UTARA: ES DAN BUNGA TERATAI [...

By Sihhaaa04

1.7M 308K 126K

CERITA MASIH LENGKAP ✅ VERSI NOVEL LEBIH AAARRRGG ✅ ___________________________________ Ini tentang Utara Rez... More

PROLOG
BAB 1. PERMULAAN
BAB 2. DIA LAGI
BAB 3. TERTARIK?
BAB 4. PERNYATAAN MENGEJUTKAN
BAB 5. MENUNGGU
BAB 6. JAWABAN
BAB 7. PACARNYA KOMANDAN
BAB 8. TEKAD
BAB 9. BAKPAO ISI KACANG IJO
BAB 10. ULAH SYAIRA
BAB 11. ADA APA?
BAB 12. KEJADIAN MASA LALU
BAB 13. PERINGATAN KEMATIAN
BAB 14. BERITA
BAB 15. RUMAH SAKIT
BAB 16. GARIS BATAS
BAB 17. PERGI
BAB 18. UNDANGAN
BAB 19. SESAK
BAB 20. KEBENARAN
BAB 21. RAHASIA BUNGA TERATAI [I]
BAB 22. RAHASIA BUNGA TERATAI [II]
BAB 23. KEPEDULIAN
UTARA VIBES
BAB 24. MENTAL YANG HAMPIR HANCUR
BAB 26. DIA YANG PANTAS TAU
BAB 27. TENTANG DIA YANG MEMILIKI TEMPAT DI HATI UTARA
BAB 28. YANG DI TAKUTKAN
BAB 29. BERANTAKAN
BAB 30. TITIK TEMU
BAB 31. BUNGA YANG TIDAK DIBIARKAN UNTUK LAYU
BAB 32. HARI BAIK
BAB 33. SUNSET DAN SYAIRA
BAB 34. DETIK-DETIK
SEPUTAR NOVEL DAN PO UTA
BAB 35. FAKTA SI TERSANGKA UTAMA
BAB 36. MEMBUANG 'SAMPAH' (END)
RIP 🥀
TERIMA KASIH BANYAK 🖤

BAB 25. SEMESTA YANG TAK BERHENTI UNTUK BERCANDA

33.1K 6.8K 2.1K
By Sihhaaa04

03 SEPTEMBER 2022

YEOROBUN ANNYEONG🤍

BII DATENG LAGI NIIHH 🤸

KE DEPANNYA KALIAN AKAN SERING LIAT BII UPDATE, SENENG?

HARI INI GIMANA? SENENG ATAU PLAT AJA?

JAM BERAPA SEKARANG?

DI KALIAN HUJAN GAK?

JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE DAN KOMENTAR YA.

UDAH SIAP KAN?

LET’S GO!

-HAPPY READING-

To: Black

Papa pulang

Tolong perketat penjagaan untuk Kakak.

Setelah mengirim pesan itu pada pengawal pribadinya. Utara memandangi dirinya sendiri dari pantulan kaca kamar mandi.

Wajah yang lelah. Mata dan leher yang sedikit memerah. Pipi yang membiru, sudut bibir yang berdarah, serta tubuh yang terasa remuk akibat pukulan sang papa membuktikkan bahwa Utara lagi-lagi sangat kacau sekarang.

Cowok itu mengepalkan kedua tangannya kuat dengan tatapan yang sangat tajam.

Hingga..

Prang!

Utara memukul kaca di depannya, hingga darah segar mengalir dari punggung tangan cowok itu.

Banyak sekali hal yang ingin segera dia selesaikan sebelum papanya tahu tentang keadaan Lili. Kalau Utara sampai terlambat sedikit saja untuk mengungkapan semuanya. Dia yakin luka-luka yang ada di sekujur tumbuh Utara malam ini juga mungkin akan segera berpindah pada tubuh kakaknya.

Sekarang Utara jadi bertanya-tanya. Adakah orang tua yang benar-benar bisa mengerti keadaan dan mencintai anak-anaknya dengan tulus?

