AydanAra [End] Completed✔️

hajiban द्वारा

105K 2.7K 531

⚠️Segala bentuk plagiarisasi/komersialisasi karya cerita ini berhukum dosa, harap mengutamakan adab diatas se... अधिक

Sah
masih awal
rindu Ziraa
belanja
Teman Zira
pemberian yang dibuang
pertemuan haidar
kemarahan Aydan
teman posesif
Kehujanan
peduli?
nasihat
Ulang tahun Ara
kecewa
Amanah
Fakta baru
kejujuran Aydan
kepahitan
Menyerah
Menyerah (2)
Pergi
Hukuman
Ara?
Pertemuan
Meminta kesempatan
Hilangnya perasaan
Kecemburuan Aydan
Menginap dirumah Fahrul
Sekamar
Baikan
Membuka lembaran baru
hak Aydan
rencana pulang
kembali ke rumah
Mie Ayam ngga pake mie
Pregnant!!🖤
kekhawatiran Ara
End,
•Extra part
•INFO!!•

Ucul

2.5K 69 1
hajiban द्वारा

Assalamualaikum
Haloo readerss apa kabar?
Makasii yang udah jadi pembaca setiaku, kalian baik-baik banget sih, love buat kalian🖤🖤

Happy reading~~







🦋🦋🦋




Pagi hari, Ara menunggu kedatangan orang tuanya di dalam pesantren, hari ini ia tidak akan kemana-mana sesuai permintaan orang tuanya.

Untuk menghilangkan bosan, ia berjalan-jalan di sekitar pondok,

"Dek, mau kemana?" Tanya Fahrul dari arah dalam rumahnya.

"Ngga kemana-mana, cuma mau keliling-keliling disekitaran sini, Ara bosen diem aja nunggu Ayah Bunda." Jawab Ara jujur dengan wajah cemberut.

Fahrul tersenyum, meskipun adeknya sudah menikah tapi dihadapannya hanya Ara kecil yang cengeng.

"Yaiyalah, orang tadi mereka ngabari masih mau ke bandara, mungkin nanti sore kalau ngga nanti malam mereka datang." Tutur Fahrul.

"Kak, Ara mau tanya dong!" Saut Ara.

"Tanya apa?" Jawab Fahrul.

"Kenapa disini disebutnya 'ndalem' padahal kan bukan di Jawa?" Tanyanya polos.

Fahrul terkekeh, "Kata Umma sama Abi dulu saat mereka bangun pesantren,santri disini sering mendengar Umma sama Abi tentang ndalem, mereka ingin tahu ndalem itu seperti apa, jadi Umma sama Abi menunjukkan letak ndalem disini, jadi sampai saat ini mereka menyebutnya ndalem." Ujar Fahrul memberitahu.

Ara yang mendengarnya manggut-manggut, lalu ia melihat dari arah luar gerbang ada wanita abdi ndalem yang biasa bercadar hendak menuju ke arah dapur.

"mbak mau kemana?" Tanya Ara melihat Ririn menuju ke arahnya.

"Emm, mau ke dapur untuk masak Ning." Ucapnya menenteng belanjaannya yang ia bawa dari luar saat membelinya dipasar.

"Ara mau ikut buat masak boleh?" Tanya Ara, ia tampak girang saat melihat belanjaan ditangan Ririn.

"Boleh Ning." Jawabnya tetap menunduk.

"Yeayyy, Ara mau ke dapur dulu ya Kak, dadaahh Assalamualaikum." Pamit Ara pada Fahrul merangkul tangan Ririn.

"Waalaikumussalam, dasar bocil." Batin Fahrul menggeleng-geleng.

Jika bersama Fahrul, Ara menjadi perempuan yang ceria, Ara tak pernah malu mengungkapkan keinginannya jika bersama Kakaknya, dulu saat masih sd Ara sempat tinggal di pesantren ini cukup lama, bahkan santri-santri menyebutnya Ning karena ia adik dari Gus Fahrul, oleh karena itu ia tidak perlu adaptasi saat kembali ke pesantren ini setelah sekian lama.

