Susu Kental Bapak

Por PBapak2

347K 6K 395

Adnan adalah seorang botita manjakani yang secara kurang ajar sampai berani jatuh hati pada pria dewasa bertu... Mais

Sempak Bekas Pakai
Bikin Dede
Rudal Satpam
Inceu Si Penggoda
Cairan Kenikmatan
Es Krim Coklat
Lengket Tapi Enak
Bapak - Anak
Kost-Kostan 69
Entotin Adnan Pak
Dirojok Bapak

Lubang Pembuangan Pejoy

25K 508 45
Por PBapak2

Sejak mengintip kegiatan coli bang Bisma malam itu, aku sedikit menjaga jarak darinya. Bukan karena apa, aku hanya tidak mau niatku untuk mengikis sikap binalku malah hancur gara-gara tergoda olehnya. Semalam, sehabis melihat dia mengurut kontolnya yang menurutku berukuran di atas rata-rata itu aku lanjut coli sampai keluar. Namun, selepas keluar ada sedikit perasaan sesal karena aku kalah lagi dari nafsuku.

"Nan!"

Aku terperangah mendengar suara bang Bisma memanggilku dari belakang. Padahal aku sudah berusaha sepelan mungkin untuk tidak menimbulkan suara langkah yang gaduh.

"Eh kenapa bang?"

Bang Bisma memicingkan matanya, dia menatapku curiga. "Lo beberapa hari ini jarang keliatan, sengaja jauhin gue? Lo masih marah perkara gue yang bilang malu gara-gara lo pake kemeja yang sama tiap hari?"

Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal. "B-bukan gitu bang, aku emang lagi sibuk soalnya ikut organisasi."

"Jangan bohong Nan, gue juga dulu pernah kuliah. Nggak ada tuh judulnya kuliah pergi subuh pulang lepas isya," ejek bang Bisma sarkas, kebohonganku memang kentara sekali.

Tanpa babibu, bang Bisma menarik diriku masuk ke kamarnya. "Ikut gue."

Di dalam kamar, dia menyuruhku duduk di pinggiran kasur. Dia menatapku dengan intens sampai membuatku malu ditatap seperti itu olehnya. "Gue minta maaf kalau ucapan gue malam itu bikin lo nggak enak hati, sumpah gue nggak punya maksud apa-apa."

Aku tidak tau harus berkata apa, kesalahannya yang itu sudah lama lupakan. Lagipula aku sadar kalau konteksnya bercanda. Bang Bisma pasti kaget kalau tau alasanku menjauhinya adalah karena dia yang menyebut namaku dikala coli.

"B-bukan karena itu kok bang."

Bang Bisma terlihat bingung, dia menautkat kedua alisnya yang tebal sampai menyambung. "Terus kenapa?"

"Emmm, sehabis pulang makan malam itu aku liat abang."

"Liat gue?"

Aku mengangguk, kemudian memberi kode dengan gesture orang sedang mengocok. Sadar, bang Bisma nampak sedikit terkejut. Wajahnya terlihat panik karena tau kegiatan ngocoknya tertangkap basah olehku.

"L-l-lo ngintip gue?"

Aku menggeleng kuat. "Mana ada! Aku cuma penasaran kenapa kok ada suara desah dari kamar abang, taunya ternyata aba-"

"Jangan bilang kalau lo liat gue sampai beres?" potong bang Bisma memotong ucapanku.

Kepalaku mengangguk naik turun, melihat itu bang Bisma nampak menggeplak jidatnya sendiri.

Suasana di kamar bang Bisma jadi dipenuhi kecanggungan. Baik aku maupun bang Bisma memilih diam satu sama lain, kami memikirkan apa yang ada di kepala masing-masing. Karena tidak tahan dengan suasana canggung ini, aku memilih hendak pamit.

"Aku ke kamar dulu ba-"

Tanganku ditarik supaya kembali duduk di kasur, kali ini aku bisa merasakan kedua tangan kekar bang Bisma menangkup pipiku. "Gue suka sama lo Nan."

Pipiku memerah karena perlakuan bang Bisma, matanya yang tajam mengunci pupil mataku supaya terus berhadapan dengan miliknya. "T-tapi bang."

Bang Bisma menghembuskan napasnya pelan. "Gue juga nggak tau Nan kenapa gue bisa gini, gue bukan homo tapi entah kenapa gua nggak bisa bohongin perasaan gue sendiri kalau gue suka dan sayang sama lo."

