Mine

By Rieneri

257K 13.7K 1K

Malam itu ia muncul di hadapanku. Rantai besi mengikat kedua tangan dan kakinya. Topeng putih menutupi wajahn... More

Prolog
Tanpa Nama
Kemenangannya
Permintaan Maafnya
Tak Diinginkan
Biola
Bukan Siapa-Siapa
Fans Pertama
Nessa
Perusak Permainan
Siapa Dia?
Mesin Pembunuh
Misterimu
Misteri masih Rahasia
Catatan Hitamnya
Menghentikan Waktuku
Awal Keretakan?
Cemburu
Mungkin Terlambat...
Berantakan
Bermain Peran
Kelam
Perubahan
Pengkhianat?
Penyamaran
Kisah Malam
Kesalahpahaman
Merah
Penyesalan
Kembali Berwarna
Bercanda?
Tekad
Mencari Kebenaran
Tersangka?
Sakit
Erat
...
Berakhir
Awal Kebahagiaan
Janji
Malam Pertama
Diary Ken
Cinta
Epilog

Putri Dongeng

3.8K 308 8
By Rieneri

"Rene, aku harus segera pulang. Ayah membutuhkanku. Sampai bertemu besok!" teriak Nessa sambil melambaikan tangannya dan berlari ke luar kelas. Aku membalasnya dengan senyuman.

Cih! Dimana Iru? Seharian ini ia tidak kembali ke kelas. Ini semua gara-gara Kaneshima Hansei!

Aku membereskan barangku dengan kesal. Mataku tak sengaja melihat ke jendela yang menuju ke koridor di depan kelas. Ada seorang laki-laki berlari mengikuti Nessa dari belakang. Laki-laki itu... Ah! Dia laki-laki yang tadi pagi! Ia akan berbuat jahat kepada Nessa. Dengan segera kakiku menyusul mereka berlari.

            "Rene!!" aku mendengar sebuah teriakan memanggil namaku. Suara itu milik Iru. Aku tidak mempedulikannya dan terus berlari mengejar lelaki itu. Sial! Larinya begitu kencang. Aku bahkan kehilangan jejaknya. Tidak putus asa, aku terus berlari hingga akhirnya kakiku sampai di halaman sekolah. Aku melihatnya! Dan  Nessa yang akan pulang dengan bodyguardnya. Mulutku ingin segera berteriak mencegahnya. Namun lelaki itu berhenti tepat di depan Nessa. ia membungkukkan badannya dan meletakkan kedua tangannya di lututnya. Sepertinya ia berusaha menstabilkan nafasnya. Aku tertarik untuk melihat apa yang selanjutnya terjadi. Aku menyembunyikan diriku di balik semak-semak.

            "Nessa Clarievy" lelaki itu berkata dengan nafasnya yang masih belum benar.

            "Siapa kau?" Nessa bertanya dengan heran. Bodyguardnya bergerak semakin waspada untuk melindunginya.

            "Buku catatanmu tertinggal di laboratorium biologi" ia menyerahkan sebuah buku—yang aku tahu itu memang milik Nessa.

            "Rene! Mengapa kau tetap lari begitu saja saat aku memanggilmu. Seharusnya—" Iru tiba-tiba berada di sebelahku. Dengan cepat tanganku menutup mulutnya tanpa mengalihkan pandanganku sedikit pun padanya. Mataku tetap terfokus pada lelaki berkacamata tebal itu.

            "Oh, baiklah. Terima kasih. Emm... siapa namamu?" Nessa menerima bukunya dan terlihat tertarik dengan lelaki itu.

            "Risu. Namaku Risu. Kau sedang tidak ingin pulang ke rumah, bukan?" Lelaki itu—yang mengaku namanya Risu—mengatakan sesuatu yang tidak terduga. Sesuatu yang juga sangat tiba-tiba.

            "Apa...maksudmu?" Nessa memberikan jeda pada jawabannya yang berarti..tebakan Risu benar. Lelaki itu tersenyum.

