Susu Kental Bapak

By PBapak2

347K 6K 395

Adnan adalah seorang botita manjakani yang secara kurang ajar sampai berani jatuh hati pada pria dewasa bertu... More

Sempak Bekas Pakai
Bikin Dede
Rudal Satpam
Inceu Si Penggoda
Es Krim Coklat
Lengket Tapi Enak
Bapak - Anak
Kost-Kostan 69
Lubang Pembuangan Pejoy
Entotin Adnan Pak
Dirojok Bapak

Cairan Kenikmatan

27.2K 511 20
By PBapak2

Aku mengendarai motorku kembali ke pabrik. Biar saja baju ganti bapak nanti kutitipkan ke om Sapto, rasanya boro-boro ikut nafsu mendengar persenggamaan bapak dengan si janda Inceu itu. Bukannya terangsang aku malah sakit hati.

Saat sudah sampai pabrik aku memarkirkan motorku. Tatapanku tertuju pada sebuah motor yang sangat familiar. Itu motor bapak, bukannya bapak tadi masih asik ngentot dengan jalang itu?

"Nan!"

Aku menoleh, suara serak seksi itu adalah milik bapak.

"Bapak?" kataku bingung, kenapa dia ada di sini?

"Kamu ini, bapak tunggu dari tadi kok malah ngilang," pungkas bapak, dia masih setengah telanjang dan badannya nampak sudah bersih seperti sehabis mandi. Tidak ada tanda-tanda kelelahan setelah bercinta, wajahnya nampak masih sangat segar.

Mataku memicing, ada ekspresi tidak suka kutunjukan pada bapak karena kejadian tadi. "Adnan tuh udah nyusulin bapak ke sana, eh bapaknya malah main enak."

Bapak mengernyit tidak mengerti dengan ucapanku. "Maksudnya?"

Aku memutar bola mataku kesal. "Pura-pura polos lagi."

"Apa sih Nan? Bapak nggak ngerti, kamu tadi ke sana kok bapak nggak liat?"

"Ya iyalah orang bapak asik berduaan."

Bapak menggeplak keningnya sendiri, dia nampak tertawa. "Nan, Nan. Bapak tadi ke sana itu cuma ikut mandi, itupun nggak jadi karena nggak ada air. Jadinya bapak mandi di mess karyawan."

"Tapi tadi Adnan liat motor bapak masih di sana," kilahku, pasti dia berbohong.

"Motor? Orang bapak ke sana tadi jalan kaki kok, tanya aja si Sapto. Kamu pikir yang punya motor kayak bapak itu cuma bapak seorang? Adnan, Adnan..."

Aku bingung, jadi tadi siapa yang merojok liang memek si Inceu? Atau jangan-jangan dia colmek dengan terong atau timun sambil membayangkan di entot bapak? Sialan, aku tertipu. Pantas saja aku tidak mendengar suara bapak menggeram dan mendesah sedikitpun, kan jadi malu sekarang. Mana tadi aku lupa bayar makan pula, haduh.

Aku menyodorkan keresek berisi baju bersih pada bapak. "Ini baju ganti buat bapak. Terus kata ibu baju kotornya masukin ke sini biar langsung dicuci."

Bapak mengambilnya, dia menyuruhku untuk mengekorinya dari belakang. Aku masih malu karena sudah salah sangka dengan bapak, rasanya mau menghilang saja.

Beruntung dia tidak marah, sejak lulus SMA aku merasa bapak jadi sedikit melunak terhadapku. Padahal dulu beliau sangat tegas dan tidak segan untuk meninggikan suaranya kalau aku berbuat salah. Makanya aku merasa sedikut kekurangan sosok seorang bapak darinya, karena bapak bukan tipe-tipe orangtua pemanja meskipun aku adalah anak satu-satunya. Tapi justru sikapnya yang tegas itulah yang membuatku menyukai bapak, aura kejantanannya mencuat kalau  bapak bersikap demikian.

