Forever After Season 2 (LOVEB...

By dekmonika

50.5K 6.7K 1.3K

Setelah cinta mereka dirajut oleh sebuah ikatan suci pernikahan, maka kebahagiaan yang tak pernah mereka baya... More

All Cast
LOVEBIRD 1: Pantai Carita
LOVEBIRD 2: Senja dan Kita
LOVEBIRD 4: Greenwich Village
LOVEBIRD 5: Jourdy & Emily
LOVEBIRD 6: La Vie en Rose
LOVEBIRD 7: Yang Tak Terlupakan
LOVEBIRD 8: Kabar dari Jakarta
LOVEBIRD 9: Pelipur Lara
LOVEBIRD 10: Abang Hakim
LOVEBIRD 11: Welcome Home!
LOVEBIRD 12: Get Well Soon
LOVEBIRD 13: Mengidam?
LOVEBIRD 14: Berita Bahagia
LOVEBIRD 15: Tahu Sumedang
LOVEBIRD 16: Roy & Aurora's Wedding
LOVEBIRD 17: Sisa Rasa
LOVEBIRD 18: Saling Mengerti
LOVEBIRD 19: Mencari Petunjuk
LOVEBIRD 20: Orang yang Sama
LOVEBIRD 21: Sahabat dan Rahasia
LOVEBIRD 22: Papa
LOVEBIRD 23: Full of Love
LOVEBIRD 24: Bertaruh Nyawa
LOVEBIRD 25: Elzio Sagara
LOVEBIRD 26: Curiga
LOVEBIRD 27: Agen Rahasia
LOVEBIRD 28: Memujamu (21+)
LOVEBIRD 29: Rahasia Kelam
LOVEBIRD 30: Apa Kamu Menyesal?
LOVEBIRD 31: Kepercayaan
LOVEBIRD 32: Sahabat Lama
LOVEBIRD 33: Chaos!
LOVEBIRD 34: Rumah yang Berbeda
LOVEBIRD 35: Supermarket
LOVEBIRD 36: Obsesi
LOVEBIRD 37: Masing-masing
LOVEBIRD 38: Lari dari Masalah?
LOVEBIRD 39: Deep Talk
LOVEBIRD 40: Seperti Dongeng
LOVEBIRD 41: Tipu Daya
LOVEBIRD 42: Dunia Daniel
LOVEBIRD 43: Undercover (18+)
LOVEBIRD 44: Petaka
LOVEBIRD 45: Hilang
LOVEBIRD 46: Bawalah Cintaku
LOVEBIRD 47: Rahasia Hati

LOVEBIRD 3: Night Cuddle

1.9K 185 28
By dekmonika

Hello, readers!

Sebelum membaca part ini, mari berdoa dulu wkwk

Part ini agak intim, tapi semoga masih dalam batas aman, hehe. Beware aja ya, guys.

___________________________

Waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam lewat beberapa menit. Mobil sedan Aldebaran baru saja memasuki gerbang rumahnya dan terparkir di halaman. Aldebaran tersenyum simpul melihat wanita yang duduk pada kemudi di sampingnya nampak telah terlelap. Seusai melihat sunset dan makan malam bersama keluarga di pantai itu, mereka pun langsung memutuskan untuk pulang. Sebab angin pantai semakin deras, ditambah lagi dengan cuaca yang tadi diperkirakan akan hujan.

"Selamat datang kembali, Pak bos." Sapa Uya saat pria itu keluar dari mobilnya.

"Uya, tolong kamu keluarkan semua bawaan yang ada di bagasi belakang, ya."

"Siap, pak!"

Aldebaran membuka pintu mobil di sebelahnya, lalu dengan perlahan meraih tubuh sang istri untuk ia bawa dalam gendongannya. Dengan gendongan yang nampak sudah tak canggung lagi, Aldebaran melangkah memasuki rumahnya dan membawa Andin untuk segera menuju kamar mereka. Sesampainya di kamar, dengan perlahan ia merebahkan tubuh wanita itu agar tidurnya tidak terusik.

