Forever After Season 2 (LOVEB...

By dekmonika

50.6K 6.7K 1.3K

Setelah cinta mereka dirajut oleh sebuah ikatan suci pernikahan, maka kebahagiaan yang tak pernah mereka baya... More

All Cast
LOVEBIRD 1: Pantai Carita
LOVEBIRD 2: Senja dan Kita
LOVEBIRD 3: Night Cuddle
LOVEBIRD 4: Greenwich Village
LOVEBIRD 5: Jourdy & Emily
LOVEBIRD 7: Yang Tak Terlupakan
LOVEBIRD 8: Kabar dari Jakarta
LOVEBIRD 9: Pelipur Lara
LOVEBIRD 10: Abang Hakim
LOVEBIRD 11: Welcome Home!
LOVEBIRD 12: Get Well Soon
LOVEBIRD 13: Mengidam?
LOVEBIRD 14: Berita Bahagia
LOVEBIRD 15: Tahu Sumedang
LOVEBIRD 16: Roy & Aurora's Wedding
LOVEBIRD 17: Sisa Rasa
LOVEBIRD 18: Saling Mengerti
LOVEBIRD 19: Mencari Petunjuk
LOVEBIRD 20: Orang yang Sama
LOVEBIRD 21: Sahabat dan Rahasia
LOVEBIRD 22: Papa
LOVEBIRD 23: Full of Love
LOVEBIRD 24: Bertaruh Nyawa
LOVEBIRD 25: Elzio Sagara
LOVEBIRD 26: Curiga
LOVEBIRD 27: Agen Rahasia
LOVEBIRD 28: Memujamu (21+)
LOVEBIRD 29: Rahasia Kelam
LOVEBIRD 30: Apa Kamu Menyesal?
LOVEBIRD 31: Kepercayaan
LOVEBIRD 32: Sahabat Lama
LOVEBIRD 33: Chaos!
LOVEBIRD 34: Rumah yang Berbeda
LOVEBIRD 35: Supermarket
LOVEBIRD 36: Obsesi
LOVEBIRD 37: Masing-masing
LOVEBIRD 38: Lari dari Masalah?
LOVEBIRD 39: Deep Talk
LOVEBIRD 40: Seperti Dongeng
LOVEBIRD 41: Tipu Daya
LOVEBIRD 42: Dunia Daniel
LOVEBIRD 43: Undercover (18+)
LOVEBIRD 44: Petaka
LOVEBIRD 45: Hilang
LOVEBIRD 46: Bawalah Cintaku
LOVEBIRD 47: Rahasia Hati

LOVEBIRD 6: La Vie en Rose

1.1K 160 23
By dekmonika

                Aldebaran mengambil jam tangannya, kemudian memakai pada pergelangan tangan kirinya. Ia mematut dirinya di depan sebuah cermin sambil sedikit merapikan rambutnya. Pria itu tampak siap dengan style semi formalnya, sebuah turtle neck biru gelap yang dipadukan dengan patterned blazer hingga membuatnya terlihat semakin mempesona.

"Mas..." Panggil seseorang, membuat pria itu refleks menoleh pada sumber suara yang tepat di belakangnya.

Seperti ada semilir yang tiba-tiba berhembus, pria itu tertegun dengan mulut yang sedikit terbuka tatkala mendapati pemandangan indah di depannya. Di sana telah berdiri Andin yang mengenakan gaun elegan model off shoulder dress berwarna senada dengan turtle neck pria tersebut. Ia nampak berkali-kali lipat lebih cantik dengan gaun tersebut yang menampilkan kedua bahu mulusnya dan leher jenjangnya. Gaun biru malam yang membalut dan membentuk tubuh wanita itu dengan sedikit menunjukkan belahan dadanya, membuat Aldebaran tak berkedip.

"Mas, bisa tolongin nggak?" Tanya Andin, namun sepertinya pria itu masih belum menyadari.

