Yes, you can hold my hand | J...

Por LiterallyAyi

112K 5.8K 78

[REVISI] [COMPLETE]✓ "Aku tidak bisa mengendalikan tubuhku" Jungkook mengerang di tengah-tengah ciuman mereka... Mais

N O T E
T R A I L E R
1. How It Started
2. Those Black Eyes
3. I Like Your Voice
4. You are Invited
5. Marking You as Mine
6. How Was I To Know
7. Just Me
8. Hwaiting!
9. You Look Beautiful
10. I Want You Still
11. Loving You Girl
12. We Fucked Up, Are We ?
13. Im Sorry Manager Sun
14. Sleepover
15. The In-between
16. I Miss Your Touch
17. Dont You Want Me ?
18. Yes, I am Yours - I
19. Yes, I am Yours - II
20. Layla First Single Album
22. Reckless
23. Wait For Me
24. Suga and Ari
25. When l Was Wrong
26. Flashback Elio
27. f*** All Night
28. F*** All Night II
29. The Word dont Mean a Thing
30. Rival ?
31. Hate Everything
32. You Are Mine I
33. You Are Mine II
34. Everlasting Ego
35. I Dont Feel Euphoria Now
36. After Break Up
37. Important lesson
38. She's Mine !
39. Sober or Drunk I
40. Sober or Drunk II
41. Pretty Little Thing
42. Under Promise
43. Jiyoon Side
44. Strawberry Lips & Wine Sips I
45. Strawberry Lips & Wine Sips II
46. The Deepest Pit of Hell.
47. He Gets Me
49. Jiyoon's Unexpected Request
50. Leaving a Kiss Mark
51. Solitude
52. You are the Star [S]
53. Taking My World
54. A Wish Come True
55. Tell Your Side of The Story
56. Someone Has Died
57. Get This Close
58. Those Sweet Lips
59. I Need Vitamin
60. The Best Gift
61. I Love You More [End]

48. Whenever They Fight

877 64 5
Por LiterallyAyi

Beberapa hari berikutnya, Layla dan Elio kembali mengerjakaan pekerjaan mereka. Meskipun gadis itu sudah mulai terbiasa dengan kehadirannya akhir-akhir ini, tetap saja setiap kali mereka harus terlibat dalam pembicaraan panjang, Layla akan membuang pandangan agar tidak terperangkap oleh sebuah godaan.

Hari ini, dia harus mengubah reffrein yang sudah dia tentukan. Mengapa ? Elio bilang frasa yang di gunakan terlalu berirama, sehingga lirik terdengar murahan. Seandainya Layla bisa mengulang lagi pelajaran tentang huruf vokal mungkin hal itu akan sangat mudah, seperti bagaimana Elio mengatakannya. 

Dengan rasa malu Layla kembali mengerjakaan liriknya. Dia hanya mengangguk setiap kali Elio memberikannya masukkan tapi itu juga tidak membantu, jalan pikirannya menjadi buntu setelah mencoba mendeskripsikannya. Dia sekilas membaca kembali beberapa buku tebal yang dia ambil di perpustakaan berharap mendapat pencerahan.

Pekerjaannya menjadi sangat sibuk selama berhari-hari, ada banyak yang harus di perbaiki dan seperti tidak ada habisnya. Setiap kali liriknya di anggap salah Layla akan kembali mengunjungi perputakaan untuk mengambil beberapa buku lainnya. Terkadang waktu luang seperti makan siang Layla gunakan untuk membaca, kegelisahannya menumpuk dikarenakan dia juga tidak dapat meminta bantuan dari Namjoon dan Suga, bahkan juga Jungkook. Jadwal mereka menjadi sangat padat dan sibuk.

Manajer Sun yang sedang menemaninya di perpustakaan membujuknya. "Aku sudah membawa makan siang, makanlah sebentar"

"Aku tidak lapar eonni"

"Apakah sesulit itu menulis ? Sebelumnya kau tidak pernah begini"

"Ini karena Elio, dia memang seperti ini setiap kali membuat lagu"

"Makanlah segigit" Manajer Sun menyuapinya sepotong roti lapis. Dan kembali bertanya, "Kenapa tidak minta dia saja yang menulisnya ?"

"Aku terlalu malu untuk memintanya"

"Ya, ini jelas dia sedang menyiksamu. Kau sudah mengubah lirikmu sebanyak empat kali, kau tidak curiga dia sedang mempermainkanmu ?"