Ia tersenyum manis melihat kecantikan alami dari wajah sang istri saat sedang tidur seperti itu. Beberapa helaian rambut yang menutupi paras cantiknya lantas Aldebaran seka dengan pelan-pelan. Setelah beberapa saat hanya memandangi wajah Andin, Aldebaran lalu menarikan selimut untuk menutupi tubuh sang kekasih agar tidak kedinginan. Setelahnya, ia kembali keluar menuju mobil untuk mengecek barang-barang yang masih tertinggal.

"Kalian baru sampai, Al?" Tanya Rossa yang berpapasan dengan putranya yang baru saja kembali dari luar. Mobil alphard yang membawa keluarga mereka memang telah sampai lebih dulu dibandingkan Aldebaran dan Andin.

"Iya, Ma, baru saja."

"Andin mana?"

"Andin sudah aku bawa ke kamar, Ma. Dia ketiduran." Jawab Aldebaran membuat Rossa terkekeh.

"Kasihan, pasti dia kelelahan. Yasudah, kamu juga harus segera istirahat. Kamu pasti capek nyetir, mana besok langsung mau terbang, kan."

"Iya, Ma. Ini aku mau langsung istirahat kok. Mama juga."

"Iya. Good night, my son."

"Good night, Ma."

Saat Aldebaran kembali membuka pintu kamarnya, keningnya seketika mengerut sebab tak melihat Andin di atas tempat tidur itu. Bukankah tadi wanita itu sudah tertidur? Apa Andin bangun? Lalu kemana perginya dia sekarang?

"Andin!" Panggil Aldebaran sambil meletakkan ponselnya dan milik sang istri ke atas nakas di samping tempat tidur.

"Di kamar mandi kali, ya?" Gumamnya.

"Andin! Kamu lagi di kamar mandi?" Tanya Aldebaran setelah mendekat ke pintu kamar mandi mereka.

"Iya, sayang! Sebentar, ya!" Sahut suara dari dalam sana.

Setelah memastikan sang istri ada di dalam, pria itu pun mengangguk lega, lalu melepaskan jaket, kaos kaki, serta celana panjangnya dan hanya menyisakan atasan kaos polos juga celana boxer hitam. Ia meletakkan benda-benda yang sudah ia pakai itu ke dalam sebuah keranjang cucian kotor yang terletak di ruang wastafel, tepat di depan kamar mandi. Ia mengambil kembali ponselnya, lalu tampak men-dial kontak seseorang.

"Halo, Tom."

"Ya, Pak."

"Besok siang kamu langsung menuju bandara saja, ya, tidak perlu ke rumah saya. Kamu cukup mengurus segala administrasi bandara saja." Perintah Aldebaran pada tangan kanannya itu.

"Baik, Pak. Saya akan mengurusnya dengan baik."

"Dan satu lagi. Selama saya pergi, kamu cukup fokus sama PrisMadya Shopping. Urusan ARTMedia biar jadi urusan saya. Siapapun yang mencoba mengorek informasi internal tentang ARTMedia sama kamu, jangan pernah memberikan jawaban apapun."

"Ya, siap, Pak. Saya akan melakukan sesuai instruksi bapak." Sahut Tommy. Aldebaran melirik pada pintu kamar mandi yang terbuka dan menampakkan Andin keluar dari sana.

"Ada lagi, Pak?" Tanya Tommy.

"Sudah cukup. Terima kasih, Tom." Jawab Aldebaran dengan pandangan yang tak lepas pada istrinya yang sudah berganti pakaian dengan sebuah piyama biru dengan model kimono.

"Sama-sama, Pak. Selamat malam."

Tanpa menyahut lagi, Aldebaran memutuskan sambungannya. Bibirnya tersenyum simpul melihat Andin berjalan menghampirinya sembari menguncir rambutnya yang mulai memanjang.

"Siapa yang telepon, Mas?" Tanya Andin.

"Tommy."

"Ohh."

"Kok kebangun?" Aldebaran bertanya.

"Hehe, iya. Kurang nyaman saja karena belum ganti baju." Andin berdiri tepat di hadapan Aldebaran yang duduk di tepian tempat tidur mereka. Pria itu memandangi penampilan sang istri dari ujung kaki hingga kepala yang selalu terlihat menarik di matanya.