Aldebaran melihat kembali penampilan istrinya itu dari ujung kakinya hingga kembali pada paras anggun wanita itu. Ditambah dengan model rambutnya yang ditatan menyerupai sanggul rendah yang berhenti di tepian tengkuk lehernya serta meninggalkan beberapa helai poni samping wajah yang membuat Aldebaran seolah tiba-tiba lupa caranya bernafas.

"Mas, aku bicara sama kamu loh." Tegur Andin sambil menjentikkan jarinya tepat di depan mata pria itu, membuat Aldebaran akhirnya tersadar.

"Oh, iya? Kenapa?" Tanya Aldebaran gelagapan degan perasaan gugup. Astaga! Lo kenapa sih, Al? Kenapa jadi gugup begini? Kayak baru pertama jatuh cinta aja lo sama ini perempuan? Aldebaran bergumam dalam hatinya dengan sedikit salah tingkah.

"Kamu kenapa sih? Terpukau banget kayaknya sama istrinya." Celetuk Andin seraya menahan senyumannya.

"Nggak papa. Kenapa tadi? Mau minta tolong apa?" Aldebaran mendeham, menyembunyikan kegugupannya.

"Ini..." Andin membalikkan badannya.

"Tolong naikkan resleting gaunnya dong, Mas. Tanganku nggak nyampe." Pinta Andin. Resleting belakang gaunnya itu masih terbuka, hingga menunjukkan punggung putih nan mulus milik wanita itu. Aldebaran menelan ludahnya dengan susah payah sebelum melakukan permintaan istrinya itu.

"Sudah?" Tanya Andin. Aldebaran tidak menjawab. Pria itu justru mengelus punggung halus wanitanya, lalu mengecup salah satu bahu Andin yang terbuka.

"Mas." Desis Andin saat Aldebaran melingkarkan kedua lengannya pada pinggang wanita itu. Aldebaran mencium pipi Andin, lalu perlahan memutar tubuh mereka secara bersamaan untuk menghadap ke depan cermin besar yang ada di kamar hotel tersebut.

"You look so gorgeous..." Puji Aldebaran sambil melihat pada cermin di depan mereka.

"and sexy..." Sambung pria itu agak berbisik. Andin tersipu mendengarnya.

"Kamu juga terlihat keren." Balas Andin. Satu tangannya memegangi kepala pria itu yang menempelkan dagunya pada salah satu pundaknya. Namun Aldebaran tidak pernah bisa diam jika dalam posisi memeluk wanita itu. Terlebih bahu wanitanya terbuka bebas membuatnya bisa menciumi kulit indah itu dengan leluasa.

"Sayang..." Andin tertawa kecil saat Aldebaran menjelajahi pundak hingga pangkal lehernya dengan keahlian bibirnya.

"Emmhh, udahan dulu ya." Desis Andin membuat Aldebaran menghentikan salah satu aktivitas favoritnya itu.

"Mau dinner, kan?" Andin mengingatkan dengan tersenyum manis.

"Ini kita nggak bisa dinner di kamar aja berdua? Sepi, lebih private." Tawar Aldebaran membuat Andin terkekeh geli. Ia membalikkan badannya jadi menghadap pria itu. kemudian kedua lengannya melingkar posesif pada tengkuk Aldebaran.

"Nanti aku kasih lebih, semaunya kamu pokoknya. Tapi nanti, setelah kita dinner di atas, okay?" Ucap Andin dengan tatapan sensualnya, dan diakhiri dengan kedipan mata. Pria itu hanya diam mematung, seolah tersihir dengan tatapan mata itu.

"Oke." Jawabnya, pelan, tanpa berkedip.

Pasangan itu pun keluar dari kamar hotel bintang lima tersebut, kemudian memasuki lift untuk menuju restoran hotel yang sudah direservasi sebelumnya. Malam ini adalah malam kedua mereka berada di kota Paris, Perancis. Kemarin di kota itu mereka sudah mengunjungi beberapa tempat menarik, seperti Museum Louvre, Disneyland Paris, dan ke istana Versailles untuk menikmati arsitektur serta desain mewah dan klasiknya.

