[🔛] Semanis Madu dan Sesemer...

Autorstwa vocedeelion

403K 42.5K 10.5K

"SEMANIS MADU DAN SESEMERBAK BUNGA-BUNGA LIAR" Terjemahan Indonesia dari cerita MarkHyuck terbaik: "Honeymout... Więcej

Disclaimers
Honeymouthed and Full of Wildflowers Playlist
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI
XVII
XVIII
XIX
XX
XXI
XXII
XXIII
XXIV
XXV
XXVI
XXVII
XXVIII
XXIX
XXX
XXXI
XXXII
XXXIII
XXXIV
XXXV
XXXVI
XXXVII
XXXVIII
XXXIX
XL
XLI
XLII
XLIII
XLIV
XLV
XLVI
XLVII
XLVIII
🎉 BIRTHDAY GIVE AWAY 🎉
XLIX
XLIX (Deleted Scene)
🎉 3K FOLLOWERS GIVE AWAY 🎉
L
LI
LII
LIII
LV
LVI
LVII
LVIII
LIX

LIV

2.2K 234 69
Autorstwa vocedeelion

Kiw, update lagi nih guis. Setelah menunggu 3 bulan lamanya ya wak! Semoga suka sama terjemahannya! 😘 Feedback jangan lupa biar aku makin semangat buat gas nerjemahin eheheh. Selamat membaca! ❤️

.

.

.

= Membalut Mata Kakiku Bagai Ombak =

.

.

.

Coraline, di balik keanggunan rahmat indahnya selama bertahun-tahun, menjadi pulau yang belum pernah tertembus. Faktanya, di samping beberapa kunjungan diplomatik yang Kepulauan Selatan adakan dalam acara-acara tertentu, Coraline sulit dijangkau oleh siapa pun yang lahir di luar Kepulauan Selatan.

Namun, tentu saja, rumor tentang benteng penuh teka-teki dan tak tertembus ini tidak berhenti untuk menyebar ke sepenjuru kontinen. Malah, misteri itu semakin membangkitkan rasa keingintahuan mereka. Salah satu rumor yang paling menggoda adalah tentang para putri duyung yang terjebak dalam gua di bawah benteng Coraline, makhluk bertubuh setengah perempuan dan setengah hiu, yang raja Shar secara pribadi siksa sampai mati hingga mereka mengeluarkan air mata mutiara. Johnny menceritakan kisah itu kepada Mark ketika mereka masih kanak-kanak, dengan kedua alis terangkat tinggi-tinggi akibat rasa antusias seiring dengan asumsi bahwa dari sanalah kekayaan kepulauan berasal. Mark, yang pada saat itu berusia enam tahun dan luar biasa terpikat pada gadis yang baru ia temui beberapa bulan lalu—gadis berambut emas dengan bekas luka di lutut dan kemampuan mengguncang dunia bagaikan badai musim panas—lantas melempar serbet ke arahnya.

"Jangan katakan hal buruk tentang istriku!"

Tidak masalah bahwa Dongsoon bukan—belum—menjadi istri Mark, sebab ini adalah tentang prinsip. Dongsoon adalah sosok paling keren yang pernah Mark temui sepanjang hidupnya dan ia siap untuk membela gadis itu, keluarganya, kerajaannya, bahkan juga anjingnya jika perlu.

Tentu saja, sebuah serbet kotor tidak akan menghentikan Johnny. Sangat sedikit hal yang bisa menghentikan laki-laki itu, dan semakin sedikit pula yang bisa menghentikannya dua belas tahun kemudian. Namun, yang setidaknya kini bisa Mark katakan, tanpa sedikit pun keraguan, adalah bahwa rumor-rumor yang sepupunya katakan sama sekali tidak berdasar.