"Kenapa ngeliatin begitu?" Tanya Andin, curiga.

"Nggak boleh saya ngeliatin istri saya sendiri?" Aldebaran balas bertanya dengan tatapannya yang cukup mengintimidasi.

"Boleh sih, tapi aku mau bobo. Kamu ngeliatin aku sambil tiduran saja ya." Jawab Andin dengan nada polosnya. Aldebaran terkekeh geli.

Pria itu pun beranjak dari posisinya, mempersilahkan Andin untuk mengambil posisi tidurannya. Begitupun Aldebaran. Ia menarik selimut tebal itu lalu menutupi separuh tubuh mereka berdua yang saling merapat dan berhadapan.

"Capek, ya?" Tanya Aldebaran. Andin tersenyum lembut.

"Capek. Tapi aku tahu kamu pasti lebih capek." Jawab Andin.

"Capek saya itu nggak pernah berasa setiap saya bisa melihat kamu seperti ini."

"Halah, gombal banget!" Celetuk Andin, terkekeh geli sambil mencubit kecil dagu pria itu.

"Malah dibilang gombal." Aldebaran tak terima.

"Memang gombal." Balas Andin. Keduanya masih di posisi ternyaman mereka, saling memandang dan saling menyentuh wajah satu sama lain.

"Aku jadi nggak sabar sama honeymoon kita." Tutur Andin tersenyum sumringah.

"Besok kita akan berangkat. Karena itu, malam ini kita harus istirahat yang cukup, ya." Ujar Aldebaran membuat Andin mengangguk setuju. Wanita itu perlahan memejamkan matanya lebih dulu, membiarkan Aldebaran terus memandanginya.

"Sayang, tangannya..." Tegur Andin masih dalam kondisi memejamkan matanya. Rupanya tangan suaminya itu sedang berbuat usil pada pahanya di balik selimut mereka. Dengan wajah lugunya, pria itu menyengir.

Namun bukannya berhenti, tangan usil pria itu masih berkeliaran pada paha mulus istrinya yang terasa hangat. Hal itu tentu membuat Andin kegelian. Wanita itu tertawa dan membuka matanya kembali.

"Mas, tangannya jangan nakal." Peringat Andin sambil terkikik dan menangkap tangan usil pria itu.

"Iya, enggak lagi." Kata Aldebaran sambil terkekeh lalu menarik tangannya.

"Awas ya kalau usil lagi." Ancam Andin dengan mata yang menyipit. Aldebaran tersenyum tanpa dosa. Pria itu sedikit mendorong punggung Andin dengan sebelah tangannya agar lebih merapat dengannya. Lalu bibirnya mengecup seluruh permukaan wajah sang istri yang bisa ia jangkau, dari kening, kelopak mata, kedua pipinya, hidung, dagu, dan berakhir di bibir ranumnya.

"I love you." Bisik pria itu membuat senyuman Andin tersungging kembali.

"I love you too." Balasnya.

Andin mengulum senyumannya saat melihat Aldebaran yang menutup matanya, tampak berusaha untuk tidur. Sementara satu tangan pria itu masih aktif mengelus punggungnya yang terbalut kain piyama. Ide jahil pun muncul di kepalanya. Ia meniup halus permukaan kulit leher pria itu, hingga membuat si pemiliknya kaget.

"Andin, istirahat." Ucapnya.

"He'em." Sahut Andin hanya berdeham. Namun keusilan wanita itu tidak berhenti. Tangan halusnya naik ke permukaan dada bidang Aldebaran, mengelusnya sambil lalu hingga ke perbatasan leher Aldebaran. Pria itu sedikit bergidik, lalu kembali membuka matanya.

"Sayang..." Tegur Aldebaran, lembut.

"Iya." Sahut Andin dengan senyum polosnya.

"Jangan mancing-mancing, atau saya nggak bakal ampuni kamu malam ini." Ancam pria itu dengan kembali memejamkan matanya.

"Aku nggak mancing-mancing. Aku suka saja sama leher kamu." Bantah Andin masih mengulum senyuman jahilnya.