Tentu saja tak lengkap rasanya jika ke negara itu tanpa melihat dari dekat simbol keromantisannya, yaitu Menara Eiffel. Malam ini mereka akan menikmati makan malam dengan latar belakang menara tersebut dari jarak yang cukup dekat. Aldebaran berhasil mendapatkan tiket dinner VVIP di restoran hotel itu yang jumlah sebatas 20 meja saja.

Sebagai costumer istimewa, mereka mendapatkan berbagai fasilitas menarik, seperti menonton live music seorang penyanyi Perancis papan atas, diperkenankan untuk me-request lagu, diperbolehkan jika ingin tampil bernyanyi, serta akan ada dansa bersama. Dan yang paling penting adalah kaca besar restoran tersebut berhadapan langsung dengan cahaya indah yang terpancar dari menara Eiffel. Di restoran itu menjadi view terbaik untuk melihat menara Eiffel di malam hari. Andin tak henti-hentinya terpikat pada pemandangan di luar kaca restoran itu.

"Meuniere, Ratatouille, and boeuf bourguignon." Seorang pria jangkung berseragam ala pramusaji datang ke meja Aldebaran dan Andin, membawakan sebuah nampan besar berisi beberapa jenis makanan.

"Il y en a d'autres?" (Ada tambahan lagi?) Tanya pramusaji tersebut menggunakan bahasa Prancis yang kental, setelah sebelumnya menata beberapa menu tersebut di atas meja pasangan itu.

"Il n'y a pas de." (Tidak ada). Balas Aldebaran dengan bahasa yang sama.

"Apprecier!" (Selamat menikmati!) Ucap pria asing tersebut dengan tersenyum.

"Merci." Balas Aldebaran.

Andin tersenyum menatap kepergian pramusaji tersebut dari meja mereka. Kemudian ia beralih memandangi sang suami dengan tatapan penuh cinta. Aldebaran yang mengambil sendok serta garpu yang masih tersegel lantas turut menatap sang istri dengan kening mengerut, bingung.

"Kenapa?" Tanya Aldebaran.

"Aku baru tahu kalau kamu bisa bahasa Perancis." Andin memangku sikunya di atas meja, lalu menopang dagunya sambil menatap pria tampan di hadapannya tanpa berkedip.

"Sedikit." Jawab Aldebaran, singkat.

"Tapi kamu terlihat keren." Puji Andin membuat Aldebaran terkekeh.

Ketika ia hendak mengambil sendok dan garpunya, Aldebaran dengan cepat mengambilnya lebih dulu. Ia menukar sendok dan garpu yang masih terbungkus rapat itu dengan yang sudah ia buka sebelumnya, dan meletakkannya pada piring wanita itu. Mendapati perlakuan manis Aldebaran, Andin mengulum senyum manisnya.

"bon appétit." (Selamat makan) Ucap Andin menggunakan bahasa Perancis, sebelum ia memasukkan makanan ke mulutnya. Aldebaran tertegun dengan kening yang mengernyit. Istrinya bisa bahasa Perancis juga?

"Kamu bisa juga?" Tanya Aldebaran.

"Aku hanya mengingat itu dari beberapa kosa kata yang aku pelajari dadakan kemarin." Jawab Andin membuat keduanya tertawa bersama.

"bon appétit." Balas Aldebaran sambil terkekeh.

Keduanya mulai menikmati makan malam tersebut dengan saling memandang penuh cinta. Sesekali Andin menyodorkan makanannya kepada Aldebaran dan sesekali pula sebaliknya, Aldebaran yang menyuapi istrinya. Musik pop-klasik Prancis turut menjadi pengiring dinner romantis di restoran itu.

"Louis ternyata jauh lebih tampan dari yang pernah aku tonton." Tukas Andin saat melihat penampilan seorang penyanyi pria yang tampil solo dengan gitar akustik di tengah santapan mereka. Mendengar penuturan Andin, Aldebaran pun ikut melihat pada objek yang dimaksud oleh sang istri.