"Ini, bilang sama ibu kalau baju kotornya udah bapak cuci, tinggal dijemur aja," ucap bapak setelah memakai baju bersih yang tadi kuberikan dan memasukkan baju kotor yang nampak basah karena sudah dia cuci.

Mataku menatap kecewa, gagal deh mencicipi bau ketika dan kontol bapak yang tertempel di baju dan celana dalamnya.

Bapak menafsirkan lain pandanganku padanya. "Nan, bapak itu cinta mati sama ibu kamu. Jadi jangan pikir aneh-aneh soal bapak, jangankan ngelakuin sama perempuan lain Nan, kepikiran aja bapak nggak pernah."

Aku tersenyum kecut, tak apalah gagal menikmati kaos dan celana dalam bekas pakai bapak. Lagipula sebagai gantinya aku sudah dapat mencicipi kontol perdana dalam hidupku, yaitu kontol berkulup milik om Sapto. Sesekali mataku menatap jail ke arah om Sapto yang terlihat gelagapan.

"Pak tadi om Sapt-"

"Adnan!"

Aku terkekeh, saat om Sapto meneriaki namaku. Bapak sendiri menautkan alisnya bingung, dia tidak paham maksud perkataanku. "Tadi om Sapto kasih hadiah ke Adnan, baik banget ya pak?"

Bapak beralih menatap om Sapto. "Makasih To," kata bapak tanpa tau kalau hadiah itu adalah kontol.

Om Sapto mengangguk dan pergi, dia mati gaya. "Saya ke toilet dulu Pak."

Akupun kini menatap bapak. "Bapak kapan mau kasih hadiah ke Adnan? Katanya janji mau kasih hadiah karena Adnan keterima kuliah di PTN."

Bapak menggaruk tengkuknya. "Sabar ya Nan, lagi proses."

Aku tertawa diikuti oleh bapak, rasanya senang sekali bisa sedekat ini dengan bapak. Andaikan bapak tau kalau hadiah yang kumau itu adalah kontolnya, apa dia akan memberikannya padaku?

"Kalau gitu Adnan pulang dulu ya pak?"

Bapak nampak berpikir, dia kemudian menahan tanganku. "Kamu temenin bapak di sini ya Nan? Nanti pulangnya bareng bapak aja, soalnya motor bapak mogok makanya tadi ke warung si Inceu bapak jalan kaki."

Aku mengangguk senang, lagipula aku masih betah mengobrol dengan bapak. Jarang sekali kami bisa terlibat pembicaraan lama seperti tadi, biasanya kalau di rumah bapak hanya bertanya perihal sekolah, sekolah dan sekolah. Bagi bapak sekolahku adalah prioritas, dia tidak mau aku berakhir seperti dia. Pastinya semua orangtua di dunia ini mau anaknya mempunyai kehidupan lebih baik dari mereka bukan?

"Ya udah Adnan temenin, tapi om Sapto gimana?"

"Nanti si Sapto bapak suruh jaga pos belakang aja sama si Anwar," ucap bapak membuatku mengangguk.

Yes! Berduaan sama bapak.

Kami berdua sama-sama terduduk di luar pos. Karena hujan mulai turun dan pabrik juga mulai sepi karena kebanyakan karyawan sudah sibuk bekerja di dalam ruangan. Bapak menyuruhku untuk tidur saja di bilik kamar di mana aku mengoral kontol om Sapto tadi.

"Tidur aja Nan, masih lama," kata bapak ketika melihat aku yang terlihat ngantuk.

Aku menggeleng. "Kalau Adnan tidur, bapak juga."

"Bapak kan kerja Nan."

"Kosong pak, lagian kalau cuma bukain gerbang kam bisa nanti pas ada suara klakson."

Akhirnya bapak mengangguk. "Ya udah kamu masuk duluan, nanti bapak nyusul mau kencing dulu."