Layla menutup bukunya dan menghela nafas panjang. "Tidak, dia tidak mungkin melakukan itu kepadaku"

"Yakin sekali.."

"Kami sudah pernah membuat lagu bersama sebelumnya, aku tau maksud Elio melakukan ini. Jadi eonni tenang saja"

Layla kembali ke dalam studio setelah menghabiskan makan siangnya. Sepertinya tadi dia membuka pintu cukup keras tapi suara bising itu sama sekali tidak mengganggu Elio yang sekarang sedang tertidur di sofa. Sebelumnya dia mengira Elio juga pergi dari ruangan untuk makan siang dan bukannya pergi tidur.

Kemudian Layla melangkah secara perlahan untuk mendekatinya. Dia bertingkah seperti seorang pencuri yang kikuk ketika memperhatikan Elio yang sedang tidur.  Dia melihat bibir pria yang sedikit terbuka, mereka bergerak sangat lucu. Apa yang sedang Elio mimpikan ? Kalau di perhatikan seperti sedang berdoa. Layla tertawa kecil sambil menutup mulutnya. 

"Apa yang kau tertawakan ?"

Pria itu menegurnya dengan mata cemberut sambil menggaruk rambut hitamnya setelah bangun. Layla tidak tau bagaimana harus bereaksi, jadi dia menarik diri untuk mundur selangkah.

"A-apa aku.. membangunkanmu ?"

"Ya.. kau tertawa jadi aku terbangun"

Elio mengerutkan kening dan mengeluh, tampaknya dia terganggu dengan suara yang lebih halus dari pada suara benturan. Layla tergagap, bingung dengan respon tubuhnya.

"Ma-maafkan aku. Aku tidak bermaksud"

"Tidak apa-apa. Apa kau sudah selesai beristirahat ?"

"Sudah.. aku baru saja kembali"

"Kalau begitu mari kita kembali bekerja"

Layla memperhatikannya bangkit dan duduk di meja rekaman sambil menguap. Elio mulai memainkan beberapa ketukan sementara Layla berdiri di sana dengan heran. Elio memutar kursinya dan bertanya.

"Apakah lirikmu sudah selesai ?"

Layla buru-buru menyembunyikan lembaran dan buku tebal yang sejak tadi dia pegang ke belakang punggungnya. Elio yang melihatnya menaikkan satu alis.

"Kenapa ?"

"Ti-tidak ada"

"Apa itu liriknya ? Boleh aku melihat ?"

Layla membuang pandangannya. Dia masih mematung disana dengan tangan mengeras. Melihat tingkah aneh Layla Elio bangkit dan menyambar kertas di belakang punggungnya. Elio mengabaikan usaha Layla untuk meraih kembali kertasnya dan dengan gesit menahan tangan gadis itu lalu mengamati tulisannya yang pendek.

"Ini belum selesai ?"

"Berikan..!"

Layla menarik bajunya dan mengambil lembaran di ujung jari Elio. Dia menjauh duduk di kursi sambil memeluk kertas dan buku itu. Layla dengan putus asa menahan rasa malunya sambil memelototi Elio yang duduk di depannya. 

"Jangan mengambil barang orang lain tanpa izin"

"Hei, kau bisa minta aku untuk membantumu bukan ? Kau tidak dengar perkataanku waktu itu ?"

"Aku tidak butuh bantuanmu, aku bisa melakukannya"

Elio menyeringai. "Kau yakin ?"

"Yaa!"

"Cih.. Kau kira sudah berapa kali aku mendapatimu pergi keperpustakaan dan membaca disana ?"

Layla tersentak dengan wajah memerah. Dia mati-matian membela dirinya sendiri saat menjawabnya.

"Kau.. ka-kau selalu tidak puas dengan tulisanku. Jadi aku harus bolak balik pergi kesana mencari inspirasi"

"Dengan membaca buku ? Pantas saja penulisanmu penuh dengan hal-hal klise, itu yang membuat lagumu tidak menonjol"

"Kau meledekku ?"

"Itu kenyataannya"

Celaan itu membuat wajah Layla terbakar. Dia menyusutkan bahunya karena tidak bisa menjawabnya lagi dan bertanya-tanya kenapa Elio harus sekeras itu membentaknya. Begitu Layla perlahan menundukkan kepalanya Elio menghela napasnya.