Dalam sekejap tangan kanan Risu menarik pergelangan tangan Nessa dan membawa tubuh Nessa ke dalam gendongannya—seperti putri di buku sebelum tidur yang diselamatkan pangerannya. Sedangkan tangan kirinya menebar bubuk—yang sepertinya bubuk merica—membuat bodyguard Nessa kelabakan dan bersin-bersin. Salah satu tangan bodyguard Nessa menyenggol tubuh Risu dan membuat kacamata tebalnya terjatuh. Persis seperti di negeri dongeng, pangeran yang sebelumnya buruk rupa kini beerubah menjadi tampan. Semuanya terjadi dengan cepat. Walaupun bodyguard Nessa sangat terlatih, mereka tak berdaya saat bubuk merica masuk melalui saluran pernafasan mereka.

"A-apa yang kau lakukan?!" suara Nessa terdengar melengking karena kaget. Namun tak dapat ku elakkan, bahwa aku merasakan kebahagiaan dari suaranya.

"Aku akan membawamu lari, putri" Risu tersenyum dan segera berlari meninggalkan bodyguard-bodyguard itu.

"Apa kau tidak ingin menyelamatkan Nessa, Rene?" suara berat itu tiba-tiba membuyarkan fokus pada peristiwa yang terjadi di hadapanku.

"Tidak, Iru. Itu tidak perlu. Aku tahu Nessa akan baik-baik saja" aku menjawab dengan enteng dengan masih memandangi bodyguard Nessa yang kebingungan mengejar Risu dan Nessa.

"Bagaimana bisa begitu? Bukankah kau tidak mengenal lelaki itu, Rene? Bagaimana jika Nessa dalam bahaya? Jika kau menyuruhku, aku akan segera membawa Nessa kembali dalam tiga menit"

"Berhenti memanggilku Rene, Iru. Itu terdengar—" aku menolehkan kepalaku perlahan ke arah suara yang daritadi mengajakku bicara. Namun aku terlalu terkesima saat melihat 'penampakan' di hadapanku. Ya, penampakan karena ini begitu mengejutkan.

"Ada apa?" Iru bertanya keheranan dengan reaksi berlebihanku.

"Kau.. apa yang Hansei lakukan padamu?" Kini Iru memakai sebuah celana jeans casual dengan kaos berwarna putih dan jaket berwarna biru tua. Rambutnya berkilau terkena cahaya matahari samar dari balik semak tempat kami bersembunyi. Sepertinya ada gel yang mnutupi rambutnya.

"Entahlah. Ia menyuruhku memakai pakaian ini. Lalu ada beberapa wanita mendandaniku. Setelah selesai ia menyuruhku untuk berpose dan ia memotretku" Nada bicaranya sedatar wajahnya.

"Rene? Apa aku berhasil membuatmu terpesona lagi kali ini?" senyumannya berubah menyeringai. Satu alisnya terangkat. Tanpa ku sadari tanganku telah berada di rambutnya. Mencoba mengelusnya dengan lembut. Reflek, aku menarik tanganku.

"Tch, ada daun di rambutmu, jadi aku memberishkannya. Jangan terlalu percaya diri dengan mengatakan aku terpesona padamu, Iru" aku berdiri dan melangkahkan kakiku pergi meninggalkannya. Apa yang dilakukan tanganku di rambutnya? Ah, pasti karena gel itu menarik perhatianku. ya, pasti karena itu.

"Wajahmu bersemu merah, Rene" samar-samar aku mendengar tawanya. Entah mengapa itu membuatku semakin jengkel padanya karena merasa dipermainkan. Hmm.. Tunggu. Dengan penampilannya yang seperti itu, aku bisa...

"Iru" aku menghentikan langkahku.

"Ya, Rene?" langkahnya ikut terhenti.

"Ayo segera ke mobil karena kita akan ke suatu tempat"

"Kemana?" Nadanya terdengar sedikit bingung.

"Kita perlu belanja kebutuhanmu" aku tersenyum.

:::::::::::::::::::::::::::::::::

"Semua benda disini terlihat mahal, Nona. Anda tidak perlu mengeluarkan uang hanya untuk orang seperti saya" Iru berkata sambil terus mengikutiku.

"Diamlah. Aku tuanmu. Terserah padaku untuk membelikanmu pakaian mahal atau murah" aku menjawab dengan ketus. Hingga akhirnya kaki kami memasuki sebuah toko yang menjual berbagai macam baju khusus lelaki.