Jika ada, Utara ingin bertanya bagaimana rasanya jadi anak yang beruntung seperti itu.

***

“Ra, kalau udah besar Syaira mau jadi apa?”

“Jadi apa aja,” jawab Syaira kecil di gendongan ayahnya.

“Kok gitu? Kamu gak mau jadi apa gitu? Dokter? Pengacara? Atau polwan?” tanya ayahnya.

Syaira menggeleng. “Gak mau, ayah.”

“Kenapa?” tanya sang ayah.

“Soalnya kalau Syaira jadi itu. Sekolahnya pasti mahal. Syaira gak mau bikin repot ibu sama ayah lagi,” jawab Syaira mengeratkan pegangannya pada leher sang ayah.

“Gak repot nak, itu udah kewajiban orang tua buat biayain anaknya sekolah setinggi mungkin. Orang tua bakalan seneng kalau anaknya sukses ngegapai apa yang dia mau,” jelas sang ayah lembut.

“Jadi jangan merasa terbebani atau ngerasa ngerepotin ibu sama ayah, ya. Itu udah jadi tanggung jawab kita sebagai orang tua, okey?” tambahnya.

“Kalau gitu. Syaira mau jadi pramugari, boleh?” tanya anak kecil dengan seragam putih merah dengan tas gendong yang sudah koyak itu.

“Boleh dong. Bagus itu,” ujar sang ayah senang. “Ngomong-ngomong kenapa Syaira mau jadi pramugari?”

“Karena kata ibu, ibu dulu mau jadi pramugari,” jawab Syaira. “Karena ibu gak bisa ngegapai cita-citanya. Sekarang biarin Syaira yang gantiin mimpi ibu.”

“Nanti bisa bawa ayah sama ibu terbang tinggi dong?”

Syaira menggeleng.

“Gak bisa ayah. Yang bawa ayah sama ibu terbang itu pilotnya. Syaira kan gak bisa bawa pesawat,” ujar Syaira polos.

“Aku tugasnya, jagain ibu sama ayah biar tetep aman sampai pesawatnya mendarat lagi, gitu yah,” koreksi Syaira.

Sang ayah tertawa. “Oke siap! Di tunggu jadi pramugarinya anak ayah yang cantik.”

“Siap laksanakan, yah!”

Syaira menatap foto dirinya dengan ayahnya begitu lama. Ingatan itu kembali muncul setiap dia melihat foto ini.

Syaira masih ingat dengan jelas ayahnya sangat gembira mendengar cita-cita Syaira untuk pertama kalinya saat dia berusia 8 tahun dulu. Ayahnya bahkan sampai menceritakannya pada sang ibu, hingga mereka terus berbicara sepanjang hari.

“Udah lama banget ya, Yah,” gumam Syaira mengingat kenangan itu.

Meski terlahir dari keluarga yang miskin, tapi Syaira merasa sangat kaya karena pernah mendapatkan banyak begitu cinta dari yang namanya orang tua.

“Aku harap, di atas sana—nenek udah nyampein keadaan aku sama Kak Gavin ke ayah dan ibu,” ujar Syaira.

“Biar ayah sama ibu bisa lebih tenang, dan gak terus khawatirin kita lagi,” tambah Syaira tersenyum.

Cewek itu kini mengembalikan pigura kecil itu kembali ke atas nakas. Syaira kemudian memilih membaringkan tubuhnya di atas kasur lantai miliknya. Dia langsung merasa dingin. Semakin dingin setelah kepergian sang nenek.

Syaira pucat itu menatap langit-langit kamarnya yang usang dan sudah berlubang dengan tatapan menerawang.

Jujur, setelah kecelakaan itu terjadi. Keinginannya untuk menggapai cita-citanya sudah padam sejak tiga tahun lalu. Cewek itu sudah tidak percaya diri lagi.

Yah, Bu..

Kayaknya Syaira gak akan pernah bisa jadi pramugari.

***

Di siang hari yang terik ini, beberapa orang terlihat berkumpul di depan sebuah rumah bergaya tropis modern.

