SECRETARY YOO [BLUESY VERS.]...

By dakko-chan

35.7K 2.1K 66

Lee Jeno, salah satu duda terpanas yang ada di muka bumi ini. Semua orang jatuh cinta padanya, tergila-gila b... More

0. Bos dan Sekretarisnya
1. Pesona si Bos
2. Sang Heroin; Winter
3. Foxy Lady; Karina
4. Mandikan Aku, Ya?
6. Perjodohan dan Perjalanan Bisnis
7. Kamu Cemburu, Pak?
8. Kamu Cemburu, Pak? (3) + Pengumuman
9. Kamu Cemburu, Pak? (3)
10. Kamu Cemburu, Pak? (4)
11. Makan Siang dengan Direktur Wang
12. Makan Siang dengan Direktur Wang (2)
13. Mari Jadi 'Teman' Baik, Pak!
14. Mari Jadi 'Teman' Baik, Pak! (2)
15. Tolong Lepaskan Saja Formalitas di Antara Kita
16. Semangat Giselle
17. Semangat Giselle (2)
18. Semangat Giselle (3)
19. Semangat Giselle (4)
20. Semangat Giselle (5)
21. Mari Berkencan
22. Mari Berkencan (2)
23. Mari Berkencan (3)
24. Mari Berkencan (4)

5. Bagaimana Ini, Giselle?

1.7K 111 5
By dakko-chan

"Jadi, tadi itu apa?"

Gosip, berita murahan, desas-desus memang santapan terbaik bagi lidah setiap para perempuan. Sebab dengan hal itu, mereka yang bergosip merasa dirinya superior apabila dibandingkan dengan orang yang digosipkan. Mereka merasa lebih baik, lebih sempurna, lebih-lebih lainnya apabila dibandingkan dengan orang yang digosipkan.

Namun, ada beberapa orang yang ikut masuk ke dalam rombongan penggosip karena mereka terlalu haus akan pengetahuan. Seakan tak cukup membaca buku pelajaran yang membosankan, mengetahui kehidupan pribadi seseorang nyatanya lebih meredakan rasa haus mereka.

Seperti Giselle ini, lagi-lagi dia berusaha mendapatkan berita panas mengenai Direktur Muda mereka dari sang biang onar ---Karina. Pasalnya apa yang disaksikannya pagi ini begitu panas, saking panasnya, hal itu melewati perdebatan panasnya dengan Haechan tadi malam.

Karina yakin Giselle bahkan tak lagi ingat siapa itu Haechan baginya apabila pembicaraan sudah menyangkut mengenai Jeno.

"Yah, seperti yang lu lihat," Karina mengambil selai stroberi di meja dan mengolesnya pada roti panggang yang disiapkan Jeno, kemudian memakannya dalam satu lahapan besar.

Karina mengernyitkan alisnya saat lidahnya mencecap rasa renyah roti itu---saking renyahnya sampai Karina hanya merasakan rasa pahit di sana.

"Apaan ni? Ini roti panggang apa roti gosong?" Komentar Giselle mewakili isi pikiran Karina.

"Yah, setidaknya dari roti ini kita jadi bisa gambil hikmahnya kalo Pak Jeno itu sebenernya masih manusia yang masih ada kurang-kurangnya," Timpal Karina. Lagi, ia memakan rotinya. "Toh ini masih bisa dimakan," tambahnya.

Mendengar hal itu, Giselle menampakkan wajah mengernyit, tampak tak setuju dengan perkataan Karina.

"Tapi, Gi, omong-omong tentang Pak Jeno, lu tau enggak ..."

"Hm?"

"... kalo Pak Jeno udah punya anak?"

"Anak? Kayaknya gua pernah denger deh. Kalau enggak salah ya ...."

***

"Papa!"

Suara imut itu terdengar mengudara kala Jeno menjajakkan kakinya di perkarangan rumahnya. Senyum Jeno melebar saat kedua netranya menemukan penampakan gadis kecil menghampirinya dengan kaki mungilnya.

