SECRETARY YOO [BLUESY VERS.]...

By dakko-chan

35.6K 2.1K 64

Lee Jeno, salah satu duda terpanas yang ada di muka bumi ini. Semua orang jatuh cinta padanya, tergila-gila b... More

0. Bos dan Sekretarisnya
1. Pesona si Bos
2. Sang Heroin; Winter
3. Foxy Lady; Karina
4. Mandikan Aku, Ya?
5. Bagaimana Ini, Giselle?
6. Perjodohan dan Perjalanan Bisnis
7. Kamu Cemburu, Pak?
8. Kamu Cemburu, Pak? (3) + Pengumuman
9. Kamu Cemburu, Pak? (3)
10. Kamu Cemburu, Pak? (4)
11. Makan Siang dengan Direktur Wang
12. Makan Siang dengan Direktur Wang (2)
13. Mari Jadi 'Teman' Baik, Pak!
14. Mari Jadi 'Teman' Baik, Pak! (2)
15. Tolong Lepaskan Saja Formalitas di Antara Kita
17. Semangat Giselle (2)
18. Semangat Giselle (3)
19. Semangat Giselle (4)
20. Semangat Giselle (5)
21. Mari Berkencan
22. Mari Berkencan (2)
23. Mari Berkencan (3)
24. Mari Berkencan (4)

16. Semangat Giselle

750 54 0
By dakko-chan

Keesokan harinya.

Karina sama sekali tidak menemukan keberadaan Giselle di apartemen mereka. Meski begitu, Karina tahu bahwa Giselle semalam pulang ke apartemen mereka karena pagi ini masih tersisa jejak yang ditinggalkan gadis cantik itu, tetapi Karina tidak tahu tepatnya kapan Giselle pulang atau kapan Giselle pergi untuk berangkat bekerja.

Karina berusaha untuk tidak menghiraukan kekhawatiran mengenai Giselle yang kini bersarang dalam pikirannya, ia pun memutuskan untuk mengenakan sepatu hak tingginya dan berangkat kerja. Bagaimanapun juga, Karina yakin bahwa ia pasti akan bertemu dengan Giselle di tempat kerja nanti.

Dan benar saja.

Karina bertemu dengan Giselle di tempat kerjanya. Meski sempat melewatkan beberapa waktu untuk mengobrol dengan Giselle, Karina akhirnya berhasil berbicara empat mata dengan Giselle.

Tidak bisa juga dikatakan 'berbincang' karena Giselle masih membungkam mulutnya selama Karina berusaha berbicara dengannya. Justru yang dilakukan Giselle sedari tadi hanyalah mengacak-acak santapannya tanpa minat.

Kebingungan dengan keadaan di hadapannya, tanpa sengaja mata Karina malah bersitatap dengan Jeno yang baru saja memasuki area kantin kantor. Sontak sercecah harapan muncul di depan mata Karina saat ia melihat keberadaan Jeno.

Tentu saja Karina masih mengingat bagaimana semangatnya Giselle setiap Giselle melihat dan membahas mengenai Jeno bersama Karina, bahkan Giselle juga mendeklarasikan bahwa topik mengenai Jeno berada di atas segala prioritasnya, melebihi Haechan sang kekasih.

"Eh, Gi ..."

"Hm ..."

Karina meneguk ludah saat menemukan reaksi dingin dari Giselle, tapi di satu sisi ia juga menjadi kikuk kala mendapati Jeno kini tengah tersenyum ke arahnya. Oh ini tidak baik, sangat tidak baik untuk dirinya.

Ini sih yang disebut sama penyiksaan.

Tak menyerah, Karina kembali ke niatan awalnya, berusaha mengalihkan perhatian Giselle dengan membahas Jeno.

"Eh, Gi, liat deh, masa Pak Jeno lagi senyum ke arah sini. Gila ganteng banget, ya. Sayang kalo enggak diliat."

Berhasil.

