LEORA ZARIN [END]

Par Hamidaaa_11

645K 23.6K 604

PART MASIH LENGKAP!!!! HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! "Ayas lo udah mati!" "Kamu gak pernah mati Ayas, kamu... Plus

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Cast
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
Epilog
Ada yang mau cek?
Extra Part

10

9.7K 329 5
Par Hamidaaa_11

Sore ini Zarin duduk dibalkon kamarnya ditemani dengan Elea. Saat pulang sekolah tadi, Elea langsung datang kerumah Zarin untuk memastikan sahabatnya itu baik baik saja. Dengan ditemani camilan, Zarin mendengarkan Elea yang sedang bercerita kenapa ia bisa tau tentang penyakit Zarin.

"Pantesan, lo jadi aneh waktu itu. Tiba-tiba mau pulang dengan alasan gak jelas banget." Tutur Zarin membuat Elea tertawa.

"Ya sorry, eh btw waktu itu gue pasti keliatan konyol banget kan?" Tanya Elea sambil memasukkan chiki potato pada mulutnya.

"Banget, Kayak orang yang ditagih hutang."Jawab Zarin lalu terbahak.

"Parah sih, gak kayak gitu juga deh kayanya." Ujar Elea mencebik.

Zarin tertawa melihat wajah Elea yang masam. "Eh eh tau gak? Tadi gue ketemu sama Zevan." Ungkap Zarin membuat Elea menjadi penasaran.

"Hah kapan?"

"Tadi pas gue pulang dari sekolah, dia bolos juga ya?" Zarin memasukkan keripik kentang pada mulutnya.

"Iya juga sih, gue tadi gak ngeliat dia disekolah." Tutur Elea tak berhenti mengunyah camilan.

"Trus, trus, gimana?" Tanya Elea penasaran.

"Alah lo, kalo masalah ginian aja kepo banget," Cibir Zarin membuat Elea menyengir.

"Elea menggaruk tengkuknya tak gatal "Ish udah cepet ceritain aja, gimana gimana?"

Zarin memutar bola matanya malas. Ia pun menceritakan kejadian saat ia bertemu dengan Zevan tadi. Perihal Zevan memutuskan Zarin dengan alasan apa, Elea memang sudah mengetahuinya. Elea beberapa kali geram pada Zevan saat Zarin menceritakan semuanya. Elea kesal pada Zevan yang tidak mempercayai Zarin.

"Kuda nil anj-, greget banget gue pengen nyopotin giginya satu-satu." Geram Elea dengan tangan mengepal.

"Gue pengen cari tau siapa yang ngelakuin itu ke gue dan buktiin ke Zevan kalo gue gak salah." Tutur Zarin menatap liris kedepan.

"Gue bantuin lo," ujar Elea membuat Zarin melebarkan senyumnya.

"Aaaaa maaciw Lea-ku sayaaanggg," Zarin memeluk Elea erat.

Elea menepuk nepuk Zarin ia hampir kehabisan nafas. "Mau bunuh gue lo!" Tukas Elea menghirup oksigen dalam.

"Hehe sorry, kesenengan gue" Zarin menyengir kuda.

Mereka berdua pun melanjutkan berbincang-bincang sambil sesekali melemparkan candaan. Sahabat rasa saudara. Dengan mengetahuinya Elea tentang Zarin, membuat Zarin bertambah semangat dalam melawan penyakitnya. Betapa beruntungnya Zarin mempunyai Elea yang begitu menyayanginya. Begitupun dengan Zarin yang juga menyayangi Elea.

☁️☁️☁️☁️☁️

Hana membuka pintu ruangan bernuansa putih itu, perlahan ia mendekat pada pria yang tengah duduk diatas kursi kebesarannya. Pria itu sedang fokus pada layar laptop yang menyala. Tanpa menoleh, Pria itu sudah tahu siapa yang datang. Hana sudah menelponnya sebelum itu.

"Evan?"

