AydanAra [End] Completed✔️

By hajiban

109K 2.8K 532

⚠️Segala bentuk plagiarisasi/komersialisasi karya cerita ini berhukum dosa, harap mengutamakan adab diatas se... More

Sah
masih awal
rindu Ziraa
belanja
Teman Zira
pemberian yang dibuang
pertemuan haidar
kemarahan Aydan
teman posesif
Kehujanan
peduli?
nasihat
Ulang tahun Ara
kecewa
Amanah
Fakta baru
kejujuran Aydan
kepahitan
Menyerah
Menyerah (2)
Pergi
Hukuman
Ucul
Pertemuan
Meminta kesempatan
Hilangnya perasaan
Kecemburuan Aydan
Menginap dirumah Fahrul
Sekamar
Baikan
Membuka lembaran baru
hak Aydan
rencana pulang
kembali ke rumah
Mie Ayam ngga pake mie
Pregnant!!🖤
kekhawatiran Ara
End,
•Extra part
•INFO!!•

Ara?

2.6K 72 4
By hajiban

Assalamualaikum,
-

-

-

"Saat wanita benar-benar menyayangi, dia adalah makhluk yang paling setia, tidak ada yang bisa mematahkan kesetiaannya, terkecuali jika kau buat dia kecewa, dia akan pergi, tanpa pernah sudi kembali lagi."

Ara Zahira As-Syifa.

🦋🦋🦋

1 minggu kemudian,

"Ning Ara dipanggil Gus di ndalem." Ucap abdi ndalem melihat perempuan yang tengah duduk bersama kucing dihadapannya, entah apa yang sedang mereka bicarakan.

"Sudah saya bilang berapa kali mbak Rin, jangan panggil saya Ning, saya Ara nama saya A-R-A." tolaknya dengan cemberut namun terlihat gemas.

"Iya Ning eh Ara." Sautnya menunduk meringis.

"Yasudah kalau gitu, Saya tak ke ndalem dulu, makasi ya, inget jangan panggil Ning awas aja kalo sampe, Assalamualaikum!" Pamit Ara melambaikan tangan pada Ririn.

"Waalaikumussalam." Jawabnya menggeleng sambil tersenyum, kenapa Ning ini sangat lucu batin Ririn.

Sesampainya di ndalem, Ara langsung masuk dan tak lupa mengucap salam.

"Kenapa Kakak panggil Ara?" Selonongnya setelah mengucap salam dan melihat seseorang diruang tamu yang sedang menunggunya.

"Waalaikumussalam, pelan-pelan kalau nanya dek, ada yang mau Kakak omongin sama kamu."

Ara mengangguk polos lalu ia duduk dihadapan orang itu.

"Listrik hari ini sudah hidup setelah satu minggu kemaren mati, jadi hp Kaka udah di cas, kamu harus hubungi Ayah sama Bunda" Tanyanya

Ara menggeleng, "Tapi Ara lupa nomor Ayah Bunda." Ujarnya, saat ini hpnya tidak ada digenggamannya.

Fahrul mengusap wajahnya, kenapa adeknya ini sangat polos.

Fahrul adalah Kakak Ara, walaupun ia anak tunggal tapi Bunda Ara pernah menyusui Fahrul saat ia masih bayi, jadi mereka berdua saudara sepersusuan, mahram.

"Kakak punya nomornya, segera dihubungi ya takutnya mareka khawatir sama kamu"

Ara mengangguk lalu mengambil ponsel Kakaknya untuk menelfon orang tuanya.

Tut

Tut

Tut

Berdering. Ara me loudspeaker panggilan tersebut agar Fahrul juga mendengar.

Kemudian ada jawaban dari telfon tersebut.

"Halo Assalamualaikum Rul, Ayah dari satu Minggu kemarin sudah hubungi kamu tapi tidak aktif, Ayah ingin memberitahu bahwa adekmu meninggal karena kecelakaan pesawat, pemakamannya sudah satu minggu yang lalu, maafin Ayah sama Bunda baru bisa ngabari kamu sekarang." Tutur Ayah Ara mendapat telfon dari Fahrul, Fahrul tidak mendengar berita apapun karena sejak seminggu lalu daerah disana listrik mati dan baru saja hidup.

Nafas Ara tercekat, siapa yang mereka maksud, ia menoleh ke arah Fahrul yang juga mengerutkan keningnya.

"Waalaikumussalam Ayah, ini Ara, siapa yang meninggal?"

Ayah Ara yang mendengar suara Ara kemudian terkejut dan langsung terduduk, ia melihat istrinya yang menghampirinya dengan gupuh.

"Ada Apa Yah?" Tanya Zarin.

"Ayah sedang berhalusinasi Bun, Ayah mendengar suara Ara." Tuturnya sedangkan sambungan telfon masih tidak terputus.

"Halo, Bunda Ayah, siapa yang meninggal?" Ara bertanya lagi, kali ini Bunda Ara mendengarnya.