Sesampainya di dapur, Ririn menaruh semua bahan tersebut lalu ia bersiap-siap untuk masak.

"Ara bantuin apa aja mbak?" Tanya Ara.

"Hanya potong ini saja Ning, selebihnya saya saja." Jawab Ririn.

"Ishh mbak nih panggilnya 'Ara' jangan yang lain, eh tapi Ara mau bantu yang lain juga dong mbak, Ara bisa kok percaya deh." Kata Ara meminta untuk menambah pekerjaan dapurnya.

"Iya saya tahu Ara bisa, tapi ngga enak kalau Ara bantu banyak, nanti kecapean." Jawab Ririn.

"Mbak Ririn kaya sama siapa aja, udah nggapapa." Saut Ara, ia mengenal Ririn saat dia masih SD, Ririn adalah anak dari penjaga pesantren, jadi dulu ia yang menemani Ara disini.

"Yasudah kalau gitu, Ara bantu yang Ara bisa buat, okeyy?" Ucap Ririn.

"Okeyyy siap mbak!" Girang Ara, ia mulai menggulung baju di tangannya, bersiap-siap untuk memotong dan memasak makanan didapur.

Ditengah-tengah memasak,"Sutt.. pushh!" Panggil Ara berbisik.

Ia melihat kucing yang kemaren di pesantren saat ini tengah berjalan-jalan di area dapur.

Ririn menoleh, "Ara manggil siapa?" Tanyanya.

"Oh ngga, ini loh ada mpuss." Ujarnya memberitahu, ia menunjuk kucing yang sedang menatap ke arah Ara.

"Kamu udah makan?" Tanya Ara pada seekor kucing tersebut.

"Meong.." jawab kucing tersebut.

"Oh belum." Dijawab Ara sendiri.

Ririn menggaruk kepalanya yang tidak gatal "agak laen memang."

"Mbak Rin, mbak Rin!" Panggil Ara.

"Iya kenapa Ra?" Langsung dijawab oleh Ririn.

"Ada sisa lauk yang kemaren nggak? Ikan gitu?"

"Eee sebentar, mbak buka laci diatas dulu." Ucapnya berjalan ke arah laci.

"Masih Ra, sisa 1, ini ikan kemarin lupa dibuang." Tuturnya memeriksa laci tempat yang biasanya lauk disimpan.

"Kasih ke mpussnya boleh ya mbak?" Tanya Ara sebenarnya meminta izin untuk memberi kucing itu makan.

"Oh boleh Ra, ini.." Saut Ririn langsung menyerahkannya pada Ara.

"Hehe Makasii mbak!!"

"Ni mpuss, sini!" Ara mengkode dengan tangannya agar kucing tersebut mendekat.

Kemudian kucing tersebut mendekat ke arah Ara, ia mengendus harum ikan yang Ara pegang dipiring.

"Makan mpuss jangan ditolak ini rezeki." Ucap Ara. Lalu kucing tersebut memakan ikan tersebut sampai habis, setelah makan ia pergi mendekat dan duduk disamping Ara yang sedang memperhatikannya

"Meong.."

"Sama-sama." Saut Ara seolah mengerti, kemudian ia mengelus kucing tersebut.



Ririn hanya geleng-geleng tersenyum, kemudian ia melanjutkan masaknya dengan Ara sampai selesai.

"Udah ni mbak!" Ujar Ara setelah masakan tersebut siap disajikan.

"Iya Ra, Terimakasih banyak ya sudah bantu Mbak, biar Mbak saja yang sajikan." Ucap Ririn.

"Kembali kasih, Ara seneng masak mbak, besok-besok kalo mbak nggaada temen masak, ajak Ara ya!" Pinta Ara.

"Okee Ra!" Tersenyum Ririn menunjukkan jempolnya.

"Yaudah kalo gitu, Ara tinggal dulu ya mbak, Assalamualaikum." Pamit Ara.

