ᴇʟᴇᴜᴛʜᴇʀᴏᴍᴀɴɪᴀ [M] ✓

By proudofjjkabs

56.8K 5.9K 1K

[EBOOK BISA DIBELI KAPAN SAJA] Son Jiyeon berada di antara dua perasaan yang saling mengekangnya. Antara bers... More

bagian satu
bagian dua
bagian tiga
bagian empat
bagian lima
bagian enam
bagian tujuh
bagian delapan
bagian sembilan
bagian sepuluh
bagian sebelas
bagian dua belas
bagian tiga belas
bagian empat belas
Eleutheromania e-book ver is coming!
SPOILER ALERT!

bagian lima belas

1.2K 141 27
By proudofjjkabs

Masih rame ga, nih?

***

Esensi Jungkook yang memberikannya gelimangan romansa tetapi sekaligus membuatnya nelangsa. Mereka saling tak bersapa kendati rasa rindu luar biasa menyapa daksa. Jungkook yang memantik api lalu berperan menjadi air untuk memadamkannya memang sudah awam terjadi. Tapi untuk frasanya yang lampau, Jiyeon mustahil dengan mudah mengubur ingatannya.

Pagi itu, Jiyeon terbangun dari tidur. Manik cokelat terangnya memancarkan binar seperti biasa tapi uniknya tidak ada kegetiran disana. Tubuhnya hanya diam dibiarkan terlentang dengan pandangan menyorot ke atas pagu kamar yang berpoleskan cat putih tulang.

Hembusan dari napasnya berbaur dengan udara pagi hari yang menyegarkan. Bunyi cicitan para burung terdengar berdengung dan melengking secara bersamaan lantaran mereka akan berpetualang menelusuri hamparan semesta. Sahut-sahutan dari deru mesin mobil karena ia tinggal di pertengahan kota juga tidak luput menyapa.

Erangan kecilnya mengudara sembari meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Tidak ada waktu untuk merenungkan sikap Jungkook yang mendadak mengacuhkannya. Jiyeon harus berusaha untuk apatis pula disaat pria itu juga demikian. Konteksnya bukan Jiyeon yang menjadi biang.

Tiga hari sudah terlewati dengan cepat setelah perdebatan sengit itu lahir. Selama itu, Jiyeon tidak ingin saling sapa dengan kekasihnya pun bertatap muka. Ia berpikir jika Jungkook akan mati-matian berjuang membujuknya, namun semua hanyalah bentuk dari fatamorgana dan ekspektasi yang ia ciptakan dalam kepalanya sendiri.

Realita yang terjadi saat ini begitu bertentangan. Kendati Jiyeon sulit menepis perasaan rindu yang bersarang, tapi tak dapat dipungkiri egonya berkehendak untuk terus bungkam hingga Jungkook yang datang.

Perempuan Son itu lekas duduk di bibir ranjang demi mengembalikan seperempat nyawanya yang belum terkumpul. Lalu ia meraih gelas yang berisikan setengah air putih dan menenggaknya sampai tandas mengaliri kerongkongan yang tandus.

Dirasa peperangan batinnya sudah berakhir, Jiyeon mulai beranjak untuk membersihkan diri. Sembari menggosok gigi Jiyeon lupa memeriksa satu hal yang menjadi rutinitas paginya. Lekas perempuan Son itu masuk ke dalam kamar lagi, dengan tangan lainnya yang bebas Jiyeon memeriksa isi ponselnya.

Setidaknya ada setitik asa yang ia lantunkan. Digosoknya giginya dengan mata yang tidak kendur dari layar ponsel yang menyala. Tidak ada satupun kabar dari sang dominan. Ini sudah kelewat eksentrik dan keterlaluan. Padahal Jungkook adalah pihak yang menyakiti, tetapi kenapa pria itu disini seperti pihak yang merasa disakiti.

Gerakan tangannya yang awal mula cepat menjadi melemah, ia berhenti menggosok gigi dan membiarkan sikat gigi itu bertengger di dalam mulutnya.

Sial. Perasaan ganjal berhasil melesat begitu cepat setelah fakta mengerikan ini terus berlangsung.

