TANZIRA

De yogurtkji

482K 57.8K 34.7K

[Follow dulu oke.] #9 in wattpad indonesia Spin of Asterlio Bagi Aurora, Tanzil adalah segalanya. Tidak ada... Mais

0.0 | Toko Donat
0.1 | Efek Samping
0.2 | Duta Kebersihan
0.3 | Orang Baru
CAST TANZIRA
0.4 | Cara Menjaga
0.5 | Obat?
0.6 | Tentang Hati
0.7 | Jauhi Dia
0.8 | Permintaan Maaf
0.9 | Siapa Raja Sebenarnya?
1.0 | Hati Nggak Bisa Dibagi
1.1 | Jaga Jarak
1.2 | Hari Spesial
1.3 | Makan Bareng
1.4 | Rora Nggak Mau Ditinggal
1.5 | Winter Bear
1.6 | Mereka Pacaran?
1.7 | Tanda Persahabatan
1.8 | Bergabung?
1.9 | Zahra's party
2.0 | Berhenti?
2.1 | Awal Baru
2.2 | Jealous
2.3 | Jadi?
2.4 | Air Mineral
2.5 | Hari Sakral
2.6 | Sakit Hati
2.7 | Bolos Sekolah
2.8 | Alasan Menjauh
2.9 | Isi Hati
3.0 | Good Night
3.1 | Ancaman Manis
3.2 | Bahagia ya, Ra
3.3 | Berita Buruk
3.4 | I'm Here
3.5 | Masalah di Sekolah
3.6 | Penenang
3.7 | Pelaku
3.8 | Belum Selesai
4.0 | Masalah
4.1 | Kejadian Sebenarnya
4.2 | Terbongkar
4.3 | Takut Kehilangan
4.4 | Satu Minggu
4.5 | Kangen
4.6 | Insiden Kecil
4.7 | Gue Butuh Lo
4.8 | Need
4.9 | Jalan-jalan
5.0 | Kebutuhan
5.1 | Jalan sama gue, mau?
5.2 | Insiden
5.3 | Berakhir?
5.4 | Jawaban
5.5 | Janji
5.6 | Pulang
5.7 | Hilang
5.8 | Usaha Penyelamatan
5.9 | Keadaan Aurora
6.0 | Teman

3.9 | Masa Lalu

5.8K 706 105
De yogurtkji

HAPPY READING!!!

JANGAN LUPA SPAM KOMEN

*****

"SINTIA STOPPP!"

Luby menghentikan Sintia yang hendak berbicara. Kedatangannya cukup membuat seisi kantin tertuju pada dirinya, apalagi Inggit yang langsung pasang badan di depan Rora.

Dia langsung hendak menarik Sintia menjauh dari kantin, namun Inggit berhasil mencekal pergelangan tangan cewek itu. "Lo dalangnya 'kan?!" semprot Inggit dengan nada tak santai.

"Maksud lo apa?!" bantah Luby tak terima.

Inggit maju selangkah, mendorong bahu Luby dengan sengaja. "Nggak usah sok polos! Lo pikir gue nggak tau hah?!"

"Maksud lo apa, Inggit?!" bentak Luby lagi.

"Lo yang suruh Tika bully Rora 'kan? Lo yang rencanain semua ini! Lo nggak usah sok polos!"

Luby terdiam, dia menengok ke arah kanan dan kirinya. Semua orang mulai membisikkan sesuatu tentangnya, "Enggak! Gu---"

"Lo jahat, Luby!" Inggit mendorong gadis itu hingga terjatuh.

Rora yang melihat itu menutup mulutnya, kemudian langsung berusaha membantu Luby supaya bangkit kembali. Biar bagaimana pun, dia tidak tega melihat gadis itu seperti ini. "Ayo gue bantu..." tawar Rora seraya berusaha menggapai lengan Luby.

Bukannya menerima, Luby justru menepis kasar bantuan dari Rora. "Jangan sentuh gue!" sentaknya.

Inggit menarik Rora kembali ke dekatnya, menyuruh gadis itu untuk tetap di belakangnya bersama Ghea. "Lo tuh nggak tau diri! Pantes aja Tanzil lebih milih Rora!" bentak Inggit.