"Duduk, Kak. Aku selesaikan ini terlebih dahulu. 5 menit." Ucap Pria yang dipanggil Evan oleh Hana.

Hana menurut, ia mulai menjatuhkan bokongnya pada sofa yang tersedia diruangan tersebut. Ia terpaksa mendatangi Evan kerumah sakit karena jadwal Pria tersebut sedang padat.

Hana mengedarkan pandangannya, meneliti setiap sudut ruangan itu. Ia sangat bangga pada Evan yang kini telah sukses menjadi seorang dokter muda. Adiknya, sekaligus Paman Zarin ini begitu gigih dengan cita-citanya. Adik laki-laki satu-satunya yang ia punya.

Evan menutup laptopnya. Berjalan menuju bar kecil yang ada disana, membuatkan kopi untuknya dan Hana.

"Jadi gimana?" Tanya Evan tanpa menoleh pada Hana.

"Kakak menyuruh Gio untuk mencari rumah sakit yang bagus disana." Hana memperhatikan aktifitas yang dilakukan Evan.

"Kau meragukanku, huh?" Ucap Evan sedikit kecewa.

"Aku tidak mau merepotkanmu, Kau terlihat sibuk dengan pasien-pasienmu." Balas Hana

"Aku masih bisa menyelipkan waktu ditengah padatnya tugas ini, Kak. Terlebih ini untuk keponakanku sendiri." Tutur Evan melangkah mendekat pada sofa dengan membawa dua cangkir kopi.

"Frapuccino latte," Ucapnya seraya meletakkan satu cangkir kopi kehadapan Hana. Ia sudah tahu kesukaan Kakaknya itu.

"Thanks,"

"Evan apakah kita bisa mengundur waktu?"

"Apa maksudmu, Kak?" Evan menyesap kopinya dengan tatapan tak beralih dari Hana.

Mata Hana tampak berkaca-kaca. "A-aku, maksudku-"

"Kakak ingin menunda jadwal kemoterapi?" Tanya Evan tau apa yang dimaksud Kakaknya itu.

"Kakak hanya tidak ingin jika setelah Kemo, Zarin akan terpukul dengan keadaannya Evan." Bulir bening mulai jatuh membasahi pipi Hana.

"Kak, aku yakin Zarin akan menerima ini semua. Dia pasti kuat menghadapinya."

"Tapi, Evan-"

"Aku sudah menemukan dokter terbaik di sana, dia sudah berpengalaman menangani penyakit yang diidap Zarin. Kita akan pergi ke sana dan lakukan pengobatan." Jelas Evan memotong ucapan Hana.

"Evan aku butuh waktu," Hana menunduk tangisnya sudah tidak bisa dibendung lagi.

"Lebih cepat lebih baik, Kak!" Tukas Evan matanya ikut memanas melihat Hana menangis.

"Aku gak sanggup, Van." Ucap Hana disela tangisnya.

"Aku tau, Kak. Aku juga sangat menyayangi Zarin. Tapi ini adalah jalan terbaik untuknya. Kita tidak bisa menentang takdir Tuhan, namun setidaknya kita sudah berusaha." Evan menyeka sudut matanya yang berair.

Hatinya ikut sakit saat mengetahui Zarin mengidap penyakit yang begitu mematikan.

Hana mengusap air matanya pelan. Ia berusaha memperlihatkan wajah tegar. Namun, Evan tau dibalik itu semua ada sebuah kehancuran dan kesakitan yang tidak Hana perlihatkan pada siapapun.

"Aku akan pikirkan lagi," Hana meminum kopi yang dibuatkan Evan. Menyesapnya sedikit lalu meraih tas yang ia simpan disebelah nya.

"Aku masih ada urusan, terimakasih sudah meluangkan waktu untuk Kakak," Hana berdiri diikuti oleh Evan.

Evan menghampiri Hana lalu memeluknya. "Aku tau Kakak adalah wanita yang kuat," Ucapnya sambil mengelus lembut punggung Hana.

