AydanAra [End] Completed✔️

Autorstwa hajiban

109K 2.8K 532

⚠️Segala bentuk plagiarisasi/komersialisasi karya cerita ini berhukum dosa, harap mengutamakan adab diatas se... Więcej

Sah
masih awal
rindu Ziraa
belanja
Teman Zira
pemberian yang dibuang
pertemuan haidar
kemarahan Aydan
teman posesif
Kehujanan
peduli?
nasihat
Ulang tahun Ara
kecewa
Amanah
Fakta baru
kejujuran Aydan
kepahitan
Menyerah
Menyerah (2)
Pergi
Ara?
Ucul
Pertemuan
Meminta kesempatan
Hilangnya perasaan
Kecemburuan Aydan
Menginap dirumah Fahrul
Sekamar
Baikan
Membuka lembaran baru
hak Aydan
rencana pulang
kembali ke rumah
Mie Ayam ngga pake mie
Pregnant!!🖤
kekhawatiran Ara
End,
•Extra part
•INFO!!•

Hukuman

3K 88 39
Autorstwa hajiban

Assalamualaikum
Apa kabar readerss yang aku sayangi?
Maaf ya kalau aku upnya agak lama, lagi banyak deadline tugas kuliah.
Happy reading🖤




🦋🦋🦋

Berhari-hari tak ada kabar apapun mengenai Ara maupun orang tua Ara, Aydan tak pernah yakin bahwa Ara meninggal sebelum ia melihat jasadnya,

"Aydan mau ke lokasi dulu Ma, Pa!" Ujarnya.

"Kamu yakin mau kesana? Apa Kamu ngga ingat apa yang dikatakan sama Regan?" Kata Papanya.

"Aydan ngga peduli Pa, Aydan hanya ingin ketemu Ara!" Jawabnya.

"Ketemu? Dari kemarin-kemarin kemana aja kamu? Bahkan kamu ngga pernah nyari dia saat dia masih ada!" Sinis Papanya, ia masih kesal pada Aydan.

Aydan memalingkan wajahnya, yang ia pikirkan saat ini hanyalah Ara. Ia beranjak meninggalkan rumah orang tuanya tersebut tanpa memperdulikan ucapan Papanya.

Sesampainya di lokasi, ia melihat banyak keluarga korban yang sedang mengamati Basarnas, mereka semua berharap ada korban yang masih selamat, setidaknya jika tidak selamat masih ada jasad yang bisa ditemukan.

"Permisi Pak!" Ujar Aydan.

"Iya Mas, ada yang bisa dibantu?" Jawabnya.

"Saya ingin tahu, berapa korban yang sudah ditemukan?" Tanya Aydan.

"Sementara ini masih sekitar 19 korban yang ditemukan dari 62 penumpang, 4 diantaranya kru pesawat, sebagian jasad korban yang sudah teridentifikasi sudah dipulangkan kepada keluarganya, dan korban lainnya masih dalam tahap otopsi." Ucap tim Basarnas tersebut.

"Apakah ada kemungkinan penumpang yang masih hidup?" Ujar Aydan berharap jawaban pasti dari orang tersebut.

"Kalau itu sudah dipastikan tidak ada yang selamat karena keadaan pesawat ditemukan sangat hancur bahkan menjadi beberapa kepingan." Ucap Bapak tersebut yang mampu mematahkan harapan Aydan.

"Korban Baru Ditemukan!!" Teriak Tim lain yang sedang membawa satu jasad korban didalam kantong jenazah.

"Kalau gitu saya permisi Mas." Lanjut Bapak tersebut terburu.

Mata Aydan langsung tertuju pada jasad tersebut, dadanya berdebar bergemuruh tak tenang, ia berharap bahwa itu bukan Ara.

"Jasad ini perempuan atau laki-laki?" Tanya keluarga penumpang yang mengerubungi tim tersebut.

"Perempuan, tapi masih belum bisa dipastikan, karena tubuh sudah hancur dengan wajah yang tidak bisa dikenali, kami akan mengotopsi terlebih dahulu." Jelas salah satu dari tim basarnas.

Mata Aydan tetap tertuju pada kantong jenazah tersebut, dalam hatinya merapal meyakinkan dirinya bahwa itu bukan istrinya.