Hihihi, bakal nemu kontol lagi nih.

Setelah mengatakan itu dalam hati, aku bergegas masul ke bilik kamar yang ada di dalam pos satpam. Tak lama, bapak ikut masuk dengan wajah terlihat menahan kantuk.

"Bapak ngantuk?"

"Iya Nan, semalem bapak sama ibu- eh maksudnya semalem bapak sama ibu main catur sampe subuh."

Aku tertawa, aku tau kalau bapak dan ibu ngentot semalam suntuk kemarin. Bapak pasti kelelahan ditambah dia baru saja bermain badminton di gor.

"Main catur atau main kuda-kudaan pak?" godaku tak tau malu.

"Hush!" kata bapak menjewer telingaku.

"Aw-aw pak lepasin, sakit kuping Adnan."

Bapak melepasnya. "Mulutnya dijaga."

"Adnan udah gede pak," kataku sebal, walau meringis hatiku rasanya menghangat karena bisa sedekat ini dengan bapaku.

Bapak tersenyum, dia terlihat menahan haru. "Nggak kerasa ya Nan, kamu udah segede gini aja. Bapak jadi inget waktu ibu lahirin kamu, berasa baru kemarin."

Aku jenaka menanggapi ucapan bapak. "Kemarin apanya pak, orang udah segede gini. Udah bisa bikin dedek kayak bapak dan ibu."

Bapak mengelus kepalaku pelan dan penuh kasih sayang. "Bapak sayang sama Adnan, maaf ya kalau selama ini bapak belum bisa jadi orangtua yang baik buat kamu."

Aku memeluk bapak dan dia balas memelukku, nyaman sekali. Perbedaan tubuh kami membuat kegiatan pelukan kami ini terlihat seperti seorang manusia tengah memeluk boneka kesayangannya.

Bapak terkekeh kali ini dia tidak menjewerku. "Tunggu ya Nan, bapak sama ibu lagi usaha buat adik buat kamu."

Terlintas sebuah ide di otak kotorku, patut dicoba siapa tahu aku bisa mencicipi kontol bapak. "Bapak tau nggak katanya ada gaya-gaya seks tertentu yang bisa menstimulasi kehamilan?"

Bapak mengernyit. "Beneran Nan?"

Umpanku dimakan.

"Iya pak, mau tau?"

"Memangnya gimana?"

Selamat Adnan, tinggal selangkah lagi.

Aku menyelamati diriku sendiri dalam hati, akhirnya kontol bapak bisa kucicipi sebentar lagi.

"Sebenrar pak, Adnan cari video-nya dulu," kataku sambil mencari video ngentot straight yang kusimpan di ponselku.

"Kamu koleksi beginian?" tanya bapak.

"Adnan udah gede pak," lagi-lagi aku menjawan seperti itu dan bapak hanya mengangguk kecil.

"Nih yang ini pak," alibiku, padahal gaya seperti itu tidak mempengaruhi probabilitas kehamilan.

Bapak melihat dengan seksama, di video itu terlihat si pria tengah menunggangi si wanita dengan posisi mengangkang ke atas, sedangkan si pria menggenjotnya dengan posisi beridiri. Bapak terlihat menaik turunkan jakunnya yang membuatnya makin terlihat jantan.

"Gaya ini mah bapak sering lakuin sama ibu Nan," terang bapak tanpa malu lagi. Aku yang mendengarnya membayangkan hal itu, bagaimana ibu yang tubuhnya mirip denganku menahan besar tubuh bapak yang mengentotinya dengan posisi seperti itu?

"M-masa sih pak?"

Bapak mengangguk, dia fokus menonton bokep yang aku hidangkan. Sepertinya aku berhasil, kontol bapak nampak mengambang dari balik celananya.

"Bapak ngaceng?" kataku memancing lebih jauh.

"Kamu sih pake liatin yang beginian," balas bapak kesal.

