ARCANE

By ssungurl

352K 26.8K 4.3K

Kisah cinta terlarang antara Edgaraldo Valdermarn sang raja jalanan dengan Raden Arseno Jayantaka si panglima... More

🦅 01 • Rajawali
🦅 02 • Anak Baru
🦅 03 • The Girls
🦅 04 • Brengsek
🦅 05 • Khawatir
🦅 06 • Pesta
🦅 07 • Permainan
🦅 08 • Aneh
🦅 09 • Together
🦅 10 • Never Not
🦅 11 • Suprise
🦅 12 • Suprise (2)
🦅 13 • Social Media
🦅 14 • Eros's Not Taking Their Side
🦅 15 • Torn Paper
🦅 16 • Baikan
🦅 17 • You're Not me
🦅 18 • Pentas Seni
🦅 19 • Kenangan Manis
🦅 20 • Asumsi Jendra
🦅 21 • Memory Of Senayan
🦅 22 • Night Drive
🦅 23 • Satu Pertanda
🦅 24 • Orange Circle
🦅 25 • Exile
🦅 26 • Api
🦅 27 • Betrayed
🦅 28 • Coffee pot
🦅 29 • Prove
🦅 30 • I'm Sorry But You So Hot
🦅 31 • Fire With Flower
🦅 32 • Eksekusi
🦅 34 • Goes To Bandung
🦅 35 • Strangers
🦅 36 • Langit Kota Bandung
🦅 37 • Tentang Kegagalan
🦅 38 • Happy New Year
🦅 39 • New Year Party
🦅 40 • Bandung In The Memory
🦅 41 • Efforts Man
🦅 42 • Back To Reality
🦅 43 • Eighteen Boy
🦅 44 • Rock With You
🦅 45 • The Lies Were White
🦅 46 • Midnight Rain
🦅 47 • Mawar Jingga
🦅 48 • Revenge
🦅 49 • Worst Days
🦅 50 • Sayap Pelindungmu
🦅 51 • I'm With You
🦅 52 • Get You
🦅 53 • Like Father Like Son
🦅 54 • Sedang Sayang Sayangnya
🦅 55 • Maze Runner
🦅 56 • Ocean & Engines
🦅 57 • Jakarta Hari Ini
🦅 58 • I Still Love You
🦅 59 • Don't Be Strangers
🦅 60 • Where Are You Go?
🦅 61 • End Of Us
[SP] 🦅 • Still At The Restaurant

🦅 33 • Give From Santa Claus

4.7K 401 48
By ssungurl

(Jangan lupa komen & bintang nya ya guys!)

Hari-hari berlalu dengan cepat, begitu juga dengan berita tentang Indah yang di jauhkan oleh Laura dan Bianca entah karena apa tetapi Arsen dan Edgar jelas tau apa alasannya, itu semua karena ulah mereka.

Arsen memberitahu Laura tentang pengkhianatan Indah kepada perempuan itu dan sudah pasti Laura tidak bisa tinggal diam, Laura langsung mengumumkan kepada seisi sekolah pada saat jam istirahat di kantin, perempuan itu dengan lantang berbicara bahwa Indah bukan lagi bagian dari nya dan Bianca dan perempuan itu memperbolehkan semua orang untuk berperilaku buruk kepada Indah.

Seperti hari ini, hari terakhir ujian sekolah. Arsen sedang bercanda gurau dengan teman-temannya di koridor. Mereka baru saja selesai melakukan ujian terakhir. Tetapi di hadapan mereka terlihat Indah yang sedang berlarian dengan baju basah kuyup.

"Kasian ya si Indah, kaga salah apa-apa di bully sama anak sekolah, parah emang si Laura" Nando tampak kasihan melihat perempuan itu, Arsen bergerak merangkul Nando "ada beberapa hal yang gak bisa lo simpulkan dari satu sudut do" Sahut Arsen "toh lo belum tau alasan Laura juga kan?" Nando terdiam "ko tumben lo bela si Laura sen" Sela Kenzo tiba-tiba.

"Temenan dia sekarang sama Laura" Edgar tiba-tiba angkat bicara "najis anjir" Keempat orang tersebut tertawa mendengar ucapan Arsen.

Kelima orang tersebut dengan santai berjalan di koridor sekolah tanpa peduli dengan lirikan manusia manusia lainnya. Siswa siswi yang berada satu koridor dengan mereka seakan melipir ke pinggir untuk memberikan jalan kepada lima anak Rajawali tersebut, ada beberapa anak yang berani menyapa tetapi kebanyakan hanya menunduk sembari berlalu pergi.

Sesekali Arsen akan membalas sapaan adik kelas yang menurut dirinya cantik, atau adik kelas yang memang pernah dekat dengan dirinya.

"Naya makin cantik aja ya sen" Celetuk Nando setelah satu adik kelasnya berlalu pergi, Arsen mengangguk "badan nya juga bagus gila" Timpal Arsen "emang lo pernah make sen?" Arsen hanya membalas pertanyaan Kenzo dengan senyuman misterius.