"Ba-bang, ak-"

Belum selesai aku bicara, permukaan bibir bang Bisma menempel di bibirku. Awalnya pelan, dia menciumku dengan amat sangat pelan meski bibirku hanya diam dan mengatup.

"Nan," ucap bang Bisma, tatapannya kini dipenuhi hasrat yang menggebu. Melihat itu, sesuatu dalam diriku juga ikut naik.

Tanpa kusadari justru sekarang akulah yang menciumnya, aku tidak dapat membendung keinginanku untuk bercinta. Kukalungkan lenganku di lehernya, bibir kami kembali bertemu. Kami berciuman dengan mesra, berpagutan dan saling menikmati bibir masing-masing.

Dengan sekali hentak bang Bisma membalik tubuhku. Sekarang ciuman kami menuntut dan kasar. Jujur bang Bisma adalah seorang pencium yang handal, aku kewelahan mengimbangi ciumannya di bibirku.

Tak sampai itu, melihat aku yang mulai tidak bisa menyaingi tempo yang dibuatnya. Bang Bisma menggigit bibir bawahku, membuat aku mendesah pelan.

"Ahhh..."

Bibirku terbuka, kesempatan itu bang Bisma gunakan untuk melilitkan lidahnya dengan lidaku. Di dalam sana lidah kami saling mengait dan berbagi saliva yang terasa manis di indera perasaku. Kami bahkan tidak segan dan jijik meneguk saliva kami yang bercampur akibat peraduan mulut.

Bang Bisma melepaskan ciuman antara kami, aku terengah-engah mencoba mengambil napas dengan dalam. Dapat kulihat bang Bism tersenyum manis padaku, dia kemudian mengecup seluruh area di wajahku dari mata, hidung, pipi, dahi dan berujung di bibir tipisku.

"Nan, abang sayang kamu."

Aku tidak membalas ucapan bang Bisma. Kutarik kepalanya supaya tenggelam di permukaan leherku. Rasanya begitu geli ketika kumis dan brewoknya bergesekan dengan kulit leherku yang halus. Bang Bisma juga tidak tinggal diam, dia meninggalkan jejak kepemilikannya di leherku. Aku mendesah hebat karena rasa yang dia berikan.

"Abanghhh, euhhh...."

Bang Bisma menanggalkan kaosku, dia juga melepas kaosnya sendiri memperlihatkan pahatan tubuhnya yang berotot padaku. Tatapan bang Bisma juga berubah lapar saat melihat tubuh setengah telanjangku.

"Kamu seksi sayang," ucap bang Bisma pelan.

Lepas itu, bang Bisma turun menciumi area sekitar dadaku. Dia menggigit kecil puting susuku yang berwarna merah muda dengan rakus bergantian. Tanganku menahan bahunya, rasanya seluruh tubuhku tengah merasakan nikmat sampai tanganku harus bertumpu pada bahu kekar bang Bisma.

"Banghhh, hahhh hahhh... Gantian," kataku, bang Bisma paham dan dia menjatuhkan tubuhnya di sampingku.

Aku mengambil kesempatan itu untuk menduduki tubuh bang Bisma. Kadung nafsu, aku mengangkat lengan bang Bisma supaya ketiaknya terlihat. Tanpa jiji, aku menjilati setiap bagian ketiak bang Bisma yang amat nikmat. Ketiaknya terasa sepat di lidahku tapi justru nagih untuk terus dinikmati.

Puas dengan ketiaknya, aku memperlakukan tubuh bang Bisma seperti dia memperlakukanku. Kuciumi dadanya yang bidang dan lebar, turun ke perutnya dan sampai di pusarnya.

Kuciumi lubang itu dengan amat nafsu, tak lupa kujilati bulu-bulu di area sekitar pusar bang Bisma yang menjalar sampai ke selangkangannya. Lidahku terus turun sampai kemudian tiba di area yang menggunung, kontol bang Bisma ngaceng sampai celananya membentuk tenda.

Mataku dan mata bang Bisma kemudian saling berhadapan. Bang Bisma mengangguk sambil tersenyum, tanda bahwa dia setuju dan memberiku izin untuk memuaskan kontolnya.

Tanpa pikir panjang, aku melorotkan celana pendek bang Bisma. Kontolnya begitu saja keluar dan menampar wajahku, ternyata bang Bisma tidak memakai celana dalam. Kontolnya begitu indah dihiasi urat-urat hijau menghiasi dinding batang kontolnya. Berbeda dengan beberapa kontol yang sudah aku nikmati belakangan ini, kontol bang Bisma berwarna lebih cerah dan kepalanya berwarna merah muda selaras dengan kulit bang Bisma yang memang putih.