Rumah ini memiliki 2 lantai dengan halaman dan garasi yang sangat luas. Belakang rumah ini juga memiliki kolam renang, kebun dan tempat untuk latihan khusus. Jangan lupa kan, bahwa rumah ini juga memiliki ruang bawah tanah yang hanya bisa di akses oleh orang-orang tertentu saja.

Ya. Ini adalah kediaman kakeknya Utara yang seorang mantan komandan khusus marinir, Detasemen Jalamangkara, TNI Angkatan Laut.

Benar-benar rumah yang luar biasa.

Setelah memarkirkan motornya. Anak-anak muda itu turun dari motornya masing-masing.

“Terhitung ini ke 4 kalinya gue masuk ke rumah ini selama gue sahabatan sama Utara,” kata Ivan.

“Aing anu ke 5 kali na, bulan kamari aing ulin ka si Uta pas nyokot kaos futsal,” ujar Gian nyengir sambil mulai melangkahkan kakinya menuju pintu utama.

Artinya: gue yang kelima kalinya. Bulan kemarin gue main ke si Uta pas ngambil kaos futsal.

Tak lama Gian membunyikan bel.

“EKYUUSSSMIII!!” Seru cowok dengan hoodie berwarna merah terang itu.

“ASSALAMU’ALAIKUM. UTAAA! UTA ULIN YUUUK!” Teriak Gian sambil membunyikan bel beberapa kali.

Artinya: Ulin = Main.

Ting

Ting

Ting

Ting

Ting

Plak!

Ravin menggeplak kepala Gian. “Berisik,” tegurnya.

Gian nyengir lagi sambil mengangguk-anggukan kepalanya mengerti pada Ravin, kemudian..

“UTARAAA MONYET! BUKAAAAAAAAA!” Teriak cowok itu.

Plak!

Ravin kembali menggeplak kepala Gian. Memelototi cowok itu dengan kesal.

Gian menciut untuk beberapa saat, kemudian mengubah nadanya.

“Ta ahh~~~~~~~~~~”

“Ulin yuk ahhh, ahhh.”

“Aa Avin aahh.”

Ivan tertawa melihat kelakuan Gian yang kini malah mendesah, mengejek Ravin. Cowok konyol itu sepertinya benar-benar minta di tabok pakai sirip hiu megalodon.

“Cekek napa Vin, cekek,” kompor Ivan yang tentu saja langsung di laksanakan oleh Ravin. Tentu saja mereka hanya bercanda melakukan semua itu.

Di tengah kegaduhan mereka di depan pintu kediaman Utara. Tak lama pintu besar itu terbuka. Menampilkan sosok Utara yang sepertinya baru saja membersihkan diri.

“Assalamu’alaikum komandan!” sapa Gian hormat.

Utara berdehem sambil menjawab salam Gian dari dalam hati.

“Ngapain?” tanya cowok itu heran pada teman-temannya.

“Uling dong, naon deui!” jawab Gian.

“Hayu asup woy, anggep weh imah aing.” Cowok itu tiba-tiba menyerobot masuk, lalu diikuti Ravin, dan Ivan.

Artinya: Ayo masuk woy, anggap aja rumah gue.

Utara menghela napasnya, kemudian menoleh pada Jonny yang masih diam di tempatnya.

“Gak masuk?” cowok itu mengerutkan dahinya.

Jonny menelisik penampilan Utara dari atas sampai bawah, kemudian berdecak. Cowok itu lalu masuk ke dalam rumah tersebut dan melewati tubuh Utara begitu saja.

Rupanya, cowok itu masih kesal pada Utara.

Tak lama Utara menyusul teman-temannya yang sudah berkumpul di ruang tamu.

“Maaf maennya gak bilang-bilang, Ta. Kita emang lagi gak ada kerjaan dan pengen maen aja,” jelas Ivan nyengir pada Utara.

“Untungnya lo juga lagi ada di rumah,” tambah cowok itu.