Luby semakin kalang kabut, di satu sisi ia malu menjadi tontonan siswa/i. Tapi ia juga marah, serasa ingin membalas semua perlakuan buruk yang dia dapatkan.

"Lo cuma bisa sembunyi di belakang temen lo, Ra! Lo lemah!"

"Kenapa? Lo iri?! Oh iya, lo 'kan nggak punya temen hahaha!" Inggit membalas dengan tawa mengejek.

Tangan Luby mengepal, "Urusan gue bukan sama lo!" teriaknya pada Inggit, "Gue salah apa sama lo, By?" Rora bersuara.

Tawa kecil Luby hadir, dia menatap Rora benar-benar penuh kebencian. "Salah lo apa?" tanyanya dengan nada mengejek.

"Banyak, Ra! Lo udah rebut satu-satunya kebahagiaan gue!" sambungnya penuh emosi.

Mata Luby sudah memerah, sangat kentara menahan tangis. Pun Rora yang semakin kebingungan dengan keadaan saat ini, kenapa sangat runyam?

"Lo rebut Jio dari gue!" teriak Luby lebih keras.

Bersamaan dengan air mata gadis itu yang mulai membasahi pipinya. "Gue nggak pernah rebut dia dari lo!" jawab Rora membela diri.

"Nggak pernah? Nggak pernah lo bilang?! Lo emang nggak pernah sadar akan kesalahan lo!" emosi Luby semakin memuncak.

Rora memejamkan matanya ketika tangan Luby mengayun hendak menamparnya, "Tanzil?" kaget Rora ketika seseorang berdiri di depannya seraya menahan tangan Luby.

Raut wajah Tanzil benar-benar dingin, laki-laki itu menatap tajam ke arah Luby. "Urusan lo sama gue, bukan sama Rora." tegasnya.

"Jio? Kenapa kamu bela Rora?..." suara Luby tedengar kecewa.

Tanzil menautkan jemarinya pada jemari Rora, dengan tegas menatap Luby. "Dia pacar gue! Berapa kali gue harus bilang ke lo supaya tetap pada batasan lo!" ujarnya.

"Gue emang pengen Rora ancur! Tapi gimana kalo Tanzil tau gue ikut andil gimana?"

"Itu resiko! Lo nggak bisa egois, Luby!"

Tiba-tiba suara itu mengalun di pengeras suara, Luby yang merasa itu adalah suaranya menunduk takut juga malu. Tanpa pikir panjang, ia langsung berlari menjauh dari kerumunan yang tengah menjadikan ia sebagai tontonan.

"Luby tungguuu!" Rora mengejar, ia butuh penjelasan dari gadis itu.

"Gila, rame banget." celetuk Boy, "Kalian jangan ikut campur dulu, biarin ini jadi urusan mereka bertiga." sambung Boy ketika teman-temannya hendak ikut mengejar Luby bersama Tanzil.

Luby menghentikan langkahnya ketika ia berada di koridor yang sepi, air matanya sudah mengalir deras membasahi pipinya. "Arghhhh!"

"Luby! Gue butuh penjelasan dari lo!" ucap Rora ketika berhasil mengejar gadis itu.

"Apalagi, Ra?! Apalagiiii?!"

"Jelasin sama gue, kenapa lo bisa sebenci itu sama gue! Dan ada apa sama Tika?"

Luby mengusap air matanya, "Iya! Gue yang sebarin berita kalo lo cuma anak angkat, dan gue juga yang suruh Tika bully lo!"

Rora menggeleng tak percaya, "Salah gue apa?"

Tawa Luby terdengar, dia menatap Rora dengan tatapan kebencian. "Stop tanya salah lo apa! Gue muak, Ra!" bentaknya.

"Kenapa lo lakuin ini semua sama gue?!" bentak Rora ikut meninggikan suaranya.

Luby cukup dibuat terkejut oleh bentakan Rora, dia tidak menyangka gadis itu akan berani.

"Lo ambil Jio.. Lo ambil satu-satunya tempat yang gue jadiin rumah.." suara Luby lirih, terdengar pilu.