Ada banyak hal yang tersembunyi dalam gua bawah tanah di balik dinding-dinding kokoh Coraline. Bukan sebagaimana yang dikatakan rumor—emas, mutiara, ataupun perhiasan—dan bukan pula budak putri duyung yang dirantai ke dinding. Melainkan, kerang laut dan lumut berwarna biru cerah, umang-umang, juga formasi yang terbentuk dari jejeran batu dan karang, yang tampak menyeramkan saat pertama kali dilihat, tetapi sebenarnya tidak berbahaya dan cukup indah apabila sudah terbiasa. Bahkan, terdapat pula sebuah kerangka kesepian—kerangka seorang manusia, yang membuat Mark merasa sedikit kecewa. Ada banyak hal yang tersembunyi dalam gua bawah tanah di balik dinding-dinding kokoh Coraline. Dan di antara semua itu, tentu saja, ada seorang pangeran Lembah—seorang diri dalam perut Kepulauan Selatan, sangat jauh dari rumah—menunggu apa yang akan terjadi kepadanya.

*

Penjara itu gelap dan sedikit lembap, tetapi tidak sepenuhnya sunyi. Mark bisa mendengar deru air di suatu tempat di bawahnya. Hal itu, juga beberapa anak tangga sempit dan licin yang ia lewati untuk mencapai penjara, cukup menjadi petunjuk bahwa ia berada di salah satu tempat terendah di benteng Coraline, dekat dengan level air laut.

Coraline dibentuk di atas sebuah tebing, tetapi mungkin akan lebih tepat jika dibilang bahwa Coraline digali dari sebuah tebing. Sekumpulan perompak yang pertama kali tiba dari laut untuk menjajah serpihan daratan ini pasti menemukan tempat berlindung di balik gua-gua yang terbentuk oleh erosi laut. Batu karang menggali perlahan ke dalam pegunungan, sedikit demi sedikit, untuk menciptakan sulaman indah lorong-lorong dan gua bawah tanah di sisi pegunungan. Mereka melebarkan dan mengamankan gua-gua itu, dan ketika para perompak itu sudah cukup kuat, mereka meninggalkan gua untuk membangun dinding-dinding perlindungan mereka sendiri; daerah pertama dari benteng kota. Namun, gua-gua itu tetap bertahan, terkadang digunakan sebagai ruang penyimpanan, terkadang sebagai jalur rahasia untuk pelarian darurat, dan terkadang juga sebagai penjara untuk tamu-tamu tak diundang. Yang mana, tampaknya, merupakan kondisi Mark saat ini.

Ketika Mark sudah cukup terbiasa dengan suara deru air hingga sanggup ia abaikan, Mark menaksir waktu dengan cara menghitung jumlah tetap suara tetes air yang menghipnotis, yang datang dari suatu tempat tepat di balik pintu baja. Hanya dengan menghitungnya, Mark sadar bahwa terlepas dari janji tersirat Donghyuck yang akan mengeluarkan ia dari sini secepatnya, waktu ternyata sudah berlalu berjam-jam sejak ia dengan sopan dikawal menuju kediaman barunya.

"Ayah tidak akan menyakitimu," gumam Donghyuck, tepat sebelum Mark dibawa oleh para pengawal. "Takpeduli semarah apa, beliau tidak akan menempatkan kita dalam bahaya. Paling jauh, beliau hanya akan menakutimu. Mereka akan membawamu ke penjara bawah tanah. Tempatnya mengerikan, tapi percayalah, tidak ada yang tewas di sana selama dua ratus tahun terakhir. Jadi, sabar saja dan tunggu aku untuk menyelamatkanmu."

Menunggu Donghyuck... Hal itu bisa Mark lakukan. Bukan berarti ia juga punya pilihan. Ada sedikit penghiburan yang bisa ia temukan di tengah gua gelap yang kini menjadi penjaranya. Bahkan, kerangka manusia itu mulai terlihat bersahabat setelah satu jam pertama Mark di sana. Ia mulai berpikir untuk memberi kerangka itu nama, hanya supaya ia tidak bosan.

Sesekali, suara air laut yang tak berkesudahan serta lolongan angin yang menabrak dinding karang berusaha menyusup masuk dan menggigilkan tubuh Mark.

Angin bodoh, pikir Mark, sangat lembut dan misterius, beraroma seperti garam dan teka-teki, sangat amat berbeda dengan terjangan pedang dingin es yang mengepung malam-malam di Clairs. Mark telah cukup sering dihadapkan dengan angin kejam, yang membuat orang-orang memilih untuk mempertaruhkan nyawa mereka di tangan beruang liar karena melewati malam di dalam gua alih-alih alam terbuka tanpa ampun. Di hadapan penakluk kekuatan angin Utara pegunungan, apa yang berusaha angin Selatan ini lakukan?