"Iya Ra, waalaikumussalam." Saut Ririn sambil menunggu dan melihat kepergian Ara, kemudian ia menyajikan masakan tersebut pada tempatnya lalu ia akan mengantarnya ke meja makan di ndalem.

°°°

"Assalamualaikum.." Ara mengucap salam saat masuk ke rumah Fahrul.

"Waalaikumussalam." Jawab Abi Fahrul yang sedang duduk diruang tamu.

"Eh Abi, kapan dateng Bi? Kata Kak Fahrul 2 Minggu kemarin Umma sama Abi pergi ke luar kota ya?" Tanya Ara yang langsung mencium dengan Hamzah yaitu Abi Fahrul, ia terkejut melihat abinya karena ia cukup rindu selama ini dengannya.

Abi Hamzah adalah Kakak dari Bunda Zarin, alasan Ara dan Fahrul semahram karena dulu Umma Zainab yaitu Ibu Fahrul sedang ada keperluan di Banjarmasin, jadi Fahrul sementara ia titipkan pada adik iparnya yaitu Bunda Zarin saat Ara masih bayi, dan Fahrul masih sekitar umur 1 tahun. Dan Bunda Zarin memberikan asinya saat Umma Zainab tidak ada.

"Nggeh nak, Abi baru datang tadi pagi, MasyaAllah anak Abi udah besar, cantik seperti bundanya." Saut Abi Hamzah, ia pangling dengan Ara karena ia melihatnya terakhir saat waktu sd. Mereka tidak bisa hadir dalam acara pernikahan Ara karena ada kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan.

"Barakallah, Abi bisa aja nih." Sautnya tersenyum malu.

Abi Hamzah mendengar semua cerita tentang Ara, ia sekarang juga menunggu Adik dan adik iparnya datang, yaitu Zarin dan Regan, ia tidak berbicara mengenai rumah tangga Ara padanya karena ia mengerti Ara seperti apa.

"Ayah Bundamu belum datang nduk?"

"Belum Abi, mungkin nanti sore atau nanti malam kata Kak Fahrul datangnya." Ujar Ara yang mendapat anggukan dari Hamzah.

"Eh Assalamualaikum, anak Ummah! Duh Ya Allah!" Ucap Umma dari arah dalam rumah heboh, ia girang melihat Ara.

Ara menoleh dan tersenyum menyambut Zainab.

"Waalaikumussalam Ummah." Ia langsung menyalimi tangan Zainab, Zainab mengecup pipi Ara dikedua sisinya.

"Ini beneran putri Ummah kan? MasyaAllah cantik bangett!" Seru Zainab memutar bahu Ara kekanan dan kekiri.

"Eh udah udah! Aranya nanti pusing ummah!" Ucap Hamzah terkekeh.

"Hehe nggapapa kok Bi." Jawab Ara.

"Lagian ini kenapa lucu banget sih, Ummah jadi pengen Ara tinggal disini terus temenin Umma." Jawab Zainab masih memegang pipi Ara.

Hamzah hanya geleng-geleng, beginilah saat istrinya bertemu Ara, mereka hanya dikaruniai satu anak yaitu Fahrul saja.

"InsyaAllah ummah, Ara akan temenin ummah terus dalam beberapa bulan." Jawab Ara tersenyum yang diangguki Zainab, sebenernya Zainab ingin Ara tinggal disini dan menetap tapi ia juga mengerti bahwa rumah Ara di tanah Jawa.

"Assalamualaikum! Udah nih kangen-kangennya? Ngga kangen anak sendiri?" Ujar Fahrul sedari balik pintu yang kemudian masuk ke dalam rumah.

Fahrul langsung menyalimi keduanya,
"Waalaikumussalam, eh putra ummah udah daritadi?" Jawab Zainab yang diangguki Fahrul.

"Gimana Rul, aman?" Tanya Abinya melihat Fahrul yang duduk diantara Umma dan Ara.

"Aman Bi, pesantren baik-baik aja." Jawab Fahrul.

"Bagus!" Tutur Abinya mengacungkan jempol.