"Kok bisa anjing, kapan?" Tanya Kenzo kembali "kapan yah?" Goda Arsen "bego, jangan bikin gua penasaran dah" Sahut Nando yang mulai penasaran "kepoan lo do" Jendra angkat bicara

"Halah bacot je, mau tau juga kan lo?" Jendra menggeleng "boong pantat lo kelap kelip ya je" Arsen terkekeh mendengar penuturan Nando "goblok, gua ngebayangin pantat nya si Jendra bercahaya"

"Bego malah dibayangin" Sahut Jendra "kalau pantat lo bercahaya bisa jadi lampu pensi je" Celetukan Kenzo membuat kelima orang itu tertawa

"Eh ngomong ngomong lo pada kemana nih libur semester?" Keempat orang itu melirik Nando "gua si dirumah doang" Jawab Arsen "kalau lo gimana gar?" Nando kemudian menatap Edgar "elah si Edgar mah ngurung diri di kamar sama buku-bukunya tuh" Tutur Arsen

"Cocok lo ama Jendra gar" Nando menunjuk Jendra dan Edgar secara bergantian. "Iyalah gua kan bro sama Edgar" Jendra tiba-tiba merangkul pundak Edgar "yakan gar?" Edgar mengangguk.

"Dih anjing, Edgar punya gua" Arsen tampak tidak terima, "awas awas" Pemuda itu memaksa rangkulan Jendra dan Edgar terpisah, "dih ganggu aja lo sen" Jendra melipir ke samping, membiarkan Arsen merangkul Edgar "lah lo tuh mau rebut sahabat gua, Edgar kan bro nya gua"

"Emang iya?" Jendra tampak tidak percaya "iyaa, tanya aja Edgar" Arsen dan Jendra menatap Edgar secara bersamaan

"Enggak, orang sahabat gua Jendra"

"Lah kok gitu si gar" Arsen tampak tidak terima "nah mampus lo kepedean si" Ledek Jendra "yhaaa gak di anggap sahabat sama Edgar" Nando ikut-ikutan meledek Arsen, "inget kamu itu cuma temen bukan martabak" Kata Kenzo "kenapa martabak anjing?" Nando tampak bingung "kan martabak kan special, kalau Arsen cuma temen" Edgar ikut tertawa bersama yang lain, jarang sekali mereka bisa meledek seorang Arseno. Jadi ini adalah momentum langka

Terlebih lebih mereka melihat wajah Arsen yang menyendu, rasanya sangat lucu tetapi disatu sisi Edgar juga tidak kuat melihat nya.

Tawa Edgar mereda "canda sen, bercanda doang" Beberapa kali Edgar menepuk pundak Arsen "yang bener?" Edgar mengangguk "lo itu sahabat terbaik gua" Sekaligus pacar tersayang yang gua punya

Sayangnya kalimat terakhir hanya bisa ia ucapkan di dalam hati. Edgar tersenyum "lo juga sahabat terbaik gua gar" Jawaban Arsen membuat sudut bibir Edgar semakin terangkat keatas. Seperti air yang mengalir, keduanya berpelukan di tengah koridor tanpa mempedulikan ketiga lelaki lainnya, baik Edgar dan Arsen hanya ingin membagi rasa kasih sayang mereka terhadap satu sama lain.

"Hkm! Drama picisan nya bisa udahan dulu kaga?" Sindir Nando yang mulai muak melihat kelakuan kedua temannya "tau ya nge homo mulu anjing" Timpal Kenzo "homo beneran mampus lo"

Arsen hanya terkekeh "omongan lo blok" Jendra menoyor kepala Kenzo secara main-main.

"Kalau lo Ken," Nando menunjuk Kenzo "lo kemana liburan kali ini?" Tanya Nando "balik dia mah do" Jawab Arsen tanpa disuruh "kan gua nanya dia cuk, bukan lo" Keluh Nando "biasa juga gitu, yakan Ken?" Kenzo mengangguk

"Balik ke Surabaya gua, oma sama opa gua udah kangen katanya sama gua" Wajah Nando terlihat lesuh, Jendra mengernyit bingung, "emang kenapa dah do?" Tanya Jendra

"Gua mau ngajakin kalian liburan bareng" Ungkap Nando "hah? Liburan kemana?" Arsen tampak penasaran, Nando menggeleng "belum ada ide si gua"

"Mending kita turring cuy, sama anak Rajawali yang lain" Arsen memberi saran "gua setuju sama ide lo sen" Nando tampak semangat "pada setuju gak?" Nando menunjuk teman-temannya yang lain, Jendra mengangguk "gua setuju aja" Raut bahagia terpancar jelas dari wajah Nando, dan dirinya suka akan hal itu. "Kalau lo gimana gar?" Nando beralih ke Edgar "gua mah setuju tapi si Kenzo nya gimana tuh?"

Sekarang Nando menatap kearah Kenzo dengan penuh pengharapan. Kenzo menghela nafas "hadeh, gua usahain deh nanti" Kata Kenzo

"Asik, nah gitu dong baru nih kawan gua" Nando merangkul bahu Kenzo yang lebih tinggi darinya beberapa senti. "Nah ya udah warjok kuy" Ajak Jendra tiba-tiba

"Tumben tumbenan lo ngajak ke warjok" Nando tampak terkejut, pasalnya Jendra adalah pemuda yang paling malas untuk nongkrong di warung pojok sekolah. "Kan udah kelar ulangan, seneng seneng lah kita" Tutur Jendra "widih, Jendra lo kasih apan do, kaya bukan Jendra anjing" Nando terkekeh mendengar penuturan Arsen "kata gua dia habis ngelem makanya agak lain"

"Apan si goblok, gua sehat walafiat." Bantah Jendra "ya abisan lo aneh banget ngajak ke warjok buat seneng seneng biasanya kan seneng seneng nya lo goleran di rumah" Ledek Arsen "apa salahnya mencari suasana baru si" Balas Jendra "jadi pada mau kaga ke warjok?" Tanya Jendra sekali lagi

"Duluan aja lo pada, gua mau nganterin Fina dulu balik" Ucap Arsen "ajak aja pacar lo ke warjok" Sahut Kenzo "enak aja, ogah gua" Kenzo dan yang lainnya terkekeh "yaudah gua duluan ya" Arsen pamit kepada teman-temannya. "Gua duluan ya gar" Edgar mengangguk lirih, kemudian Arsen benar-benar hilang dari pandangan nya.