"Aku tidak akan meledekmu dan aku juga tidak menganggap memperbaiki ulang lirik itu adalah salah. Aku hanya ingin memastikan lagumu kali ini bisa menarik perhatian banyak orang"

"Ngh.. i-itu.."

"Baiklah kalau begitu ikut denganku"

Layla terhuyung-huyung saat Elio menarik tangannya. Setelah dia mengambil jaketnya mereka turun ke lantai bawah menuju basement. Di tengah parkiran Layla menahan langkahnya dengan takut.

"Elio kita mau kemana ?"

Elio kembali menarik tangannya dengan suara pelan.

"Jangan berisik, kita harus mengendap-ngendap sebelum staff melihat"

"Aku tidak bisa pergi jika tidak ada pengawalan"

"Hei diam ! Ikuti saja aku.. ayo cepat"

Saat itu Layla memutar kepalanya kiri dan kanan, memastikan tidak ada satu staff pun yang mendapatinya bersama Elio masuk ke dalam mobil. Dia dengan hati-hati sedikit membungkuk untuk menghindari penglihatan penjaga di pos basement.

"Tenanglah kaca mobilku gelap"

Elio mengemudikan mobilnya keluar dari perusahaan. Di tengah-tengah lampu merah wajah Layla memasam.

"Bagaimana jika manejer Sun tau ? Kita harus kembali sebelum dia sadar"

"Tidak ada yang sadar" Dia tertawa. 

"Aku takut. Ada yang mengikuti kita ? Oh paparazi misalnya. Aku tidak mau terkena skandal lagi"

"Kita hanya pergi sebentar untuk mencari udara segar. Setelah itu kita akan kembali tanpa ketahuan"

Layla benar-benar merinding dari ujung kepala sampai ke ujung kakinya. Dia pucat, karena takut setengah mati. Lain hal dengan Elio, dia terlihat sangat bersemangat dan bersenang-senang.

"Tunggu, kau tau arah kemana ini ?" 

Layla mencoba memahami arah yang Elio tuju. Dia seperti hafal dengan kawasan ini, di lihat sejak tadi Elio sama sekali tidak menanyakan apa-apa kepadanya saat mengemudi. Layla mendapati sebuah sungai di luar jendela.

Mereka menuju jalur setapak dalam upaya untuk menghindari perhatian pengunjung lain yang duduk di sekitar taman pinggir sungai. Elio memberikan jaket hitamnya untuk menutupi indetitas Layla, sementara dia hanya menggunakan kaca mata hitam di atas pakaian santainya.

Untungnya sore itu tidak terlalu ramai, hanya beberapa pengunjung yang menggunakan setapak untuk berjalan atau berolahraga santai. Sesaat Layla mendapati Elio menatap luas sungai sambil berpegangan pada pembatas jalan.

Gadis itu mengerutkan keningnya, tetapi Elio memasang ekspresi tentram dan mengabaikan tatapannya. Setelah membiarkannya seperti bermeditasi, Layla ikut menatap dataran itu.

"Dari mana kau tau tempat-tempat seperti ini ?" Layla bertanya setelah dia menarik maskernya untuk mengihirup angin yang menerpa wajahnya. Elio menjawabnya dengan senyuman lembut.

"Aku sering melewati jembatan itu setiap kali pulang atau pergi ke perusahaanmu. Sekilas aku melihat tempat ini cukup bagus untuk menjernihkan pikiran"

"Aku tidak tau, kau suka pergi untuk menyendiri"

"Yah.. beberapa hal berubah saat kau pergi.."

Layla mengikuti Elio yang kembali berjalan seraya mengamati area dengan tatapan penasaran. Banyak bunga-bunga putih mekar secara berkala di pinggir setapak. Orang-orang di taman membentangkan tikar dan duduk di atasnya. Ada yang mengelilingi meja taman sambil bermain kartu, ada juga yang menikmati makanan yang mereka beli di gerobak keliling.

"Kau mau minum sesuatu ?"

Elio bertanya setelah mereka hampir sampai di sebuah gerobak pedangang disana. 

"Tentu.."

Kemudian mereka berhenti di salah satu grobak makanan. Sesaat Layla menunggunya berbelanja seraya menatap makanan-makanan di atas wajan itu. Dengan rasa lapar yang tiba-tiba muncul dia menoleh ke arah Elio yang sedang berbicara.