Ketukan pintu dari luar membuatnya terperanjat pelan. Jiyeon lantas melemparkan ponselnya ke atas ranjang lalu menoleh pada sumber suara. Mengeluarkan sikat giginya dan membawanya ke dalam genggaman tangan kirinya.

"Ji! Saatnya sarapan!"

Suara berat itu datang dari pangkal tenggorokan ayahnya. Jiyeon hanya membisu, tapi pandangannya tak putus dari permukaan daun pintu kamar yang masih terkatup.

Ia tidak pernah mengunci sekalipun pintu di depan sana, sebab ia sudah melarang keras baik Ayah ataupun Ibunya masuk tanpa seizinnya kendati pintu itu terbuka lebar sekalipun. Perintah Jiyeon adalah mutlak untuk mereka sebab keduanya sadar bahwa sifat keras Jiyeon datang perlahan karena pengaruh lingkungan keluarga mereka yang jauh dari kata harmonis.

"Aku bisa sarapan nanti diluar," adalah balasan Jiyeon yang mengudara dengan tone datar miliknya seperti biasa jika merespons ucapan mereka.

Tidak ada komentar apapun lagi yang ia dengar, mungkin sang ayah sudah angkat kaki dari rumah karena pekerjaan dan seseorang yang menunggu belaian. Siapa lagi jika bukan sekretaris sekaligus kekasihnya yang menjadi prioritas?

Jiyeon lantas mendengus, melengoskan wajah dan masuk kembali ke kamar mandi untuk melanjutkan kegiatannya membersihkan diri. Pagi yang suram seperti biasa. Dan sang ibu yang lagi-lagi tidak ada dirumah.

Ah, bolehkah Jiyeon berharap sesekali bahwa penghujung hidupnya bisa datang dengan cepat?

***

Jiyeon memutuskan untuk menjemput Seulhee dan meminta sang sahabat menemaninya sarapan pagi. Terbukti lantaran pagi ini Jiyeon menunggu presensinya di dalam mobil sembari merias wajah dengan tipis. Menaburkan bedak dan memolesnya ke permukaan wajah, memakai lipstick lalu kemudian meratakannya, terakhir ia mengambil sisir di bangku penumpang bagian belakang setelah susah payah menemukan benda itu dan mulai menyisir setiap helai rambutnya yang tidak sempat ia benahi dirumah.

Ekor mata Jiyeon melirik Seulhee yang baru saja keluar dari gedung apartemen, pun sembari menunggu perempuan Ahn itu tiba Jiyeon menyemprotkan parfum ke beberapa bagian tubuhnya dan mulai mempersiapkan diri di depan kemudi.

"Hi!" Seulhee menyapa diiringi senyum seperti biasa yang lekas dibalas Jiyeon. Ia kemudian masuk dan duduk di samping kursi kemudi setelah melepaskan slingbag miliknya. "Jadi, kita akan makan dimana?"

Jiyeon mulai menyalakan deru mesin mobil, mengeluarkannya dari parkiran dan lekas membelah jalanan Seoul yang hilir-mudik dipenuhi kendaraan menuju tempat tujuan masing-masing.

Ia menarik napas dalam, berkata, "Di restoran dekat dengan kantor Jungkook."

"What?!" Kerutan berhasil hadir di dahi Seulhee. Dengan senyum miring yang terpatri, ia menimpali sembari menoleh pada lawan bicaranya, "Kau ingin memata-matainya?"

"Bukan memata-matai, lebih tepatnya aku hanya ingin makan disana dan kebetulan bisa memantau Jungkook, 'kan?"

"Pfft!" Sontak Seulhee menahan gelitikan yang berputar dalam perutnya. Tak ingin membuat Jiyeon tersinggung dengan meledakkan tawa. Lantas Seulhee menunduk sebentar seraya merapihkan poninya dengan jemari dan menimpal, "Apa dia dungu dalam mengetahui pergerakan Jung Yumi yang jelas-jelas menyukainya? Itu terang-terangan sekali, dan semua orang bisa membacanya. Atau jangan-jangan dia berusaha untuk tidak peduli sekalipun dia menyadarinya?"

Sepasang iris Jiyeon tetap berusaha fokus walau sesekali ia akan menempatkan diri untuk menatap Seulhee sebentar.