"Suaranya bagus banget." Puji Andin, lagi. Aldebaran melirik wanita itu sebentar, lalu kembali fokus pada makanannya.

"Dia pasti jadi penyanyi idola wanita di Perancis saat ini." Tambah Andin tanpa mengalihkan pandangannya dari penyanyi pria dengan tatto di lengannya.

"Kamu tahu dia?" Tanya Aldebaran membuat Andin mengangguk.

"Saat kuliah dulu, aku suka beberapa lagu yang dia nyanyikan."

"Ohh." Aldebaran kembali melahap makanannya.

"Kalau mau request lagu boleh kan, ya?" Tanya Andin tampak antusias.

"Kamu mau request?" Tanya Aldebaran, heran.

"Iya." Jawab Andin.

Wanita itu tiba-tiba mengangkat satu tangannya kepada penyanyi solois itu yang baru saja menyelesaikan sebuah lagu. Aldebaran diam-diam tersenyum melihat istrinya yang tampak begitu gembira berada di tempat itu.

"Yes, nona?" Solois itu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mendekati meja mereka seraya membawa sebuah microphone yang ia pakai.

"May I request a song?" Tanya Andin. Senyuman Aldebaran perlahan memudar saat melihat penyanyi itu berjalan menghampiri mereka sambil tersenyum sumringah. Mengapa dia terlihat sok tebar pesona? Begitulah kira-kira isi hati Aldebaran saat ini.

"Of course. Whats song do you want? Romantic song?" Tanya pria itu ketika sudah ada di hadapan mereka berdua. Demi menghormati Louis, Andin pun ikut berdiri. Sedangkan Aldebaran masih nyaman di tempat duduknya.

"La Vie en Rose, I want you to sing that song." Ucap Andin membuat Aldebaran meliriknya.

"Ow, how interesting. Is that song for the guy you sit with?" (Wah, menarik. Apakah lagu itu untuk pria yang duduk bersamamu?) Tanya pria itu sambil sedikit melirik pada Aldebaran.

"Yes, for him. He is my soulmate." Jawab Andin dengan tersenyum manis melihat pada sang suami yang mendadak sedikit salah tingkah, terlebih hampir semua mata sedang tertuju pada mereka yang sedang menjadi pusat perhatian di restoran tersebut.

"Oui oui, Je comprends. Why don't you just sing for him?" (Ya ya, saya mengerti. Kenapa tidak kau saja yang bernyanyi untuknya?). Balas pria berkepala sedikit plontos itu dengan dua bahasanya.

"Me?" Tanya Andin kaget sambil menunjuk dirinya sendiri. Mendengar hal itu membuat Aldebaran pun ikut kaget. Ia pun penasaran, apakah Andin akan menerima tawaran dari penyanyi itu untuk bernyanyi?

"Yes, you."

"No, my voice is bad."

"You haven't tried it, nona. After all, your bad voice will not make his love fade." (Kau belum mencobanya, nona. Lagipula, suara burukmu tidak akan membuat cintanya luntur, bukan?). Canda pria itu membuat Aldebaran terkekeh.

"Try it." Tutur Aldebaran saat Andin menatapnya, ragu.

"Boleh?" Tanya Andin meyakinkan dirinya dan sang suami. Aldebaran tersenyum simpul, kemudian mengangguk.

"Sure." Sahut Aldebaran.

"Okay." Jawab Andin, tersenyum percaya diri.

"Okay. I will accompany your song. Let's go!"

Semenit kemudian, Andin sudah duduk di depan bersama pengiring band dan penyanyi solo pria bernama Louis itu tentunya yang sudah siap dengan gitar akustiknya. Ia terlihat sedikit malu-malu sebab sekarang semua mata tertuju padanya, terutama sang suami yang kini duduk sendiri bersiap melihat penampilannya.