"Sexy..." Bisik Andin dengan suara yang terdengar intim. Mendengar hal itu, Aldebaran meremang. Ia kembali membuka matanya membuat Andin menatapnya dengan waspada.

Sepersekian detik dengan kecepatannya, pria itu mengubah posisinya menjadi di atas wanitanya yang membuat Andin melotot kaget. Mata tajamnya melemparkan tatapan penuh intimidasi, seperti singa yang siap menyantap mangsanya. Pria itu tersenyum miring saat mendapati Andin yang menatapnya dengan perasaan gugup.

"Kamu harus terima akibatnya karena sudah membangunkan singa yang kelaparan." Bisik Aldebaran. Wajah Andin bersemu merah, berusaha menyembunyikan senyum malu-malunya.

Aldebaran meraba piyama di bagian perut wanita itu dan berhenti saat menemukan yang ia cari. Ia menarik tali piyama milik istrinya itu yang terikat tidak begitu kuat. Kepalanya langsung menelusup di sela-sela leher Andin yang terpaksa harus mendongak, membebaskan pria itu menjelajahi area tersebut dengan bibirnya yang hangat.

Mata wanita itu terpejam, menikmati sentuhan mesra sang suami pada lehernya. Kedua lengannya melingkari tengkuk pria itu sambil menarik halus rambut belakang Aldebaran. Sesekali keduanya tertawa tatkala Aldebaran dengan isengnya menggesek-gesekkan kumis dan jenggot tipisnya di sana.

Terlena akan permainan Aldebaran, Andin sampai tak menyadari bahwa piyamanya sudah ditanggalkan dari tubuhnya oleh Aldebaran yang hanya menyisakan dalaman piyamanya yang lebih menyerupai lingerie dengan tali spageti. Belahan dada wanita itu terlihat jelas hingga membuat Aldebaran meneguk ludahnya dengan susah payah.

"Kita bobo, ya." Lirih Andin sambil mengusap lembut wajah sang suami yang berada tepat di hadapannya. Aldebaran tersenyum simpul, lalu mengangguk pelan.

"Saya mau peluk kamu." Ujarnya dengan nada manja membuat Andin terkekeh.

"Iya, boleh." Jawab Andin.

Pria itu merebahkan kepalanya tepat di atas dada sang istri yang sedikit terbuka. Sesekali ia tampak menciumi permukaan kulit yang halus dan kenyal tersebut sembari mencari posisi ternyamannya. Jari-jemari Andin terus memberikan elusan di sela-sela rambut tebal pria itu, hingga seiring waktu berlalu, keduanya pun mulai hanyut terbawa oleh mimpi indah. Keduanya terlihat nyaman dengan posisi seperti itu, dimana Aldebaran seperti bayi besar yang begitu tenang dalam dekapan dada wanitanya.

_______________________________________

"Your attention please, passengers of Qatar Airlines on flight number GA328 to London please go to gate 26. Thank you."

Hiruk pikuk suasana bandara turut mengiringi akan kepergian dua sejoli yang dihantarkan oleh beberapa anggota keluarga mereka. Tepat pukul dua siang nanti, Aldebaran dan Andin akan bertolak ke salah satu tujuan pertama bulan madu mereka di benua Eropa. Hanya menunggu sekitar 15 menit saja, keduanya akan berpisah dengan keluarga untuk beberapa waktu ke depan sesuai rencana.

"Mama pasti akan merindukan kalian berdua." Rossa memeluk menantunya itu setelah sebelumnya ia juga memeluk putranya.

"Aku juga, Ma. aku pasti akan kangen banget sama mama. Nanti kita sering-sering video call, ya." Balas Andin.

"Sure, harus."

"Oiya, jangan lupa di koper kalian mama sudah bekali sambel terasi sama ayam serundeng kesukaan kalian. Pas sudah sampai nanti, dipanasin dulu sebentar, ya." Pesan Rossa membuat Andin tersenyum.

"Iya, Ma. Mama tenang saja, nanti pas sampai hotel pasti langsung aku hangatin."