"Yaudah gasken warjok!" Seru Nando "tunggu tunggu" Langkah mereka terhenti karena instruksi dari Edgar, pemuda itu tampak sibuk dengan ponsel nya selama beberapa saat. "Kenapa bro?" Tanya Jendra "gapapa, lo pada duluan aja gua mau nemenin Nesya dulu bentaran"

"Halah bilang aja mau ngedate" Goda Nando "berisik lo do" Nando hanya cengengesan mendengar perkataan Edgar "yaudah kita duluan ya gar" Jendra menepuk pundak Edgar, "yok, gua nyusul ya nanti"

"Siap, santai aja boss" Kata Kenzo, "selamat ngedate bapak Edgar" Setelah berhasil menggoda Edgar, Nando langsung berlari dengan sekuat tenaga. Pemuda itu tidak ingin terkena amukan dari ketua Rajawali tersebut.

"Hati-hati lo gar" Edgar mengangguk, kemudian Jendra dan Kenzo pergi meninggalkan Edgar begitu saja.

. . .

Setiap musim liburan sekolah seperti ini, hari terasa begitu cepat berlalu, bahkan Arsen tidak tahu sekarang hari apa ataupun tanggal berapa itu semua karena setiap harinya di musim libur sekolah adalah hari minggu, hari dimana ia bermalas-malasan dan berkeliaran bebas bersama teman-temannya.

Arsen melirik jam dinding di sudut kamarnya, terpampang jelas waktu yang menunjukan pukul satu siang. Setelah berhasil mengumpulkan nyawa nya kembali Arsen akhirnya bangkit berdiri dari atas kasurnya, dengan acuh pemuda itu melewati berbagai pakaian nya yang berceceran di lantai.

Arsen berjalan dengan sedikit sempoyongan, mungkin karena efek minuman semalam masih tersisa di tubuh nya. Bahkan Arsen tidak mengingat siapa yang membawanya pulang, semalam dirinya begitu larut dengan minuman dan musik-musik duniawi, dia dan teman-temannya semalam memang pergi minum walaupun Arsen tidak mengira bahwa dirinya akan se mabuk itu semalam.

Dengan perlahan ia berjalan menuruni satu persatu anak tangga dirumahnya, sahut sahut dirinya mendengar suara berisik dari lantai bawah. Arsen mengernyit bingung saat melihat para pelayan sibuk berlalu lalang kesana kemari.

"Seno anak mami" Arsen masih diam saat ibunya berjalan mendekati ia "kamu baru bangun ya?" Arsen mengangguk "ini ada apa si mi?" Ucap Arsen, pertanyaan yang sedaritadi ingin ia tanyakan "loh jangan bilang kamu lupa?" Arsen mengernyit "lupa apa mi?" Tanya Arsen sekali lagi, maminya menghela nafas "pasti kamu lupa tanggal deh" Keluh maminya "lupa mi, emangnya sekarang tanggal berapa?"

"Tanggal dua puluh empat Desember sayangku" Mami Arsen mencubit gemas pipi anaknya "hah? Serius?!" Seru Arsen, pemuda itu tampak terkejut mendengar perkataan maminya "serius dong, kamu ngira mami bohong?" Tanya maminya, Arsen menggeleng "enggak mi, aku cuma kaget aja udah tanggal dua puluh empat" Jelas Arsen "makanya kamu tuh kerjaannya jangan cuma nongkrong sama minum-minum gak jelas gitu deh, sesekali liat tanggalan" Sindir maminya

Arsen tampak tidak Terima "kata siapa aku minum?" Maminya mengerling malas "halah kamu masih bau minuman tuh, mandi sana" Usir maminya secara halus "tapi mami belum kasih tau aku kita ada acara apa sampe banyak orang gini di rumah" Arsen melirik orang-orang yang berlalu lalang di dalam rumahnya

"Kamu lupa? Setiap malam natal kan kita ada acara dinner bareng sayang" Tutur wanita cantik itu "iya Seno inget, tapi kayaknya gak harus se heboh ini deh" Arsen tampak menatap beberapa ornamen natal yang menghiasi dinding rumahnya "loh harus dong kan kali ini kita gak cuma makan keluarga, mami udah ngundang tamu-tamu terhormat buat makan malam sama kita" Arsen melebarkan kedua matanya, pemuda itu terkejut "hah?! Mami ngundang tamu" Maminya mengangguk "siapa mi tamunya?" Tanya Arsen

Belum sempat maminya membalas tiba-tiba suara dering telepon menghentikan pembicaraan mereka. "Kamu mandi gih, bersih-bersih. Oh ya jangan keluar ya, awas aja kalau keluar, habis kamu sama mami" Ancam mami Arsen dengan penuh keseriusan, setelah itu maminya sibuk dengan panggilan suara dari ponselnya, Arsen hanya bisa mendengus sebal karena pembicaraan nya di potong begitu saja, terlebih lagi pemuda tersebut menjadi tahanan rumah selama beberapa jam kedepan.

Pada akhirnya Arsen memilih untuk membalikkan badannya, dan berlari masuk kedalam kamarnya kembali yang berada di lantai dua rumah ini.