Mark bangkit, berjalan mendekati bukaan kecil di dinding, dekat langit-langit. Terlalu tinggi untuknya bisa melihat ke luar. Dua jam berubah menjadi tiga jam, dan cahaya di dalam penjara mulai meredup. Warna kemerahan matahari membuat dinding karang itu memancarkan warna asli mereka, sebelum semuanya berubah redup, tertelan senja.

"Ayahku tidak akan menyakitimu." Donghyuck mengatakan itu, bukan? "Paling jauh, beliau hanya akan menakutimu."

Mark mendengus pelan seiring kegelapan yang membungkus penjara bagai helai selimut. Gelap dan beraroma asin. Apabila ini usaha terbaik ayah Donghyuck untuk menakutinya, yah, maka usahanya kurang efektif. Mark merasa bosan dan kesal, juga semua jamur yang ia hirup akan membangkitkan alergi lama apabila ia terus-terusan berada di sini. Namun, menakutinya? Apabila itu yang ayah Donghyuck harapkan, tindakan pertama Mark sebagai menantu adalah mengecewakannya.

Mark tengah memikirkan soal itu ketika, dengan suara gemercik tidak menyenangkan, air mulai bergerak naik ke permukaan lantai. Mark sejenak menatapnya, seiring air yang perlahan namun pasti mulai meluap, membuat permukaan lantai itu nyaris seperti spons yang basah. Kemudian, level air pun semakin naik.

*

Saat air mencapai kakinya, Mark seketika bangkit berdiri, nyaris berteriak untuk pertama kali sejak penahanannya di sini. Penjara itu tidak dilengkapi dengan kursi, tidak juga dengan kakus, atau apa pun yang bisa Mark panjat untuk mencegah sepatunya basah.

Baiklah, ujarnya pada diri sendiri, memperhatikan air yang menjilat sepatunya, yang kemungkinan sebentar lagi akan berubah menjadi seperti tikus tercebur got. Baiklah, aku ketakutan sekarang. Bisa kita percepat adegannya hingga seseorang datang untuk mengeluarkanku dari sini?

Mark berpikir untuk memukul-mukul dinding hanya demi membuat kesal penjaga yang berpatroli, seorang pria tinggi dan berisi yang dengan mencurigakan tampak seperti sahabat baik Donghyuck, Jeno. Namun, tatapannya terhadap Mark penuh akan rasa tidak suka, tidak seperti tatapan yang pernah Jeno tunjukkan kepadanya. Kini ketika Mark memikirkannya, ia memang mengasingkan Jeno, sehingga apabila penjaga itu memiliki hubungan dengan Jeno, Mark bisa memaklumi rasa bencinya. Hal itu tidak membuat upaya Mark untuk meminta bantuan menjadi lebih mudah. Air telah mencapai mata kakinya ketika akhirnya kunci pintu berderak dan piringan besi berat itu digeser untuk menampilkan... bukan suami Mark, melainkan mantan tunangannya.

Dongsoon tampak tidak jauh berbeda dengan gadis yang dulu dengan kikuk berusaha Mark nikahi. Sedikit membuat frustrasi memang. Namun, terlepas dari fakta bahwa gadis itu pernah menjadi tunangannya selama lebih dari sepuluh tahun, Mark tidak pernah benar-benar menaruh perhatian kepada Dongsoon untuk tahu bahwa gadis itu mengalami perubahan dalam rentang waktu sepuluh bulan sejak terakhir kali mereka bertemu. Tetap saja, Mark adalah pria yang berwibawa—selalu, apabila menyangkut Dongsoon. Terlepas dari perlakuan tidak sopannya terhadap saudara laki-laki gadis itu, baik sebelum dan setelah pernikahannya—sehingga ia berusaha sebaik mungkin untuk berdiri tegak dan menampilkan bungkukan sopan, dengan tubuh sedikit basah, ke hadapan Dongsoon.

"Yang Mulia," ucapnya, sebab begitulah cara berbicara kepada ahli waris sebuah kerajaan. Mark tidak pernah memanggil Dongsoon begitu, tetapi ia juga tidak pernah memanggil Donghyuck demikian, bahkan ketika lelaki itu masih menjadi ahli waris Coraline.