"No.. no.. just drinks"

"Aigoo.. tteokbokki ? apa yang kau katakan ?"

"No.. im not hungry, just give me some water"

"Apa yang di katakan pria muda ini ?" 

Wanita paru baya itu memperhatikan Elio menggerakkan kepalan tangan di dekat mulutnya, kepala mengangguk-angguk untuk menggambarkan maksudnya tapi sepertinya wanita itu tetap saja tidak paham.

"Ya.. apa yang mau kau beli ? Kenapa dengan tanganmu, kau batuk ? Aku tidak jual obat batuk disini"

"Just water please, oh my God !"

Tawa Layla seketika pecah melihatnya. Dia mengerang sakit di perutnya karena menahan tawa.

"El apa tadi kau berbicara dengan ibu kantin seperti ini ?"

"Wanita ini sama saja sepertinya, arrgh!! kalian menyusahkan"

"Oh tidak, perutku sakit sekali hahaha"

"Diamlah.."

Layla dengan setengah tenaganya menarik Elio mundur dan berbicara dengan pedagang wanita itu. Wajah bibi itu terlihat senang dan lega, sesekali melirik Elio yang berdiri di belakang Layla sambil menggosipinya. Di akhir kalimatnya bibi itu memberikan sebungkus makanan dan dua kaleng soda kepada Layla, gadis itu tersenyum dengan rasa terima kasih dan berbalik dengan puas.

"Ayo kita makan ini"

"Apa ini ?"

"Aku membeli tteokkboki, gorengan udang dan odeng. Tapi aku tidak meminta kuah kaldunya, odeng lebih enak di celup ke saus tteokkbokinya menurutku" Layla menjelaskan sambil mengintip isi kantung plastiknya.

"Aku tidak tau makanan apa yang kau bilang"

"Kau harus mencobanya" Dia dengan gembira menarik tangannya. "Sekarang, ayo kita duduk di kursi taman disana"

Elio menatap Layla dengan wajah bingung dan memiringkan kepalanya setelah tangan Layla membawakannya semangkuk tteokkboki yang di cucuk dengan dua lidi. 

"Bagaimana cara memakannya ?" Elio bertanya.

"Tusuk menggunakan ini"

 "Bagaimana kalau makanan ini beracun"

"...Mana mungkin bibi itu menjual makanan beracun. Sudah cobalah"

Elio melirik kembali ke Layla dengan tatapan cemas dan mengikuti perintahnya, berpura-pura menginginkannya. Sejujurnya, saat itu dia menikmati makanannya dan juga saat-saat bersama Layla yang sudah lama sekali tidak dia rasakan, tapi dia tidak menunjukkannya.

Tidak seperti Layla, Elio adalah orang yang tenang dan mengabaikan keadaan sekitar, sedangkan Layla meski ragu-ragu dia tetap melakukan hal yang benar-benar dia sukai untuk memuaskan rasa keinginannya. Ketika Elio menolak untuk mencoba beberapa makanan lain, Layla akan memaksanya, memarahinya dengan cemberut sehingga pada akhirnya Elio terpaksa menuruti keinginannya. 

Rasanya seperti kembali ke tahun-tahun sebelumnya, bahkan pikiran Layla yang cemas tampak telah tenggelam di dalam sungai yang dingin dan tenang. Saat perut keduanya telah penuh dengan jajanan yang lezat, Layla di tarik Elio untuk ikut melempar batu ke tengah sungai.

Elio melempar kerikil itu untuk memperlihatkan keahliannya. "Kau bisa melakukan ini ?"

"Bagaimana kau membuat batu itu melompat di atas air ?"

"Seperti ini..."

Layla mengikuti penjelasannya, tapi batu yang dia lempar langsung masuk ke dasar sungai. Wajahnya seketika berubah menjadi tegas saat mencoba melemparnya lagi.

"Kau harus memiringkan lenganmu kesamping saat melemparnya"

"Aku tidak bisa melakukannya, lihat"

"Tentu saja. Kau memilih batu yang salah. Coba pakai batu yang lebih tipis"

Layla masih berusaha dengan giat, tetapi Elio hanya semakin menertawainya. Dia menutup matanya sambil melempar batu itu lagi. Kali ini batu itu melompat, walaupun hanya terjadi satu kali pantulan dia cukup merasa bangga. Layla menoleh ke arah Elio di sebelahnya, memamerkan giginya yang ceria.