"Aku tidak tau," jawabnya. Jiyeon menambahkan, "Lagipula aku pernah bilang padanya kalau Yumi terlihat menyukainya, dan kau tau 'kan apa jawabannya?"

Satu sudut bibir Seulhee naik kala menyahut, "Ya, dia bilang 'itu mustahil,' sambil mendengus dan terkekeh pelan layaknya ucapanmu itu adalah bualan. Kau sudah pernah cerita soalnya."

Pun Jiyeon mengembangkan senyum miris miliknya. "Maka tidak perlu berungkap apapun lagi, dan—kenapa kita tiba-tiba membahas perempuan ular itu?"

Seulhee melipat kedua lengannya, lalu menuangkan argumen yang ia pendam, "Bisa saja penyebab Jungkook acuh sampai berhari-hari begini karena dia?" Sepenuhnya ia menoleh pada Jiyeon. "Kita tidak bisa memungkiri pikiran itu datang, 'kan?"

Benar. Untuk kalimat yang satu itu Jiyeon diam-diam membenarkan. Rasa takut jika ucapan dari Seulhee itu terjadi sudah mengerubungi sedari kemarin sebetulnya tapi Jiyeon tidak berani mengungkapkan.

Ia hanya menelan ludah susah payah tanpa menukas apapun lagi. Sebab, Jiyeon ingin menyingkirkan asumsi-asumsi buruk yang menyapa benak. Alangkah baik jika ia tidak menciptakan spekulasi-spekulasi negatif terlebih dahulu jika ingin memperbaiki hubungan mereka yang mengendur.

***

Berbagai alasan Jiyeon coba bangun dalam pikirannya saat menemukan presensi Jungkook sedang makan bersama di dalam restoran mewah yang menjadi tempat tujuannya dengan Seulhee. Restoran itu hanya dilapisi pembatas kaca bening yang menjadi dindingnya.

Dari tempat ia masuk ke dalam halaman parkiran mobil, Jiyeon tidak bisa menutupi pandangannya untuk terpusat ke arah mereka berdua yang tampak santai.

Walau Jungkook terlihat acuh disana, tapi lihatlah figur Yumi yang mencari-cari celah untuk mendapatkan perhatian prianya. Sial. Tangan Jiyeon dengan kuat meremat setiran mobil disertai geliginya yang menggerit. Mesin mobilnya sudah mati sedari beberapa sekon lalu mereka sampai, niatnya ingin memarkirkan mobil harus urung seketika saat pemandangan menyayat hati itu membuatnya tergelonjak.

Pun Seulhee ikut geram. Lantas menepuk lengan Jiyeon yang tercenung dengan tatapan yang memaku ke arah pusat yang menjadi perhatian mereka.

"Datangi sana! Dan usir jalang itu!"

Jiyeon hanya diam. Lalu irisnya bergerak kembali untuk menatap postur tubuh Jungkook yang duduk disana sembari menyuap dan satu tangannya yang lain sibuk dengan ponsel—tampaknya urusan pekerjaan atau—

Kendati prianya teramat jelas apatis dengan kehadiran Yumi yang berupaya menarik perhatian lewat gerak-geriknya, Jiyeon tidak dapat memungkiri rasa cemburu itu tetap ada.

Lantas setelah menarik keputusan dengan cepat, Jiyeon menyalakan deru mesin mobil. Sontak membuat Seulhee menoleh frustasi.

"Apa yang kau lakukan?" tanyanya rendah. "Kau berniat untuk—"

"Kita cari tempat makan lain."

"A-apa?!" Maka, Seulhee tidak perlu menahan aksn suaranya menjadi terpekik. "Kau gila, Ji?! Kau akan membiarkan mereka berdua begitu saja?! Padahal kita hanya sejengkal berada di depan mata keduanya, ini saatnya kau beraksi dan—"

"Itu hanya membuang-buang waktu, Ahn Seulhee," sela Jiyeon cepat. Ia menoleh menghadap sumber suara bertepatan saat mesin mobil sudah menyala. "Tidak ada gunanya jika kita menghampiri mereka disana. Kita biarkan saja," tukasnya setenang permukaan air danau.