"Selamat datang, nona muda. Bolehkah saya membantu Anda untuk mencari produk tujuan Anda?" pegawai wanita dengan rambut coklatnya tergelung rapi menyambut kami.

"Ya. Aku butuh kemeja putih, krem, dan biru muda. Serta dua jas berwarna hitam. Tidak lupa dasi yang cocok untuk pasangan-pasangan baju yang aku sebutkan tadi" senyum ramah ku lontarkan pada wanita itu.

"Baiklah, mari ke arah sini" tangannya menunjuk dengan sopan ke arah sebuah almari yang di depannya ada sofa. Aku segera duduk disana. Beberapa menit kemudian pelayan itu kembali dengan produk yang aku minta.

"Ini produk yang Anda inginkan, Nona muda"

"Iru, cobalah" aku menyuruh Iru mencobanya.

Setelah beberapa kali mencoba, aku memutuskan untuk membeli semuanya. Benar saja, Iru terlihat sempurna memakai apapun.

"Nona, ini sudah terlalu ban—"

"Apa toko ini memiliki baju renang?" aku memotong perkataan Iru.

"Tentu saja, Nona muda. Akan segera saya ambilkan. Warna apa yang Anda inginkan?" wanita itu masih tetap dengan senyum ramahnya.

"Ambilkan yang cocok untuknya" aku membalas dengan senyuman (lagi) sambil melirik ke arah Iru.

"Untuk apa celana renang juga, Nona? apa kita akan pergi ke pantai dalam waktu dekat?"

"Ya, aku dengar sekolah kita akan mengadakan field trip ke pantai. Aku tidak mau kebingungan mencari celana renang sehari sebelum keberangkatan. Kau tidak mungkin memakai celana renang Ken, bukan?"

"Saya bahkan tidak perlu mengikutinya, Nona. Tugas utama saya adalah menjaga Nona. bukan mengikuti kegiatan sekolah" Iru mengatakannya dengan tegas.

"Sstt.. kau adalah Iru, kekasih Rene Fixlrein di sekolah. Kau ingat bukan?" aku menatap matanya tajam.

" Baiklah, maafkan saya" Ia menundukkan kepalanya.

Tak lama wanita itu kembali membawa celana renang berwarna hitam.

"Saya..tidak harus mencoba celana ini disini juga bukan?" Iru menatapku dengan ragu.

"Lalu? Apa kau mau mencobanya di kamarku nanti saat kau mengantarkan makan siangku?" aku sedikit tertawa.

"Ya. Tawaran itu akan saya terima" ia menyeringai—walaupun sedang ia coba sembunyikan.

Menghindari tatapannya, aku mencoba mencari kartu kredit untuk membayar baju-baju itu dan memberikannya kepada wanita tadi. Wanita itu segera mengeluarkan sebuah alat mini untuk mengambil uang-uangku dari kartu itu.

"Terima kasih. Selamat datang kembali, Nona Muda" salam hangatnya membuatku ingin membalas senyumannya. Dan tanpa ku perintah bibirku membentuk sebuah kurva untuk menunjukkan senyum kepadanya.

Kakiku melangkah keluar dengan santai sementara Iru membawa barang-barang yang baru saja kami beli. Namun mataku mendapati seseorang yang familiar disana. Seorang gadis yang sedang berjalan cepat dengan gelagat mencurigakan.

"Fay?"


A/N :

Maaf agak lama updatenya. karena kesibukan dunia nyata. dan....Part ini Geje ToT

Tolong dicomment sesuka hati ya.. yang ganjal keluarin aja.. saya menerima semua saran dengan terbuka.. :)


Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 19.8K 38
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
411K 34.6K 173
Status : TAMAT Bo Jiu Peretas muda dari keluarga peretas keluarga Bo. Setelah terbunuh, ia terlahir kembali sebagai siswa sekolah menengah bernama F...
424 69 5
⚠️CERITA INI PURE DARI PIKIRAN SENDIRI TANPA ADA UNSUR PLAGIAT _______ Jun Shison x Kim Winter _______ Cerita ini 80% tanpa ikutin alur series filmny...
17K 2.3K 13
Ini kisah tentang Asterla, putri kesayangan Keluarga Elvander yang terpaksa berpura-pura menjadi pria. Lantaran suatu masalah, Asterla kecil harus be...