AydanAra [End] Completed✔️

By hajiban

107K 2.8K 531

⚠️Segala bentuk plagiarisasi/komersialisasi karya cerita ini berhukum dosa, harap mengutamakan adab diatas se... More

Sah
masih awal
rindu Ziraa
belanja
Teman Zira
pemberian yang dibuang
pertemuan haidar
kemarahan Aydan
teman posesif
Kehujanan
peduli?
nasihat
Ulang tahun Ara
kecewa
Amanah
Fakta baru
kejujuran Aydan
kepahitan
Menyerah (2)
Pergi
Hukuman
Ara?
Ucul
Pertemuan
Meminta kesempatan
Hilangnya perasaan
Kecemburuan Aydan
Menginap dirumah Fahrul
Sekamar
Baikan
Membuka lembaran baru
hak Aydan
rencana pulang
kembali ke rumah
Mie Ayam ngga pake mie
Pregnant!!🖤
kekhawatiran Ara
End,
•Extra part
•INFO!!•

Menyerah

2.7K 76 11
By hajiban

Assalamualaikum

-

-

-
Aku mencintainya sederas hujan, namun dia memilih berteduh untuk menghindarinya.

Ara Zahira As-Syifa

🦋🦋🦋

Ara meninggalkan kantor Aydan dengan perasaan yang kacau, padahal ia ingin Aydan tidak menyentuh tangan Seyna sekalipun tapi justru mereka berbuat hal yang sama sekali Ara tidak rela membaginya.

Ia terus saja mengusap wajahnya kasar, ia bingung akan meredakan rasa sakitnya yang mendalam ini seperti apa.

"Ya Allah, ini sakit bangett, Ara ngga bisa." Gumamnya berjalan lalu lalang melewati trotoar.

"Ara mau gimana lagi, Ara pengen nyerah." Lirihnya.

Ia hanya mendudukkan dirinya ditaman biasanya, ia tak pernah beranjak sama sekali dari tempat itu. Pandangannya kosong, Ara tak menyadari hari mulai petang, ia ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu.

Sementara Aydan yang lebih dahulu pulang tidak menemukan keberadaan istrinya sama sekali dari siang hingga menjelang malam.

Tut....Tut....Tut, Aydan masih tetap menghubunginya walaupun Ara sama sekali tidak menjawab.

"Kamu dimana Ra?" Batinnya khawatir bertanya.

Aydan tidak tahu sama sekali Ara akan kemana karena memang ia tidak pernah mengetahui tempat apa saja yang pernah Ara kunjungi.

Ia terus saja mondar mandir diruang tamu, ia menunggu kepulangan Ara, Aydan belum sempat meminta maaf padanya.

Dilain tempat, kini Ara beranjak dan ingin pulang menuju rumahnya, namun ia tak melihat taxi sama sekali lewat dihadapannya, ia tetap berjalan melewati trotoar. Ara tidak takut, walaupun jalan sepi dan gelap ia yakin bahwa Allah selalu melindunginya.

Saat ia berjalan melamun, ia tak sengaja melihat dua anak yang menyebrang dihadapannya, salah satu dari mereka adalah laki-laki sekitar umur 9 tahun dan salah satunya lagi adalah perempuan sekitar umur 7 tahun. Ara tersenyum melihat keakraban keduanya, ia mengingat dahulu pernah memiliki seorang sahabat laki-laki saat ia masih kecil.

Ia menoleh ke arah berlawanan dan melihat mobil yang sedang berlaju kencang, ia masih melihat kedua anak tersebut di tengah jalan, Ara langsung membulatkan matanya lalu ia berlari ke arah dua anak tersebut.

Citttttt

Brakk!!!

"Auuh, sshhh." Ringis Ara melihat sikunya, dua anak tersebut masih dalam dekapan Ara.

"Kalian nggapapa Dek?"

"A-aku nggapapa Kak." Jawab salah satu dari mereka terbata.

Ara menghela nafasnya bersyukur, ia lega karena mereka tidak tertabrak mobil barusan.

"Araaaa!" Ucap seseorang yang baru saja keluar dari mobil yang hendak menabrak mereka.

"Kak Haidar!" Saut Ara terkejut.

"Maaf maaf, saya ngga liat tadi ada orang, Kalian nggapapa?" Ungkap Haidar merasa bersalah karena dirinya hampir saja menambrak ketiganya.