"Lo punya segalanya, Ra.. Lo punya orangtua yang sayang sama lo, lo punya sahabat yang selalu ada buat lo, dan lo juga bisa di terima baik oleh semua orang! HIDUP LO ITU SEMPURNAAA!"

suara Luby semakin meninggi, ia mengeluarkan semua unek-uneknya. "Sedangkan gue? Gue cuma punya Papah dan Jio... Tapi lo rebut Jio!"

Dengan keras Luby mendorong Rora ke arah dinding, membuat gadis itu terbentur dan tubuhnya merosot ke lantai. Rora menahan panas dan perih di lengannya. Ia perlahan bangkit, untung saja kepalanya tidak terbentur.

"Mau lo apa?!"

"Mau gue itu lo hengkang dari sini! Gue benci sama lo, Ra! Gue benciiii!"

"Lo cuma bisa sembunyi di belakang para pembela lo! Lo pengecutttt!"

Dengan lantang Luby berteriak tepat di depan Rora. Tepat ketika ia hampir melukai Rora lagi, Tanzil datang dan dengan segera berdiri di depan Rora. "Lo apaan sih?!" bentak pada Luby seraya menyentak tangan gadis itu.

"Diem, Jio! Kamu minggirrrr!" Luby berusaha mendorong tubuh Tanzil namun gagal. Tenaganya tidak lebih besar dari cowok itu.

"Semakin lo kayak gini, semakin gue yakin buat jauhin lo! Selama ini gue berusaha sabar, tapi kenapa lo nggak ngertiii!" bentak Tanzil.

Tubuh Luby merosot ke lantai, tangisnya semakin deras meski tak bersuara. Keadaannya kacau, jauh dari kata rapih.

"Tika di keluarin dari sekolah gara-gara lo! Lagi-lagi lo cuma bisa berlindung di balik badan bokap lo itu! Lo lemah, Rora!" seru Luby.

Rora diam bingung harus menjawab apa, dia sama sekali tidak tau tentang kejadian Tika kemarin. "Itu karna kesalahan dia sendiri!" ucapnya membela diri.

"Tanzil pergi! Ini urusan Rora sama Luby!"

"Ra?!"

"Pergi Tanzil! Rora bisa sendiri!"

Tanzil menjauh sedikit, memberi ruang untuk kedua perempuan itu bicara empat mata. Meski sebetulnya dia tidak tenang, takut terjadi sesuatu pada Rora.

"Ayo, bangun. Lo nggak perlu kayak gini, gue tau lo sebetulnya baik." Rora berusaha membantu Luby untuk berdiri, meskipun gadis itu terus menerus menolak bahkan mencakar lengannya.

"Gue nggak butuh bantuan lo!" tolak Luby mentah-mentah.

Rora tidak peduli dan tetap membantu Luby untuk bangkit, dia khawatir juga penyakit perempuan itu tiba-tiba kambuh. Tapi tetap saja, nyatanya niat baiknya tak diterima oleh Luby.

Gadis itu justru mendorong tubuh Rora begitu keras hingga jatuh ke lantai.

Brukkkk!

"Rora!"

Dua suara laki-laki membuat Rora mendongak, rupanya Tanzil dan juga Raja yang langsung hendak membantunya bediri.

"Lepasin, Rora bisa sendiri." titahnya.

"Liat? Bahkan untuk bangun dari jatuh aja lo perlu bantuan dari orang lain! Lo lemah." ledek Luby dengan wajah seolah jijik.

Tangan Rora mengepal tak terima, "Gue nggak lemah!"

"Luby stop! Gue mohon berhenti," Tanzil terlihat begitu frustasi.

"Aku bakalan stop kalau dia hancur!" Luby menunjuk tepat pada Rora. "Dia nggak akan hancur! Lo yang bakalan gue buat hancur!" tegas Raja membela.

Luby menatap remeh ke arah Raja, "Lo tau siapa dia, Ra?" tanyanya membingungkan.

"Dia itu sodara Erick! Pacar lo yang dulu mau ngejual lo 'kan? Raja sodara dia! Hahaha, gue yakin dia mau balas dendam, untuk kematian Erick." sambung Luby.