“Hm.” Utara berdehem

Kemudian dia mempersilahkan teman-temannya untuk mengambil makanan dan minuman apapun yang ada di rumahnya ini. Bebas, karena memang sekarang Utara lah yang menjadi tuan di rumah ini.

Tak lama, tiba-tiba Ravin bertanya. “Kenapa tangan lo?” tanya cowok itu.

Pertanyaan yang keluar dari mulut Ravin langsung membuat teman-temannya kini fokus pada tangan Utara.

Utara yang baru saja duduk di samping Ivan, lantas ikut menatap punggung tangannya. Lalu menutupinya dengan jaket hitam kebesarannya yang sedang dia pakai.

“Bukan apa-apa,” balas Utara cuek.

Ravin yang sempat melihat luka di tangan Utara dengan lama, langsung menatap Utara dengan datar.

“Kali ini apa yang lo hancurin?” tanya cowok itu mendelik. “Kaca?” tebak Ravin dingin.

Utara hanya menggelengkan kepalanya.

“Ada masalah, Ta?” tanya Ivan setelah menenguk minumannya. “Gapapa, lo bisa cerita kalau ada yang mau diceritain” tambahnya.

No. I’m fine,” balas Utara cepat.

Ivan menatap Utara tak percaya. Cowok itu kemudian memandangi wajah Utara disampingnya, lama. Menelisiknya dengan sangat teliti.

Kemudian kembali bersuara.

“Cariin kotak P3K sama kompresan, Vin. Nih anak mukanya juga bonyok nih,” kata Ivan yang baru sadar dengan memar-memar di wajah Utara dan lehernya.

Ravin mengangguk lalu pergi mencari apa yang Ivan perintahkan.

“Masih ngomong teu kunanaon sia, Ta?” tanya Gian menatap Utara.

Artinya: Masih ngomong gak kenapa-napa Lo, Ta?

Utara mengangguk. “Santai aja, gue cuma—”

Brak!

Jonny tiba-tiba meletakkan smarphone-nya di atas meja dengan keras sambil menghembuskan napas berat.

“Dia gak bakal cerita kaya yang udah-udah. Biarin aja,” celetuk cowok itu.

Gian menyenggol bahu Jonny sedikit keras. “Jon!” tegurnya.

“Apa?” tanya Jonny pada Gian di sebelahnya.

“Teu menang kitu, Nyet. Kan emang teu kabeh masalah kudu di caritakeun,” kata Gian.

Artinya: Gak boleh gitu, Nyet. Kan emang gak semua masalah harus di ceritain.

“Terus ngapain lo ngajak gue ke sini? Bukannya lo semua ke sini gara-gara penasaran—sama apa yang udah dia lakuin sampe bikin gue marah, hah?” Jonny menatap teman-temannya.

“DIA GAK AKAN PERNAH CERITA KE KITA!” sentak Jonny menekankan.

“DIA SELALU KAYA GITU ANJIR— HARUSNYA LO SEMUA JUGA UDAH PADA TAU!” Jonny kehilangan kontrolnya.

“JADI PERCUMA LO SEMUA PEDULI SAMA DIA. CUMA KITA YANG NGANGGEP DIA TEMEN, DIA MAH GAK PERNAH!” Cowok itu menunjuk-nunjuk Utara dengan telunjuknya.

Ravin yang baru saja kembali langsung menurunkan tangan Jonny. “Diem. Biar gue,” ujar cowok itu datar pada Jonny.

Jonny lagi-lagi menghembuskan napas beratnya, kemudian memilih diam.

Ravin kini beralih menatap Utara, berdiri di depan cowok itu. Lalu..

Bugh!

“Shit!” umpat Utara ketika Ravin tiba-tiba memukul dadanya.

“Lo gak selemah itu kena pukulan kecil dari gue, Ta,” sindir Ravin.

Bugh!

Utara kini meringis karena lagi-lagi Ravin memukulnya.

“Vin goblok banget sia!” sentak Gian mencoba menghalangi Ravin.

Namun ravin mengabaikan Gian. Cowok itu dengan kasar menurunkan resleting jaket milik Utara. Lalu menemukan banyak luka lainnya di balik jaket yang dikenakan sahabatnya ini.

