LOVEBIRD 25: Elzio Sagara

1.2K 153 33
                                    

Sementara itu, tepat di depan pintu ruang persalinan para orang tua mereka sudah menanti dengan raut penuh kecemasan. Tangan Rossa dan Susan saling menggenggam berusaha untuk saling menguatkan demi menunggu kabar baik kelahiran cucu pertama mereka. Aurora yang duduk di dekat keduanya mencoba untuk sedikit menenangkan. Sedangkan Damar, meski memiliki rasa khawatir yang sama dan hanya mondar-mandir gelisah sejak tadi, pria itu sesekali mengusap punggung istrinya untuk mengajak wanita itu sedikit lebih tenang.

"Pa, papa nggak mau duduk aja gitu?" Tegur Roy yang sejak tadi sudah memperhatikan gerak-gerik sang papa.

"Nggak bisa, Roy. Papa makin gelisah kalau duduk."

"Iya, aku ngerti kalau papa khawatir. Sama, kita juga. Tapi daripada papa mondar-mandir, selain papa yang capek, Roy juga pusing melihatnya dari tadi." Sahut Roy dengan nada sedikit mengomel.

"Sudah deh, kamu nggak usah banyak protes. Ya begini cara papa biar nggak tegang-tegang amat."

"Dih, masa?"

"Roy!" Desis Aurora menegur sang suami.

"Papa nyebelin soalnya, sayang." Roy mengadu seperti anak kecil.

//Oeekk! Oeekk!//

Suara tangisan bayi yang terdengar lantang membuat mereka yang sedang menanti di depan ruangan tersebut mendadak mematung beberapa saat. Damar menghentikan langkah kakinya. Susan dan Rossa yang saling menatap seketika bangun untuk berdiri. Sedangkan Aurora yang terlihat terharu, langsung meraih tangan suaminya.

"Cucuku..." Lirih Damar tersenyum haru dengan mata yang mendadak berkaca-kaca.

Kembali pada suasana di dalam ruang persalinan itu, beberapa menit setelahnya, Andin nampak sudah mendapatkan penanganan menggunakan selang oksigen pada pernapasannya sebab telah kehilangan banyak kadar oksigen. Namun kondisinya kini sudah berangsur membaik. Sambil menunggu bayi mereka yang masih dalam berbagai pemeriksaan oleh dokter dan perawatnya, Aldebaran terus setia menggenggam tangan Andin tanpa pernah beranjak sedikitpun.

"Apa yang kamu rasakan sekarang, sayang?" Tanya Aldebaran dengan nada lembutnya setelah berkali-kali mengecup kening wanitanya.

"Aku bahagia, Mas." Tutur Andin tersenyum dengan tatapan sayu. Lalu, setetes airmata kembali keluar dari sudut matanya.

"Saya juga, bahagia sekali." Balas Aldebaran memberikan senyuman terbaiknya.

"Terima kasih, ya, karena sudah berjuang begitu hebat demi saya dan demi jagoan kita." Timpal Aldebaran.

"Iya, Mas. Terima kasih juga karena kamu selalu setia di sini." Balas Andin dengan suaranya yang masih terdengar lemah.

"Itu adalah tugas saya, Andin." Keduanya saling melemparkan senyuman hangat penuh cinta, hingga terusik oleh suara dokter yang menghampiri mereka.

"Jagoan bapak dan ibu sudah kami lakukan pemeriksaan dasar dan hasilnya dia dalam kondisi yang sangat sehat tanpa kekurangan satu pun. Menangisnya juga kencang sekali." Ujar dokter Elsa disusul oleh seorang perawat yang menggendong bayi mungil yang hanya tertutup oleh sebuah kain lembut sebagai selimut.

"Alhamdulillah." Lirih Aldebaran disusul oleh Andin. Keduanya berusaha melihat bayi mereka dengan antusias.

"Sekarang saatnya IMD ya, Bu. Bayi ibu akan kami letakkan di atas dada ibu secara skin to skin." Ujar dokter Elsa membuat Andin menganggukkan kepalanya dengan semangat.

Perawat yang membawa bayi laki-laki itu perlahan meletakkan bayi tersebut di dada Andin yang sudah disingkap sebelumnya oleh perawat satunya. Dalam posisi tiarap sang bayi yang sebelumnya menangis kencang perlahan berhenti mengeluarkan suaranya, tampak menemukan kenyamanan saat sentuhan kulit mereka bertemu.

Forever After Season 2 (LOVEBIRD)Where stories live. Discover now