"Aku harap begitu," Balas Hana melerai pelukannya.

"Aku pergi dulu," Ucapnya lalu berjalan kearah pintu keluar.

"Hati-hati, " Ucap Evan saat pintu nyaris tertutup.

Evan menatap pintu yang tertutup, ia tau apa yang sedang dirasakan oleh Hana. Tak dapat dipungkiri ia pun merasa sedih.

"Aku yakin Zarin pasti bisa sembuh, Kak."

☁☁☁☁☁

"Eh Bunda baru pulang?"

Zarin melihat Hana yang baru datang dengan wajah sembab seperti orang yang sudah menangis. Dengan khawatir Zarin menghampiri Hana dengan langkah cepat.

"Bunda kenapa? Bunda nangis? Siapa yang udah bikin Bunda nangis?" Cecar Zarin membuat Hana terkekeh menatap putri kesayangannya tersebut.

"Ih Bunda kok malah ketawa sih!" Zarin mencebikkan bibirnya.

"Kamu sih lucu, nanya Bunda udah kayak wartawan." Balas Hana sambil mencoel pipi Zarin.

"Ihh Bunda aku kan khawatir liat Bunda kayak orang yang udah nangis gitu." Zarin menggiring Hana agar terduduk disofa.

"Bunda gak kenapa-napa sayang," Jawab Hana lembut dengan senyuman terpatri diwajahnya.

"Bohong! Masa gak kenapa-napa mata Bunda sembab gitu, hidunh Bunda juga merah." Sarkas Zarin tidak terima karena dengan jelas Hana membohonginya.

"Iya Bunda memang nangis, abisnya Bunda pusing sama kerjaan banyak banget, jadi Bunda nangis deh." Bohongnya pada Zarin. Sebenarnya Hana tidak berhenti menangis dalam mobil saat perjalanan pulang dari rumah sakit tadi.

"Bunda gak bohong kan?" Zarin menatap wajah Hana intens. Mencari kebohongan disana.

"Engga sayang," Hana menampilkan senyum manis, menghindari agar Zarin tidak curiga padanya.

"Banyak banget ya Bun kerjaannya?" Tanya Zarin khawatir seraya menggenggam tangan Hana.

"Banget sayang, Bunda sampe gak bisa mikir." Hana beralih membawa Zarin kepelukannya.

"Maafin Zarin ya, Bun?" Zarin menyamankan pelukannya dengan Hana.

"Kok minta maaf?" Hana mengernyitkan dahinya bingung.

"Maaf Zarin udah jadi beban Bunda,"

"Huss, gak boleh bilang kayak gitu, kamu itu bukan beban. Kamu adalah anugerah terindah dari Tuhan yang Bunda punya." Tutur Hana tak berhenti mengusap lembut kepala Zarin.

"Tapi karena Zarin, Bunda harus kerja keras sampe Bunda nangis gini."

"Gapapa sayang, Bunda lakuinnya ikhlas. Bunda tadi cuma cape aja, makanya nangis. Begitu liat kamu, Bunda jadi semangat lagi." Jelas Hana mengecup pucuk kepala Zarin.

"Beneran, Bun? " Tanya Zarin mendongak menatap Hana.

"Beneran, sayang." Jawab Hana tersenyum pada Zarin.

"Yaudah kalo gitu, Zarin bakalan selalu ada buat nyemangatin Bunda." Ucap Zarin dengan semangat.

"Dan Zarin janji, nanti kalau Zarin udah lulus sekolah, lulus kuliah juga Zarin bakal gantiin Bunda. Jadi nanti Bunda duduk manis aja dirumah." Zarin berucap dengan mata berbinar. Terlihat kesungguhan dimatanya itu.

"Bunda gak akan maksa kamu, yang Bunda harapkan kamu jadi orang yang sukses dan kamu bisa sehat terus." Ucap Hana membuat wajah Zarin lesu seketika.

"Bunda doain Zarin ya? Biar Zarin bisa sembuh," Tiba-tiba saja mata Zarin berkaca-kaca.