Zarin menutup mulutnya ia menjatuhkan nampan yang ia bereskan setelah acara peringatan tujuh hari meninggalnya Ara, tidak mungkin ini suara anaknya, lantas siapa yang kemarin dikubur jika bukan Ara.

"Halo Assalamualaikum, mohon maaf ini dengan siapa?" Tanya Zarin mengambil alih ponsel tersebut menggigit bibir bawahnya menunggu jawaban.

"Waalaikumussalam Bunda, ini Ara, memangnya siapa lagi?" Jawaban tersebut mampu membuat Bunda Ara menangis histeris, kali ini ia percaya bahwa itu memang suara Ara.

"Bunda kenapa? Kok bunda sama Ayah nangis?" Tanya Ara khawatir mendengar suara mereka yang tersedu-sedu.

"Kamu ngga meninggal nak? Kamu beneran Ara?" Tanya Zarin tangannya mulai bergetar.

"Meninggal? Ara masih sehat wal Afiat Bun, ini beneran Ara, kalo ngga percaya Vidio call aja."

Lalu Ara menyambungkan telfon itu untuk video call. langsung diangkat oleh Bunda Ara dan terpampang jelas wajah Ara yang masih sehat, bahkan masih bernafas.

Fahrul menghampiri Ara yang juga ikut gabung, ia ingin tahu apa yang telah terjadi setelah 1 Minggu ini listrik mati.

"Ya Allah Nak, Alhamdulillah Ya Allah ini beneran Ara, ini puteri kita Yah, Ara ngga meninggal!" Ucap Bunda Ara bersyukur lalu memeluk suaminya.

Tangis haru memenuhi ruangan tersebut, mereka tidak kehilangan Puteri mareka satu-satunya.

Setelah cukup lama terharu akhirnya emosi keduanya stabil, dan mereka bertanya pada Ara apa yang sebenarnya terjadi.

°°°

*Flashback on

Ia lalu duduk di kursi penumpang dan melihat jendela dalam pesawat,tapi dalam hatinya gelisah, ia tidak menyangka sebentar lagi ia akan meninggalkan suaminya.

"Maafin Ara Kak Aydan, hati Ara sudah memilih jalan ini." Batinnya.

Didalam pesawat masih sekitar 30 orang karena Ara lebih dulu menaikinya, jadi ia masih harus menunggu pesawat untuk terbang beberapa waktu lagi.

"Permisi Kak!" Ucap seorang wanita berhijab syar'i sama seperti Ara.

"Iya mari." Jawab Ara tersenyum saat tersadar dari lamunannya.

Tinggi perempuan itu sama dengan Ara, mungkin jika sebelah tempat duduk Ara adalah laki-laki ia akan risih, nasib baik sama-sama perempuan, Ara jadi tidak khawatir saat duduk berdua dengannya.

"Kakaknya mau ke Banjarmasin juga?" Tanya wanita tersebut.

Ara tersenyum mengangguk, ia sedikit canggung saat berbicara dengan orang baru.

Wanita sebelahnya terkekeh, ia melihat wajah Ara yang kaku saat berbicara dengannya, namun ia terus berusaha mencairkan suasana.

"Kenalin nama Aku keisya." Ucapnya menjulurkan tangan ke arah Ara.

"A-raa." Jawa Ara tersenyum ia mulai membiasakan dirinya membalas uluran tangan Keisya.

Wanita itu mengangguk-nganggukkan kepalanya, lucu sama kaya orangnya batin wanita tersebut.

"Boleh tukeran nomer hp ngga?" Tanyanya lagi.

"Boleh kok, sebentar." Kata Ara mulai membuka tas yang ia cangklong, ia hanya membawa satu tas itu saja, tidak dengan koper atau yang lainnya.

Ara mulai panik, ia bingung karena tidak menemukan hpnya. Ia baru ingat sebelum masuk kedalam pesawat ia pergi ke toilet dan menaruh hpnya di wastafel toilet.

Ia menepuk dahinya, lalu ia melirik sekitar sudah mulai penuh penumpang didalam pesawat tersebut.

"Eh kenapa?" Keisya bertanya melihat Ara kebingungan.

"Hp Aku ketinggalan di toilet dalem, gimana dong, kira-kira nutut ngga ya kalo aku ambil sekarang?" Saut Ara tanpa sadar ia berbicara panjang.

"Emm, Aku khawatir ngga nutut." Jawabnya karena memang pesawat sebentar lagi akan lepas landas.

Tapi Ara memikirkan banyak hal didalam hpnya, ia harus mengambil hp tersebut sebelum berangkat.

"Aku titip ini sebentar ya! Aku mau turun dulu." Ucap Ara beranjak ia menitipkan tasnya pada Keisya dan ia akan kembali lagi sebentar lagi.

Keisya mengangguk, ia hendak menjawab namun Ara keburu pergi turun dari pesawat, bahkan Ara sudah izin dengan pramugari yang ada di pintu masuk, namun pramugari tersebut tidak menyadari dan mendengar apa yang Ara ucapkan.