"Si mama ada-ada saja. Pas sampai hotel harusnya mereka langsung istirahat, bukannya disuruh angetin makanan. Mereka akan menempuh perjalanan panjang belasan jam, Ma." Sahut Damar memprotes sang istri.

"Oh iya, benar juga ya, Pa." Gumam Rossa, kemudian. Melihat reaksi sang mama membuat Andin terkekeh.

"Nggak apa-apa, Pa, Ma. Pokoknya pas sampai hotel nanti, aku bakal angetin bekal dari mama, karena pasti kita berdua laper juga."

"Iya, sayang. Pokoknya kalian harus jaga kondisi selama di sana, ya. Di sana bakal jauh lebih dingin, kan."

Setelah mendengar berbagai pembicaraan mamanya dengan sang istri, Aldebaran beralih menyalimi Susan selaku mama mertuanya yang juga turut mengantar mereka bersama Baskara.

"Kami pergi dulu, Ma. Mama sehat-sehat, ya. Semoga dilancarkan juga perjalanan mama sama Baskara besok ke Tokyo. Maaf karena aku dan Andin nggak bisa nganter." Ucap Aldebaran.

"Iya, Al, nggak papa. Kalian di sana harus happy-happy, ya. Jaga Andin dengan baik. Kalau ada apa-apa jangan lupa untuk selalu kabari keluarga." Pesan Susan lantas membuat Aldebaran mengangguk dengan tersenyum.

"Pasti, Ma. Mama juga harus happy terus." Balas Aldebaran sambil memegang kedua bahu mertuanya itu.

"Bas, titip mama, ya. Jaga baik-baik." Lanjut Aldebaran, melirik adik iparnya yang berdiri tepat di samping Susan.

"Siap. Kak Al sama Kak Andin pokoknya tenang saja, mama dijamin aman sama Baskara." Sahut Baskara dengan senyum merekah.

"Jangan lupa oleh-olehnya!" Seru Roy yang kali ini datang bersama sang kekasih, Aurora.

"Emangnya lo mau oleh-oleh apa?" Tanya Aldebaran.

"Rolex edisi terbaru boleh lah, mumpung dari negara produsennya langsung." Jawab Roy, santai, sementara Aurora di sampingnya tampak mengernyit kaget.

"Lihat, Ma, anak mama satu itu suka ngomong seenak jidat." Adu Aldebaran, membuat sang mama hanya menggelengkan kepalanya, maklum.

"Atau nggak usah Rolex deh. Oleh-olehnya cukup calon ponakan cewek saja." Frontal Roy diakhiri dengan tawanya. Aldebaran melirik Andin yang ternyata juga sama-sama meliriknya. Andin mengulum senyumannya, sedikit salah tingkah atas celetukan Roy.

"Roy..." Desis Aurora di sampingnya sambil mencubit kecil lengan tunangannya itu.

"Hehe, bercanda, honey."

"Safe flight, ya, Al Andin. Aku tunggu cerita-cerita kalian sepulang honeymoon saja nanti." Aurora turut berucap.

"Iya, thank you, Ra. Aku jadi nggak sabar ingin cerita-cerita juga bagaimana di sana nanti. Biar kamu makin tertarik buat honeymoon kesana juga." Balas Andin sambil melirik Roy dengan usil.

"Itu harus sih, Ndin. Pokoknya Eropa bakal jadi list utama aku buat bulan madu." Sahut Aurora ikut mengusili kekasihnya. Mendengar ucapan itu membuat Roy nampak meradang.

"Haduh, makin banyak PR ini mah." Ujarnya membuat yang lain tertawa.

"Sudah, kalian siap-siap." Ujar Susan.

Aldebaran meraih sebuah koper kecil berwarna abu-abu yang akan ia bawa, sedangkan koper besar mereka sudah dimasukkan lebih dulu oleh Tommy melalui bagasi. Sedangkan Andin hanya tampak menyandang sebuah tas kecil.

"Semua sudah aman, sayang?" Tanya Andin. Aldebaran tersenyum, lalu mengangguk.

"Sudah."

"Yaudah, kami berangkat ya." Ucap Andin dengan satu tangan yang sudah digenggam oleh Aldebaran.