Aku berkilah. "Kan tadi bapak yang nanya gayanya gimana."

"Bapak jadi ngaceng nganggur kan gara-gara kamu," ucap bapak menutupi area selangkangannya.

"Coli aja kali pak, kayak sama siapa aja," kataku frontal, aku tidak peduli lagi kalau bapak marah. Libidoku sudah diujung kepala, setidaknya aku ingin melihat bapak coli di depanku.

Wajah bapak nampak merah. "Malu Nan."

"Adnan bantuin keluarin dari celana ya?"

Bapak hanya diam, sikapnya itu membuatku nekat membuka zipper celana bahan yang dia pakai. Saat terbuka, mataku menatap lapar ke arah sebuah gundukan kontol yang menggunung, besar sekali!

"Mau dikeluarin nggak pak kontolnya?" tanyaku sembari mengelus permukaan celana dalam yang dipakai oleh bapak.

Bapak mengangguk pelan, aku bisa mendengarnya mendesis keenakan karena sentuhan tanganku di celana dalamnya.

"Dibuka ya pak?" kataku perlahan menurunkan celana dalam bapak yang menutupi daging tebal dibaliknya.

Saat celana dalam bapak terbuka mataku terpukau, indah sekali. Selama ini aku salah mengukur, kontol bapak jauh lebih besar dari perkiraanku saat melihat bapak dan ibu ngentot kemarin malam. Benda pusaka bapak tempat di mana aku berasal itu dikerumuni bulu-bulu yang rindang sedari pusar sampai ke selangkangannya. V shape tubuh bapak nampak sangat indah. Kalian tau? Setelah kuperkirakan dari dekat, ternyata kontol bapak berukuran sekitar 20 cm, tebalnya mungkin hampir 5 cm! Gila, hampir setebal tanganku. Kontol bapak dihiasi urat-urat yang memperindah bentuk batang kontol bapak, sedangkan kepala kontolnya berwarna merah kegelapan dan mengkilap dengan pola sunat sempurna yang memperindah beda pusaka milik bapak, di area lubang pipis kontol bapak menetes precum yang menandakan kalau bapak sedang sange.

"Adnan kocokin ya pak?"

Tanpa persetujuan bapak, aku mengocok kontol raksasa itu dengan lembut. Satu genggaman tanganku hampir tidak cukup untuk mengocok kontol bapak, sehingga aku mengocoknya menggunakan kedua tanganku supaya tidak pegal.

Bapak mendesah nikmat, dia menggigit bibir bawahnya yang seksi. Perlahan tempo kocokanku kupercepat, bersamaan dengan itu bapak terus mengerang nikmat dan menyuruhku makin mempercepat kocokanku.

Selang 15 menit, aku merasakan kontol bapak mengembang. "Bapak mau crot?"

"Euhh... Iya Nan, sedikit lagi sampai," kata bapak sambil mencoba mempertahankan kesadarannya.

Aku berhenti. "Sebentar pak, Adnan ambil sesuatu dulu di motor."

Aku bergegas ke parkiran dan membuka jok motoku mencari benda yang selama hidupku tak pernah kupakai. Benda ini adalah hadiah yang kudapat saat mengikuti seminar tentang bahaya free sex.

"Maaf ya pak," kataku saat ini duduk dipangkuan bapak.

"Hmnnhh..."

Pelan, aku membungkus kontol hitam berurat itu dengan kondom berwarna merah. Kondom itu nampak tidak mampu menyelimuti keseluruhan batang kontol bapak, kontol bapak juga seperti dijepit karena kondom itu terlalu sempit.

"Nan, jangan pakai kondom. Sakit punya bapak," kata bapak, tapi aku tak menghiraukan kemauannya. Tujuanku memakai kondom supaya bisa menampung pejuh bapak.