"Lihat aku melakukannya ! Aku berhasil"

"Aku lihat" Dia tertawa.

"Aku sudah sangat ahli"

"Ya tapi bukan berarti kau selevel dengan lemparanku"

"Jika aku melempar lim akali lagi, aku pasti sudah bisa hahaha"

Waktu berlalu dengan cepat, angin dingin kembali menghembus kulit halus Layla yang polos. 

"Wuah.. aku harap aku bisa melakukan hal ini setiap hari"

Elio, yang entah bagaimana bisa langsung tersenyum mendengarnya mengulurkan tangan untuk menyapu rambut di sekitar pipinya ke belakang telinga. Bulu mata Layla yang tampak turun sontak naik saat merasakan jari-jari dingin itu membelainya. 

"Kau bisa melakukannya jika kau mau..." Jawabnya halus.

Ekspresi Layla setengah malu dan setengah terkejut. Dia menghindari sentuhannya setelah itu lalu mundur.

"Se-sebaiknya ki-kita... kembali, hari semakin gelap"

Sebelum Elio menjawabnya, Layla bergegas pergi dengan langkah cepat. Elio menyeringai sebelum mengikutinya dengan tenang.

Layla terhanyut pada pemandangan langit jingga di luar jendela. Jalan raya terlihat padat, mungkin karena sudah waktunya untuk pulang dari bekerja. Melodi mulai terputar di mobilnya, tidak seperti musik pop atau bass melainkan terdengar lembut dan elegan sepanjang perjalanan. Membuat Layla semakin memainkan perannya sebagai tokoh utama.

"Layla.."

"Ya ?"

Gadis itu mendongak untuk melihat Elio yang tengah fokus menyetir. Dia menatapnya dengan mata bergetar karena penasaran.

Wajah Elio tampak cemas saat bibirnya bolak balik terbuka dan tertutup. Dia merasakan antusiasmenya menurun saat sesekali melirik wajah Layla yang masih menunngunya berbicara. Dia menggaruk belakang kepalanya dengan wajah canggung.

"Jika... jika kita sudah sampai nanti ..segera selesaikan liriknya"

Elio memindahkan lengan kirinya untuk memegang setir, dan membiarkan tangan kanannya bersandar pada alur jendela seraya menggosok hidungnya.

"Ngh.. ba-baiklah.."

Layla menghela nafas karena senang lalu kembali memperhatikan Elio yang juga tersenyum. Suhu hangat mengalir di sekujur tubuhnya, seolah memeluknya dengan erat saat berkata lagi

"El.. terima kasih untuk hari ini" Gadis itu tersenyum lagi.

Tangan Elio yang tadinya hanya menggosok batangg hidungnya, bergerak menutup separuh wajahnya dengan hiruk-piruk. Telinganya yang putih pucat tadinya sekarang berubah menjadi merah.

"Mm..ya" Gumamnya setelah mengangguk.

Layla pun juga sangat malu dengan situasi itu sehingga dia tidak bisa memalingkan wajahnya lagi, dalam keheningan yang lama mereka kembali menuju perusahaan.

Sesampainya di basement Layla memandang sekitar, dia menyadari bahwa parkiran telah setengah kosong jadi kecurigaanya cepat memudar. Dia menurunkan matanya, sedikit lega lalu berjalan menuju lobby berniat untuk mengambil barang-barangnya sebelum kembali.

Sesaat setelah dia melangkah, Elio memanggilnya.

"Tunggu sebentar" Elio mengejar.

"Ada apa ?"

"Ngomong-ngomong, kau tadi membayar makananku. Aku sedikit tersinggung"

"...Yaa ?"

"Ketika kau berbicara dengan bibi penjual itu, kau membayar semuanya" Layla tersentak dengan keanehannya, tetapi Elio tetap berbicara. "Aku sebagi laki-laki harusnya yang membayar"

"Aku tidak masalah.."

"Oh tidak, aku tidak suka seperti ini"

Layla terkikik sesaat. Dia menggelengkan kepalanya dengan cepat untuk menunjukkan bahwa tidak ada hal yang perlu di khawatirkan jika dia yang membayar. Tapi Elio menolak semua kenyataan dengan melipat tangan.

"Bagaimana kita pergi lagi kapan-kapan ?"

"Pergi lagi ?"

"Ya.. dan kali ini aku yang membayarnya"

"Haruska sepert itu ?"