Kemudian mereka berempat mengobrol dan bercerita banyak setelah lama tidak bertemu, banyak canda tawa diantara mereka, seperti dikeluarnya Ara juga merasa nyaman dengan keluarga Fahrul, ia tak sungkan maupun canggung karena telah menganggap mereka seperti orang tuanya.



°°°



Malam harinya Fahrul sudah sampai di bandara, ia hendak menjemput Ayah dan Bunda Ara.

"Assalamualaikum Ayah, Bunda!" Seru Fahrul melambaikan tangan ke arah mereka.

"Waalaikumussalam, ayo Bun!" Ucap Regan menggenggam tangan Zarin menuju Fahrul.

Fahrul langsung menyalami keduanya, ia lama tidak berjumpa dengan Ayah Bundanya. Begitupun Zarin yang tak pernah melunturkan senyumnya sedaritadi.

Fahrul melihat mereka masih celingak celinguk menatap sekelilingnya.

"Ayah Bunda cari siapa?"

"Ara dimana Nak? Lagi ke toilet ya?" Tanya Ayah Ara.

Fahrul terkekeh, "Adek udah Fahrul ajak tadi tapi nggamau, katanya ngga boleh kemana-mana sama Ayah dan Bunda, jadi dia lebih memilih menunggu pesantren."

"Aduh Adek, bukan gini juga maksudnya." Tepuknya pada kening, ia baru ingat bahwa anaknya sepolos itu.

"Yasudah langsung ke pesantren saja biar bisa lihat Ara." Saut Bunda Ara tak sabar melihat anak perempuannya.

"Okee siap Bun, sebentar Fahrul ambil mobil dulu, Ayah sama Bunda tunggu disini aja." Ucap Fahrul diangguki keduanya.

Kemudian mereka naik ke dalam mobil Fahrul dan berangkat menuju pesantren.

Setibanya di pesantren, Ara Umma dan Abi Fahrul sudah menunggunya di depan rumah, ia ingin menyambut mereka dengan baik.

Wajah Ayah dan Bunda Ara sumringah melihat anaknya dari kejauhan, mereka jadi tidak sabar untuk turun.

"Silahkan turun Ayah Bunda, Ara Umma dan Abi sudah menunggu." Ujar Fahrul ramah saat mobilnya berhenti tepat didepan rumahnya.

"Terimakasih nak, kami turun dulu." Saut keduanya yang diangguki Fahrul.

Mereka berdua kemudian turun langsung menuju Ara, mereka memeluknya sambil menangis, sangat bersyukur karena Ara selamat.

"Ayah Bunda jangan nangis, Ara kan udah disini." Ucap Ara mempukpuk keduanya, mereka mengangguk kemudian mengusap air matanya masing-masing.

"Assalamualaikum Mas, Mbak!" Salam Zarin pada Kakak dan Kakak iparnya.

"Waalaikumussalam dek, mari masuk kedalam dulu pasti kalian lelah dari perjalanan jauh" Jawab keduanya.

Lalu mereka semua masuk kedalam ruang tamu rumah tersebut.

Mereka berbincang-bincang dan menceritakan segala hal yang terjadi semenjak minggu kemarin, ternyata dalam pesawat tersebut Keisya (teman Ara) lah yang memakai tas tersebut, memang perawakannya persis dengan Ara, dan lagi pihak rumah sakit tidak bisa mengidentifikasi jasadnya karena hancur.

Lama mereka bercerita akhirnya mereka istirahat karena hari sudah mulai larut.

Ara masih membersihkan sisa makan malam keluarga tersebut, ia mencuci, mengepel, bahkan membuang sampah saat keluarga tersebut ada di kamarnya masing-masing.

Setelah membuang sampah, Ara melihat kucing itu lagi duduk di kursi ruang tamu, ia menjilat-jilat kakinya.

Dimeja tersebut ada kuncir rambut dan kaca yang Ara simpan tadi sore. Lalu ia memiliki ide pada kucingnya.

"Mpuss.."

"Meong.."