Lalu dari arah lain ia melihat kedua orang tua Ara yang berlari pada jasad yang baru ditemukan,

"Pak, tolong buka! Saya mau lihat!" Histeris Bunda Ara. Aydan menghampiri keduanya namun kedua orang tua Ara tidak menyadarinya karena mereka fokus melihat jasad tersebut.

"Mohon maaf tidak bisa Bu!" Jawab Bapak tersebut.

"Saya mohon buka Pak! Saya mau lihat apa itu anak saya? Saya mohon!" Saut Bunda Ara memohon.

"Saya benar-benar minta maaf tidak bisa Bu, kami akan mengotopsinya terlebih dahulu, mohon bersabar!" Jelas Bapak tersebut.

"Saya menemukan barang ini didalam tas korban yang sudah rusak, hanya itu yang bisa saya tunjukkan, selebihnya mohon tunggu kepastian." Lanjutnya memberi barang yang mereka temukan untuk ditunjukkan pada setiap keluarga agar mereka mengenali barang-barang yang korban pakai, cara itu mempermudah tim untuk mengembalikannya pada keluarga mereka masing-masing.

Tangan Zarin bergetar memegang barang tersebut. Ia melihat jelas itu dompet dan gantungan kunci Ara yang mulai hancur tersisa kepingan kecil, namun ia sangat mengenalinya.

"Yah! Ini barang Ara Yah!" Tangisnya meluruh dan terduduk ditanah. Aydan terkejut bukan main, pandangan matanya kosong, ucapan Bunda Ara mampu membuat hatinya hancur.

Ayah Ara mengusap wajahnya kasar, ini kenyataan yang tidak bisa dielakkan, bukti tersebut sudah jelas, ia menangkup wajah Zarin dan menguatkannya.

"Jangan kaya gini Bun, Ara pasti sedih lihat kita seperti ini, ayo bangun." Genggamnya pada tangan Zarin.

"Engga Yah, Bunda ngga.." Ujarnya lalu terkulai lemas dan pingsan ditempat. Dengan segera Ayah Ara membawa istrinya pergi dari tempat tersebut, ia menyusul mobil ambulans yang akan mengotopsi korban baru yang ditemukan, ia menguatkan dirinya dihadapan istrinya untuk menghadapi kenyataan yang akan terjadi setelah ini.

Aydan mengikuti arah ambulans tersebut dibelakang mobil orang tua Ara.

Setelah berbagai proses pemeriksaan, pihak rumah sakit mengumumkan bahwa jenazah tidak dapat teridentifikasi, sidik jari yang sudah hancur karena berhari-hari didalam air sulit untuk di identifikasi, namun berbagai pihak menjelaskan ciri-ciri dari jasad.

Bunda Ara yang sudah sadar sedari tadi sedang menunggu kepastian bersama suaminya, mereka melihat Aydan namun mulutnya kelu untuk menyapanya. Sementara Aydan hanya diam, ia hanya memandang ruang yang memeriksa jasad.

"Mohon maaf Bu, jenazah tidak teridentifikasi, banyak faktor yang menjadi penyebab identitas tidak dikenali, untuk itu saya hanya bisa menjelaskan ciri-cirinya, jenazah memiliki rambut yang lurus panjang sebahu itu dapat dilihat dari sisa yang masih bisa diperiksa, kemudian ada tanda lahir di leher belakang tapi itu samar." Jelas dokter tersebut.

Orang tua Ara dan Aydan sendiri mengetahui bahwa Ara memiliki rambut lurus sebahu dan tanda lahir di leher belakang, Aydan mengetahuinya saat Ara pertama kali membuka hijab.

"Dan jika dilihat dari barang korban yang ditemukan dengan KTP bahkan barang lainnya, kemungkinan besar itu memang anak Ibu dan Bapak, jadi pihak kami akan mengembalikannya pada kalian." Sambung dokter tersebut.

Keputusan akhir dokter tersebut membuat ketiganya hancur, fakta bahwa itu benar-benar Ara sudah dipastikan. Mereka tidak bisa menyangkal lagi.

"Anak kita udah ngga ada Yah!! Ara udah ngga ada!" Histeris Bunda Ara memegang erat pada suaminya.

"Istighfar Bun, Kita harus tabah! Jangan seperti ini!" Ucap Regan menguatkan istrinya.

Aydan yang masih tidak percaya kemudian masuk ke ruangan tersebut ingin memastikan.

Orang tua Ara yang melihatnya kemudian menyusul Aydan.

