, sudah di buat terombang ambing sekarang."

Anna meneguk ludahnya kelat. Sekali lagi dibuat terkejut, mendengar cara kerja lelaki itu sudah berada di luar nalarnya.

"Armand tidak bisa di sentuh begitu pula istrinya. Saat orang-orang memandang kagum padanya, maka tidak boleh ada yang memandang remeh ke arah mu. Dia berjanji akan melindungimu. Aku membuat mu bicara di sana, hanya bermaksud memberi mereka pembuktian, bahwa kau bukan wanita yang mereka pikirkan."

"Aku tidak perlu membuktikan diriku pada siapapun. Aku tidak memiliki urusan dengan mereka. Dan soal asal usulku, aku tidak peduli karena faktanya aku bukan berasal dari sana. Membuat diriku menonjol malah akan membawa asupan gosip baru bagi mereka."

Tao mengangguk, lalu bicara "Jika itu keputusan mu, aku bisa mengerti." Lalu kembali membawa langkahnya mengejar Armand yang berada di depan.

Sedangkan Anna terdiam di tempat. Kakinya tidak bergerak. Matanya melihat dimana punggung lelaki yang sudah menjadi suaminya itu. Dalam beberapa detik tadi, hatinya tiba-tiba menghangat, melihat ada orang yang begitu melindunginya. Mengingat dia yang selalu terlibat adu mulut dengan lelaki itu membuatnya sedikit terkejut mendengar Armand mempunyai sifat pelindung.

Anna yakin fakta yang baru saja Tao sebutkan tadi hanya awalan bagi hidupnya yang baru. Masih akan ada banyak mulut jahat, caci maki yang akan ia dapatkan. Dan Anna harus siap mulai sekarang.

———-


Setelah melakukan pengecekan terakhir itu, Anna dan Armand pun kembali ke hotel untuk beristirahat. Kaki mereka melangkah menaiki beberapa tangga baru kemudian memasuki lift.

"Istirahatlah di kamarmu, kamarku berada di sebelahnya."

Anna mengangguk pelan, "Bagaimana dengan para pengawal, kau masih harus menyuruhnya berjaga?"

"Mereka akan berjaga bergantian. Jangan khawatir, mereka tidak akan berani memasuk kamarmu, mereka hanya akan berada di depan pintu."

Sebenarnya bukan itu juga yang Anna khawatirkan, lagi pula Anna yakin para pengawal itu tidak akan berani melakukannya, dia hanya sedikit tak nyaman, melihat para pengawal itu yang harus selalu mengikutinya kemana pun.

Suara lift berdenting. Armand dan para rombongan pun keluar dari sana. Lalu berhenti tepat di pintu kamar wanita itu.

"Selamat malam." Ucap Anna, lelaki itu sedikit terkejut, sebenarnya itu hanya ucapan basa-basi Anna yang bingung bagaimana cara menutup hari ini dengan tepat, jadilah kata itu yang keluar.

"Masuklah." Ucap Armand yang masih menunggu sampai Anna masuk ke dalam.

Anna mengangguk kemudian membuka pintu kamarnya. Baru beberapa langkah ia masuk...

"Aaaa..."

Armand terlonjak kaget, kakinya langsung melangkah ke dalam. Wajahnya langsung berubah dingin melihat seprei dan selimut yang sebelumnya berwarna putih itu sudah berubah merah akibat darah.

Armand langsung membawa wanita itu ke dekapannya. Lalu dengan matanya memberi isyarat untuk para pengawalnya untuk membereskan semua itu.

"Tidak apa-apa. Aku akan membereskannya" Bisik Armand lirih, menenangkan wanitanya yang gemetar.
























Tbc

Continue lendo

Você também vai gostar

31.3K 2.4K 30
~Bayangan Mafia di Balik Kerudung~ Semua bermula ketika seorang pria tampan yang terluka di sekujur tubuhnya, di temukan tidak berdaya di belakang...
KANAGARA [END] De isma_rh

Mistério / Suspense

7.5M 548K 93
[Telah Terbit di Penerbit Galaxy Media] "Dia berdarah, lo mati." Cerita tawuran antar geng murid SMA satu tahun lalu sempat beredar hingga gempar, me...
561K 85.2K 74
Cocok untuk kamu peminat cerita dengan genre #misteri dan penuh #tekateki, juga berbalut #action serta #scifi yang dilatarbelakangi #balasdendam. Kas...
ELARA (TERBIT) De Called me Kana

Mistério / Suspense

6.3M 484K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...