The Billionaire Prison

By Penna1

200K 5.7K 196

[Budayakan VOTE Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. πŸ“Œ "Bersih... More

Chap 1
Chap 2
Chap 3
Chap 4
Chap 5
Chap 6
Chap 7
Chap 8
Chap 9
Chap 10
Chap 12
Chap 13
Chap 14
Chap 15
Chap 16
Chap 17
Chap 18
Chap 19
Chap 20
Chap 21
Chap 22
Chap 23
Chap 24
Chap 25
Chap 26
Chap 27
Chap 28
Chap 29
Chap 30
Chap 31
Chap 32
Chap 33
Chap 34
Chap 35
Chap 36
Chap 37
Chap 38
Chap 39
Chap 40
Chap 41
Chap 42
Chap 43
Chap 44
Chap 45
Chap 46
Chap 47
Chap 48
Chap 49
Chap 50

Chap 11

4.5K 112 0
By Penna1

"Apa kau tidak bisa melakukan tugas mu dengan benar, Matt?" tanya Armand tak suka. Tanpa perlu di tahan lagi, ia menyuarakan kemarahannya akibat kegagalan anak buahnya dalam menjalankan perintah.

"Maaf sir, para penjaga telat memberi kabar."

Armand mendengkus, "Apa alat mereka tidak berfungsi?" tanyanya sarkas penuh sindiran.
"Aku tidak ingin kejadian ini terulang lagi." titahnya, memberi peringatan, lantas Matt mengangguk mengerti.

"Kembalilah ke Bail's, ambil file yang ku letakkan di meja dan letakkan itu di ruangan kerjaku."

"Baik sir." Matt pun pergi berlalu dari kamar Armand.

Armand menghela nafas berat, masih banyak pekerjaan yang harus Armand selesaikan di kantor. Ada banyak file yang harus Armand tanda tangani tapi itu semua harus sedikit terhambat karena kejadian tadi.

Tao yang masih ada di sana pun hanya bisa mengamati. Melihat sahabatnya berada dalam situasi yang sulit membuat Tao sedikit menikmatinya.

"Kenapa kau masih di sini, tak mau pergi?" sindir Armand yang melihat Tao yang masih duduk di sofa sambil terus terdiam.

Tao menggeleng singkat, "Kau payah dalam merencanakan sesuatu." sindir Tao, "Kenapa menempatkan wanita itu di sini? Yang mana ibumu bebas untuk keluar masuk?"

Armand menghela nafas, tanganya memukul sofa pelan. "Dia tidak biasanya datang."

Setelah berpikir ulang, akhirnya Armand membuat keputusan untuk membiarkan Anna pergi dari sini. Karena rencana awal yang ia rancang sudah gagal, Armand bertekad untuk tidak ingin lagi mencampuri urusan Anna.

Armand akan menutup mata soal masa lalu Anna dan tentang fakta-fakta yang ia temukan. Dengan mempertimbangkan kembali tentang konspirasi pembunuhan itu serta bagaimana parno nya Diana mengenai keselamatan Anna membuat Armand merasa kepergian Anna dari sisi ibunya adalah keputusan terbaik. Lagi pula dia tidak punya tanggung jawab apapun pada wanita itu.

Tujuan awalnya memang bukan untuk membuat Anna menetap, tapi Armand hanya sengaja mengulur waktu dengan membuat Anna tinggal agar mempermudah nya menyelidiki kasus tanpa perlu memusingkan masalah penjagaan Anna.

Armand melirik sekilas menatap Tao, "Aku seharusnya menempatkan dia di rumah mu."

Tao langsung melemparkan senyum "Itu benar," Tao mengangguk setuju, Tao tahu kalau Armand mengatakan itu hanya untuk mengejeknya.

"Dia ternyata sangat cantik, pantas saja kau melarang aku untuk melihatnya."

"Kalaupun dia tidak cantik, aku tetap tidak akan memperlihatkannya padamu."

Ucapan Armand kembali membuat Tao tersenyum kecil. Merasa sedikit aneh saja dengan sikap sahabatnya akhir-akhir ini.