Perkataan Karina sukses menarik perhatian Giselle. Giselle, gadis itu, kini mengalihkan pandangan tak penuh minatnya dari makanan, lalu menoleh ke arah Jeno.

Beruntungnya, Jeno juga kooperatif, ia ikut tersenyum ke arah Giselle. Tapi, anehnya Giselle sama sekali tak tertarik dan segera mengalihkan pandangannya, kemudian mengambil ancang-ancang pergi.

"Eh, lu mau kemana, Gi? Udah selesai liatin Pak Jeno-nya?"

"Udah," Jawab Giselle sekadarnya.

"Ganteng banget, ya?"

"Iya."

"Gi ..."

"Sorry, Rin. Gua balik duluan, ya, kerjaan gua ada yang belum selesai."

Mendengar hal itu tentu saja Karina tak lagi dapat berkata-kata. Nyatanya efek Jeno terhadap Giselle sudah memudar, atau mungkin saja masalahnya lebih besar dari apa yang dikira Karina.

Karina membiarkan Giselle kabur dan menyisakan dirinya seorang diri. Karina masih berkutat dengan pikirannya, ia mencoba mengembalikan kondisi temannya itu seperti dulu.

Sementara itu, tanpa Karina sadari, Jeno di tempatnya sama sekali tidak melepaskan pandangannya dari Karina--- ia sibuk mengamati gerak-gerik Karina sedari tadi.

***

Seperti tadi siang, Giselle benar-benar tampak tak memiliki gairah hidup. Hal ini tentu mengkhawatirkan bagi Karina yang merupakan teman dekatnya, tetapi setiap Karina mencoba membuka pembicaraan, Giselle memilih menutupnya secara terburu-buru dan berlalu pergi.

Benar-benar bukan tipikal seorang Giselle Aeri.

Giselle seolah-olah sedang menghindari Karina saat ini, bahkan Karina sendiri tidak tahu apa alasan Giselle melakukan itu.

Ini bukan hanya perasaan Karina. Pasalnya, Giselle terus menggunakan alasan lembur agar tidak pulang bersama dengan Karina, tapi saat Karina memutuskan untuk menunggunya, Giselle menggunakan keluarga sebagai alasan lain untuk mengusir keberadaan Karina.

Hal itu sontak membuat Karina mau-tidak mau memilih mengambil langkah mundur.

Sore itu Karina pulang sendiri ke apartemennya. Karina memang sengaja tidak pulang bersama dengan Jeno saat Jeno menawarkan diri untuk mengantarkannya karena rencana awal Karina adalah menghabiskan waktunya dengan Giselle, tetapi hal itu berakhir sia-sia.

Saat Karina sudah sampai ke lantai apartemennya, lagi-lagi ia dikejutkan oleh siluet laki-laki yang berdiri diam di depan pintu apartemen. Tak seperti penemuan awalnya, Karina tidak memiliki prasangka buruk pada laki-laki itu karena dia sudah tahu siapa yang berdiri di sana.

"Haechan," Panggil Karina yang berhasil menarik atensi Haechan.

"Eh, Karina ..." Tampak jelas raut kekecewaan tercetak di wajah Haechan saat menemukan Karina pulang sendirian. "Sorry, ya, lagi-lagi gua dateng tiba-tiba gini."

Haechan masih sama seperti kemarin, berusaha pergi secepat mungkin setelah meminta maaf pada Karina, tetapi tentu saja Karina tidak akan membiarkannya lagi kali ini.

"Masih nungguin Giselle, Chan?"

Haechan justru terdiam saat ditanya Karina, membuat Karina merasa gemas dengan keterdiaman kekasih temannya itu.

"Engga usah nungguin Giselle, dia udah berubah. Mungkin bentar lagi ketemu cowok baru kalo cowoknya lembek, diem aja, enggak ada tindakan."

Tentu saja ekspresi Haechan berubah saat mendengar perkataan Karina. Tak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Mungkin campuran dari rasa kesal pada dirinya sendiri dan kebingungan. Tangannya bergetar kala pandangannya tertunduk, seakan harapan dan asanya sudah terputus.