Gian langsung meringis melihatnya. “Ssstt aduh. Anjir naon ieu ,Ta,” ucap Gian ngeri sekaligus kasihan.

Artinya: Ssstt aduh, anjir apa lagi ini, Ta.

Ravin tersenyum miring. “Udah gue duga,” cetus Ravin.

“Papa lo, kan?” tebak cowok itu lagi.

Utara menghela napasnya. Kemudian akhirnya berdehem sebagai jawaban.

Ivan yang mendengarnya langsung mendesah. Selalu seperti ini.

“Ta, ada yang perlu kita bantu?” ujar Ivan bersimpati. Raut wajahnya menggambarkan betapa dia juga ingin tahu, dan tidak ingin diam saja pada Utara yang selalu bungkam tentang kesulitan yang di hadapinya.

Utara masih diam tak menjawab.

Ravin kemudian menoleh pada Jonny. “Lo tau ini?” tanyanya.

Jonny langsung menggeleng.

“Terus yang lo ributin kemarin apa?” Ravin mendelik.

“Syaira. Gue gak tau kalau yang ini,” cetus Jonny yang tidak mengalihkan tatapannya dari Utara.

“Syaira?” Ivan mengernyit. “Hubungannya Syaira sama ini, apa? gue gak ngerti,” lanjut cowok itu bingung, kemudian menatap Utara. Meminta sedikit penjelasan.

Utara menghela napas beratnya. Sungguh dia sebenarnya tidak ingin mengatakan apapun sekarang. Utara selalu ingin menyelesaikannya sendirian.

“Lo gak percaya sama kita?” tanya Ravin menebak pikiran Utara.

Utara diam, tak menjawab.

“Masih mau tetep diem, Ta?”

Utara masih menutup mulutnya.

“Mau gue panggilin Althar sama Eza ke sini biar lo mau ngomong?” desak Ravin.

“Vin.” Ivan menarik tangan Ravin untuk berhenti. Tapi Ravin malah kembali berbicara.

“Asal lo tau. Althar kemarin ngehubungin gue buat nanyain lo. Dan gue gak bisa jawab apapun, Ta.” Ravin memberitahu Utara.

“Apa yang mau gue kasih tau ke dia, kalau gue aja gak tau—ada apa sama lo akhir-akhir ini!” Cowok cuek itu tiba-tiba mengeluarkan semua unek-uneknya.

Ivan menenangkan Ravin. “Vin, udah gak usah di paksain.  Mungkin Utara emang gak bisa cerita, Vin,” kata cowok itu berusaha menenangkan suasana yang tiba-tiba berubah seperti ini.  Kedatangan mereka bahkan belum sampai 15 menit di sini.

Utara kini menunduk. Mengepalkan kedua tangannya dengan kuat di atas kedua lututnya.

Gian yang sedari tadi memperhatikan Utara. Kini mengambil kompresan di atas meja. Kemudian menyodorkan kompresan tersebut pada Utara.

“Teu kunanaon, Ta. Aing ngerti. Geus teu kudu dipikiran, nya,” ujar cowok itu.

Artinya: Udah gapapa, Ta. Gue ngerti, udah gak usah dipikirin ya.

“Iya Ta. Abaikan aja omongan kita,” ujar Ivan menambahkan.

Kemudian cowok itu menoleh pada Jonny dan Ravin. Menatap keduanya dengan penuh peringatan.

“Gue sebagai sahabat dia juga sama penasarannya,” tekan Ivan pada keduanya.

“Kadang gue juga egois selalu pengen tau ada apa sama dia karena saking menutup privasinya ke kita. Gak kaya kita yang emang bener-bener terbuka dan banyak omong orangnya.”

“Tapi Utara beda. Kita harus ngehargain dia kan Jon, Vin,” kata Ivan. “Dia bakal cerita kaya dulu kalau dia emang mau cerita. Tapi kalau emang bener-bener gak bisa, yaudah gak usah di paksain.”