"Sudah cukup bicaranya. Sekarang kau harus kembali bekerja." Armand bangkit dari sofa, melewati Tao berjalan menuju pintu dan langsung membuka nya lebar-lebar.

Kening Tao mengkerut melihat tangan Armand yang memberi isyarat padanya untuk segera keluar. Dengan wajah yang di tekuk, Tao pun berjalan keluar.

"Aku akan menemui Anna sebelum pergi."

"Jangan coba-coba." Armand menjawab dingin, nadanya juga sudah berubah serius.

Armand kemudian berjalan pelan mendekati tangga dan menemukan salah satu pengawalnya. "Antar Tao untuk pergi, jangan biarkan dia mampir kemanapun." titahnya, pengawal itu mengangguk dan langsung menatap Tao menunggu Tao untuk bergerak.

"Kau benar-benar sangat perhatian."

Armand mengangguk kecil. "Selamat bekerja."

——————-

Anna melihat jam yang di gantung di dinding. Pukul 7 lewat 15 menit, baru beberapa jam sejak Diana mengetahui keberadaannya. Dan sejak itu pula Anna serasa di perlakukan bak putri manja di sebuah kerajaan. Tapi entah kenapa, bukan merasa senang atau bahagia yang Anna rasakan malah perasaan takut.

Kamarnya sudah penuh dengan barang-barang. Mulai dari baju, tas, sepatu, alat make up dan juga segala bentuk produk perawatan wajah, semua ada di sini. Membuat kamar yang mula nya lapang kini serasa sesak.

Semua terjadi secara tiba-tiba, dan ini malah membuat Anna merasa takut sekaligus overthingking. Takut kalau ini hanya semacam tipuan takdir yang sedang mempermainkannya. Membuatnya merasa senang, membiarkan dirinya tenggelam dalam situasi ini lalu kembali memberinya cobaan perih hingga membuatnya tak dapat bangkit lagi.

Walaupun memang tak bisa dibohongi kalau dia merasa sedikit nyaman, karena ini adalah pertama kalinya setelah belasan tahun dia merasakan begitu di perhatikan dengan sangat seperti ini. Diana begitu menyayanginya, tutur kata dan juga sikapnya yang lembut membuat Anna langsung mendapat kenyamanan.

Tapi biar begitu, Anna tetap dengan keputusannya. Pergi dari sini dan memulai hidup bebas di luar sana. Melakukan hal-hal yang sedari dulu ingin ia lakukan. Walaupun Anna akan merasakan sakit, sulitnya hidup sendiri dan juga mungkin kesepian, tapi ia ingin merasakan hidup seperti wanita normal lainnya. Bekerja, sehabis itu kuliah dan sisa waktunya bisa ia habiskan untuk menyenangkan diri. Mungkin dia juga akan mulai memikirkan pasangan dan setelah itu menikah. Wahh... sungguh itu adalah mimpi yang selalu ia idam-idamkan.

Hidup dengan keluarga Bail adalah jalan yang tak pernah Anna pikirkan. Dia juga bukan wanita tak tahu diri yang mengharapkan untuk terus menumpang hidup di sini. Apalagi dengan majikan iblis seperti Armand. Sekali melihat, bukan hanya Anna mungkin orang lain juga akan merasakannya, Armand terlihat memiliki dendam pribadi dengannya. Iblis itu, maksudnya Armand, dia terus menyuruhnya pergi dari sini.

Pintu kamar Anna diketuk, membuatnya menoleh, melihat bibi Emily di sana. Kepala mya melongo masuk, "Nona, makan malam sudah siap. Ma'am sudah menunggu di bawah."

Anna terkesiap, lalu tangannya menepuk keningnya pelan. Bagaimana dirinya bisa begitu bodoh, kenapa dia tidak turun sedari tadi untuk membantu. Sekarang dia bukan terlihat seperti putri manja melainkan putri durhaka.

"Anna."

Anna tersenyum kecil menanggapi panggilan Diana yang baru melihatnya turun dari tangga. Kenapa wanita itu bisa sampai seceria itu?