. . .

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu tersebut menyadarkan ia dari lamunan nya, Arsen bergerak membuka pintu kamarnya dan betapa terkejut dirinya saat melihat satu sosok perempuan dengan balutan gaun cantik yang mencetak jelas lekuk tubuhnya.

"Fina" Perempuan itu tersenyum "hai" Sapa Fina "kok kamu gak bilang ke aku kalau kamu ikut acara ini juga?" Tanya Arsen "aku sengaja gak bilang kamu biar kamu kaget" Jelasnya "suprise aku berhasil kan?" Arsen mengangguk "berhasil, aku beneran kaget liat pas buka pintu ada bidadari di depan kamar aku" Matanya memandangi Fina dari ujung kepala hingga kaki. Arsen geleng-geleng kepala karena sungguh ia terpukau dengan penampilan perempuan itu.

Ia rengkuh pinggang ramping Fina dengan tangannya, "you look so beautiful to night" Bisiknya tepat di sebelah telinga Fina "ihh gombal deh" Fina memukul pelan dada Arsen, tangan Arsen yang berada di pinggang Fina menuntun perempuan itu menuju anak tangga di ujung lorong. Keduanya sibuk menggoda satu sama lain tanpa peduli keadaan sekitar.

"Kamu juga ganteng malam ini" Arsen mengangkat satu alisnya "cuma malam ini?" Fina buru-buru menggeleng "setiap harinya tapi malam ini.." Perempuan itu menangkup wajah Arsen "kamu terlihat lebih tampan, aku beruntung punya kamu di hidupku."

Arsen menyunggingkan senyumnya, dan dengan berani dirinya mengecup bibir Fina, secara lembut dan perlahan.

"Hkm!"

Suara batuk yang terdengar keras itu membuat Fina buru-buru memutus pagutan bibir mereka, Arsen juga sepertinya baru menyadari bahwa mereka saat ini tidak hanya berdua. Ia menoleh kearah sumber suara dan betapa terkejutnya ia saat melihat siapa saja yang berada di meja makan keluarganya.

"Kamu mau sampe kapan disana Seno?" Arsen mengedipkan matanya beberapa kali, kemudian pemuda itu tersenyum kikuk. Ia dan Fina bergerak mendekati meja makan di tengah ruangan, pemuda itu duduk di salah satu kursi kosong yang berada di sebelah Fina.

"Maaf atas keterlambatan saya dan pemandangan yang tidak pantas anda semua lihat" Arsen menatap satu-persatu orang di atas meja makan, ia bisa mendengar helaan nafas dari sang kepala keluarga. "Baik kalau begitu langsung saja kita mulai acara makan malam kita kali ini" Suara tuan Radian sebagai sang pemilik rumah menjadi awal dibukanya acara malam itu.

Tidak lama setelah itu para pelayan mulai berdatangan sembari membawa hidangan pembuka untuk mereka semua, sembari menunggu hidangan di siapkan oleh para pelayan Arsen berbincang sebentar dengan Fina, keduanya tampak asik berbicara hingga sampai dimana saat manik Arsen tidak sengaja melihat sosok di sebrang nya.

Sosok yang tidak asing baginya dan juga hatinya. Ada Edgar yang duduk dengan begitu tenangnya tetapi Arsen duga pemuda itu tidak benar-benar tenang, Edgar hanya mencoba untuk menahan sesuatu, Arsen lihat dari bola mata pemuda itu terpancar kobaran api, entah api apa itu.

"Ayo silahkan dimakan hidangnya" Mami Arsen mempersilahkan mereka semua untuk menyantap hidangan appetizer khas italia yaitu Bruschetta.

"Gimana jeng Michelle suka gak sama Bruschetta nya?" Wanita bernama Michelle atau yang biasa di sebut ibunda Nesya tersenyum "suka jeng, crunchy roti nya pas banget, rasanya juga seger di mulut" Senyum mengembang menghiasi wajah mami Arsen "syukur deh kalau jeng Michelle suka, ini tuh salah satu makanan kesukaannya saya, pokoknya setiap saya makan ini jadi kangen Italy rasanya" Ungkap Martha, mami Arsen.

"Nyonya Martha padahal bisa tiap hari bulak balik ke Italy" Suara berat masuk kedalam pembicaraan meja makan kali ini. Martha tersenyum "gak setiap hari juga dong Mr. Alex" Para tetua di meja itu terkekeh mendengar gurauan singkat Alexander.

Sedangkan Arsen hanya ingin segera menyelesaikan acara tidak penting malam ini. Makanan pembuka mereka sudah habis berlanjut dengan masuknya hidangan utama atau main course yang dibawakan oleh beberapa koki rumah.