Bagai di sambar petir di siang bolong, air mata Rora tiba-tiba menetes. Erick? Setelah dia berusaha melupakan orang itu mati-matian dan sekarang dia di ingatkan lagi?

Rora menatap Raja dengan tatapan kecewa, dia menyentak tangan Raja yang hendak menggenggam jemarinya. "Raja... Kenapa harus Raja?..." suara Rora lirih.

Dia langsung berlari menjauh, mendengar kenyataan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya itu terlalu menyakitkan. Tanzil mengejar gadisnya itu,  dia tau Rora butuh dirinya.

Rahang Raja mengeras, dia sebisa mungkin menahan amarahnya. Menatap Luby dengan tatapan begitu tajam, "Lo berurusan sama orang yang salah." tajamnya.

Brukk

Dengan sengaja Raja mendorong tubuh perempuan itu, kemudian pergi meninggalkannya.

Dada Luby tiba-tiba sesak, ia memegangi dadanya yang bahkan susah untuk sekedar bernapas. "Obat... Obat gue..." dia merogoh sakunya, mencari inhaler miliknya.

***

Raja memerhatikan Rora dari jauh. Dia tidak akan mendekat dulu, Rora pasti sangat membenci dirinya saat ini. Rora salah paham, Raja tidak seperti yang di bayangkan.

Gadis itu tengah berada dalam pelukan Tanzil, sungguh rasanya Raja ingin berada di posisi Tanzil. Dia ingin dirinya yang menenangkan Rora, dia tidak ingin Rora menatapnya dengan tatapan kecewa seperti tadi.

"Tanzil... Raja mau balas dendam ke Rora? Kenapa? Ror---Rora nggak bunuh Erick..."

Rora menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Tanzil, "Nggak, Ra.. Lo salah paham."

Tanzil melonggarkan pelukannya, menangkup pipi Rora dengan kedua telapaknya. "Maaf, gue belum cerita sama lo.."

"Apa? Sebenernya apa yang terjadi ke Erick? Rora tau dia salah, Rora benci dia tapi Rora nggak bunuh dia, Tanzil... Waktu itu Rora kabur.."

"Erick udah meninggal, Ra."

.
.

Hari sudah mulai siang, matahari begitu terik menyilaukan mata. "Erick, hari ini kita pulang bareng 'kan?"

Erick tersenyum manis ke arah Rora, mengusak puncak kepala gadis itu membuat Rora manyun karna rambutnya berantakan. "Jangan di berantakkin!" protesnya.

"Nanti tunggu di depan gerbang ya? Aku ada urusan sebentar."

"Oke, makasii pacarnya Rora." gadis itu memeluk tubuh Erick yang langsung di balas oleh cowok itu.

Rora tengah duduk menemani sang pacar selesai bermain bola volly, sungguh rasanya ia begitu bahagia bersama Erick.

.

Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa waktu pulang sekolah sudah tiba. Rora menungggu Erick di depan gerbang namun laki-laki itu tak juga muncul.

"Hai cantik, ayo ikut."

Rora terkejut bukan main, tiba-tiba seorang pria menariknya paksa dan memasukannya ke dalam mobil.

Dari kejauhan Erick hanya diam melihat Rora yang memberontak bahkan menangis ingin keluar. Iya, semua ini memang rencananya.

"Maaf, Ra. Gue nggak sebaik yang  lo kira."

.
.

*****

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA TANZIRA

mungkin ada yang bingung erick itu siapa, tapi kalau pembaca yang ngikutin dari ASTERLIO pasti mungkin inget.




bisa coba baca chapter itu di cerita ASTERLIO, pasti tau siapa Erick.

*

jangan lupa spam komen!


Continue lendo

Você também vai gostar

239K 9.7K 29
Menjadi seorang istri di usia muda yang masih di 18 tahun?itu tidak mudah. Seorang gadis harus menerima perjodohan dengan terpaksa karena desakan dar...
383K 21.3K 71
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
6.6M 217K 75
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
CINTA DALAM DO'A De alyanzyh

Ficção Adolescente

4.5M 268K 62
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...