"Malam tante."

"Malam sayang, kemarilah, mari kita makan." ucap Diana lalu menarik satu bangku di sebelahnya, membiarkan Anna duduk di sana.

Anna mengamati sekelilingnya, ada beberapa pelayan yang sibuk mondar-mandir dengan piring berisikan lauk pauk. Seketika meja makan sudah penuh terisi dengan makanan dengan berbagai menu. Mulai dari sayur mayur, ada juga berbagai macam protein, dan buah-buahan serta cake.

Anna yang melihat makanan sebanyak ini pun heran. Apa mereka, orang-orang kaya selalu makan dengan banyak lauk seperti ini, bahkan hanya untuk
sekali makan? Jauh sekali dengan dirinya yang selalu memasak satu lauk tapi bisa untuk makan dua hari.

"Dimana Armand?"

Mendengar Diana bertanya begitu, reflek kepala Anna langsung ikut memutar, ikut mencari keberadaan lelaki itu.

"Tuan bilang akan makan di kamar." ucap Bibi Emily.

"Ishhh... anak itu. Yasudah biarkan saja, ayo Anna kita makan."

Anna mengangguk, tangannya mulai mengambil nasi dan lauk. Memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya.

"Anna aku ingin bicara padamu."

Diana memulai obrolan. Anna pun langsung menoleh, mendapati wajah Diana yang terlihat malu-malu. Dengan mulut yang penuh akan makanan, Anna masih setia menunggu Diana melanjutkan ucapannya.

"Sebenarnya ini adalah rencana yang Bella dan aku buat sejak dulu, untuk menjodohkan anak-anak kita nantinya. Kau dan Armand."

Bunyi denging yang sangat keras seolah menulikan telingannya dalam beberapa saat. Kunyahan mulutnya berhenti, Anna menatap Diana tanpa ekspresi. "Hah?"

Seolah tak mendengar apa yang Diana katakan. Matanya menatap Diana yang masih menatapnya dengan senyuman hangat, tangan Diana meraih satu tangan Anna dan langsung menggenggamnya. Anna melirik setiap pergerakan itu, walaupun diam tapi hatinya sudah mewanti-wanti.

"Aku ingin kau menikah dengan Armand."

Apa yang baru dia dengar bukanlah kesalahan. Diana ingin dirinya untuk menikah dengan Armand, ya, iblis itu. Apa yang sedang Diana rencanakan? Dirinya akan sangat menderita jika itu benar terjadi.

"Maaf tapi aku tidak bisa." Seru Anna langsung, tanpa perlu berpikir lagi, keputusan Anna langsung bulat.

Anna mendapati wajah Diana yang langsung murung, "Jangan langsung menjawab, aku ingin kau memikirkannya dulu."

Anna buru menggeleng, bahkan dengan memikirkannya beribu kali pun jawabannya akan tetap sama. Menikah dengan Armand sama saja hidup di neraka. Akan ada banyak hari yang akan ia lewatkan dengan penderitaan. Dengan mengingat bagaimana menyeramkan nya wajah Armand saja membuat bulu kuduknya meremang, apalagi setiap kata yang lelaki itu ucapankan, bisa-bisa yang Anna dengar hanya caci maki setiap harinya.

"Kenapa tante menginginkan itu? Aku__"

"Kau sudah memiliki orang yang kau cintai?" sela Diana cepat. Anna langsung menggeleng singkat, bukan itu alasan nya menolak. Tapi dia jelas tidak bisa mengatakan alasan yang sebenarnya.

"Kalau begitu tidak ada masalah kan?"

Anna tercenung, matanya memejam singkat. Otaknya berputar, memikirkan alasan apa yang bisa ia katakan agar Diana bisa mengerti.

"Armand adalah lelaki yang baik. Walaupun wajahnya dingin dan ucapannya sedikit kasar, tapi dia adalah lelaki yang bertanggung jawab. Dia tidak pernah sekalipun melawan ku tapi bukan berarti dia lelaki yang lemah ataupun manja. Tidak sama sekali, dia lelaki yang berprinsip dan juga punya pemikirannya yang matang. Dia akan bisa menjaga mu dengan baik, Anna."