"Ini anak jeng Michelle ya?" Mami Arsen menatap Nesya dengan penuh ketertarikan. Michelle mengangguk "iya ini anak saya jeng namanya Nesya" Nesya memberi senyuman terbaiknya kepada Martha, "waduh cantik banget kamu Nesya" Ungkap Martha

"Jelas dong jeng, kan anak saya" Gurau Michelle "haduh iya bener, kamu pasti dulunya si gelis ya pas SMA di Bandung" Goda Martha "haha jeng bisa aja,"

"Nesya sekolah dimana cantik?" Kadang Arsen bingung kenapa maminya tidak bisa berhenti berbicara. "Di SMA Merah Putih tante" Jawaban Nesya membuat mami Arsen terkejut "wah! Berarti kamu satu sekolah sama Fina, Seno, sama si Ganteng eh maksud tante si Edgar"

Nesya, Fina dan Arsen menahan tawa saat mami Edgar memanggil Edgar dengan sebutan 'ganteng'

"Oh iya jeng Michelle udah kenal Fina belum?" Tanya Martha "ini Fina jeng, pacarnya Arsen tapi udah saya anggap anak sendiri" Mami Arsen memperkenalkan Fina kepada keluarga Nesya, "salam kenal tante saya Fina"

"Fina yang sering di ceritain Eca ya?" Nesya mengangguk "iyaa mah, ini Fina temen Eca yang sering Eca ceritain ke mama" Jelas Nesya kepada mamanya "aslinya cantik banget, sesuai sama apa yang Eca sering ceritain tentang kamu" Fina tersenyum "makasih tante, tapi Nesya lebih cantik tau tan, sampe cowo dingin kaya Edgar aja suka tuh"

"Waduh waduh, jadi ini pacarnya si ganteng?" Nesya malu-malu mengangguk "kok Seno gak pernah cerita ke mami si kalau si ganteng udah punya pacar" Martha menatap marah kearah Arsen "ya mami gak nanya" Jawab Arsen dengan acuh. "Kebiasaan deh Seno mah"

"Mami" Radian, kepala keluarga Jayantaka angkat suara "iyaa kenapa pi?" Radian tersenyum "tunda dulu ngobrol nya, kasian itu para tamu udah kelaperan" Martha melihat para tamu satu persatu, kemudian wanita itu tersenyum malu "sorry ya hehe, emang suka lupa waktu kalau cerita.." Ucap Martha "gapapa nyonya Martha, saya juga lupa kok" Tutur Michelle

"Ya sudah kalau begitu mari dimakan main course nya, Mr. Jonathan, Mr. Alexander"

Ternyata hidangan utama mereka malam ini adalah satu buah ayam utuh yang di panggang dengan gaya khas Turkey. Kulit ayam terlihat kecoklatan secara menyeluruh Arsen sudah bisa menebak seberapa crunchy nya kulit tersebut. Mereka asik menyantap hidangan tersebut selama beberapa saat.

Dentingan alat makan milik masing-masing orang terdengar nyaring dalam pendengaran nya.

Sampai saat dimana papinya membuka pembicaraan di atas meja makan. "Mr. Jonathan bagaimana dengan bisnis anda di negri Amerika?" Tanya Radian Jayantaka, Jonathan mengangguk "bagus Mr. Radian, perkembangan kurva disana sangat pesat terlebih lagi perusahaan baru saja mengeluarkan beberapa barang baru dengan material emas hasil kerja sama saya dengan Mr. Alex"

"Bagaimana dengan bisnis anda Mr. Radian?"

Radian tersenyum "glad to know it, saya kemarin baru kembali dari Jepang, perusahaan mereka mengajukan kerja sama untuk produksi beberapa mobil" Jonathan mengangguk "sesekali cobalah main ke pasar barat Mr. Radian" Radian terkekeh "seperti Lamborghini atau Ferrari? Itu kesukaan anda sepertinya Mr. Jonathan"

"Bukan, itu kesukaan putra saya Edgar, saya hanya memberinya fasilitas" Jelas Jonathan "Edgar suka mobil sporty seperti itu Mr. Jo?" Tanya Alexander tiba-tiba, Jonathan mengangguk "di rumah satu garasi penuh milik mobil-mobil nya"

"Mr. Alex tertarik juga dengan mobil mahal?" Tanya Radian, "ya lumayan sedari muda saya suka dengan beberapa brand ternama itu" Jawab Alexander "kalau begitu anda bisa bermain dengan Edgar" Ucap Jonathan, Edgar yang berada di ujung meja tersenyum "kapan-kapan kita bisa Sunday Morning driving om atau turring bareng pake Ferrari" Ajak Edgar sebagai formalitas. "Siap Edgar nanti om beli dulu mobil nya" Edgar tersenyum "atur aja om." Jawabnya

Sesudah itu fokus Edgar teralih kearah ponselnya yang menyala, masuk satu pesan dari Arsen. Edgar sedikit bingung, kenapa pemuda itu mengirimkan dirinya pesan disaat mereka sedang berhadap-hadapan.

"Are u bored? " Edgar membaca pesan Arsen di dalam hatinya, buru-buru Edgar membalas pesan Arsen, tidak lama kemudian ponsel nya kembali menyala "okey then, buka kaki lo" Katanya dalam hati. Edgar mengangkat wajahnya membuat pandangan mereka bertemu kembali.

Diam-diam Edgar menuruti perintah Arsen dan tidak lama kemudian Edgar bisa merasakan kaki seseorang menyentuh kakinya, lambat laun kaki pemuda itu naik ke atas, sampai dimana berhenti tepat di tengah-tengah kejantanan nya. Edgar mengigit bibir bawahnya tanpa sadar

Sedangkan Edgar bisa melihat wajah Arsen yang begitu berseri, seakan-akan pemuda itu tidak memiliki beban hidup.

Edgar menutup matanya, merasakan bagaimana kaki Arsen dengan lancang bergerak di depan kepunyaan nya

"Edgar" Nesya memanggilnya "kenapa ca?" Tanya Edgar lirih "itu kamu di tanyain sama om Radian" Kesadaran Edgar kembali seluruhnya, ia menatap kearah papi Arsen, diam-diam ia bisa melihat tatapan membunuh dari papanya yang duduk dekat dengan papi Arsen.