"Sorry, if I disturb your dinner. But I want to sing a song for someone special. He is a man who always makes my heart flutter. His gaze is soothing. His voice can make me feel calm." (Maaf jika saya mengganggu makan malam kalian. Tetapi saya ingin menyanyikan sebuah lagu untuk seseorang yang istimewa. Dia adalah pria yang selalu membuat jantungku berdebar. Tatapannya meneduhkan. Suaranya bisa membuat saya merasa tenang). Ucap Andin sebagai pembuka menggunakan mic di hadapannya. Aldebaran terkekeh pelan dengan mengulum senyumannya.

"For my soulmate, this is song for you. La Vie en Rose" Sambung Andin membuat semua yang menonton lantas kompak bertepuk tangan.

Petikan gitar milik Louis mulai terdengar perlahan dan amat merdu di telinga. Setelah intro musik pertama, suara Andin pun mulai menelusup masuk di antara suara gitar tersebut. Ia membawakan sebuah lagu romantis berbahasa Perancis.

Des yeux qui font baisser les miens
Tatapan matanya yang membuatku tersipu

Un rire qui se perd sur sa bouche
Tawa yang memudar perlah
an dari bibirnya

Voilà le portrait sans retouche
Itulah paras tanpa pindaan

De l'homme auquel j'appartiens
Dari pria tempatku bersandar

Tidak ada suara yang buruk. Suara wanita itu menilisik merdu dengan bahasa Perancis yang terdengar sedikit kaku di lidahnya, namun bagi orang asing yang tak biasa dengan bahasa tersebut, pengucapan wanita itu sudah terdengar bagus. Tatapannya tak teralihkan dari sosok pria yang duduk juga dengan menatapnya balik. Tatapan keduanya seolah mampu menyihir lagu klasik itu menjadi amat menyentuh.

Quand il me prend dans ses bras
Ketika dia menarikku ke dalam dekapannya

Qu'il me parle tout bas
Dan bicara padaku dengan suara lembut menawan

Je vois la vie en rose
Aku melihat kehidupan bernuansa merah muda

Il me dit des mots d'amour
Dia mengutarakan padaku kata-kata cinta

Des mots de tous les jours
Kata-kata dari hidup sehari-hari

Et ça m'fait quelque chose
Yang membuatku terpesona

Meski suaranya tak semerdu penyanyi-penyanyi profesional Prancis, tetapi ketulusannya dalam menyampaikan pesan di lagu itu membuat semua nampak terpukau dengan pembawaan lagunya. Paras cantik dengan garis wajah khas Asia menambah kesan anggun pada dirinya. Aldebaran tersenyum bangga.

Il est entré dans mon cœur
Dia telah mengisi ruang hatiku

Une part de bonheur
Suatu kebahagiaan

Dont je connais la cause
Yang aku tahu alasannya

C'est lui pour moi, moi pour lui dans la vie
Aku dan dia ditakdirkan hidup bersama

l me l'a dit, l'a juré, pour la vie
Dia mengatakan itu padaku, bersumpah atasnya untuk seumur hidup

Et dès que je l'aperçois
Dan begitu aku menyadarinya

Alors je sens en moi
Aku merasakan di dalam diriku

Mon cœur qui bat
Jantungku yang berdebar kencang

Des nuits d'amour à plus finir
Malam cinta tanpa akhir

Un grand bonheur, qui prend sa place
Kebahagiaan luar biasa yang mengisinya

Des ennuis des chagrins s'effacent
Duka dan gundah memudar

Heureux, heureux, à en mourir
Senang, senang sekali rasanya

(La Vie en Rose)

Meski tak mengerti satu-persatu kata pada lagu lawas Prancis tersebut, namun Aldebaran paham persis maknanya. Ia sering mendengarnya melalui playlist musik di smartphone atau di beberapa radio di saat ia masih kuliah dulu. Hari ini seseorang telah menyanyikan lagu itu untuknya. dan dia adalah belahan jiwanya.

Riuh tepuk tengan kembali menggema di ruang restoran itu membuat wanita yang baru saja menyelesaikan lagunya, tersenyum malu. Baru saja ia akan melangkah kembali pada mejanya, tanpa ia dasari Aldebaran telah tiba di hadapannya. Aldebaran tersenyum simpul dengan kedua tangan yang ia sembunyikan di belakang punggungnya.