Gadis itu mendecakkan lidah dan melangkah memasuki penjara, mengabaikan gemercik air tiap kali ia melangkah. Mark juga berusaha sebaik mungkin untuk mengabaikannya.

"Yang Mulia," ulang gadis itu, dan untuk sejenak Mark takut pada ekspresinya yang tak terbaca. Kecantikan Dongsoon masih bagaikan pahatan patung batu—pernahkah Mark mengaguminya, meski hanya sekali? Kini, hal itu nyaris menakutkan, tetapi hanya sebentar. Dongsoon tampak mengasihaninya, terbukti dengan ekspresi yang melembut serta mulut yang terbuka untuk menampilkan senyuman puas.

"Kuharap kau menikmati pelayanan yang kami sediakan. Ayahku jelas-jelas menyuruhku memasukkanmu ke penjara terdalam di bawah tanah dan membuang kuncinya."

Menakutkan. Bahkan ketika tersenyum, gadis itu tampak menakutkan. Bagaimana mungkin Mark tidak pernah menyadari itu sebelumnya? Ia meneguk saliva dan melayangkan senyuman lemah sebagai balasan.

"Sedikit basah di sini. Tapi, aku menghargai ketiadaan tempat tidur sehingga menjauhkanku dari serangan kutu busuk, yang mana bisa kutularkan ke saudaramu kapan pun kami bertemu lagi."

Senyuman gadis itu mengembang semakin lebar, hanya sedikit.

"Omong-omong soal dia, sepertinya kau akan dapat lebih banyak kutu busuk darinya. Kau tidak akan tahu di parit mana dia akan berguling begitu kau memalingkan muka."

"Donghyuck?" tanya Mark, memikirkan Omega-nya yang cantik, memabukkan, dan elegan.

"Siapa lagi? Apa aku bahkan akan ada di sini, berbicara denganmu, apabila bukan karena dia?" Dongsoon melayangkan tatapan sedikit dingin ke arah Mark. "Ah, kurasa kau belum pernah melihat sisi itu darinya. Aku ragu hukum Lembah-mu akan mengampuninya apabila ia sampai memperlihatkan hal itu. Aku jelas tahu sejak aku harus mengingat hukum-hukum itu demi menikahimu."

Mark berdeham dengan gugup.

"Apa kau, barangkali, marah?"

"Karena tidak jadi menikahimu? Jangan nilai dirimu terlalu tinggi, Yang Mulia."

"Aku membicarakan saudara laki-lakimu." Mark menambahkan.

"Ada apa dengan saudara laki-lakiku?"

"Kau yang harusnya memberitahuku. Aku terkurung di sini sejak enam jam terakhir. Aku sama sekali tidak tahu mengapa ayahmu jadi semarah itu."

"Kau tidak tahu?"

Mark sangat tahu mengapa ayah Donghyuck bisa jadi sebegitu marah—dan tidak hanya pria itu, melainkan juga ibu Donghyuck, para pengawal, para staf istana, setiap orang di kepulauan ini, dan seluruh orang di nusantara. Mereka membesarkan si pangeran cantik dengan sebaik-baiknya, dengan begitu banyak cinta dan kebanggaan, dan Mark merampasnya tanpa sedikit pun usaha. Ia bahkan tidak harus mencuri harta karun tertentu, sebab harta itu langsung jatuh ke pangkuannya. Tentu saja mereka jadi tidak menyukai Mark, tentu saja.

"Aku tidak tahu," jawabnya, lalu menjilat bibir dan mendapati bahwa kebohongan itu, setelah segalanya, terasa hambar. "Aku tidak bersalah."

Mata Dongsoon menyipit seiring ia menatap Mark, seluruh akan dirinya. Air menabrak lembut betis Mark dan ia tidak bisa menahan diri untuk menunduk, melihat kaki Dongsoon—tidak sopan, luar biasa tidak sopan, tetapi ia tidak bisa menahan rasa penasaran akan cara berjalan gadis itu apabila dibandingkan dengan ia. Gaun yang gadis itu kenakan memekar di sekitarnya bagaikan daun mahkota bunga. Mark mampu melihat pergelangan kaki Dongsoon yang telanjang di baliknya.