Dengan cekatan aku kembali mengocok kontol bapak dengan tempo cepat. Bapak kubuat mendesah, menggeram, menggerutu karena kocokanku.

"Ahhh... Nan, Ahhh... Bapak keluar..."

Bersamaan dengan itu kontol bapak kembali menngembang dan...

Crot... Crot... Crot...

Getaran dikantung kontol bapak membuatku tau berapa kali bapak menembakan pejuhnya di dalam kondom merah yang menyelimuti sebagian kontolnya itu. Bapak crot sampai 13 kali! Gila, pejuhnya begitu banyak.

"Hahh.... Hahhh..." erang bapak karena cairan kenikmatannya baru saja kuperas.

Kulepas kondom merah itu dari kontol bapak. Sebisa mungkin aku membuat supaya tidak ada setetes sperma yang jatuh sia-sia. Bagiku, saat ini cairan putih ini jauh lebih berharga dari emas.

"Adnan buang dulu kondomnya ya pak?" kataku yang dibalas anggukan lesu oleh bapak.

Buang? Enak saja! Tentu tidak. Aku mencari toilet untuk segera menikmati pejuh pekat milik bapak, benih calon saudaraku ini akan segera kunikmati.

Sampai ditoilet, aku mengunci pintunya rapat-rapat. Kutanggalkan celanaku sendiri, ujung jari tengahku mengobok boolku dengan liar.

Sambil melakukan itu, aku mengguyurkan sebagian pejuh bapak untuk kuminum. Cairan putih itu saat ini bersarang dimulutku, aku menelannya sampai habis. Beda dengan milik om Sapto, pejuh bapak terasa sangar enak di lidah. Mungkin karena faktor bapak sering olahraga.

Bapakhhh....

Sisa sisa pejuh di bibirku kujilati sampai ludes. Sedangkan sebagian pejuh yang masih tergenang di kondom merah itu kubalurkan ke tanganku. Perlahan, pejuh-pejuh itu melesak masuk ke dalam anusku, benih bapak tertanam di dalam tubuhku sekarang. Sambil merojok lubang boolku dengan jari berlumur pejuh bapak, kondom merah tadi masuk ke dalam mulutku, aku seakan tidak rela walau sebercak pejuh bapak terbuang, dengan binal lidahku menari menghisap sisa-sisa pejuh di kondom itu. Saking sangenya, tanpa kusentuh kontolku mengeluarkan cairan kenikmatannya.

"Emnghhhhh... Bapakhhhh..."

Crot...Crot... Crot...

***

Hehehe... Suka? Lanjut nggak? Penasaran kan gimana nanti Adnan sama bapaknya ngentot? Khusus untuk part selanjutnya baru akan up kalau vote sudah membludak ya 😂❤




Continue Reading

You'll Also Like

491K 39K 32
"Why the fuck you let him touch you!!!"he growled while punching the wall behind me 'I am so scared right now what if he hit me like my father did to...
1.9M 104K 89
Daksh singh chauhan - the crowned prince and future king of Jodhpur is a multi billionaire and the CEO of Ratore group. He is highly honored and resp...
739K 40.7K 56
π’πœπžπ§π­ 𝐨𝐟 π‹π¨π―πžγ€’ππ² π₯𝐨𝐯𝐞 𝐭𝐑𝐞 𝐬𝐞𝐫𝐒𝐞𝐬 γ€ˆπ›π¨π¨π€ 1〉 π‘Άπ’‘π’‘π’π’”π’Šπ’•π’†π’” 𝒂𝒓𝒆 𝒇𝒂𝒕𝒆𝒅 𝒕𝒐 𝒂𝒕𝒕𝒓𝒂𝒄𝒕 ✰|| 𝑺𝒕𝒆𝒍𝒍𝒂 𝑴�...
3.4M 218K 93
What will happen when an innocent girl gets trapped in the clutches of a devil mafia? This is the story of Rishabh and Anokhi. Anokhi's life is as...