"Jelek, ya?" Tanya Andin, minder.

"Sedikit." Jawab Aldebaran, menyipitkan matanya.

"Tuh, kan."

"Lebih banyak bagusnya." Lanjut Aldebaran, tersenyum usil.

"Masa? Gombal pasti."

"Beautiful voice. You are so great!" Puji Louis saat beranjak dari tempat duduknya.

"Oh, really?" Andin sedikit salah tingkah di hadapan dua lelaki itu. aldebaran melirik Louis dengan perasaan tidak suka. Walau bagaimana pun sebagai pria ia tidak suka ada pria lain memuji istrinya dengan berlebihan.

"Brother, now is a beautiful night for us."

"Est- ce vrai?" ( Benarkah?)

"Oui. I will propose to her." (Ya. Aku akan melamarnya.) Jawab Aldebaran membuat Andin membulatkan matanya, kaget sekaligus bingung. Louis pun nampak tercengang dengan ucapan itu.

"Mas?"

Aldebaran mengulum senyumannya, kemudian perlahan berlutut tepat di depan wanitanya. Tanpa diduga, pria itu mengeluarkan setangkai mawar merah dari balik punggungnya dan menyodorkan kepada Andin yang masih kebingungan seperti orang bloon. Melamar untuk apa? Mereka kan sudah menikah. Andin tak habis pikir.

"bebe, veux-tu m'epouser?" (Sayang, maukah kau menikah denganku?) Tutur Aldebaran dengan logat Prancis yang kental. Andin mengerutkan keningnya, tak mengerti.

"Kamu ngapain?" Desis Andin sambil memperhatikan kondisi di sekelilingnya yang terpana melihat keromantisan mereka.

"Will you marry me?" Tanyanya lagi, kali ini dengan bahasa Inggris.

"What?" Andin tercekat.

"Marry me, please." Ujar Aldebaran, lagi.

"Mas, ini kamu lagi bercanda, ya?" Desis Andin pelan. Aldebaran tersenyum manis, lalu mengedipkan sebelah matanya, seolah memberikan sebuah kode.

"Baby, please." Aldebaran tampak memelas sembari terus menyodorkan sekuntum bunga mawar merah itu. Andin yang telah mengerti dengan keisengan sang suami, akhirnya mengikuti permainannya.

"Yes, I will." Jawab Andin dengan pengeras suara bernama microphone tersebut seraya menerima bunga itu.

Riuh seruan kegembiraan seketika menggema di restoran tersebut saat mendapati sepasang kekasih yang mereka tahu telah melakukan lamaran spontan terang-terangan di tempat itu. Dengan wajah sedikit shok, Louis pun turut berseru meski dengan raut yang masih tak menyangka bahwa malam ini penyanyi tersebut akan mendapati sepasang kekasih yang saling menyatakan cintanya.

Aldebaran tertawa riang, lalu bangkit dari posisinya dan langsung memeluk tubuh wanitanya. Andin pun hanya mampu tertawa geli. Ada-ada saja ide iseng yang muncul di kepala pria itu. Namun lagi-lagi hal-hal unik seperti itulah yang membuat Andin kian jatuh cinta.

"Congratulation for you two!" Seru Louis, turut bersemangat.

"Thank you, brother." Balas Aldebaran, puas.

"When you're married, comeback here for your honeymoon." (Ketika kalian sudah menikah, kembalilah kesini untuk berbulan madu.)

"Exactly. We will..."

"Okay, to celebrate the perfect night for the twon of them, let's dance together!" (Baik. Untuk merayakan malam yang sempurna bagi mereka berdua, mari kita berdansa bersama-sama!) Ajak Louis dengan berseru penuh antusias kepada seluruh yang ada di ruang restoran itu.