"Lihat aku, Yang Mulia. Bukankah kesopanan adalah dasar dari kerajaanmu?"

Mark tidak mendongak buru-buru sampai membuat kepalanya pening. Mungkin ia merona, lebih karena merasa hina alih-alih malu.

"Kautahu apa yang terburuk dari semua ini? Bahkan meski kau melakukan tindakan penuh skandal dengan mengintipi kakiku, kau membuatnya terlihat seperti seolah-olah kau melakukannya hanya karena itu adalah sesuatu yang orang lain harapkan akan kaulakukan, bukan karena kau sungguh ingin melakukannya. Tidak pernah sekali pun sepanjang hidupku ada orang yang pernah membuatku merasa sebegitu tidak diinginkannya sebagaimana yang pernah kaulakukan."

Mark terkejut. Ia tidak yakin atas apa yang Dongsoon tuduhkan kepadanya. Ia tidak dalam suasana hati yang pas untuk menangani keluhan sang mantan tunangan atas waktu yang telah mereka lewati sebagai pasangan, tidak ketika ia sedang terperangkap dalam gua yang kemungkinan akan segera terendam, yang mungkin juga menjadi ujiannya karena telah menjadi menantu terburuk. Oh, ia juga belum mendengar kabar dari suaminya selama berjam-jam.

"Aku berusaha sebaik mungkin." Mark mencoba bicara. "Aku telah sungguh berusaha untuk menghargaimu ketika kita—"

"Memang. Dan itu adalah hal yang paling merendahkanku; fakta bahwa kau harus berusaha."

"Dengar, ini mungkin bukan waktu yang tepat untuk membicarakannya—"

"Aku hanya sedang berusaha mengerti," Dongsoon kembali memotong kalimat Mark, "apa yang saudaraku lihat dari dirimu."

Keluhan Mark seketika berhenti di ujung lidah begitu mendengar Donghyuck disebut dalam percakapan ini. Dongsoon mengambil selangkah lebih maju ke arah Mark, helai gaun mengikuti langkahnya bagai ekor gaun pengantin.

"Apa yang telah kaulakukan kepadanya? Aku penasaran, sebab kau sangat payah dalam hal merayu. Kau payah ketika bersamaku, dan aku yakin bahwa kau lebih payah lagi ketika bersama Donghyuck, sosok yang sangat kaubenci hingga kau tidak tahan berada dalam satu ruangan dengannya, lebih-lebih lagi sampai berbagi ranjang. Setidaknya ketika bersamaku, kau berusaha. Tetapi, aku tidak percaya kau mau berusaha untuk Donghyuck, dan aku yakin dia akan membenci tindakanmu, apabila kau berusaha. Jadi, bagaimana kau melakukannya?"

Mark tidak menjawab, tetapi ia juga tidak terkejut ketika gadis itu semakin melangkah maju. Hal itu mungkin bisa dihitung sebagai sebuah kemenangan, meski hanya sejenak, sebab Dongsoon tidak membuang-buang waktu dengan menunjukkan bahwa ia bangga akan itu.

"Aku sangat ingin tahu caramu membuat saudaraku berikrar atas kasusmu di hadapan ayah kami dan semua petinggi Kepulauan Selatan, sebab jelas ini bukan karena pesonamu, Mark dari Lembah Raksasa. Aku mantan tunanganmu selama lebih dari sepuluh tahun, dan tidak ada satu pun yang tahu tentang kelemahanmu di situ lebih baik daripada aku."

"Apa dia sungguh berikrar untukku?" tanya Mark, dan untuk sejenak ia takut Dongsoon akan memukulnya. Ia jelas akan membalas, sebab perempuan atau bukan, Dongsoon adalah seorang Alpha. Harga diri Mark tidak akan membiarkannya mengabaikan tantangan, bahkan meski tindakan paling bijak saat ini adalah menerima.