Kujulurkan lidahku mencicipi area lubang kencing kontol bang Bisma yang mengeluarkan banyak precum. Bang Bisma memggeram saat lidahku menari di area tersebut.

"Hoghhh, kamu apain kontol abang Nan?" kata bang Bisma sambil mengintipku yang sedang memanjakan kontolnya. Sejak mulai bergumul tadi, bang Bisma berhenti menggunakan embel-embel gue-lo denganku.

Puas menghisap nektar dari sumbernya, aku kemudian menelusuri area batang kontol bang Bisma yang panjangnya hampir sama dengan milik bapak. Warna urat hijau begitu terlihat kontras dengan warna kontol bang Bisma, seakam menggodaku untuk cepat-cepat melahap daging yang sudah kaku ini.

Perlahan, mulutku melebar. Aku memasukan kontol bang Bisma ke mulutku dan berusaha menelannya sampai pangkal. Bang Bisa melolong karena usahaku berhasil. Panjang kontol bang Bisma sukses menyentuh kerongkonganku. Ini dikarenakan walau kontolnya panjang seperti milik bapak, tebal kontol bang Bisma tidak segemuk milik bapak jadi lebar mulutku masih bisa mengempot keseluruhan kontolnya sampai ke pangkal.

"Oughhh, anjinghhhh..."

Kukempotkan pipiku, lesung pipitku menyatu membentuk shape kontol bang Bisma. Bang Bisma kembali mendesah karena perlakuanku.

"Shhh.... Enak Nan empotan kamu, kamu suka kontol abang?"

"Hhmhmmmhhh..." gumamku karena sibuk menikmati kejantanan bang Bisma di dalam mulutku.

Karena kurasa mulutku sudah cukup beradaptasi dengan kontol bang Bisma, akupun memaju mundurkan kepalaku naik turun memberikan service terbaiku untuk penjantan anak 1 ini. Bang Bisma tak henti menggelinjang keenakan, dia bahkan kini memegang laju naik turun kepalaku dengan cara menjambak rambutku supaya terus naik turun memberinya kepuasan.

"Hoshhh.... Hahhhh.... Ahhhh...." seperti itulah bunyi desahan bang Bisma yang tertangkap oleh telingaku.

"Sukahhh, kamu sukan konthhol abanghuhh... huh?"

Aku mengangguk sambil masih asik menyepong kontol bang Bisma dengan telaten. "Shhhummm.... Kah.."

"Abang mau keluar Nan," kata bang Bisma memperingatkanku.

Aku tidak peduli, kulahap kontol itu kembali sampai ke pangkalnya. Kontol bang Bisma mengembang, rasanya mulutku sesak karena kontol yang sudah besar itu makin membesar.

"Arhhhh...."

Crot... Crot... Crot...

Bang Bisma menekan kepalaku seiring tembakan pejuh dari kontolnya. Dia memuncratkan isi kontolnya di keronkonganku. Meski rasanya ingin muntah, aku melepaskan kekangan mulutku dari kontol besar bang Bisma dan menelan semua sari pati kontol bang Bisma senagai pengganti makan malamku hari ini.

Belum cukup, setelah menelan semua pejuh bang Bisma aku membersihkan kontolnya dengan isapanku. Bang Bisma kegelian, katanya linu dan memintaku istirahat sebentar kalau mau melanjutkan untuk ronde berikutnya.

"Abang," kataku ketika melihat bang Bisma yang sedari tadi memperhatikan diriku yang masih saja betah menjilati kontolnya.

"Sini sayang," kata bang Bisma menepuk tangannya yang kosong supaya aku tidur bersandarkan lengan kekarnya.

Aku manut dan menjatuhkan tubuhku di sana. Bang Bisma langsung mengukungku masuk ke dalam pelukannya, dia mengarahkan kepalaku supaya diam di ceruk lehernya yang harum.

"Makasih ya Nan, abang sayang kamu," kata bang Bisma sambil sesekali mengecupi keningku. Entah, tapi rasa nyaman yang dia berikan padaku membuatku betah lama-lama menempel padanya.

Meski sedang mesra, tangaku masih saja nakal mengocok kontol bang Bisma yang perlahan kembali bangun.