Suasana meriah penuh suka cita seketika berganti menjadi suasana tenang mendayu-dayu di tengah dansa puluhan pasangan di restoran itu yang diiringi lagu slow-romantic oleh Louis Gilbert. Iringan gitar dan biola turut serta membawa mereka ke dalam suasana yang menyejukkan untuk saling menatap atau saling bertukar kalimat yang indah pada masing-masing pasangan.

Il est entré dans mon cœur
Dia telah mengisi ruang hatiku

Une part de bonheur
Suatu kebahagiaan

Dont je connais la cause
Yang aku tahu alasannya

C'est lui pour moi, moi pour lui dans la vie
Aku dan dia ditakdirkan hidup bersama

l me l'a dit, l'a juré, pour la vie
Dia mengatakan itu padaku, bersumpah atasnya untuk seumur hidup

(La Vie en Rose)

Aldebaran dan Andin berdansa tepat di tengah-tengan yang lain. Seolah mereka menjadi bintangnya di malam itu. Andin melingkarkan kedua lengannya pada leher Aldebaran, dan Aldebaran memegang kedua sisi pinggang wanita itu. Tatapan mata keduanya menyiratkan kebahagiaan yang sempurna diiringan dengan senyuman yang merekah.

"Kamu tahu kenapa saya melakukan hal seperti tadi?" Tanya Aldebaran, lembut di antara musik yang mengalun.

"Untuk menunjukkan pada Louis?"

"Emm, kurang tepat."

"Untuk pamer ke semua orang yang ada di sini?" Tebak Andin, lagi. Aldebaran kembali menimbang-nimbang.

"Bisa jadi, tapi bukan itu tepatnya."

"Lalu?" Andin mengernyitkan keningnya.

"Saya ingin mengenang dengan baik momen-momen berharga itu. Momen dimana saya benar-benar merasakan puncak kebahagiaan, saat kamu menerima lamaran saya di bandara waktu itu." Ungkap Aldebaran.

"Kamu tahu, Andin? Saya mungkin hanya bisa sesekali mengulang hal-hal konyol seperti itu, tapi perasaannya akan terus terulang setiap hari tanpa perlu saya perintahkan. Perasaan itu bernama jatuh cinta. Setiap saya membuka mata dan ada kamu di sisi saya, saya lagi-lagi jatuh cinta pada orang yang sama." Timpalnya membuat wanita itu tersenyum dengan mata berkaca-kaca.

"Saya bingung, bagaimana bisa ya jatuh cinta berkali-kali pada orang yang sama, bahkan setiap hari?" Lanjutnya membuat Andin tertawa pelan. Masih dengan gerakan dansa yang slow, kedua mata itu terus terpaut hangat.

"Ini kamu lagi nanya atau lagi gombalin aku sih?" Balas Andin giliran membuat pria itu yang tertawa.

"Kelihatannya saya lagi gombalin kamu, ya?" Aldebaran bertanya balik. Tidak, tentu saja tidak. Setiap kalimat manis yang keluar dari mulut pria itu untuknya tidak pernah terdengar seperti gombalan. Andin tahu laki-laki di hadapannya itu berbeda dari laki-laki kebanyakan di luar sana. Amat berbeda. Kata-kata pria itu selalu terdengar tulus hingga membuatnya selalu percaya.

"Nggak." Jawab Andin, tersenyum.

"Makasih ya, Mas, kamu sudah mencintaiku begitu dalam. Setiap kamu mengatakan dan menunjukkannya, aku selalu merasa menjadi wanita paling istimewa di bumi ini."

"Tidak perlu berterima kasih. Cinta bukanlah kata kerja. Dia tak perlu balasan apapun." Ujar Aldebaran.

Keduanya lalu berpelukan di antara puluhan pasangan yang masih asik berdansa seraya menikmati musik yang mengalun. Tak perlu dengan kata-kata berlebihan, hanya dengan kalimat sederhana, Andin sudah merasa menjadi wanita yang amat dipuja oleh lelakinya. Lelaki yang telah bersumpah di hadapan Tuhan bahwa akan selalu di sisinya seumur hidupnya.