"Iya, hati-hati sayang-sayangnya mama. Kalau udah sampai kabari, ya." Ucap Rossa.

"Oke, Ma."

"See you, all." Pamit Aldebaran sambil mulai berjalan bergandengan tangan dengan sang istri.

"Dadah!" Semua tampak melambaikan tangannya pada kedua sejoli.

"Dah!" Andin membalas lambaian tangan itu dengan satu tangannya yang terbebas.

Siang perlahan berganti menjadi malam. Pesawat yang mereka tumpangi telah lepas landas beberapa jam yang lalu. Para penumpang pun tampak sudah asik dengan aktivitas masing-masing. Ada yang sudah tertidur pulas di dalam selimut, ada yang membaca buku, ada pula yang asik menonton film-film yang tersedia sebagai salah satu fasilitas di first class pesawat itu.

Andin mengambil tabletnya dan nampak berselancar di salah satu situs untuk melihat-lihat tempat yang rencananya akan mereka kunjungi. Negara pertama yang akan mereka singgahi adalah Inggris, yang mana pesawat mereka nanti akan mendarat di salah satu bandara internasional London. Mungkin sisa sekitar delapan jam perjalanan lagi.

"Lagi apa?" Tanya Aldebaran yang nampaknya baru kembali dari toilet.

"Lagi cari rekomendasi tempat-tempat bagus di London."

"Bukannya kemarin sudah?"

"Hehe, iseng aja. Siapa tahu ada rekomendasi baru." Jawab Andin, menyengir. Aldebaran terkekeh, lalu meraih satu tangan sang istri. Pria itu menciumi tangannya sambil ikut memperhatikan tablet yang diotak-atik Andin.

"Ini bagus banget. Kita nanti kesini, ya." Ucap Andin sambil menunjukkan sebuah foto tempat pada layar tablet.

"Iya." Jawab Aldebaran, melirik gambar itu sekilas, lalu kembali memandangi wanitanya yang selalu terlihat cantik di matanya.

Aldebaran berinisiatif untuk menyatukan kursi mereka yang sudah seperti kasur single bed. Ia meninggikan dinding-dinding pembatas kursi mereka dengan penumpang lain agar lebih private. Aldebaran mendekat pada Andin, melingkarkan kedua tangannya pada pinggang wanita itu lalu menyelimuti kaki keduanya.

"Istirahat, yuk." Lirih Aldebaran tepat di dekat telinga wanita itu. Andin tersipu, kemudian mengangguk dan menutup tabletnya.

Setelah mematikan tablet, Andin meletakkannya ke tempat semula. Andin mendongak menatap Aldebaran tatkala pria itu sedang menciumi pipinya mesra. Keduanya saling melempar senyuman mesra satu sama lain.

//Cupp//

Bibir keduanya pun bertemu untuk saling mencumbu. Dengan posisi Aldebaran yang memeluk wanitanya dari belakang, Andin harus mendongak untuk menerima ciuman pria itu yang semakin intens. Meskipun berciuman sudah menjadi hal yang sering mereka lakukan, namun tetap saja selalu ada perasaan menggelitik seperti sekumpulan kupu-kupu yang berterbangan di perut Andin. Sesekali Andin tersenyum malu.

"Jangan genit-genit dulu. Kita lagi di pesawat, sayang." Tutur Andin, mengulum senyum malu-malunya.

"Kenapa memangnya kalau kita lagi di pesawat? Nggak ada yang ngeliat kita juga. This is first class, baby." Jawab Aldebaran lalu kembali mengecup bibir istrinya sekilas.

"Suka banget ciumin bibir aku." Komentar Andin.

"My favorite."

"Di antara semuanya, kamu paling suka bibir aku?" Tanya Andin sambil mengelus wajah pria itu.

"Saya suka semuanya yang ada di diri kamu. Your eyes, your nose, your cheek, your chin, and..." Jari telunjuk pria itu menyentuh setiap inci bagian wajah Andin yang ia sebutkan.

"My lips." Sambung Andin membuat keduanya tertawa pelan.

"Kamu happy?" Tanya Aldebaran.