Pada akhirnya, Dongsoon tidak memukulnya. Gadis itu mendesahkan napas, dan untuk sejenak ia berubah kembali menjadi gadis cantik yang pernah Mark tunangi selama lebih dari sepuluh tahun; pendiam, penyabar, dan rendah hati, juga cukup paham akan posisinya di Lembah—mempelai wanita terbaik yang bisa dibayangkan oleh calon raja mana pun. Mark berdansa dengan gadis ini di hari pernikahannya, dan gadis itu berpesan kepada Mark untuk menjaga saudara laki-lakinya. Ia mengiakan, meski berpikir untuk tidak akan melakukannya. Sekarang, Mark merasa hina akan segala hal, termasuk pikirannya kala itu.

"Ya," ucap Dongsoon. "Ayahku sampai menyuruh dokter untuk memastikan apa dia terpaksa melakukannya, dan dokter tidak menemukan bukti itu. Aku kemari untuk membebaskanmu dan membawamu ke hadapan beliau." Ia berbalik dan mengarungi air yang kini telah mencapai lututnya, pun mengetuk pintu. "Moonbin, keluarkan kami dari sini sebelum pintunya menjadi semakin sulit untuk dibuka."

Ada suara gemeresak yang terdengar dari sisi lain pintu berat itu, dan Mark mendesahkan napas lega atas kesadaran bahwa ia akan kembali memijak lantai yang padat setelah ini.

"Dia menyukaiku," ucapnya. Ia tidak berani menatap Dongsoon sehingga matanya memaku pada pintu yang berayun terbuka. "Ini jawabanku atas pertanyaanmu sebelumnya. Aku tidak bisa menampik apa yang kaukatakan tentangku sebelumnya. Aku mungkin memang tidak menawan. Aku menolak melakukan kewajibanku, yang mana membuatnya marah. Aku pun berusaha melakukan kewajibanku, dan hal itu malah membuatnya menjadi semakin marah. Aku sesungguhnya tidak tahu apa yang dia lihat dariku, tetapi dia menyukaiku. Dia selalu menyukaiku. Sejak awal, iya, kan?"

Kali ini Mark menatap Dongsoon dan mendapati bahwa tatapan gadis itu tidak sedingin sebelumnya. Mungkin waspada, tetapi tidak membenci.

"Jadi, kau menyadari itu," ucap Dongsoon perlahan. "Apa yang bisa kukatakan? Saudaraku punya banyak kelebihan, tetapi selera yang bagus bukan salah satunya."

"Dia dulu pernah amat sangat menyukaiku. Untuk sekarang, aku tidak terlalu yakin."

"Dia kemungkinan masih menyukaimu. Yang menjadi pertanyaan sesungguhnya adalah, apa kau juga menyukainya? Sebab, takpeduli sebesar apa Donghyuck menyukaimu—dan memang sungguh seperti itu—apabila kau tidak bisa meyakinkan aku, ayahku, dan seluruh kerajaan, bahwa kau tidak mempermainkannya dan bahwa kau juga menyukainya, aku tidak bisa jamin kaubisa meninggalkan tempat ini. Mencapai pulau Shar adalah usaha yang sulit, tetapi kau akan sadar bahwa meninggalkannya akan jauh lebih sulit, Yang Mulia."

Pintu telah terbuka. Pengawal yang terlihat sangat mirip dengan Jeno itu menawarkan lengannya untuk Dongsoon gandeng hingga mereka mencapai tangga. Tidak ada satu pun yang membantu Mark, tetapi ia tidak menaruh peduli. Tidak ada yang berani memasangkan belenggu pada Pangeran Lembah ketika ia dibawa kemari, tetapi Mark tetap merasa seolah ia baru terbebas darinya dan akhirnya bisa meninggalkan ruangan yang nyaris tenggelam itu, pun mendapati diri memijak lantai batu yang padat.

Di luar, terdapat rakyat satu kerajaan yang, sebagaimana Dongsoon katakan, lebih memilih untuk membunuh Mark alih-alih membiarkannya menjadi suami Donghyuck.

"Kau takut?" Dongsoon bertanya ketika melihat Mark bertahan di pintu. Ia kemungkinan menganggap Mark sedang ragu-ragu.

"Kenapa harus? Ketika menyangkut rasa sukaku terhadap Donghyuck, aku cukup percaya diri. Apabila keadaan memburuk, aku hanya perlu meminta perlindungan dari suamiku. Kudengar, dia adalah petarung paling tangguh di Kepulauan Selatan."