"Kamu nakal ya?" ejek bang Bisma sambil menoel hidungku.

"Abang mau lagi?" tanyaku ketika melihat setitik gairah di kedua mata bang Bisma.

Pejantan itu mengangguk. "Mau."

"Tapi ada syaratnya," kataku seraya mengecup bibir bang Bisma.

"Apa sayang?"

"Aku pengen dimasukin, anal."

Bang Bisma melotot kaget. "Tapi abang belum pernah Nan."

"Aku juga belum pernah kok bang, lagian sama aja kayak memek. Sama-sama lubang pembuangan pejuh."

Bang Bisma terkekeh, dia baru saja melihat sisi lain dariku. Adnan yang binal. "Kamu kalau di ranjang aktif ya? Abang kira pendiem juga."

Aku tidak menggubris ucapannya, boolku sudah gatal minta dimasuki kontol. "Abang mau kan nge-anal aku? Lubang aku gatel pengen di masukin kontol abang."

Bang Bisma mengangguk, dia seperti terhipnotis oleh ucapanku. "Mau Nan."

"Abang ada kondom?" kataku bertanya meski tau pasti stok kondom bang Bisma banyak. Secara sebelumnya dia sering cerita kalau sange dia pasti menyewa lonte.

"Aduh, abis Nan. Abang beli dulu ya?"

Meski kecewa aku mengangguk, tak apa lah. Mending di undur sebentar dari pada jadi penyakit kalau aku harus memaksakan bareback. "Ya udah, tapi aku tunggu di sini aja ya bang? Sambil douching dulu biar bersih."

"Apa itu?"

"Bersihin dubur pake air biar nggak kotor. Jadi abang nanti leluasa rojok bool aku tanpa khawatir keluar ee."

Bang Bisma mengangguk, dia kemudian menciumiku lagi penuh rasa sayang. Hatiku sedikit merasa senang, ternyata dia bukan hanya menginginkan tubuhku. "Sayangnya abang sabar ya? Abang beli dulu kondomnya."

Singkatnya bang Bisma pergi keluar hendak membeli kondom. Aku kemudian bersiap-siap masuk ke kamar mandi untuk membersihkan boolku. Namun, ponselku berdering ketika sebuah nomor tak dikenal melakukan panggilan padaku, akupun mengangkatnya karena takutnya penting.

"Halo, maaf ini siapa ya?"

"Nan, ini bapak."

Deg...

"Bapak? Ke-kenapa bapak telpon Adnan pake nomor orang?"

"Karena kamu blokir nomor bapak."

"Bapak di depan kosanmu, kamu di mana?"

Mataku melotot, dari mana bapak tau kostanku? Memastikan, akupun mengintip dari kamar bang Bisma. Ya ampun benar saja! Bapak sedang berada di depan kamarku, dia terlihat tengah berdiri menghadap ke depan masih dengan seragam satpamnnya, gagah sekali.

"Nan, keluar dari kamar kamu. Bapak tau kamu di dalam, atau kamu mau bapak dobrak pintunya?"

Sial, sial, sial! Apa kata bapak nanti kalau melihat wujuduku yang acak kadut begini. Aku merutuki bang Bisma yang membuat banyak sekali tanda di leherku.

***

Next lagi nggak? Mumpung masih mood nulis hehehe...

Continuar a ler

Também vai Gostar

3.6M 153K 61
The story of Abeer Singh Rathore and Chandni Sharma continue.............. when Destiny bond two strangers in holy bond accidentally ❣️ Cover credit...
487K 38.4K 32
"Why the fuck you let him touch you!!!"he growled while punching the wall behind me 'I am so scared right now what if he hit me like my father did to...
737K 40.6K 56
𝐒𝐜𝐞𝐧𝐭 𝐨𝐟 𝐋𝐨𝐯𝐞〢𝐁𝐲 𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐭𝐡𝐞 𝐬𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 〈𝐛𝐨𝐨𝐤 1〉 𝑶𝒑𝒑𝒐𝒔𝒊𝒕𝒆𝒔 𝒂𝒓𝒆 𝒇𝒂𝒕𝒆𝒅 𝒕𝒐 𝒂𝒕𝒕𝒓𝒂𝒄𝒕 ✰|| 𝑺𝒕𝒆𝒍𝒍𝒂 𝑴�...
658K 55.2K 33
"Excuse me!! How dare you to talk to me like this?? Do you know who I am?" He roared at Vanika in loud voice pointing his index finger towards her. "...