Cara pandang Jiyeon yang tidak habis pikir membuat Seulhee hanya menghela napas kasar. Duduknya yang tegap berubah merosot dan ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi mobil. Matanya terpaku menatap dua insan yang sekarang terlihat sedang berbincang dengan lagak Yumi yang jauh lebih aktif.

Tentu. Tentu saja. Sebab itu adalah keinginannya.

Saat mereka terdiam dengan Jiyeon yang berusaha memundurkan mobilnya, tatapan mata itu seperti menyadari bahwa ia sedang diawasi. Pun Jungkook berhasil melakukan kontak lensa dengan Jiyeon yang total terhenyak hebat. Degup jantungnya berpacu diluar kendali kala pria itu beranjak dari duduknya. Disusul dengan Yumi yang turut menoleh setelah itu.

"Fuck!" desis Jiyeon.

"What the hell are you doing?! Hurry up, Jiyeon! Jangan biarkan dia menemuimu," sentak Seulhee yang panik.

Ia tergesa-gesa menggerakkan setir kemudi, tapi langkah kaki Jungkook lebih gesit dari biasanya. Pemuda Shin itu bahkan sudah di depan mobil mereka dan semua pergerakan Jiyeon spontan terhenti saat netranya dan sang kekasih bersirobok.

"Sial!" umpat Seulhee sambil memukul kaca mobil. Perempuan Jung itu menghela napas sebal dan menatap Jiyeon lewat lirikan tajam. "Aku tidak ingin terjebak dalam drama kalian," bisiknya.

Tanpa komando ide sinting melesat begitu cepat menusuk benak. Memaksa Jiyeon bergerak merogoh ponsel hingga tangannya sempat terpelinting tanpa sengaja. Lalu mendial nomor Taehyung dengan jemari yang bergetar. Dan tepat saat sambungan terhubung, Jungkook sudah mengetuk-ngetuk kaca mobilnya.

Jiyeon menyorot penuh teror, tapi ia tidak bisa mengelak dan menurunkan kaca mobil dengan berat hati sembari menunggu nada sambung di ponselnya yang tak kunjung berganti suara Taehyung di ujung sana.

"Ji?" Alis Jungkook naik dengan heran kala menjumpai presensi kekasihnya disini secara kebetulan bersama Ahn Seulhee. "Se—"

"Ah, halo, Tae?"

Jiyeon berusaha menghibur diri begitu melihat Jungkook total stagnan di sampingnya.

"Loh? Jiyeon?" Adalah Taehyung yang menyapa. "Tiba-tiba sekali menghubungi ku," ujarnya dengan gelak ringan. "Ada apa?"

"Ya, di tempat biasa kita makan sebelumnya. Aku 'kan sudah bilang untuk tunggu aku disana dan jangan makan lebih dulu."

Apa?

Jiyeon sadar bahwa ia berhasil membuat Taehyung dilanda kebingungan atas frasanya yang terujar. Pun Seulhee ikut berekspresi demikian. Ia tidak dapat membaca skenario apalagi yang akan sahabatnya ciptakan untuk mengurai situasi runyam yang menyesakkan pernapasan ini.

"Kau ini bilang apa?" Nada bicara Taehyung jelas berubah. Ia menanggapi, "Makan?"

"Baiklah, sampai ketemu di restoran tempat biasa kita makan sebelumnya, ya."

Panggilan ia tutup sepihak sembari menghembuskan respirasinya. Jiyeon mengulum bibir, menatap Jungkook dan Yumi secara bergantian, menggurat senyum tipis tak enak.

"Maaf, aku mengganggu acara kalian. Aku hanya tidak sengaja masuk kesini karena Taehyung salah menjelaskan alamat—"

"Taehyung?!" potong Jungkook. "Ada urusan apa kau dengannya?! Restoran tempat biasa? Makan?" Jungkook membuang muka setelah berkata begitu. Memainkan lidah di dalam mulut. "Kau ternyata menghabiskan hari-hari mu selama ini bersamanya?! Aku sengaja tidak menghubungimu karena membiarkanmu tenang terlebih dahulu, bukan untuk bersenang-senang bersama pemuda bajingan itu!" jelasnya.

Jiyeon menelan salivanya. Sekilas melirik Seulhee yang terlihat ingin menimpali tapi lekas Jiyeon menggenggam lengan sahabatnya.