Perasaan bersalah menghinggapi Karina kala melihat reaksi Haechan, tetapi ia ingin menggebrak Haechan agar segera menyelesaikan masalah antara dirinya dengan Giselle, walau Karina harus sedikit menambahkan sedikit bumbu agar sedikit berasa.

Meski Karina tidak memiliki hak untuk ikut campur dalam hubungan Haechan dan Giselle, tetapi Karina adalah saksi hidup yang melihat perubahan drastis Giselle yang mungkin akan mengkhawatirkan apabila ditinggal begitu saja. Ia tentu ingin membantu temannya, tak peduli apa ia akan dibenci setelah ini atau tidak.

"Chan, lu pengen balik lagi kayak dulu, kan?"

"...."

"Sorry, Chan. Bukannya gua pengen ikut campur dalam hubungan kalian. Gua temannya Giselle, gua yang liat dia tiap hari di apartemen, di kantor. Gua kasian sama dia, Chan, dia sekarang berubah. Jujur gua khawatir, gua pengen bantu Giselle, Chan."

Karina akhirnya mengutarakan isi pikirannya selama ini. Meski pada awalnya Karina berusaha untuk tidak menghiraukan keadaan Giselle karena takut dianggap ikut campur, tetapi nyatanya Karina juga menyimpan kekhawatirannya sendiri.

"Gua tau mungkin kalian butuh waktu masing-masing, tapi ini udah hampir seminggu kalian diem-dieman gini. Emang yakin diem adalah solusi dari segalanya?"

"Na ..."

"Plis, Chan, biarin gua bantuin kalian untuk kali ini aja, gua janji gua enggak bakal mihak siapa-siapa. Gua cuma pengen kalian nyelesaiin masalah kalian, mau kalian balik atau bubar, itu adalah pilihan kalian. Tapi, Chan, kasih gua kesempatan sekali aja, oke?"

Setelah beberapa menit tenggelam dalam keheningan, akhirnya Haechan membuka suaranya.

"O-okay, Na. Thanks banget udah mau bantuin gua sama Giselle, gua harap gua enggak ngerepotin lu."

Karina tersenyum saat mendengar keputusan Haechan. Tidak seperti kemarin, Haechan memutuskan untuk terbuka kepada Karina. Meski Karina tidak terlalu dekat dengan Haechan, tetapi Karina tahu Haechan adalah anak yang baik.

Perselisihan antara pasangan memang tidak pernah terelakan. Giselle dan Haechan pernah berselisih satu dengan lain dan selama itu Karina tidak pernah ikut campur, tapi perselisihan kali ini terasa sangat berbeda.

Keduanya saling mendiami satu dengan yang lain---mungkin juga tidak. Melihat bagaimana usaha Haechan yang kedapatan berdiri diam di depan pintu apartemen menunggu kehadiran Giselle, sementara Giselle terus menghindar dari Haechan.

Tentu saja itu tidak akan menemui titik terangnya karena Giselle masih bersikukuh dalam diamnya dan Haechan yang kelihatan tak membutuhkan bantuan.

Karina tentu tidak akan tahu sampai salah satunya membuka suara.

Continue Reading

You'll Also Like

7.6K 666 25
MUSIM KEDUA DARI JAEWIN : THE REAL REASON Hubungan Jaehyun dan Winter kandas ditengah jalan, entah apa penyebabnya kekasih Jaehyun itu menghilang bak...
5.4K 551 12
Windia yang menjadikan pernikahan dengan cinta palsunya adalah sebuah bisnis yang meraup keuntungan berlipat ganda. Tapi yang namanya hambatan dalam...
84.7K 10.1K 64
"Say you love me." "You know it's hard!" "Let me let you go, be happy." Dua insan yang saling memiliki satu sama lain, hidup bersama sejak kecil t...
402K 4.3K 85
β€’Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre β€’woozi Harem β€’mostly soonhoon β€’open request High Rank πŸ…: β€’1#hoshiseventeen_8/7/2...