"Sorry om bisa di ulangi lagi?" Radian tersenyum singkat "om bertanya, bagaimana dengan sekolah kamu?" Edgar bisa merasakan gerakan kaki Arsen dibawah sana mulai menelan. "Baik om, kemarin Edgar baru aja selesai ulangan semester" Radian mengangguk "kalian ulangan kemarin?" Tanya Radian "iyaa om" Jawab Edgar "gimana ulangan kamu?" Sambung Radian

"Lancar om, semua soal nya masih bisa Edgar jawab" Radian tersenyum bangga "anak mu pintar juga rupanya" Ucap Radian kepada Jonathan "harus karena kan nanti dia juga yang akan memimpin perusahaan" Radian mengangguk setuju

"Bagaimana dengan Seno?"

Arsen yang namanya di sebut ikut mengalihkan fokusnya kepada sang ayah "maksudnya pi?" Tanya Arsen "papi bertanya kepada Edgar, bukan kamu" Diam-diam Arsen mendengus "Edgar yakin Seno ulangannya lancar juga om, kemarin dia udah belajar dengan giat"

Radian terkekeh "anak kaya Seno belajar?" Pria tua itu tampak tidak percaya "belajar apa dia? Emangnya dia bisa apa" Diam-diam tangan Arsen terkepal, dia tidak senang saat seseorang mulai meremehkan nya, apalagi papinya. "Papi gak boleh gitu, kemarin Seno udah belajar tau pi, orang mami suruh dia belajar sama Edgar" Martha membela anak semata wayangnya "iyakan Edgar?" Edgar mengangguk "iya tante, makanya Edgar yakin Seno kali ini pasti nilai nya memuaskan"

Radian masih memandangi anaknya dengan pandangan remeh. "Tahun kemarin juga Fina berbicara seperti itu kepada saya" Ucap Radian "tapi apa hasilnya?"

"Gagal juga kan" Lanjut Radian "santai saja Adi, saya yakin Edgar bisa membantu Arsen mendapatkan nilai yang memuaskan di semester ini." Jonathan angkat bicara "kenapa anda bisa se yakin itu Jonathan?" Tanya Radian yang terlihat cukup penasaran "karena saya tau Edgar lebih pintar dan cerdas daripada Fina, dan saya yakin Arsen pasti lebih nyaman belajar dengan Edgar"

"Benar bukan Arsen?" Tanya Jonathan, Arsen hanya bisa mengangguk dengan ragu. "Lagipula persahabatan kedua anak kita sudah kuat Adi, saya yakin mereka bisa saling membangun satu sama lain" Lanjut Jonathan.

Edgar hanya diam, mendengarkan segalanya walaupun dalam hati ia mengutuk papanya. Bagaimana mulut pedas papanya bisa begitu manis dan sangat baik, entah untuk siapa pria tua itu mencari muka.

"Benar Mr. Radian, lagipula semua anak memiliki kemampuan nya sendiri," Alexander menimpali perkataan Jonathan "dan menurut saya juga Fina tidak kalah pintar" Michelle tiba-tiba angkat bicara, Arsen sedikit bersyukur mama Nesya masih mau membalas Fina disaat dirinya tidak bisa.

"Udah udah, daripada pusing mikirin akademik gimana kalau kita ngomongin persahabatan kalian?" Martha berusaha merubah topik pembicaraan. "Tante denger denger kalian berdua temen deket kan di sekolah?" Martha menatap Nesya dan Fina secara bergantian

Keduanya mengangguk "iyaa tante, kita berdua itu udah kaya bestfriend banget, padahal baru aja kenal iyakan ca?" Nesya mengangguk "bener banget tan apa yanga Fina omongin, kita tuh kalau ngobrol nyambung sampe suka lupa waktu malah" Martha dan Michelle terkekeh mendengarnya "bagus kalau begitu, kapan-kapan kita ber empat harus banget hangout bareng, kayanya bakal seru deh" Cetus Martha "ide bagus tuh jeng" Timpal Michelle

Arsen sedikit bersyukur saat melihat para pelayan datang untuk mengganti hidangan mereka menjadi dessert penutup.

Mereka menyantap dengan semangat strawberry sponge cake tersebut. "Gimana jeng, sponge cake nya enak gak?" Michelle mengangguk "enak banget jeng, ini jeng Martha yang buat?" Tanya Michelle "iyaa saya yang buat, ini jadi makanan kesukaan si Seno juga tau"

Arsen dalam hati mengutuk maminya, karena membocorkan makanan kesukaan nya, "mami" Peringat dirinya "apa? Kenapa? Gak papa loh Seno, cowo suka strawberry" Sial, maminya malah memperjelas semuanya.

"Idih tukang onar sukanya strawberry cake" Goda Fina, Edgar dan Nesya tanpa sadar ikut tertawa mendengar itu "Seno masih suka ribut di sekolah Fina?" mami Arsen tiba-tiba bertanya.

Arsen menatap Fina dengan tatapan memohon, untuk tidak mengatakan hal yang sebenarnya.

"Hahaha, udah engga kok tan, tahun ini dia kayanya udah tobat" Martha tersenyum senang "bagus kalau gitu, berarti ancamannya berhasil" Ucap Martha "emang ancamannya apa tan?" Arsen terkejut saat tiba-tiba Edgar angkat bicara, kenapa pemuda itu menjadi orang yang kepoan.