"Happy banget. Kamu?" Andin bertanya balik.

"Saya happy kalau kamu happy." Jawab Aldebaran membuat Andin diam-diam tersenyum manis, masih dalam posisi Aldebaran yang memeluknya dari belakang.

"Di bulan madu kita ini, saya ingin memberikan semua yang terbaik buat kamu. Kemana pun kamu mau, saya ingin mewujudkannya. Saya ingin ini menjadi perjalanan pertama yang memberikan kesan buat kita berdua yang bisa terus kita kenang sampai kita tua nanti. Sampai kita punya anak-anak yang lucu. Sampai kita memiliki cucu-cucu yang menggemaskan. Dan saya harap ketika saat itu tiba, kamu tetap berada di sisi saya." Tutur Aldebaran dengan tatapan teduhnya. Ucapan pria itu tiba-tiba membuat perasaan Andin menjadi hangat. Andin merasa seperti menjadi wanita paling istimewa di dunia.

"Tentu, sayang." Sahut Andin setengah berbisik sambil mengecup tangan pria itu dengan tatapan mereka yang tak teralihkan.

Fly across the sky tonight

Discovering the brightest light

Wish I was here with someone to hold tight

Hello there,

I wish it was you

Playing in the rain and wait the rainbow

to come and we'll dance

I wonder if you'd always be right here

Hello there, are you doing fine?

Everynight thinking about you

Would like to spend my life with you

Those eyes that always make me feel like home

(Iqbaal - Hello You)

Setelah menempuh perjalanan sekitar hampir 15 jam di udara non-stop, Aldebaran dan Andin akhirnya tiba di Heathrow Airport, salah satu bandara internasional di London, Inggris. Mereka tiba di sana sekitar hampir jam 9 malam waktu setempat. Kedatangan mereka disambut oleh hujan salju ringan dengan suhu sekitar 9 derajat celcius.

Setelah mengurus segala administrasi dan bagasinya, mereka dijemput oleh seorang pria yang merupakan driver khusus dari hotel yang akan mereka tinggali untuk beberapa hari disana. Driver itu mengantarkan dan membawakan segala koper mereka hingga bagian resepsionis hotel.

"Thank you, mister." Ucap Aldebaran kepada pria berseragam khusus tersebut.

"You're welcome, Sir."

"This is tip for you." Aldebaran menyerahkan beberapa lembar mata uang euro kepada pria tersebut yang kemudian menerimanya dengan senang hati.

"Oh, thank you so much."

Begitu driver itu pergi, Aldebaran menuju ke meja panjang resepsionis hotel, sementara Andin memilih untuk duduk sejenak pada deretan sofa yang tersedia di sana.

"Hello Sir, welcome to The Savoy Hotel. How can I help you?"

"Hello. I have a reservation."

"What name is the reservation under?"

"Aldebaran Mahendra." Jawab Aldebaran. Dengan sigap petugas reservasi hotel itu mengoperasikan komputernya untuk memeriksa nama tersebut.

"From Indonesia?" Tanyanya.

"Yeah."

"Could I have your ID?"

"Of course. Here it is." Aldebaran mengambil visa yang ia simpan di dalam tas kecil yang ia bawa lalu menyerahkannya pada pihak reservasi tersebut.

"You will be staying for three nights, right?"

"Alright."

"With your wife?"

"Yes."

"Okay. Your room is on the fifth floor, room number fourty eight. Here is your room key. To get your room , take the elevator on the right side. They are roomboy will bring your luggage shortly." Katanya setelah sebelumnya datang dua orang pria sebagai petugas hotel yang akan mengantarkan tamu-tamu mereka menuju kamar masing-masing.

"Great, thank you."

"You're welcome. If you have any problems, please dial '1' from your room. There is internet connection available in all areas of hotel 24 hours a day."

"Okay, thank you." Balas Aldebaran, lagi.

"My pleasure, Sir. Have a wonderful stay in The Savoy Hotel."

