LOVEBIRD 13: Mengidam?

1.4K 175 33
                                    

Matahari pagi menembus fentilasi kaca yang masih tertutup oleh tirai-tirai panjang. Aldebaran terusik dan melenguh pelan. Ia membuka matanya namun seketika menutup kembali saat silau itu menerpa hingga membuat matanya yang baru terbangun itu sedikit nyeri. Keningnya mengerut saat merasakan bahwa ada benda lembut yang tampaknya melekat di atasnya, lalu menyentuhnya. Aldebaran tersadar bahwa wanitanya tertidur dengan kepala yang tepat bersentuhan dengan dada bidangnya. Sedangkan tangan wanita itu masih begitu betah memeluk tubuhnya.

"Kasihan. Tidur kamu semalam pasti nggak nyenyak ya Ndin, karena harus mengurus saya." Gumam Aldebaran seraya mengambil handuk kecil itu dari keningnya. Ia bangun untuk duduk perlahan dan memandangi wajah lelah istrinya.

"Maafin saya, ya. Saya sudah buat kamu repot." Kata Aldebaran kemudian mengecup kening wanita itu dengan tulus.

Aldebaran merasa mulai membaik. Rasa pusing yang menyiksanya semalam sudah menghilang. Demamnya pun dirasa sudah turun. Hanya tersisa beberapa bagian tubuhnya yang dirasa agak pegal dan wajahnya yang sedikit pucat. Meski begitu, Aldebaran sudah bisa bangkit sendiri dan meninggalkan istrinya yang masih perlu tidur, setelah sebelumnya ia memperbaiki selimut pada tubuh Andin.

Tak lama berselang, Andin tampak mulai terusik saat merasakan matahari semakin terik menembus kaca jendela kamar mereka dan menyentuh permukaan kulit halusnya. Tangannya meraba ke samping kanannya, tetapi aneh, tak ada seseorang yang ia cari. Hal itu membuatnya segera memulihkan kesadarannya secara total. Ia terbangun dan memperhatikan kamar yang tampak kosong, hanya ada dirinya.

"Mas Al?" Gumamnya, menanyakan keberadaan sang suami.

Ia segera bangkit dan menuju kamar mandi untuk mencari keberadaan Aldebaran. Namun tak terlihat. Ia keluar kamar dan menuju ke arah dapur. Dan ternyata disana lah orangnya. Pria yang membelakangi Andin itu tampak sedang membuat sesuatu dengan dua cangkir di hadapannya. Perlahan, Andin mendekat sembari terus memperhatikan apa yang sedang dilakukan oleh suaminya itu.

"Sayang..." Tegur Andin hingga membuat Aldebaran tersadar akan kehadiran Andin disana.

"Hei, kamu sudah bangun rupanya. Selamat pagi." Sapa Aldebaran dengan senyuman yang terukir indah. Andin terdiam sesaat seperti sedang memperhatikan wajah pucat pria itu kemudian menyentuh kening serta kedua pipinya.

"Demam kamu udah turun?" Kata Andin, tersenyum senang. Aldebaran mengangguk.

"Itu karena kamu sudah merawat saya dengan baik." Jawabnya, lalu mengecup kening istrinya.

"Terima kasih, sayang." Sambungnya membuat Andin sedikit tersipu.

"Tapi, muka kamu masih pucat." Andin kembali menampakkan kecemasan.

"Nggak apa-apa. Paling sebentar lagi saya akan segar kembali." Mendengar penuturan pria itu, Andin tampak tenang.

"Kamu lagi ngapain?" Tanya Andin, menatap ke arah dua cangkir disana. Aldebaran tersenyum dan meraih salah satu cangkirnya.

"Saya buat yang spesial untuk istri saya." Katanya menyodorkan cangkir yang tampak berisi teh itu pada Andin.

"Apple tea, kamu suka, kan?."

Andin tersenyum takjub. Baginya, itu pertama kali Aldebaran membuatkan minuman istimewa untuknya. Karena pada dasarnya Aldebaran adalah pria yang sangat enggan berinteraksi dengan peralatan dapur, apalagi untuk membuat sesuatu. Tetapi tidak untuk hari itu.

"Belajar dari siapa?" Tanya Andin diiringi kekehan kecilnya setelah sekali menyeruput teh tersebut.

"Dari Oma Diana. Dulu waktu saya dan Roy masih tinggal di Bogor, Oma sering mengajarkan kami membuat berbagai macam minuman teh, salah satunya ini. Meskipun tadi sempat lupa bagaimana penyeduhannya yang benar, tapi saya berusaha mengingatnya untuk istri saya yang sudah menjadi perawat terbaik saya." Ujar Aldebaran membuat Andin terkekeh.

Forever After Season 2 (LOVEBIRD)Where stories live. Discover now