"Tante ancam bakal ngasih tau kalau Arsen masih nyimpen.. "

"Mami!" Seru Arsen tiba-tiba "jangan dong, kan itu rahasia anaknya masa mau di sebar gitu aja" Arsen angkat bicara "oh iya, habisan si ganteng mancing-mancing mami si" Edgar tersenyum "gapapa tante, kalau mau kasih tau gak usah di tahan"

"Diem lo gar" Arsen menendang kaki Edgar dari bawah.

Mereka kembali berbincang bincang dengan suasana yang lebih terasa hangat walaupun itu semua di sebabkan oleh Martha dan Michelle sedangkan para pria disana lebih banyak diam.

Sampai pada akhirnya acara makan malam mereka selesai, dan para wanita memilih bercengkrama di ruang tamu kediamannya, entah mereka membicarakan apa tapi yang jelas Arsen tidak ingin ikut campur sedangkan para lelaki sibuk di halaman samping rumahnya, membicarakan bisnis dan perusahaan seperti tidak ada habisnya, dan sungguh itu membuat Arsen muak, jadilah Arsen memilih untuk duduk di tengah ruang televisi bersama anjing kesayangannya.

Dirinya tidak apa-apa sendiri daripada harus ikut masuk kedalam pembicaraan kelompok yang hanya menjatuhkan dirinya ataupun mengejeknya karena tidak secerdas Edgar ataupun tidak sepintar Fina.

"Bamey, sit down" Perintah nya, tetapi anjing tersebut menolak perintah Arsen. Bamey bergerak menuju pohon natal di sudut ruangan. "Bamey, no no!" Arsen bergerak cepat menghampiri Bamey.

"Don't touch it buddy," Arsen berusaha menjauhkan anjing nya dari pohon natal besar itu. "Waduh jangan di ambil Bammie, nanti mami marah" Arsen melotot panik saat jari-jari Bamey berusaha mengambil berbagai hiasan pohon natal hijau tersebut.

"Mampus aja ini gua" Arsen menarik Bamey untuk menjauh dari pohon tersebut tetapi anjing itu tidak mau berpindah, "ke sana aja yuk bam" Bujuk Arsen.

Kring! Kring!

Suara itu membuat fokus Bamey tercuri, anjing besar itu langsung berbalik arah dan berlari menuju sumber suara, Arsen mengikuti arah gerak Bamey hingga anjing tersebut berhenti tepat di hadapan Edgar. "Good boy" Edgar mengusak bulu halus milik anjing tersebut "Bamey gak boleh bikin papa repot oke" Gonggongan anjing tersebut seakan membalas ucapan Edgar "anjing pintar" Puji Edgar.

Edgar kemudian membawa Bamey duduk di sofa yang berada di tengah ruangan, ia duduk tepat di sebelah Arsen. "Kok lo gak kesana?" Arsen mengikuti arah pandang Edgar yang tertuju pada kolam renang di luar sana. Arsen menggeleng "ngapain, buang-buang tenaga aja" Jawab Arsen "toh di sana juga cuma ngomongin perusahaan, bisnis kalau gak flexing" Edgar terkekeh, diam-diam ia setuju dengan perkataan Arsen "lo sendiri kenapa disini?" Arsen bertanya balik "karena yang lo omongin" Jawab Edgar "gua muak" Lanjutnya.

"Edgar" Panggil Arsen "kenapa?" Tanya pemuda itu "lo bosen gak?" Edgar mengangguk "kamar yuk" Ajak Arsen, "ayok" Ucap Edgar

Arsen terkekeh kemudian bangkit dari duduknya, berjalan lebih dahulu menuju kamarnya yang berada di lantai dua, disusul oleh Edgar dari belakang.

Brug!

Pintu tertutup tepat setelah Edgar berhasil masuk ke dalam. Kamar Arsen masih sama seperti terakhir kali Edgar mengunjungi pemuda itu, tetap rapih dan bersih. Edgar merebahkan tubuhnya di atas ranjang milik kekasihnya.

Suara aliran air dari kamar mandi di sudut ruangan menjadi tanda bahwa kekasihnya sedang berada di dalam sana.

Sembari menunggu Arsen keluar dari kamar mandi Edgar asik dengan ponselnya hingga terdengar suara pintu akan terbuka dan benar saja tidak lama dari itu.

Pintu terbuka, dan setelahnya Arsen keluar dari dalam, seperti gerakan slow motion Edgar memperhatikan Arsen dari ujung kaki hinga beranjak naik keatas, mengamati kemeja putih tipis yang membaluti tubuh pemuda tersebut

Damn, batinnya berbicara. Arsen tanpa bawahan benar-benar mengunggah selera.

"Come here" Edgar menepuk sisi ranjang yang kosong di sebelahnya, tatapan Edgar tidak beralih sedikit pun dari Arsen bahkan saat pemuda itu berjalan mendekatinya. Arsen merebahkan diri di sampingnya. Edgar memiringkan tubuhnya, menatap pemuda itu tanpa kedip. "Gua colok ya mata lo" Ancam Arsen, Edgar terkekeh "habisan lo menggoda banget" Ucap Edgar

"Oh iya Edgar, gua masih kaget lo ternyata di undang nyokap gua buat makan malam disini juga," Ungkap Arsen "gua juga baru tau tadi sore kalau bokap gua di undang dinner sama bokap lo" Jawab Edgar "gua kira lo malah jadi ke Switzerland, Christmas disana" Jari-jari Edgar bergerak mengusap surai Arsen secara perlahan, Arsen menggeleng "bokap gua ada urusan ke Seoul lusa" Ucap Arsen "bahkan di saat libur natal pun dia kerja" Arsen terkekeh "miris." Lanjut nya