Ara dan dua anak tersebut mengangguk dan mereka hendak berdiri.

"Saya bantu Ra." Tutur Haidar melihat Ara kesulitan untuk berdiri.

"Tidak usah Kak, Ara masih bisa." Tolaknya berusaha berdiri sendiri.

"Rumah kalian dimana? Kenapa malam-malam masih disini?" Tanya Haidar.

"Rumah kami disana Kak, kami lagi keluar sebentar untuk beli-beli." Saut anak laki-laki tersebut kemudian ia mendekat mengelus anak perempuan disebelahnya, sepertinya ia sangat sayang dengan anak perempuan tersebut.

"Kamu nggapapa Dek? Mana yang luka?" Tanyanya berjongkok menelisik tubuh adiknya.

Adiknya hanya menggeleng memberitahu bahwa tidak ada yang luka sama sekali.

"Kalian Adik Kakak?" Tanya Ara dan mendapat anggukan dari mereka.

"Kalau gitu Saya antar Kalian sampai rumah ya?" Saut Haidar.

Anak perempuan itu terdiam ia melihat ke arah Kakaknya menunggu jawaban, dan Kakaknya kemudian mengangguk tersenyum ke arah adiknya memberitahu bahwa orang yang mengajaknya berniat baik.

"Kamu ikut Saya Ra." Ajak Haidar pada Ara.

Ara merasa tidak enak, ia berusaha menolaknya,

"Ara pulang sendiri aja Kak, Ara nggapapa kok." Katanya.

"Tidak, kamu tetap ikut Saya, duduklah dibelakang, nanti saya yang akan jelaskan sama suami kamu." Ujarnya tanpa ingin ada penolakan.

°°°

Ara terpaksa ikut dan mengantarkan dua anak tersebut terlebih dahulu. Mereka sampai lalu mereka pamit dari rumah tersebut.

Ara masih didalam mobil tersebut, ia bingung apa yang akan dikatakannya sebentar lagi saat sampai dirumahnya.

"Jangan khawatir Ra, saya yang ngomong nanti sama Aydan." Ara tersenyum canggung dilihat Haidar.

Sesampainya dirumah Ara, ia segera turun,  ia melihat suasana rumahnya yang gelap, apa Aydan belum datang, pasalnya tidak ada mobil yang terparkir disana padahal Aydan pulang dari kantor menyusul Ara tadi siang menggunakan ojek, ia meninggalkan mobilnya di parkiran kantor.

"Saya ikut kedalam." Ujar Haidar turun dari mobilnya hendak menjelaskan pada Aydan.

"Sepertinya Kak Aydan belum pulang Kak, tidak usah masuk." Tutur Ara, ia tidak ingin pembicaraan buruk tentang dirinya membawa laki-laki masuk tanpa ada suami di dalam rumahnya lagipula ia tidak ingin mengecewakan Aydan.

"Yasudah, besok saja kalau gitu." Jawab Haidar tersenyum tipis dalam hatinya ia selalu merasa Aydan adalah laki-laki beruntung yang bisa memiliki Ara.

Ara mengangguk kemudian Haidar pamit darisana tak lupa Ara berterimakasih seadanya.

Ia masuk kedalam rumahnya, ternyata tidak dikunci, tubuhnya terasa sakit akibat benturan tadi di trotoar.

"Dari mana saja Kamu?" Suara orang tersebut mampu membuat jantung Ara berpacu cepat.

Lampu ruangan tersebut menyala, Ara melihat Aydan yang sedang duduk diruang tamu tersebut, auranya terlihat dingin.

Ara tidak menjawab, ia memilih menunduk memilin jarinya.

"Kamu bilang mau nenangin diri, seperti ini caramu menenangkan diri?" Ara langsung mendongak melihat Aydan saat Aydan mengatakan seperti ini.

"Maksud Kak Aydan apa?" Tanya Ara pelan.

"Nenangin diri bersama pria lain? Dia kan yang nganter kamu kesini? Kenapa Ra? Padahal Saya ngga sengaja ngelakuin tadi, Saya berusaha menjelaskan sama Kamu tapi Kamu menolak, asal kamu tau saya nyusul kamu pulang kerumah pakai ojek, mobil saya ditinggal disana, tapi apa?.." Ucap Aydan dadanya memburu, emosinya tidak terkontrol.

"Kamu malah pergi sama pria lain, Saya salah nilai Kamu selama ini Ra!" Sambungnya menatap Ara.