Melihat hal itu sontak Jeno berjongkok dan merentangkan tangannya, menangkap anak perempuan itu ke dalam pelukannya. Sang anak tertawa renyah saat Jeno menggelitik kecil perutnya sebelum mengangkatnya dalam gendongan.

"Bagaimana hari Arra kemarin?" Adalah pertanyaan yang selalu Jeno ajukan setiap harinya pada Arra ---anak perempuannya. Setiap Jeno pulang dari kantor atau pertemuan, hal yang Jeno tanyakan pada Arra adalah mengenai harinya. Jeno selalu penasaran dengan apa saja yang dilalui gadis mungilnya dan mendengarkan celoteh Arra merupakan hal terbaik yang pernah ada.

"Tadi malam saat Papa enggak pulang, Arra tidur sama Nenek."

Jeno berpura-pura mengernyitkan dahinya. "Kenapa Arra tidur sama Nenek tadi malam? Arra bukannya udah bisa tidur sendiri ya?"

"Sini Papa, Arra bisikkan," Arra melambaikan tangannya, memberi pertanda untuk Jeno supaya mendekatkan telinganya ke arah Arra. "Ini hanya Arra ceritakan pada Papa, jadi Papa tidak boleh mengatakannya pada siapapun. Janji?"

Jeno terkekeh mendengar perkataan putri kecilnya. "Janji, Arra."

"Sebenarnya di bawah kolong kasur Arra ada monster ompong yang mengerikan, Papa. Arra takut sekali."

"Monster ompong?"

"Ya, monster ompong, monster pemakan anak-anak yang suka memakan permen."

Jeno hampir menyemburkan tawanya saat mendengar cerita anaknya. Ide darimana monster ompong itu sebenarnya?

"Siapa yang ngasih tau Arra ini, Sayang?"

"Nenek yang bilang, Pa. Kata Nenek, Arra tidak boleh sering-sering makan permen kalau tidak mau monster ompong datang dan memakan Arra."

Jeno mengangguk mengerti, kini ia tahu darimana ide monster itu datang.

Tak terasa karena terlalu hanyut dalam cerita Arra, kini Jeno sudah berada di ruang tengah rumahnya. Dengan inisiatifnya Jeno menaruh Arra di salah satu bangku di sana, kemudian berjongkok untuk mensejajarkan wajahnya dengan Arra.

"Arra tenang aja ya, Sayang. Karena Papa sudah ada di rumah, Papa akan mengusir monster ompong dari kolong kasur Arra."

"Bener, Pa?"

"Tentu saja, Sayang. Tapi ada syaratnya."

"Apa syaratnya, Pa? Apa? Arra akan melakukan apapun supaya monster ompong pergi dari kamar Arra!"

"Syaratnya .... Kita harus pergi ke dokter gigi, Sayang!"

Sontak, mendengar perkataan Jeno, Arra menggeleng keras. Binar pada matanya pun ikut menghilang. "Enggak mau, Papa! Jangan dokter gigi! Arra takut!"

Jeno tersenyum, lalu mengelus sayang kepala anaknya itu. "Jangan takut, Arra. Dokter gigi memiliki peri cantik yang akan melawan monster ompong. Arra suka peri, kan?"

"Peri?"

"Iya, peri. Cring ...." Jeno menggerakkan tangannya di udara, seolah memberikan efek magis di sana. "Peri akan melawan monster ompong dan menyuruhnya pergi dari kamar Arra."

"..." Arra masih terlihat ragu dengan perkataan Jeno, membuat Jeno kembali berujar.

"Atau Arra suka apabila monster ompong itu di kamar Arra dan hap! Memakan Arra?"

"Tidak, Papa, tidak. Arra suka peri, ayok, ke dokter gigi sekarang!"