"Menjadi kaya itu gak se enak yang orang kira bukan?" Arsen mengangguk setuju "lo punya rumah besar tapi rumahnya cuma bangunan tanpa ada kenangan indah, buat apa?" Lanjut Arsen tiba-tiba. "Berlebihan dalam hal materi tetapi selalu kurang hal dalam kasih sayang, itu yang di bilang hidup enak?" Edgar juga akhirnya ikut memberi pertanyaan

"Orang-orang yang bilang, hidup lo mah enak orang bapak lo kaya, it's fuckin disgusting kaya lo tau apa tentang hidup gua? Lo pernah ngerasain jadi gua enggak? pernah gak ngerasain ulang tahun sendirian, bahkan bokap lo gak inget sama ulang tahun lo sendiri" Tangan Arsen mengelus lembut lengan kekar Edgar, berusaha untuk menenangkan emosi pemuda itu

"Cup, cup.. Now you have me Edgar" Tutur Arsen dengan begitu lembut nya, manik berkaca-kaca milik Edgar bertemu dengan miliknya. "Yeah now I have you baby" Edgar mengecup singkat bibir Arsen.

"Edgar"

Manik pemuda itu menatap nya kembali, "do you have dream?" Entah kenapa Arsen ingin menanyakan hal tersebut, Edgar mengangguk "tell me bout your dream.." Pinta Arsen "I have dream life, gua pengen suatu hari nanti gua bisa keluar dari kekangan papa, gua sukses karena jerih payah gua sendiri dan gua punya keluarga yang gak pernah kekurangan kasih sayang."

"Gua mau punya anak, gua mau jadi ayah yang tahu tumbuh kembang anak gua nanti, gua pengen jadi orang pertama yang lihat anak gua bicara, jalan sampai nanti dia masuk ke sekolah, gua pengen jadi yang orang pertama yang di ceritain tentang segala hal baru dalam hidup dia"

"Gua mau jadi cinta pertamanya," Ia bisa melihat senyuman kecil dari wajah Arsen "gua mau jadi ayah yang terbaik bukan hanya memberi materi tetapi juga bisa memberikan kasih sayang untuknya."

"Keren, kamu keren Edgar, aku tau kamu bisa mewujudkan itu semua. Kamu Edgarldo bakal jadi ayah terbaik di dunia ini" Sudut bibir Edgar terangkat tinggi hanya karena rentetan kalimat yang Arsen ucapkan. "Aku gak bisa tanpa kamu Arsen, semua mimpi aku itu bisa terwujud kalau ada kamu"

Arsen menggeleng "gua bukan apa-apa Edgar, I just nothing." Edgar menggeleng dengan cepat pemuda itu tampak tidak terima dengan pernyataan Arsen "gak, kamu ngomong apa sih Seno?" Bantah Edgar "kamu mau tau doa natal aku dua tahun lalu?" Arsen menggeleng "aku berdoa sama Tuhan, supaya di kirimkan sebuah titik putih dalam hidupku, yang akan menjadi kebahagiaan, harapan, kedamaian dan segala hal baik lainnya, dan kamu tau apa"

"Santa kirim Arseno" Edgar mendekatkan wajahnya kepada Arsen, ia tunjuk hidung Arsen dengan jari telunjuknya "untuk aku."

"Jadi jangan pernah bilang hadirnya kamu bukan apa-apa di dunia ini, karena kamu" Edgar menunjuk Arsen kembali "kamu itu terang dunianya aku Arsen."

Arsen tidak kuat untuk tidak mengecup bibir Edgar, tempat dimana pemuda itu mengeluarkan segala perkataan manis, yang sialnya membuat hatinya menghangat.

"Kamu bilang aku kado dari Tuhan buat kamu kan?" Edgar mengangguk, "kalau gitu kado ini punya kamu sekarang"

"Kamu bisa jadiin kado ini kebahagiaan kamu dan juga harapan kamu, tapi kamu yakin gak mau jadiin kado ini sebagai loncatan kamu menuju kepuasan birahi?"

Tiba-tiba Arsen mendorong tubuh Edgar ke belakang dan dengan begitu cepatnya Arsen naik keatas tubuh Edgar.

"Merry Christmas, let's go unboxing your give from Santa."

. . .

AAAAAA! Jujur aja ini gua melting banget baca perkataan Edgar buat Arsen, Edgar marry me plis!

Becanda hehe, Edgar udah buat Arsen:)

Oh ya, sekali lagi aku minta maaf untuk typo, kesalahan kata atau penggunaan nya ya guys!

4930 kata.

-k a l

Continue Reading

You'll Also Like

IF [FIN] By Y I Y I

Teen Fiction

24.9K 1.7K 42
-s e l e s a i- "Andai aku bisa kembali ke hari itu." Seperti kata orang kebanyakan; penyesalan memang akan selalu menghantui di akhir. Apalagi setel...
1.8K 79 21
WARNING 🔞 HOMOPHOBIC MENJAUH!! Bukan awal dari sebuah akhir, mengakhiri hubungan bersama mu bukan berarti rindu ini berakhir, jika waktu bisa diulan...
1.5M 116K 99
[SEBAGIAN PART DI PRIVAT, FOLLOW DULU BARU BISA BACA!] Menceritakan tentang kehidupan seorang gadis yang mempunyai banyak teka-teki dalam hidupnya. D...
392K 22.1K 46
Menikah dengan seseorang yang sama sekali belum pernah ia temui secara tiba-tiba, membuat Kafano Nathaner sering kali bersikap kasar pada pemuda yang...