Ara tersenyum pedih kemudian berkata, "Kak Aydan menilai Ara seperti apa memangnya?" Ia memilih diam membiarkan Aydan berbicara.

Aydan menelisik tubuh Ara, ada beberapa sobekan di siku baju Ara, ia menggelengkan kepalanya.

"Lihat baju ditubuhmu itu! Sangat menjijikkan!" Ara tertegun, lalu ia memegang sobekan ditubuhnya, ia memeluk dirinya sendiri meneteskan air matanya

"Saya tidak pernah cinta sama kamu asal kamu tau, saya cuma kasian sama kamu, dari awal saya tidak pernah menerima kamu kalau kamu lupa! Saya ngga nyangka sama Kamu, Perempuan tidak tahu Malu!!" Ujar Aydan penuh penekanan, pikirannya sudah kalang kabut, ia tidak menahan kata-katanya lagi pada Ara.

Ara melihat ke arah Aydan tidak percaya, bagaimana orang yang ia cintai mengatakan hal yang menyakiti hatinya.

Ara terus saja meneteskan air matanya, ia tidak menjawab apapun, ia hanya menggengkan kepalanya.

"Kenapa? Yang Saya katakan benar Kan? Dasar Perempuan Murahan!!" Sambungnya.

Plakk!!

Ara menampar pipi Aydan, lalu ia melihat tangannya sendiri terus menangis, Aydan terkejut dengan perbuatan Ara barusan.

"Cukup!!"

"Kak Aydan terus saja berbicara daritadi, Kak Aydan pernah ngga dengerin penjelasan Ara? Hm?" Ucap Ara datar,Ara berubah menjadi dingin, Aydan tidak melihat tatapan kehangatan darisana.

"Bahkan Kak Aydan sama sekali ngga pernah minta maaf sekalipun sama Ara! Ara diam! Ara ngga pernah marah sama Aydan!" Ucapnya dengan nafas yang memburu.

"Tapi hari ini Kak Aydan sudah kelewatan, Kak Aydan lukain hati Ara, Kak Aydan sampai hati berkata seperti itu sama Ara! Sudah cukup Ara mendengarnya! Kali ini Ara menyerah!!" Ungkap Ara menahan segala rasa yang selama ini ia pendam, ia terduduk dan menumpahkan segala air matanya.

Aydan tersulut emosi, ia mengabaikan pendengarannya dan merasa bahwa yang ia lakukan itu benar.

"Keluar!!" Putus Aydan dingin.

Ara semakin tidak percaya dengan ucapan Aydan, ia hanya memegang dadanya yang terasa sangat sakit.

"Saya bilang keluar!!" Teriaknya lagi, lalu ia menyeret tangan Ara menuju luar pintu rumah. Ia menghempaskan tangan Ara lalu menutup pintu dengan sangat keras.

Brakk!!

Ara yang meringkuk dilantai kemudian duduk, ia menangis meratapi rumah tangganya yang seperti ini.

"Maafin Ara Bunda Ayah, Kali ini Ara menyerah!" Isaknnya kemudian meninggalkan rumah tersebut.










bersambung...



Terimakasih yang sudah berkunjung ke cerita ini, jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya 🖤🖤

Gimana part ini seru nggak?

Dukung Aku terus yaak, biar semangat nulisnyaa, lagi banyak tugas nich😭😭 sebenarnya yang sedih itu aku mangkanya aku tumpahin di cerita ini.
Saran dan kritik dari kalian dipersilahkan.

See you di part selanjutnya yaa readerss, babayyy🖤🖤~~


Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 106K 66
FOLLOW DULU BARU SECROL ! Sesama anak tunggal kaya raya yang di satukan dalam sebuah ikatan sakral? *** "Lo nyuruh gue buat berhenti ngerokok? Bera...
Kara By Shreya s.m

Teen Fiction

550K 11.3K 55
Kara is a 16-year-old businesswoman, assassin, Street Fighter and racer not to mention the donna of the French Mafia. Her name is enough to make anyo...
490K 14.1K 53
what happened when the biggest mafia in the world hid his real identity and married an innocent, sweet girl?
136K 768 24
spoiler "Berani main-main sama gue iya? Gimana kalau gue ajak lo main bareng diranjang, hm? " ucap kilian sambil menujukan smirk nya. Sontak hal ter...