Tak ingin berlama-lama lagi di luar dengan suhu yang semakin dingin, Aldebaran dan Andin pun bergegas untuk menuju kamar mereka yang dipandu oleh dua orang petugas hotel yang sekaligus membawakan koper mereka. Setibanya di kamar yang dituju dan setelah berbincang-bincang singkat perihal fasilitas hotel dengan kedua roomboy tersebut, Aldebaran pun memberikan uang tip untuk keduanya. Dua pria itu pun pergi, hingga Aldebaran menutup pintu kamarnya.

Andin duduk di tepi ranjang besar mereka sembari melepaskan berbagai pakaian tebalnya, dari jaket hingga syal. Sebab kamar tersebut telah dilengkapi dengan penghangat ruangan, sehingga cukup mengurangi rasa dingin yang sedari tadi seakan menusuk-nusuk tubuhnya. Hingga yang tersisa melekat di tubuhnya adalah kaos lengan pendek berwarna hijau tosca dan celana jeans panjang.

Begitu pula dengan Aldebaran. Pria itu berjalan ke arah Andin dan melepaskan jaket tebalnya yang mulai membuatnya pengap. Ia menyingkirkan jaket serta syal milik Andin agar ia bisa duduk di dekat sang istri. Namun rupanya bukan untuk duduk, Aldebaran merebahkan tubuhnya di atas ranjang itu dengan kepala di atas paha sang istri.

"Wake up, baby. Aku mau mandi dulu." Ucap Andin sembari menguncir rambutnya." Kata Andin, namun Aldebaran menggelengkan kepalanya dengan kedua mata yang terpejam karena lelah.

"No, nanti saja. Kita kabari mama dulu." Usul Aldebaran membuat Andin jadi teringat.

"Oh iya." Wanita itu pun meraih ponselnya dari dalam tas dan mulai menghubungi salah satu kontak di handphone-nya.

"Kok nggak diangkat ya." Gumamnya.

"Astaga. Ini London, Andin." Andin menepuk jidatnya pelan.

Ia baru ingat bahwa mereka sedang berada di London, yang mana waktu di negara tersebut lebih lambat sekitar tujuh jam dibanding Jakarta. Jika sekarang di kota itu menunjukkan pukul sembilan malam, artinya di Jakarta sudah jam tiga atau empat pagi, yang mana pasti mereka yang di Jakarta sedang tidur dengan pulasnya. Ia pun memutuskan untuk mengabari via chat whatsapp saja kepada mamanya dan mama mertuanya. Pasti setelah mereka bangun, mereka akan membacanya.

Setelah mengirimkan pesan untuk kedua mamanya, Andin pun meletakkan kembali ponselnya dan menyadari bahwa pria yang berada di pangkuannya rupanya telah tertidur. Andin terkekeh.

"Capek banget kayaknya." Ujar Andin, mengelus pipi sang suami.

Andin mencoba memposisikan kepala pria yang tertidur itu ke atas sebuah bantal di tempat tidur tersebut. Ia melepaskan kemeja panjang yang masih melekat di tubuh pria itu dan menyisakan kaos oblong putih. Setelah berhasil melakukannya, Andin menanggalkan sepatu serta kaos kaki Aldebaran, kemudian menarik selimut menutupi setengah tubuh pria itu. Seteleh memastikan kondisi tidur sang suami lebih nyaman, Andin pun berjalan menuju kamar mandi.

____________________Bersambung_________________

Karena di part ini dan beberapa part selanjutnya mungkin akan banyak mengandung bahasa Inggris, jadi mohon maaf kalau author masih banyak kelirunya soal grammer dan sejenisnya, karena author nggak jago soal beginian, wkwk.

Continue Reading

You'll Also Like

148K 4.5K 25
Dàiyù, a simple girl from Ta-Lo, only she's not all that simple. Her mother died from childbirth and her father neglected her too much during her chi...
737K 16.2K 123
EXO oneshots! EXO Imagines | 25/6/14 | © cherrylisps
9.7K 772 9
Cale Henituse finally decided to elope with his slacker life when he arrived in ancient China, just before becoming ordained and heralded prime minis...
643K 53.8K 32
"Excuse me!! How dare you to talk to me like this?? Do you know who I am?" He roared at Vanika in loud voice pointing his index finger towards her. "...