"Baiklah, anak papa yang cantik," Ujar Jeno puas saat anaknya itu menuruti bujukannya. Tangannya kemudian mengelus rambut halus Arra yang jatuh bergelombang, "Anak papa memang anak paling cantik di muka bumi ini. Sangat-sangat cantik."

"Nenek bilang kecantikan Arra turun dari Mama, Pa. Mama pasti sangat cantik, kan, Pa?"

Jeno tersenyum saat mendengar perkataan Arra. "Iya, Arra. Mama adalah wanita tercantik yang pernah Papa lihat selama ini."

"Papa, Bu Guru di sekolah memberikan Arra tugas."

"Oh iya, tugas apa, Arra?"

"Puisi tentang Ibu, Pa."

Jeno menipiskan senyumnya saat mendengar perkataan Arra. Ibu, ya...

"Papa akan membantu Arra, kan?"

"Tentu saja, Sayang."

"Kamu sudah sampai, Jeno?"

Jeno menoleh ke arah sumber suara dan menemukan ibunya yang berpakaian anggun bergerak mendekatinya. Tampak di wajah cantik ibunya, tersirat gurat emosi menemukan anaknya baru sampai di rumah pada pukul sebelas siang.

"Arra, bagaimana kalau saat ini Arra bermain dengan Bibi? Bukankah Bibi berjanji untuk bermain dengan Arra siang ini?"

"Okay, Papa. Arra main dulu. Dadah, Papa."

"Hati-hati. Jangan sampai terjatuh, Arra." Nasihat Jeno yang tampaknya tidak terdengar sebab Arra berlari secepat kilat, meninggalkan Jeno beserta ibunya.

"Pagi, Ma."

"Ini sudah siang, Jeno," Ibu Jeno tampak protes dengan sapaan Jeno. "Kamu bilang kamu akan segera pulang saat Mama menelponmu, tapi kenapa kamu baru sampai sekarang?"

"Maaf, Ma, jalanan macet tadi."

Ibu Jeno tahu macet hanyalah alasan Jeno, tapi beliau tidak ingin memperpanjang permasalahan ini. Matanya meniti penampilan Jeno, tampaknya anak laki-lakinya tidak berganti pakaian semalaman.

Apa memang benar perjalanan bisnis?

"Sudahlah, Jeno. Kamu tadi mendengar perkataan Arra, bukan? Ibu gurunya memberikan tugas puisi mengenai Ibu."

"Iya, Jeno dengar, Ma."

"Jeno, ini sudah lama sekali. Mama tentu tidak ingin menuntut ini. Tapi, Mama harap kamu segera menikah dan memberikan sosok Ibu untuk Arra, Nak."

Apa yang dikatakan Ibu Jeno memang benar. Jeno harus segera menikah dan memberikan sosok Ibu untuk Arra. Bagaimanapun juga, Arra membutuhkan sosok Ibu untuk tumbuh kembangnya.

"Jeno juga berusaha, Ma. Tapi, Mama tau kan, Jeno juga sudah sibuk dengan pekerjaan di kantor."

"Mama sudah menduga itu. Maka dari itu, Mama sudah menentukan calon menantu Mama, Jeno. Mama harap kamu tidak menolak perjodohan ini, Nak."

***

Kalian dapat mengunjungi karyakarsa/Joylada dakkodakkochan untuk mendapatkan chapter lebih banyak/spesial

Continue Reading

You'll Also Like

16.5K 2.5K 23
Jeffrey as police in the small town called Tidakala City.
10K 1K 20
Giselle x Original Character Mature content 18+ Se·sal (kbbi) perasaan tidak senang (susah, kecewa, dan sebagainya) karena telah berbuat kurang baik...
1M 63.4K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
31.9K 2K 18
(Tahap Revisi) Kesibukan Jaemin mencari seseorang yang mampu memberikan keturunan sebagai penerus keluarga Na. Sejak dulu keluarga Na dibuat kebing...