Teringat lagi hal yang buat hatiku

Jatuh cinta dengan hebatnya padamu

Hingga kini ku belum mampu percaya

Kau milikku selamanya

Kutemukan arti cinta

Di waktu hidup denganmu yang tak terduga

Seperti nadimu yang selalu denyutkan setia

Aku bahagia menjadi pemiliknya

Bagaimana bisa aku jatuh cinta

Berulang kali pada orang yang sama?

(Virgoun - Orang yang Sama)

Musik terus mengalun, menghanyutkan pasangan itu yang bergerak dengan posisi masih saling berpelukan. Keduanya mengungkapkan segala kata-kata indah tentang cinta yang mereka rasakan satu sama lain. Di antara keramaian dan romantisnya kota Paris, malam ini seluruh dunia terasa menjadi milik mereka. Tak ada yang boleh mengusik.

______________________________

//BRAAKK!!//

Aldebaran seketika membuka matanya yang sedari tadi terpejam nyaman dalam pelukan kekasihnya. Suara pecahan kaca yang masuk di pendengarannya membuat ia sedikit terusik. Ia melirik ke arah sumber suara tersebut. Kelihatannya ada seseorang yang baru saja menabrak seorang pramusaji yang membawa beberapa gelas kaca.

Tunggu. Orang itu rasanya pernah ia lihat sebelumnya. Aldebaran menyipitkan matanya, memperhatikan lebih detail seraya mengingat sesuatu. Ah, ia ingat! Itu adalah pria yang bertemu dengannya di pantai waktu itu. pria yang dompetnya terjatuh dan Aldebaran membantu mengambilnya. Ya, tidak salah lagi.

Tapi kenapa orang itu bisa ada di tempat yang sama dengannya? Di antara banyak negara dan ratusan tempat yang ada di Paris, kenapa orang itu kebetulan ada di sana juga? Apa itu bukan kebetulan? Atau... jangan-jangan pria itu adalah seorang mata-mata.

"Andin..." Lirih Aldebaran sambil perlahan melepaskan pelukan mereka.

"Iya, Mas?" aldebaran dengan cepat melepaskan jas yang ia kenakan, lalu memakaikannya untuk melindungi tubuh wanitanya yang sedikit terbuka. Andin menatapnya dengan bingung.

"Kamu tunggu di sini sebentar, ya."

"Kamu mau kemana?" Tanya Andin.

"Sebentar. Saya bakal balik lagi. Kamu jangan kemana-mana." Tanpa menjawab pertanyaan dari sang istri, pria itu buru-buru mencoba mengejar seseorang itu yang baru saja pergi.

"Mas!" Seruan Andin tak berpengaruh apa-apa di saat pria itu sudah melesat pergi dari hadapannya. Di antara musik yang masih mengalun dan suasana ramai itu, Andin menatap kepergian Aldebaran dengan wajah cemasnya.

__________________Bersambung_______________

Sampai sini dulu ya, guys, hihii. Selamat sahur semuanya!

Jangan lupa vote dan comment, yaww.

Continue Reading

You'll Also Like

3.3M 270K 96
RANKED #1 CUTE #1 COMEDY-ROMANCE #2 YOUNG ADULT #2 BOLLYWOOD #2 LOVE AT FIRST SIGHT #3 PASSION #7 COMEDY-DRAMA #9 LOVE P.S - Do let me know if you...
531K 11.8K 24
Lucy Hale, your typical omega. Shy, nerdy, loner and anything her pack would like to punch and boss around. Her life was turned upside down after an...
512K 27.9K 18
𝐒𝐡𝐢𝐯𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐑𝐚𝐣𝐩𝐮𝐭 𝐱 𝐑𝐮𝐝𝐫𝐚𝐤𝐬𝐡 𝐑𝐚𝐣𝐩𝐮𝐭 ~By 𝐊𝐚𝐣𝐮ꨄ︎...
1.2M 15.4K 52
NOT EDITED YET Gracie Owen's a headstrong journalist major rooms with her childhood best friend JJ Anderson for junior year, little does she know she...