Layla mulai berkeringat, tidak tau lagi bagaimana menanggapi perilaku anehnya ini. Elio tersenyum lembut sedikit mencondongkan dadanya.

"Bagaimana ?"

Mata Layla melebar mendengar pertanyaannya. "Ba-bagaimana ya, ak-aku,..."

"Jangan meragukannya, bukankah tadi kita bersenang-senang ?" Katanya lagi sambil menunjuk ke arah belakang Layla. "Jika kau mengatakan iya, aku rasa dia juga tidak mengerti apa-apa"

Napas Layla terhenti saat menoleh kebelakang. Dari kejauhan, dia melihat seorang pria besar yang menggunakan kaos hitam dan memegang tas yang tak lain ada miliknya. Pria itu hanya diam membalas tatapannya.

Layla segera menundukkan kepalanya karena panik. Jantungnya berdetak kencang dan keringatnya semakin membanjiri tubuhnya.

Pria itu adalah Jungkook.

Suara mendengung terdengar di telinga Layla, membuat kepalanya seperti berputar-putar. Layla melangkah mundur untuk sedikit menjauhkan diri dari Elio. Dia nyaris tidak bisa menstabilkan dirinya setelah Jungkook berbicara.

"Dari mana saja kau ?"

"Aku..ak..aku.."

"Angkat kepalamu.."

Layla menelan ludah dengan gemetar. Dia tau bahwa dia seharusnya merespon kalimat kekasihnya, tetapi kini dia begitu takut untuk bertindak. Jungkok melangkah lalu Layla memejamkan matanya dengan cepat, menyembunyikan getaran kecil di pupilnya yang putus asa. Namun, sebelum dia benar-benar akan pingsan sekilas sebuah angin singkat menerpa wajahnya.

"Kemana kau membawanya ?!"

Jungkook berlari seperti angin untuk mencengkram kerah Elio di dekat Layla. Dia mengerang dengan amarah ketika melihatnya hanya tersenyum sombong dan tidak mejawab. Kembali pada desakannya Jungkook berteriak lagi.

"Jawab aku !"

"Im sorry mr Jungkook. Tapi aku tidak bisa memahami apa yang kau katakan"

"Kemana kau membawanya ? Apa kau menyentuhnya ?"

"Easy big guy.. please calm down"

"Katakan !"

Jungkook pasti mengetahui Layla meninggalkan studio karena tidak lagi membalas pesannya, terlebih lagi kedua barang-barang mereka masih tertinggal disana. Dia yakin Layla di bawa pergi oleh Elio tanpa sepengetahuannya.

"Ya! Kenapa kau tidak bicara.."

Layla memeluk Jungkook dari belakang dan menariknya menjauh. Bahkan ingin meninggalkan Elio, tapi pria itu sendiri ikut marah melihat keduanya.

Sebuah pukulan mengenai wajah Jungkook tiba-tiba. Layla langsung menegang seolah-olah dia juga ikut dipukuli olehnya. Tangannya menutup bibirnya yang menganga dan kakinya bergetar saat melihat Jungkook meringkuk kesakitan. Dengan kibasan tangan yang kesemutan Elio tertawa melihatnya.

"Finally.. hah bagaimana rasanya ?"

"Elio apa yang lakukan !" Layla berteriak.

"Apa yang aku lakukan ? Dia yang terlebih dulu mengancamku. Haruskan aku melakukan pembelaan ?"

"Kenapa harus menggunakan kekerasan ?"

"Hahaha diamlah, sepertinya dia juga menikmatinya"

Jantung Layla sesaat lega melihat Jungkook bangkit dari permukaan semen. Kedua bangun secara perlahan-lahan dan Layla membantu Jungkook menepuk-nepuk sisi lengannya yang sedikit kotor. 

"Kau tidak apa-apa ?" Layla seperti akan menangis melihatnya.

Namun setelah mengabaikan pertanyaannya, Jungkook tiba-tiba lari mendorong Elio sampai tersungkur ke semen, dan menahan tubuhnya di bawah pahanya yang keras. 

"Jungkook !??" 

Layla terpaksa meninggikan suaranya. Matanya membeku kaget saat melihat perkelahian mereka yang semakin gila. Tatapannya bergerak membuntuti setiap kali tangan keduanya memukul dan menahan satu sama lain. Tetesan air mata dari ujung pelipisnya juga ikut mengalir membasahi pipinya yang terbakar disana. Layla tidak tau harus melakukan apa selain berteriak memanggil nama keduanya.