Anna mendengar dengan paksa apa yang Diana ucapkan. Sebenarnya tanpa perlu di jelaskan pun Anna sudah tahu bagaimana buruk watak lelaki itu. Lelaki yang menjadi musuhnya saat ini. Armand bahkan tidak pernah tersenyum padanya.

"Tante sepertinya itu akan mustahil, Armand juga pasti tidak akan setuju."

"Kalau soal Armand biar tante yang urus. Yang penting kau mau, bagaimana?"

Anna menghela nafas panjang, lalu matanya menatap makanan di hadapannya yang baru tersentuh separuh, yang sepertinya tidak akan bisa ia lanjutkan lagi setelah ini.

"Aku akan memikirkannya." ucapnya lalu menunduk. Dari ekor matanya bisa ia lihat bagaimana senangnya Diana.

Itulah yang bisa Anna katakan sekarang. Walaupun ragu dengan keputusannya, entah dia sungguh akan memikirkannya atau tidak, tapi sepertinya itu jawaban yang Diana inginkan.


—————

Suara detak jarum jam terdengar jelas di sebuah kamar yang sunyi. Seorang lelaki nampak sibuk di kursi kebesarannya dengan setumpuk file di meja. Tangannya membolak-balik kan kertas, dan membaca satu per satu kalimat di dalamnya. Lalu terdengar helaan nafas berat, matanya beralih sebentar menatap jam di pergelangan tangannya. Sudah menunjukkan pukul 9 lewat 20 menit, tangannya langsung meminjat batang hidupnya.

Armand melirik sejenak pada nampan berisi makanan yang belum ia sentuh sama sekali sejak bibi Emily membawanya kemari. Peresmian hotel di Bali hampir rampung sebentar lagi, itu yang membuat pekerjaan Armand bertambah dua kali lipat.

Pintu kamarnya di ketuk.

Diana membuka pintu itu dan berjalan masuk ke ruangan kerja Armand. Armand melihat Diana yang tengah tersenyum, sudah lama sekali semenjak ibunya masuk ke ruangan ini. Terakhir kali beberapa bulan lalu.

"Kenapa makananmu belum tersentuh sama sekali?"

Diana lalu berinisitif untuk membawa nampan untuk mendekat. "Makanlah, jangan terlalu sibuk dengan pekerjaanmu."

"Aku akan makan nanti mom." Tangannya mendorong pelan nampan berisikan makanan itu membuat Diana langsung menaruhnya di atas meja kerja. Matanya mendelik kesal, "Kenapa susah sekali menyuruhmu makan." omelnya.

Armand hanya diam, tapi matanya tak bisa lepas dari sang ibu yang kini juga sedang menatapnya lekat.

"Armand, mom ingin bicara sesuatu yang serius."

Armand melirik Diana, satu alis nya terangkat "Perihal apa?"

"Anna."

Armand mendesah jengah, "Jangan terlalu memikirkan tentang dia mom, dia akan baik-baik saja meskipun tidak tinggal di sini. Aku jamin itu"

"Bukan itu yang mau mom katakan."

"Lalu?"

"Mom ingin kau menikah dengan Anna."





















Tbc
Jangan lupa voment yaaa
Like dan komen2 kalian sangat berarti banget untuk aku 🖤

Continue Reading

You'll Also Like

KANAGARA [END] By isma_rh

Mystery / Thriller

7.6M 548K 93
[Telah Terbit di Penerbit Galaxy Media] "Dia berdarah, lo mati." Cerita tawuran antar geng murid SMA satu tahun lalu sempat beredar hingga gempar, me...
1M 63.5K 64
[WAJIB FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA] ~ADA INFO TAMBAHAN NIH. KALAU KALIAN NGERASA SEPANJANG CERITA ADA YANG BERANTAKAN, WAJAR AJA YA. KAREN...
28K 2.5K 29
Semalam yang membekas di ingatanπŸ˜‹ #POOHPAVEL ONLY OKEπŸ’‹