Aydan terpaku pada jasad yang sudah ditutupi kain, ia ingin membuka penutup kain tersebut.

"Jangan sentuh Dia!" Ucap Bunda Ara.

"Kamu tidak berhak menyentuhnya!" Sambungnya.

"Kenapa Bun? Ara masih istri Aydan?" Tanya Aydan yang mulai meneteskan air matanya.

"Jangan kotori jasad anak saya dengan kamu menyentuhnya, Bahkan kamu yang sudah menyeretnya keluar rumah dan mengatakannya murahan Aydan! Jangan sakiti kami lagi dengan keberadaanmu disini, saya Mohon!" Ucapnya datar menangkup tangannya namun air mata terus mengalir dipipi seorang Bunda Ara, ia mengetahui bahwa Aydan berkata kasar pada Ara karena orang tua Aydan sudah menceritakan yang sebenarnya padanya.

Aydan menggelengkan kepalanya, ia tahu ia salah, ia menyesal telah berbuat seperti itu.

"Jangan berselisih di depan jasad anak kita Bun, Ara pasti akan sedih melihatnya." Ucapnya mengelus pundak istrinya.

"Untuk kamu Aydan, saya sudah tidak ingin bicara apa-apa lagi, pulanglah! Datanglah dipemakaman anak saya nanti, lalu jangan pernah bertemu kita lagi." Putus Ayah Ara menyuruh Aydan pergi.

Aydan tidak bisa berbuat apa-apa, ia mengangguk pelan dan pamit mengundurkan diri dari ruangan tersebut.

"Bunda, Ayah, jika memang ini yang harus terjadi saya minta maaf sebesar besarnya, saya tidak bisa menjaga putri kalian, saya mengaku berdosa menjadi suami Ara, saya mohon untuk terakhir kalinya saya minta maaf pada kalian." Ujar Aydan yang hendak pamit.

Ayah Ara hanya mengangguk, ia melihat ke arah istrinya yang terus memalingkan wajah dari Aydan.

"Sudah.. , silahkan pergi." Suruhnya pelan.

"Kalau gitu Aydan pamit, Assalamualaikum." Salamnya meneteskan air mata, ia masih menatap Ara yang terbujur kaku.

"Waalaikumussalam." Jawab keduanya lirih.

°°°

Ia memutuskan untuk pulang kerumahnya, ia tidak sanggup mendengar ucapan orang tuanya jika pulang ke rumah Tyo papanya , Aydan akan menghadiri pemakaman Ara dikediaman orang tua Ara nanti.

"Assalamualaikum." Salamnya masuk kedalam rumah dengan lemas.

"Kak Aydan udah datang? Salim!" Bayangan Ara yang tersenyum seketika muncul berlari dari arah kamar seperti Ara biasanya.

Aydan tersenyum, ia menganggap bayangan itu nyata.

"Duduk Kak, Ara bantu bukain."

Aydan duduk melihat Ara yang membuka kaos kaki seperti yang biasa Ara lakukan.

"Kak Aydan mau makan ngga?"

Aydan mengangguk, lalu ia menangis hendak memeluk wanita yang ia rindukan setelah kepergiannya.

Hap!

Bayangan itu seketika hilang, Aydan memandangnya terkejut, lalu ia memastikan kakinya dan masih melihat kaos kaki yang melekat dikakinya. Aydan tersadar, Ara sudah tidak ada disampingnya lagi.

"Saya tau saya salah Ara, kenapa kamu hukum saya seperti ini?" Luruhnya pada lantai seorang diri.

"Saya minta maaf, saya cinta sama kamu, saya pengecut menjadi suami, saya sudah mengusir kamu, saya benar-benar bodoh!!" Teriaknya pada diri sendiri dengan menjambak rambutnya kasar dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.

"Kamu tidak mau memaafkan saya ya, sampai-sampai kamu menghukum saya dengan kepergianmu." Lirihnya

Kemudian dia beranjak menuju kamarnya, ia memandangi ruangan yang selama ini mereka singgahi, sepi, sunyi, tidak ada yang spesial lagi.

Aydan membuka pintu lemari yang dimana masih tersimpan pakaian Ara, ia bahkan membiarkan Ara pergi tanpa membawa apapun, ia menangisi dan menyesali perbuatannya.