Dongsoon mendengus.

"Dasar pelawak, dan perayu ulung juga. Sekarang, aku paham kenapa Donghyuck sangat terpesona kepadamu, jelas karena selera humormu itu."

"Hanya orang yang merasa sama yang bisa menghargainya."

Dongsoon kembali mendengus.

"Berhati-hatilah, Mark dari Lembah Raksasa, atau aku akan menyesal karena menyerahkan sosok suami segagah ini untuk saudaraku."

*

Mereka berkelakar sambil berjalan melintasi koridor yang terselubungi warna emas. Istana itu beraroma manis, seperti gula dan madu serta kue-kue yang baru dipanggang; seperti bunga-bunga musim semi dan angin yang berembus dari lautan. Mark berusaha memisahkan aroma Donghyuck dari minyak aroma dan wangi lilin madu. Meski ia tidak bisa menghirup aroma Donghyuck, ia masih bisa merasakannya; kehadiran yang meyakinkan, hangat bagai matahari saat siang, sanggup membakar dan menutrisi bebungaan pada saat bersamaan. Mark mendambakan kehangatan itu setelah rasa dingin dan lembap dari ruang penjara.

Tinggal sedikit lagi, pikirnya. Hanya tinggal satu lagi pintu, satu lagi ukiran mozaik yang menatapnya dari dinding, satu lagu permadani, satu lagi lampu emas yang menggantung di langit-langit tinggi dan gelap yang tertutupi keramik emas, satu lagi ukiran naga dan bebungaan serta matahari bersinar, satu lagi—

Mark mendengar suara pedang sebelum ia mampu melihatnya. Instring yang terasah oleh latihan selama bertahun-tahun membuatnya segera menghindar sebelum bisa memproses ketidakadilan dari peristiwa tersebut. Salah satu tangannya meraih sisi pinggang, pun menyadari tiadanya satu pun senjata tajam di sana. Ia telah keburu menangkis serangan dengan sikunya yang lain, mengenai bagian tumpul pedang yang menyerangnya ketika napas Dongsoon tersekat, terkejut.

Lelaki di hadapan Mark bertubuh ramping dan cantik, serta beraroma seperti bahaya; manis dan lengket—sedikit seperti Donghyuck, tetapi di saat bersamaan juga sangat berbeda. Sosok itu tampak sedikit familier, seolah mereka pernah bertemu sebelumnya, tetapi tatapan Mark mengarah pada pedang alih-alih wajahnya, sehingga ia tidak terlalu yakin akan itu. Mark menghalau serangan kedua dan sedikit menghindar sebelum mendorong maju. Pedang itu menggores rahangnya. Ia hanya merasakan sedikit sensasi luka itu sebelum berubah menjadi rasa sakit. Mark menghantamkan kepalanya ke dagu lelaki itu, membuatnya mengambil langkah mundur dan mengumpat pelan. Pedang pun menghantam dinding dengan suara dentingan teredam.

Mata besar itu menangkap mata Mark dalam tatapan mengancam. Lidah merah mudanya terjulur, menjilat darah dari bibirnya yang terluka sebelum menarik sebuah senyuman yang sama sekali tidak menampilkan kesenangan.

"Perlawanan yang kasar. Cocok untuk mendapat nobat sebagai si liar dari daratan."

Oh, sekarang Mark ingat di mana ia pernah melihat lelaki ini. Tak heran ia butuh sejenak waktu untuk mengingatnya, sebab pertemuan mereka hanyalah sebentar, dan Mark menganggap kehadirannya tindak penting dan mengganggu sebagaimana kehadiran Donghyuck, dulunya.

Itu adalah tindakan yang ceroboh, Mark ingin membalas, cocok sekali untuk tipikal anak manja Kepulauan. Namun, Dongsoon telah lebih dulu melangkah ke hadapannya. Suara gadis itu melebihi tajamnya pedang.

"Dan apa yang kaupikir sedang kaulakukan sekarang, Yangyang dari klan Liu?"[]

.

.

.

See you on the next chap! ❤️

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

231K 21.1K 74
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan.
78.7K 3.6K 8
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++
53.1K 11.6K 131
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
267K 27.9K 30
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...