(Mohon perhatian. Ini adalah panggilan boarding terakhir untuk para penumpang Maskapai Sriwijaya air penerbangan 182 tujuan Banjarmasin. Pemeriksaan terakhir akan selesai dan pintu pesawat akan ditutup dalam waktu sekitar lima menit. Terima kasih)

"Duhh mana sih?" Ara menelisik wastafel dan toilet yang ia masuki tadi. Ia tidak menemukan apapun termasuk hpnya.

Cukup lama ia mencari dan tidak sadar bahwa pesawatnya akan lepas landas saat ini juga, namun ia tidak akan pergi tanpa hpnya.

"Permisi Kak! Tadi lihat hp ngga disini?" Tanyanya saat ia melihat cleaning service yang lewat didepan Ara.

"Punya Kakak? saya simpan barusan, niatnya saya akan serahkan otoritas bandara." Jawab orang tersebut.

"Alhamdulillah, terimakasih kak!" Jawab Ara. Ia lalu pamit pada orang tersebut dan melenggang dari sana.

Ara berlari ke arah pintu masuk menuju tempat pesawat, namun ia langsung dicegah,

"Mohon maaf, penerbangan sudah take off, untuk penerbangan selanjutnya cek-in masih dibuka dalam beberapa menit lagi." Ucap get officer.

"Sriwijaya Air dengan penerbangan 182 apakah sudah take off juga Pak?" Tanya Ara.

Get officer tersebut mengangguk, kali ini Ara ketinggalan pesawat, padahal didalam pesawat itu ada tas yang ia titipkan pada Keisya.

Ara menghela nafasnya, ia akan mencoba membeli tiket baru untuk penerbangannya hari ini, semoga saja ada, dan semoga ada informasi mengenai tasnya, lagipula tujuan Keisya tadi sama-sama Banjarmasin.

Melihat sisa tabungan di hpnya yang masih cukup, kemudian Ara memilih maskapai dan penerbangan lain agar ia segera sampai ditempat tujuan.

(Di kursi penumpang, Keisya menyesali tidak menahan Ara untuk tetap di kursinya, ia terus saja memerhatikan tas Ara, bahkan ia tidak mendapat nomor Ara, jadi ia putuskan untuk membawa tas Ara dan ia pakai terlebih dahulu, mungkin Ara nanti menyusul untuk mengambil tasnya disana pikir Keisya.)

*Flashback off.

Ara menjelaskan cerita tersebut pada orang tuanya melalui telfon. Fahrul hanya memerhatikan mereka berkomunasi agar tidak ada kata yang terpotong saat Ara menjelaskan.

"Maaf Yah, Fahrul baru bisa menghubungi kalian, karena selama satu Minggu ini listrik disini tidak menyala, baru menyala hari ini, Fahrul minta maaf sudah membuat Ayah sama Bunda khawatir dan sedih." Jelas Fahrul merasa bersalah.

"Iya Nak, nggapapa, ini bukan salah Kamu, Ara hidup saja sudah bisa menghidupkan jiwa kami yang sudah mati, terimakasih nak, Ayah sama Bunda titip Ara disana dulu, besok kami akan segera berangkat kesana." Ucap kedua orang tua Ara pada Fahrul.

"Ayah sama Bunda kenapa repot-repot kesini? Ara nggapapa kok, Ara baik-baik aja." Tutur Ara.

"Ngga repot Nak, kami kangen sama Kamu ingin peluk kamu, jangan kemana-mana ya." Saut orang tuanya tersenyum bersyukur.

"Emm, yaudah, Ara tunggu disini, Bunda sama Ayah hati-hati yaa!" Ucap Ara mengingatkan.

Regan dan Zarin setelah itu langsung memesan tiket untuk keberangkatan mereka besok ke Banjarmasin, mereka mengabari hanya pada orang tua Aydan. Tidak mungkin jika mereka menyembunyikannya, biar orang tua Aydan saja yang menjelaskan pada anaknya.



bersambung...

Terimakasih yang sudah berkunjung ke cerita ini, jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya 🖤

Maaf ya kalau part ini monoton, aku hanya ingin jelasin alasan Ara sebenarnya, okeyy itu aja, see you next part~~

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 62.6K 40
Millie Ripley has only ever known one player next door. Luke Dawson. But with only a couple months left before he graduates and a blackmailer on th...
165K 12.4K 14
Her şey bana gelen mektupla başlamıştı. Ufacık bir not kağıdında yazan şeyler büyük olaylara ve hayatımın değişmesine yol açmıştı. Ben kendimden emin...
67.4K 1.5K 78
Harry Potter x female reader °。°。°。°。°。°。°。°。°。°。°。°。 Cedric Diggory has a younger sister named Y/n and she's starting her fourth year at Hogwarts. H...
63.8K 2.8K 48
Book One of the Adler series ** St. Sinclair, the illustrious academy honoured nationwide as a catalyst for the intellectually gifted youth. Though i...