"Saya menyesal Araaa.." panggilnya lirih mengambil pakaian Ara yang tertata rapi didalam lemari tersebut.

"Jangan pernah maafkan suamimu ini Araa, biar Tuhan menghukum saya karena sudah menyia-nyiakanmu." Sambungnya menghirup dalam pakaian Ara dan menggenggamnya erat.

Ia tak pernah beranjak darisana sampai waktunya tiba untuk ia pergi menuju tempat peristirahatan terakhir istrinya.

"Selamat tinggal bidadari syurga, pergilah sampai kau tidak menjumpai lelaki jahat lagi sepertiku." Tatapnya pada gundukan tanah.

Semua orang memanjatkan do'a terbaik agar jasad diterima disisi Allah, kemudian satu persatu dari mereka pergi, hanya tinggal orang tua Ara, Aydan, dan orang tua Aydan.

"Sudah Bun, kita harus mengikhlaskan anak kita agar dia tenang." Ucap Ayah Aydan mengajak Bundanya beranjak.

"Ara masih butuh Bunda Yah, kita ngga boleh ninggalin dia!" Jawab bundanya tidak sadar dengan ucapannya.

"Istighfar Bun, Ara pasti ngga suka liat kita begini, mari pulang, ikhlaskan Ara." Sambungnya menggenggam tangan istrinya.

Bunda Ara yang beristighfar kemudian mengangguk, ia sadar tidak seharusnya seperti ini karena ini sudah kehendak Yang Maha Kuasa, lalu ia mengikuti kemanapun arah suaminya mengajaknya.

"Regan, Saya benar-benar minta maaf atas semua yang terjadi." Ucap Tyo menangkupkan kedua tangannya sangat merasa bersalah.

Ayah Ara hanya mengangguk, kemudian menjawab, "Tidakpapa, ini sudah takdir dari Allah, kami akan menerimanya dengan ikhlas." Katanya dengan tabah.

"Kami pamit, Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam." Jawab kedua orang tua Aydan. Lalu ia melihat Aydan yang masih menangisi kuburan Ara.

"Jangan lupa pulang nak, berdoalah untuk istrimu." Ucap Tyo menepuk pundak Aydan lalu ia mengajak istrinya meninggalkan pemakaman.

Aydan tersenyum pedih, "Kamu ngga mau ketemu saya lagi ya? Saya terlalu menyakitimu ya sayang? Nggapapa, saya terima ini semua, terimakasih karena sudah mencintai saya sesabar itu, kamu wanita terbaik untuk saya." Ucapnya meneteskan air matanya lalu mengecup batu nisan tersebut. Ia beranjak dan meninggalkan pemakaman saat rintik hujan mulai turun.

"Yang kali ini lebih sakit Ya Allah, Ampuni perbuatan hamba." Lirihnya berjalan dibawah guyuran hujan yang membasahinya.









bersambung...




Terimakasih yang sudah berkunjung ke cerita ini, jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya 🖤

Untuk part ini segini aja yaa, see you next part, babayyy ~~














Czytaj Dalej

To Też Polubisz

173K 1.1K 34
spoiler "Berani main-main sama gue iya? Gimana kalau gue ajak lo main bareng diranjang, hm? " ucap kilian sambil menujukan smirk nya. Sontak hal ter...
109K 3.4K 32
[ONGOING 🔞] #8 insanity :- Wed, May 15, 2024. #2 yanderefanfic :- Sat, May 18, 2024. After y/n became an orphan, she had to do everything by herself...
17.1M 656K 64
Bitmiş nefesi, biraz kırılgan sesi, Mavilikleri buz tutmuş, Elleri nasırlı, Gözleri gözlerime kenetli; "İyi ki girdin hayatıma." Diyor. Ellerim eller...
1M 91.6K 39
𝙏𝙪𝙣𝙚 𝙠𝙮𝙖 𝙠𝙖𝙧 𝙙𝙖𝙡𝙖 , 𝙈𝙖𝙧 𝙜𝙖𝙮𝙞 𝙢𝙖𝙞 𝙢𝙞𝙩 𝙜𝙖𝙮𝙞 𝙢𝙖𝙞 𝙃𝙤 𝙜𝙖𝙮𝙞 𝙢𝙖𝙞...... ♡ 𝙏𝙀𝙍𝙄 𝘿𝙀𝙀𝙒𝘼𝙉𝙄 ♡ Shashwat Rajva...