“Lo temenan sama Utara bukan cuma sebulan dua bulan, Nyet. Tapi kita udah hampir 3 tahun.” Ivan menekan semua kata-katanya.

“Kita tau dia cucunya mantan komandan TNI AL. Kita tau dia anak konglomerat yang punya aset banyak di Indonesia bahkan Luar negeri. Kita tau masalah mamanya yang udah gak ada. Kita tau papanya ngebuang dia. Kita tau dari SMP dia cuma punya Althar sama Eza sebagai sahabatnya. Kita bahkan tau tentang traumanya dia,” ujar Ivan.

“Dan semua itu tuh cuma kita yang tau, Utara mana pernah cerita ini ke orang lain!” tambah Ivan.

“Dia tentunya udah nganggep kita temen Jon!” Ivan menyentak Jonny. “Lo jangan terbawa emosi sesaat dong, anjing!”

Ivan menarik napasnya, kemudian menghembuskannya perlahan. Tenang, dia juga berusaha untuk tenang sekarang.

“Turunin ego lo berdua sedikit aja. Gak kasihan apa liat temen lo udah kaya gini, hah?” tanya Ivan.

“Ini baru fisiknya loh yang keliatan, kita kan gak tau hati dan mentalnya lagi kaya gimana,” tambah Ivan pada Jonny dan Ravin yang sudah mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Keduanya seakan sudah sadar karena sudah melewati batas.

Gian langsung menepuk-nepuk bahu Ivan. Seakan mengatakan, cukup. Semua perkataan Ivan sudah lebih dari cukup untuk memperingatkan teman-temannya sekarang.

Ivan menunduk. Tak mengatakan apapun lagi, hingga keheningan langsung melanda mereka untuk beberapa saat.

Hingga tak lama kemudian.

Utara bersuara.

“Kakak gue di perkosa,” ujar cowok itu.

Deg!

Semua orang langsung mendongak menatap Utara. Sangat terkejut dan semakin merasa kasihan tentunya. Mereka tidak menyangka kalimat itu yang akan keluar dari mulut sahabat mereka saat ini.

“Ta...”

"Maaf kita gak tau kalo beban Lo berat banget kaya gini," kata Ivan tak menyangka.

-BERSAMBUNG-

OKE DONE:')

GIMANA PART INI?

PARTNYA MASIH BANYAK,  DAN BESOK MOMENT UTARA-SYAIRA TENTUNYA BAKAL MAKIN DI SOROT🤍

SATU EMOJI UNTUK UTARA

UNTUK SYAIRA

UNTUK JONNY

UNTUK RAVIN

UNTUK GIAN

UNTUK IVANDER

UNTUK BII DAN KAMU

SPAM SEMANGAT!

SPAM NEXT DI SINI YAA!

SPAM LOVE ❤️❤️❤️  YANG BANYAK

JANGAN LUPA NABUNG DARI SEKARANG KARENA UTA MAU TERBIT. INSYA’ALLAH BULAN DEPAN 🤍

JANGAN LUPA IKUT PROMOSIIN CERITA UTARA DENGAN TAGAR

#UTARARZVN
#UTARAWATTPADBII

JANGAN LUPA JUGA BACA CERITA BII YANG ALTHARIO DAN EZAQUEL OKEEY 👍

FOLLOW INSTAGRAM DI BAWAH INI UNTUK MENDAPATKAN INFO TERUPDATE

@Sihaasyaherman
@Utararzvn

TIKTOK @Sihaasyaherman

WATTPAD @Sihhaaa04

TWITTER @Sihaasyaherman

KARYAKARSA @Sihaasyaherman

SEE YOU TEMAN-TEMAN 🤸

SEMOGA KALIAN SELALU SEHAT, AMIN 🙏

TINGGALKAN JEJAK TERAKHIR DI SINI 🚑

SIIP 👍

Continue Reading

You'll Also Like

408K 42.5K 19
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...
530K 6.6K 23
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
421K 15.3K 30
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
217K 13.1K 31
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...