Hana menarik kembali Zarin pada pelukannya. "Suutt, Tanpa diminta, Bunda selalu mendoakan yang terbaik buat putri kesayangan Bunda. Bunda selalu meminta sama Tuhan, agar kamu bisa sembuh dan selalu sehat."

Zarin tersenyum getir dalam pelukan Hana. "Amiinn, makasih yah, Bun."

"Mm, kamu suka ngerasain sakit lagi gak? Atau pusing gitu?" Tanya Hana membuat Zarin sedikit membeku.

Selama ini apa yang ia rasakan tidak pernah Zarin ceritakan pada Hana. Hana juga tidak pernah tahu kalau ia sering mimisan dan pingsan disekolah. Alasannya simple, ia hanya tida ingin Hana khawatir pada Zarin.

"Eng-engga kok, Bun. Zarin sehat-sehat aja. Gak pernah ngerasain sakit lagi." Balas Zarin tidak ingin menatap Hana.

"Beneran?"

"Bener, Bun. Mungkin karena doa-doa Bunda." Ucap Zarin santai beralih mengambil remote TV lalu menyalakannya guna mengalihkan perhatian Hana.

"Yaudah, syukur kalau begitu." Ujar Hana akhirnya membuat Zarin sedikit bernafas lega.

"Bunda ke kamar dulu ya, udah gak tahan pengen bersih-bersih." Hana beranjak dari duduknya lalu berlalu meninggalkan Zarin yang kini menatap siaran televisi tanpa minat.

"Maafin aku, Bun." Batin Zarin.

☁☁☁☁☁

"Ayas..."

Seketika gadis itu panik saat melihat apa yang ia lihat dihandphonenya. Ia lalu mengenali dimana letak lokasi itu. Gadis itu berlari membelah kerumunan tak peduli ia sudah menabrak berapa orang disana.

"Eh eh mau kemana lo?" Panggilan temannya tidak ia hiraukan. Tak peduli orang-orang menatapnya aneh, gadis itu terus berlari. Dipikirannya sekarang hanyalah satu. Yaitu kekasihnya.

Karena panik, gadis itu lupa memberi tahu temannya atas apa yang terjadi. Alhasil disinilah ia sekarang, seorang diri mencari kekasihnya. Dengan lampu yang temaram, ia menyusuri ruangan UKS dengan hati hati. Keringat mulai membanjiri pelipisnya. Ada rasa ketakutan dalam dirinya. Namun, ia tepis ketakutan itu. Karna yang terpenting sekarang adalah menemukan kekasihnya.

"Ayas?"

"Ayas kamu dimana?"

Gadis itu mengedarkan pandangannya. Namun ia tak melihat ada siapapun diruangan ini. Gadis itu merasakan ada yang tidak beres. Kemana lelaki gadis itu pergi? Bukankah tadi ia mendapat pesan jika ia sedang disini.

"Ay-hmmmppphh..."

Gadis itu melebarkan matanya saat tiba-tiba ada seseorang yang menyumpal mulutnya dari belakang. Tubuh gadis itu menegang lalu ia berusaha berontak, namun tangan nya dicekal sangat kuat. Tubuhnya berusaha melawan. Ia ingin berteriak namun sulit. Hingga setelah mencoba terlepas, ia pun tidak sadarkan diri.

Seseorang itu tersenyum licik. Ia menopang tubuh si gadis lalu mengangkatnya keatas brankar yang ada disana. Setelah terbaring sempurna, ia menatap wajah gadis itu dengan intens. Lalu menampilkan senyuman yang mengerikan.

️☁️☁️☁️☁️
.
.
.
.
.

Ayashaka Zevano William

Vote ?
Lovyu badag 💋

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

2.4M 132K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
6.2M 107K 25
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
ARGALA Par 𝑵𝑨𝑻𝑨✨

Roman pour Adolescents

5.5M 237K 56
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
566K 21K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...