Tidak. Jangan sampai Seulhee mengacaukan alur baru yang ia rangkai.

"Kenapa?" tanya Jiyeon. Pun ia mendengus sembari tertawa sumbang. "Kau juga sedang bersama Yumi sekarang 'kan, lantas kita impas."

"Impas?!" Kening Jungkook mengerut tidak terima. Kernyitannya membuat Jiyeon gatal ingin mengenyahkan diri disana. "Jiyeon, bukankah sudah kukatakan dia hanyalah sepu—"

"Maaf, aku memotong pembicaraan kalian," adalah Seulhee yang tiba-tiba mengudarakan aksara yang ia pendam. Senyumannya terbingkai dengan manis. Lalu ia menatap Jiyeon sekilas sebelum menghadap Jungkook, "Tapi, bisakah kalian membiarkan kami pergi? Taehyung baru saja mengirimkan ku pesan jika dia sudah lelah menunggu."

Ah, akhirnya Seulhee bisa berbaur dengan drama yang ia ciptakan.

Pun Jiyeon mengedip, mengangguk cepat menyetujui. "Maaf, Shin. Aku harus pergi. Sebaiknya kalian lanjutkan sarapan kalian sebelum makanannya jadi dingin," ujarnya.

Kaca mobil perlahan ia tutup lagi. Lambat laun Jiyeon mulai menghilang dari pandangan Jungkook yang terus terpusat menatap kendaraannya yang sudah mengecil dari penglihatan.

"Lihat saja dia," Seulhee bersuara dengan tatapannya yang terpaku ke belakang. Ia kemudian duduk menghadap ke depan setelah memastikan mereka sudah jauh. "Jungkook bahkan sama sekali tidak menghentikan mu."

"Justru itu bagus," jawab Jiyeon cepat. Dadanya bergemuruh menggaungkan konstelasi emosi. Kemudian berujar ditengah perasaan pahit yang menerpa, "Dan berani sekali dia memfitnah ku?! Mengatakan ku menghabiskan hari-hari ku sebelumnya dengan Choi Taehyung?! Bukankah dia gila?! Apa jangan-jangan sebaliknya?! Dia yang menghabiskan sisa waktunya tanpa ku dengan makan mesra bersama Jung Yumi!"

Seulhee menyadari bahwa Jiyeon sedang meluapkan perlahan-lahan kumpulan dari emosinya yang sudah tak terbendung lagi. Lantas ia hanya diam mendengarkan setiap tutur kata sang sahabat.

"Bisa-bisanya dia dan kalimatnya berdalih mengatakan mendiamiku karena ingin memberikan aku waktu untuk tenang," Jiyeon terkekeh hambar sebelum berdecih. "That's fucking bullshit!"

Manik cokelat terangnya agak bergetar menandakan substansi kerapuhan masih menggerogoti batinnya. Pun Seulhee ikut diserang perasaan iba dan kesal secara bersamaan atas skenario mengerikan lainnya yang datang menjadi bagian kehidupan Jiyeon.

"Ji ..." panggilnya pelan.

"Lupakan." Jiyeon memalingkan wajah dari Seulhee demi menyembunyikan genangan air mata yang akan tumpah ruah. Ia fokus lagi, menekan pedal gas untuk memacu laju mobil.

"Ini waktunya untuk bersenang-senang dengan Taehyung." []

-gookakoola
11 Juni 2022

Continue Reading

You'll Also Like

681 98 7
Kotak musik antik itu memberi kesempatan bagi Noh Yeonhee dan Son Heera merasakan yang namanya 'Euphoria'. ... Noh Yeonhee yang sisa hidupnya hanya t...
271K 22.3K 35
Completed✅ Saat ini aku telah mempunyai pekerjaan. Pekerjaan yang Sebenarnya cukup mudah dan sangat menguntungkan mengingat bayaran yang di tawarkan...
8.4K 1.9K 50
kisah suzy dan si hantu tampan penghuni kamar asrama yg dia tempati 🎭 "aku pikir perasaan sederhana ini adalah segalanya bagiku."~{Suzy} Genre : Hor...
44.8K 1.9K 5
Short love story Jungkook-Eunha (Eunkook) oneshoot. Tapi masih berkelanjutan.