Ara tersenyum girang lalu ia mengambil hpnya dari kantong sakunya, ia membuka aplikasi YouTube dan melihatkannya pada kucing tersebut.

Karena kucing tersebut mulai serius menonton kemudian Ara melancarkan aksinya.

Ia ambil kuncir rambut tersebut dan ia duduk tepat dibelakang kucing, ia masih melirik-lirik khawatir kucing tersebut sadar.

"Hufft aman-aman, ngga lihat dia." Elusnya pada dadanya.

Ia menguncir bulu kucing tersebut menjadi 2 kepangan, ia terkikik geli melihat hasil karyanya.

"Pfttt.." tahan Ara untuk tidak tertawa melihat ekspresi kucing yang saat ini melihat ke arah Ara.

Krieek...

"Assalamualaikum." Pintu rumah tersebut berbunyi kemudian terbuka, dan Ara melihat langsung ke arah pintu ternyata Kakaknya yang datang, ia segera menormalkan ekspresinya.

"Waalaikumussalam." Sautnya, dalam hatinya masih menahan tawa.

"Meong.."

Fahrul yang baru masuk langsung di hadapkan dengan Ara yang duduk anteng di kursi ruang tamu, ia kemudian mengalihkan pandangannya pada kucing disebelah Ara.

"Astaghfirullah Adek, kamu apain itu?" Kagetnya melihat kucing yang Ara kuncir bulunya.

"Bhahaaaaa..." Ara tak mampu menahan tawanya lagi, ia tertawa terbahak-bahak setelah Fahrul sadar melihat kepangan 2 pada kepala kucing.

"Ara cuma kuncirin bulunya Kak, lucu kan!!" Jawab Ara masih terkekeh melihat ke arah kucingnya.

"Ya Allah, ucul banget kelakuannya , Lihat tu nah dia mukanya sinis natap kamu." Tunjuk Fahrul melihat kucing tersebut menatap tidak suka pada Ara.

"Emang iya?" Saut Ara memegang kepala kucing tersebut di gelengkan ke kanan dan kekiri.

"Ngga kok, bagus kan mpuss?" Sambungnya lagi kemudian mengelus halus bulunya.

"Meong.." sautnya menunduk pasrah.

Fahrul hanya geleng-geleng, serandom randomnya Ara baru kali ini ia melihat Ara mengepang bulu kucing, ada ada saja.

"Semoga suamimu tidak tertekan dek.." batinnya meringis mengusap dadanya sembari beristighfar.







bersambung...


Terimakasih yang sudah berkunjung ke cerita ini, jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya 🖤

Maaf ya kalo ini aku panjangin part-nya, soalnya dipart selanjutnya Aydan mulai muncul lagi, stayy dicerita ini yaa, see you next part~~~







पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

718K 63.7K 36
𝙏𝙪𝙣𝙚 𝙠𝙮𝙖 𝙠𝙖𝙧 𝙙𝙖𝙡𝙖 , 𝙈𝙖𝙧 𝙜𝙖𝙮𝙞 𝙢𝙖𝙞 𝙢𝙞𝙩 𝙜𝙖𝙮𝙞 𝙢𝙖𝙞 𝙃𝙤 𝙜𝙖𝙮𝙞 𝙢𝙖𝙞...... ♡ 𝙏𝙀𝙍𝙄 𝘿𝙀𝙀𝙒𝘼𝙉𝙄 ♡ Shashwat Rajva...
Their Little Princess | ✔️ daisy द्वारा

किशोर उपन्यास

1M 33.1K 70
HIGHEST RANKINGS: #1 in teenagegirl #1 in overprotective #3 in anxiety Maddie Rossi is only 13, and has known nothing but pain and heartbreak her ent...
Walker Scobell imagines Hehehe.Scobell द्वारा

किशोर उपन्यास

134K 1.7K 55
Well i mean its just imagines of walker sooooo Also request are open so if you want one just let me know!
12.6K 560 34
„You are the reason why I'm here today." _-_-_-_-_ After the truth about the relationship between Max Verstappen and Kelly Piquet came out, his world...