"F*ck you !"

Terlepas dari teriakan mereka yang memaki ke seluruh parkiran basement, sebuah klakson mobil yang nyaring menghentikan pertikaian mereka. Sekilas Layla seperti memiliki harapan yang tidak masuk akal, melihat mobil yang menyoroti wajahnya dengan lampu senja, matanya yang tidak fokus segera mengeras setelah melihat manajer Sun turun dari mobil.

"Apa yang kalian berdua lakukan hei !" Manajer Sun meraih bahu Jungkook dan menggeram keras. "Jungkook apa yang kau lakukan ?! Elio apa yang sebenarnya terjadi...?!"

"Eonni hentikan mereka!"

"Kau lemah pukul aku sekali lagi berengsek!" Elio memekik setelah bahu Jungkook bangkit. Merasa telah terpancing lagi oleh nada sombongnya, Jungkook kembali ingin memukulinya wajahnya lagi.

"Ya Jungkooka..! Hentikan.. hentikan. Cukup ! Jika kalian terus berkelahi, kalian berdua bisa terkena masalah"

"Aku tidak peduli !"

"Berhentilah Jungkook, kau harus tenang. Selain itu apa kau tidak takut melakukan hal ini di depan Layla ?"

Matanya yang marah jatuh kembali kepada Layla yang mematung disana. Dia menghela nafas kasar lalu segera melemaskan bahunya yang menegang. Kemarahannya yang memuncak turun drastis di ikuti juga Elio yang bangun seraya mengusap darah di ujung bibirnya. Keduanya sama-sama terluka, meski hanya luka ringan tapi warna merah pekat itu menyakiti perasaan Layla, dia seperti kambing hitam di atas perkelahian mereka. 

"Jungkook tenanglah, aku mohon" Gadis itu menangis setelah memeluk Jungkook, dia memeluknya erat seperti sedang memohon. 

"...aku sudah tenang Ley, maafkan aku"

"Elio kau bisa berdiri ?" 

Manajer Sun membantu Elio bangun dengan perlahan. Kemarahannya terlihat jelas masih terukir disana namun Layla dengan berani memberitahunya untuk mundur sesegera mungkin melalui tatapannya. 

"Tsk! Baiklah-baiklah lepaskan aku"

Elio mendecak lidahnya lalu pergi menuju mobilnya. Layla menjilati bibirnya yang kering lalu kembali melihat ke arah Jungkook.

"Kau terluka.. wajahmu terluka"

"Tidak apa, ini luka kecil"

"Jungkookah bisa kau katakan apa yang terjadi ?"

Manajer Sun tiba-tiba melipat tangannya dengan wajah sangar. Dia terlihat kecewa tapi juga khawatir di saat yang bersamaan. Jungkook sesaat melirik Layla dan kembali menatapnya dengan gugup. Dengan niat ingin mengakui kesalahannya, Layla malah memotong pembicaraannya.

"Eonni, sebaiknya kita pulang dulu.. kita harus mengobati luka Jungkook"

"Yah.. benar" Dia menghela nafas seraya memijit dahinya. "Jungkook masuklah mobil, kita bicarakan nanti"

"Ah, iyaa noona"

Jungkook menatap wajah pucat Layla setelah manajer sun berbalik. Dia tersenyum untuk menenanginya tapi gadis itu tetap saja memeluk pinggangnya dengan erat sambil tersedu-sedu. Mereka pun kembali menuju apartemen.

***

- Perasaan aku aja atau memang aku suka liat mereka berdua berkelahi. Ehm ! -

Terima kasih telah membaca

Continuar a ler

Também vai Gostar

1.5M 13.9K 24
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...
152K 14.2K 94
(SELESAI - END) Aku selalu berandai-andai bisa mendengar suaranya,bisa menyentuhnya, menggengam tanganya, lalu bertanya, apa yang sedang kau tunggu s...
68.3K 6.1K 40
[COMPLETED] Kejadian yang terjadi 15 tahun lalu membuat Taehyung dan haeri saling terikat dengan janji suci. Pada awalnya memang tidak ada keterta...
6.4M 145K 57
Punya alur campuran dan pasti ketagihan jika membaca ini. So Setiap part akan ada misteri. Dan ini akan berlanjut sampai tangan Author Lelah. + "Sorr...